Ayat

Terjemahan Per Kata
وَجَٰهِدُواْ
dan berjihadlah kamu
فِي
di
ٱللَّهِ
(jalan) Allah
حَقَّ
sebenar-benar
جِهَادِهِۦۚ
jihadnya
هُوَ
Dia
ٱجۡتَبَىٰكُمۡ
memilih kamu
وَمَا
dan Dia tidak
جَعَلَ
menjadikan
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
فِي
dalam
ٱلدِّينِ
agama
مِنۡ
dari
حَرَجٖۚ
kesempitan
مِّلَّةَ
agama
أَبِيكُمۡ
bapak kamu
إِبۡرَٰهِيمَۚ
Ibrahim
هُوَ
Dia
سَمَّىٰكُمُ
menampakan kamu
ٱلۡمُسۡلِمِينَ
orang-orang muslim
مِن
dari
قَبۡلُ
sebelum/dahulu
وَفِي
dan dalam
هَٰذَا
ini
لِيَكُونَ
supaya adalah
ٱلرَّسُولُ
Rasul
شَهِيدًا
menjadi saksi
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
وَتَكُونُواْ
dan adalah kamu
شُهَدَآءَ
menjadi saksi
عَلَى
atas
ٱلنَّاسِۚ
manusia
فَأَقِيمُواْ
maka dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
وَءَاتُواْ
dan tunaikanlah
ٱلزَّكَوٰةَ
zakat
وَٱعۡتَصِمُواْ
dan berpegang teguhlah kamu
بِٱللَّهِ
kepada Allah
هُوَ
Dia
مَوۡلَىٰكُمۡۖ
pelindung kamu
فَنِعۡمَ
maka sebaik-baik
ٱلۡمَوۡلَىٰ
pelindung
وَنِعۡمَ
dan sebaik-baik
ٱلنَّصِيرُ
penolong
وَجَٰهِدُواْ
dan berjihadlah kamu
فِي
di
ٱللَّهِ
(jalan) Allah
حَقَّ
sebenar-benar
جِهَادِهِۦۚ
jihadnya
هُوَ
Dia
ٱجۡتَبَىٰكُمۡ
memilih kamu
وَمَا
dan Dia tidak
جَعَلَ
menjadikan
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
فِي
dalam
ٱلدِّينِ
agama
مِنۡ
dari
حَرَجٖۚ
kesempitan
مِّلَّةَ
agama
أَبِيكُمۡ
bapak kamu
إِبۡرَٰهِيمَۚ
Ibrahim
هُوَ
Dia
سَمَّىٰكُمُ
menampakan kamu
ٱلۡمُسۡلِمِينَ
orang-orang muslim
مِن
dari
قَبۡلُ
sebelum/dahulu
وَفِي
dan dalam
هَٰذَا
ini
لِيَكُونَ
supaya adalah
ٱلرَّسُولُ
Rasul
شَهِيدًا
menjadi saksi
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
وَتَكُونُواْ
dan adalah kamu
شُهَدَآءَ
menjadi saksi
عَلَى
atas
ٱلنَّاسِۚ
manusia
فَأَقِيمُواْ
maka dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
وَءَاتُواْ
dan tunaikanlah
ٱلزَّكَوٰةَ
zakat
وَٱعۡتَصِمُواْ
dan berpegang teguhlah kamu
بِٱللَّهِ
kepada Allah
هُوَ
Dia
مَوۡلَىٰكُمۡۖ
pelindung kamu
فَنِعۡمَ
maka sebaik-baik
ٱلۡمَوۡلَىٰ
pelindung
وَنِعۡمَ
dan sebaik-baik
ٱلنَّصِيرُ
penolong
Terjemahan

Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu dan (begitu pula) dalam (kitab) ini (Al-Qur’an) agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka, tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah pada (ajaran) Allah. Dia adalah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.
Tafsir

(Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah) demi menegakkan agama-Nya (dengan jihad yang sebenar-benarnya) dengan mengerahkan segala kemampuan kalian di dalamnya. Lafal Haqqa dinashabkan disebabkan menjadi Mashdar. (Dia telah memilih kalian) untuk membela agama-Nya (dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan) artinya hal-hal yang membuat kalian sulit untuk melakukannya, untuk itu Dia memberikan kemudahan kepada kalian dalam keadaan darurat, antara lain boleh mengkasar salat, bertayamum, memakan bangkai, dan berbuka puasa bagi orang yang sedang sakit dan bagi yang sedang melakukan perjalanan (sebagaimana agama orang tua kalian) kedudukan lafal Millata dinashabkan dengan cara mencabut huruf Jarrnya, yaitu huruf Kaf (Ibrahim) lafal ini menjadi athaf Bayan. (Dia) yakni Allah (telah menamai kalian orang-orang Muslim dari dahulu) sebelum diturunkannya Al-Qur'an (dan begitu pula dalam Kitab ini) yakni Al-Qur'an (supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian) kelak di hari kiamat, bahwasanya dia telah menyampaikan kepada kalian (dan kalian) semuanya (menjadi saksi atas segenap manusia) bahwasanya Rasul-rasul mereka telah menyampaikan risalah-Nya kepada mereka (maka dirikanlah salat) maksudnya laksanakanlah salat secara terus-menerus (tunaikanlah zakat dan berpeganglah kalian kepada Allah) percayalah kalian kepada-Nya (Dia adalah pelindung kalian) yang menolong kalian dan yang mengurus perkara-perkara kalian (maka sebaik-baik pelindung) adalah Dia (dan sebaik-baik penolong) kalian adalah Dia.
Tafsir Surat Al-Hajj: 77-78
Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kalian, sujudlah kalian, sembahlah Tuhan kalian dan perbuatlah kebajikan, supaya kalian mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tua kalian Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia; maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kalian pada tali Allah.
Dia adalah Penolong kalian, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Para Imam berselisih pendapat dalam ayat ini sehubungan dengan sajdah kedua dalam surat Al-Hajj. Apakah disyariatkan sujud tilawah pada ayat ini ataukah tidak? Ada dua pendapat mengenainya. Dalam keterangan yang telah lalu yakni pada sujud tilawah yang pertama- telah disebutkan hadis Uqbah ibnu Amir, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: ". Surat Al-Hajj mempunyai kelebihan dengan dua sajdahnya. Maka barang siapa yang tidak melakukan sujud pada keduanya, janganlah membacanya.
Firman Allah ﷻ: Dan berjihadlah pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (Al-Hajj: 78) Yakni dengan harta benda, lisan, dan jiwa kalian. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran: 102) Firman Allah ﷻ: Dia telah memilih kalian. (Al-Hajj: 78) hai umat ini, Allah telah memilih kalian di atas semua umat, juga mengutamakan, serta memuliakan kalian, dan mengkhususkan kalian dengan rasul yang paling mulia dan syariat yang paling sempurna. dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78) Yakni Dia tidak membebankan kepada kalian apa-apa yang tidak mampu kalian kerjakan; Dia pun tidak mengharuskan sesuatu yang sangat berat bagi kalian, melainkan Allah menjadikan bagi kalian jalan keluar yang menuntaskannya.
Salat yang merupakan rukun Islam yang terbesar sesudah membaca dua kalimah syahadat, wajib dilakukan empat rakaat dalam keadaan di tempat, tetapi dalam perjalanan diringkas menjadi dua rakaat. Dan dalam situasi khauf (perang), salat boleh dikerjakan hanya dengan satu rakaat (menurut sebagian imam), sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam sebuah hadis. Kemudian salat tersebut dalam situasi khauf dapat dikerjakan dengan jalan kaki dan berkendaraan; dan baik menghadap kiblat atau pun tidak, semuanya sah.
Hal yang sama dilakukan pula bagi salat sunat dalam perjalanan, boleh menghadap ke arah kiblat dan boleh tidak. Berdiri dalam salat merupakan suatu hal yang wajib, tetapi menjadi gugur bagi orang yang sakit. Karena itu, seorang yang sakit di perbolehkan mengerjakannya sambil duduk; jika duduk tidak mampu, maka sambil berbaring pada salah satu sisi lambung dan lain sebagainya yang termasuk rukhsah dan kemurahan serta keringanan dalam semua hal yang fardu dan yang wajib.
Karena itulah Nabi ﷺ pernah bersabda: Aku diutus dengan membawa agama Islam yang hanif lagi penuh toleransi. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Mu'az dan Abu Musa, saat beliau mengutus keduanya menjadi amir di negeri Yaman: Sampaikanlah berita gembira dan janganlah kamu berdua membuat mereka lari (darimu); dan bersikap mudahlah kamu berdua, janganlah kamu berdua bersikap mempersulit. Hadis-hadis yang menerangkan hal ini cukup banyak, karena itulah sahabat Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78) Al-haraj artinya kesempitan. Firman Allah ﷻ: (ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. (Al-Hajj: 78) Menurut Ibnu Jarir, lafaz millata menjadi keterangan dari firman-Nya: Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78) Yakni suatu kesempitan pun, bahkan meluaskannya bagi kalian seperti agama orang tua kalian Ibrahim.
Ibnu Jarir selanjutnya mengatakan, bahwa dapat pula dikatakan millata di-nasab-kan karena menyimpan kata ilzamu, yang artinya ikutilah agama orang tuamu Ibrahim. Menurut saya, pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. (Al-An'am: 16l), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah ﷻ: Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. (Al-Hajj: 78).
Imam Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya (Al-Hajj: 78) diatas, bahwa yang dimaksud dengan Dia adalah Allah ﷻ Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ad-Dahhak, As-Saddi, Muqatil ibnu Hayyan, dan Qatadah. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu (Al-Hajj: 78) Bahwa yang dimaksud dengan Dia dalam ayat ini adalah Ibrahim. Demikian itu karena ada firman Allah ﷻ yang menyebutkan tentang doa Ibrahim, yaitu: Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau (umat muslimah). (Al-Baqarah: 128) Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang terakhir ini tidak beralasan, karena sudah dimaklumi bahwa Ibrahim a.s.
tidak menyebutkan dalam Al-Qur'an nama umat ini dengan sebutan muslimin (melainkan muslimah). Allah ﷻ telah berfirman: Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini. (Al-Hajj: 78) Mujahid mengatakan bahwa Allah menamai kalian muslimin dari dahulu di dalam kitab-kitab terdahulu, juga di dalam Az-Zikir (Al-Qur'an). Hal yang sama telah dikatakan oleh selain Ibnu Jarir. Menurut saya, pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir benar, karena Allah ﷻ telah berfirman: Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78) Kemudian Allah menggugah mereka dan membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ dengan menyebutkan bahwa agama Islam itu adalah agama orang tua mereka, yaitu Ibrahim Al-Khalil. Setelah itu Allah menyebutkan tentang karunia-Nyayang telah Dia limpahkan kepada umat ini, yang di dalamnya diisyaratkan pujian yang baik dan sebutan yang baik terhadap umat ini sejak zaman dahulu, yang tertera di dalam kitab-kitab para nabi dan dibaca oleh banyak rahib dan pendeta.
Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. (Al-Hajj: 78) Yakni sebelum masa Al-Qur'an. dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini. (Al-Hajj: 78) Imam Nasai mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa: ". telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, bahwa saudara lelakinya (yaitu Zaid ibnu Salam) pernah menceritakan kepadanya suatu berita dari Abu Salam, bahwa al-Haris Al-Asy'ari pernah menceritakan kepadanya dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Barang siapa yang berseru dengan seruan Jahiliah, maka sesungguhnya dia akan menjadi penghuni neraka Jahannam. Kemudian ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sekalipun dia puasa dan salat? Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya, sekalipun dia puasa dan salat. Karena itu, hai hamba-hamba Allah, berserulah kalian dengan seruan Allah yang telah menamakan kalian orang-orang muslim dan orang-orang mukmin dalam seruan itu.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis ini dengan panjang lebar, yaitu pada tafsir firman Allah ﷻ: Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Al-Baqarah: 21) Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya: supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia. (Al-Hajj: 78) Yaitu sesungguhnya Kami jadikan kalian demikian sebagai umat yang pertengahan, adil lagi terpilih; dan keadilan kalian telah disaksikan oleh semua umat, agar kalian semua kelak di hari kiamat.
menjadi saksi atas segenap manusia. (Al-Hajj: 78) Karena di hari itu semua umat telah mengakui kepenghuluan umat Muhammad dan keutamaannya yang berada di atas semua umat lainnya. Maka kesaksian mereka atas segenap manusia di hari kiamat dapat diterima, yang isinya menyatakan bahwa para rasul itu telah menyampaikan risalah Tuhan mereka (kepada umatnya masing-masing); dan Rasul ﷺ menjadi saksi atas umatnya, bahwa dia telah menyampaikan risalah Tuhannya kepada mereka. Penjelasan mengenai hal ini telah kami sebutkan dalam tafsir firman-Nya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. (Al-Baqarah: 143) Dalam pembahasan ini telah kami ketengahkan pula kisah Nabi Nuh dan umatnya, sehingga cukup jelas dan tidak perlu diulangi dalam tafsir ayat ini.
Firman Allah ﷻ: maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat. (Al-Hajj: 78) Yakni terimalah nikmat yang besar ini dengan menunaikan rasa syukurnya. Dan tunaikanlah hak Allah yang ada pada kalian, yaitu dengan mengerjakan semua yang difardukan-Nya, menaati segala yang diwajibkan-Nya, dan meninggalkan semua yang diharamkan-Nya. Di antaranya yang terpenting ialah mendirikan salat dan menunaikan zakat, yang pengertiannya sama saja dengan berbuat kebajikan kepada sesama makhluk Allah.
Yaitu sebagai hak orang fakir yang diambil dari sebagian kecil harta orang kaya setiap tahun sekali, kemudian diberikan kepada kaum fakir miskin, orang-orang lemah, dan orang-orang yang memerlukan pertolongan. Keterangan tentang masalah ini telah dirinci di dalam tafsir ayat zakat, bagian dari surat At-Taubah. Firman Allah ﷻ: dan berpeganglah kalian pada tali Allah. (Al-Hajj: 78) Maksudnya, berpegang eratlah kalian pada tali Allah; mintalah pertolongan kepada-Nya, bertakwalah kepada-Nya, serta mintalah dukungan dariNya.
Dia adalah Pelindung kalian. (Al-Hajj: 78) Yakni Pemelihara, Penolong, dan yang memenangkan kalian atas musuh-musuh kalian. maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hajj: 78) Yaitu sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong terhadap musuh adalah Allah. Wuhaib ibnul Ward mengatakan bahwa Allah ﷻ telah berfirman: Hai anak Adam, ingatlah Aku jika engkau marah, niscaya Aku mengingatmu jika Aku marah, maka Aku tidak memasukkan ke dalam golongan orang-orang yang Aku binasakan. Dan apabila engkau dianiaya, bersabarlah dan relalah dengan pertolonganKu, karena sesungguhnya pertolongan-Ku kepadamu lebih baik daripada pertolonganmu kepada dirimu sendiri. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
[Berakhirlah juz 17]"
Setelah dijelaskan pada ayat di atas bahwa untuk meraih keberuntungan, orang beriman diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia, pada ayat ini dijelaskan bahwa untuk meraih keberuntungan, orang beriman diperintahkan untuk berjihad pada jalan Allah. Untuk meraih keberuntungan itu, beribadahlah kamu, wahai orang-orang yang beriman, dan berjihadlah kamu di jalan Allah, yakni mencurahkan seluruh potensi dan kemampuan untuk mengharumkan Islam dan kaum muslim dengan jihad yang sebenar-benarnya, perjuangan yang total dalam menggali seluruh potensi dan kemampuan. Dia telah memilih kamu, wahai Muhammad untuk menjadi nabi dan rasul pamungkas; dan Dia, Allah, tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama, yakni dalam melaksanakan ajaran Islam ini, karena Islam menekankan prinsip memudahkan, meminimalkan beban, dan bertahap dalam menetapkan syariah, hukum agama. Memeluk Islam dan menjadi muslim itu merupakan kelanjutan dari agama nenek mo-yangmu Ibrahim, yakni meyakini tidak ada tuhan selain Allah dan tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Dia (Allah) telah menamakan kamu, orang-orang yang meyakini prinsip tauhid itu, adalah orang-orang muslim, berserah diri kepada Allah, sejak dahulu, dan begitu pula kamu dinamakan muslim dalam Al-Qur'an ini, agar Rasul, Nabi Muhammad itu menjadi saksi atas diri kamu semua dalam mengamalkan ajaran Islam dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia dalam mewujudkan prinsip tidak ada tuhan selain Allah dan tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Maka, sejalan dengan prinsip tersebut, laksanakanlah salat dengan baik dan benar sesuai syarat dan rukunnya, serta tepat waktu; tunaikanlah zakat dengan sempurna, dan berpegangteguhlah kepada Allah dalam pikiran dan perasaan. Dialah Pelindungmu dari segala bencana dunia-akhirat; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong bagi manusia dan seluruh makhluk. 1-2. Sungguh, pasti beruntung orang-orang mukmin yang telah mantap imannya dan terbukti dengan mengerjakan amal-amal saleh. Orang yang demikian itu ialah orang yang khusyuk dalam salatnya, yakni tumakninah, rendah hati, fokus, serta menyadari dengan sepenuuhnya bahwa dia sedang menghadap Sang Penciptanya (Lihat juga: al-Baqarah/2: 45'46).
Di samping perintah-perintah di atas, Allah juga memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh, semata-mata dilaksanakan karena Allah dan janganlah kaum Muslimin merasa khawatir dan takut kepada siapa pun dalam berjihad selain kepada Allah.
Ada empat macam jihad di jalan Allah yaitu:
1. Jihad dalam arti mempertahankan diri dari serangan musuh, sebagaimana firman Allah:
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. (al-Baqarah/2: 190)
2. Jihad dalam arti menegakkan agama Allah dan untuk meninggikannya, sebagaimana firman Allah:
Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (al- Anfal/8: 39)
3. Jihad dengan arti berusaha melepaskan diri dari godaan setan, yang mengarah kepada masalah kemanusiaan seperti menolong orang, bertugas untuk kebaikan dan lain sebagainya, sebagaimana firman Allah:
Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan Tagut, maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. (an-Nisa`/4:76)
4. Jihad dengan arti memerangi hawa nafsu, sebagaimana diterangkan dalam hadis Nabi: Dari Jabir ia berkata, "Telah datang kepada Rasulullah ﷺ suatu kaum yang baru dari peperangan. Maka beliau bersabda, "Kamu datang dengan kedatangan yang baik, kamu telah datang dari jihad yang kecil dan akan memasuki jihad yang besar." Seseorang berkata, "Apakah jihad yang besar itu?" Rasulullah menjawab, "Perjuangan hamba melawan hawa nafsu." (Riwayat al-Khatib al-Baghdadi)
Pada mulanya peperangan itu dibenci oleh kaum Muslimin, sebagaimana firman Allah:
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. (al-Baqarah/2: 216)
Sekalipun perang itu dibenci oleh kaum Muslimin, tetapi karena tujuannya untuk mempertahankan diri dan menegakkan agama Allah, maka peperangan itu dibolehkan dan kaum Muslimin harus melakukannya. Dalam pada itu Allah melarang kaum Muslimin melakukan perbuatan-perbuatan yang melampaui batas dalam peperangan.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah telah memilih umat Muhammad untuk melakukan jihad. Perintah itu datang karena agama yang dibawa Muhammad adalah agama yang telah disempurnakan Allah, yang di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan tentang Jihad. Hal ini merupakan pertolongan Allah kepada Nabi Muhammad beserta umatnya.
Allah menerangkan bahwa agama yang telah diturunkan-Nya kepada Muhammad itu bukanlah agama yang sempit dan sulit, tetapi adalah agama yang lapang dan tidak menimbulkan kesulitan kepada hamba yang melakukannya. Semua perintah dan larangan yang terdapat dalam agama Islam bertujuan untuk melapangkan dan memudahkan hidup manusia, agar mereka hidup berbahagia di dunia dan di akhirat. Hanya saja hawa nafsu manusialah yang mempengaruhi dan menimbulkan dalam pikiran mereka bahwa perintah-perintah dan larangan-larangan Allah itu terasa berat dikerjakan.
Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa agama Islam itu mudah, orang-orang yang memberat-beratkan beban dalam agama akan dikalahkan oleh agama sendiri, sebagaimana tersebut dalam hadis:
Dari Abi Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah dan sekali-kali tidak akan ada seorang pun yang memberatkan agama, kecuali agama itu akan mengalahkannya. Karena itu kerjakanlah dengan benar, dekatkanlah dirimu, gembiralah, dan mohonlah pertolongan di pagi dan petang hari serta waktu berpergian awal malam." (Riwayat al-Bukhari)
Rasulullah ﷺ pernah memberikan suatu peringatan yang keras kepada suatu golongan yang memberatkan beban dalam agama, sebagaimana tersebut dalam hadis.
Dari `Aisyah ra, ia berkata, "Rasulullah ﷺ pernah membuat sesuatu, lalu beliau meringankannya, lalu sampailah hal yang demikian kepada beberapa orang sahabat beliau. Seolah-olah mereka tidak menyukainya dan meninggalkannya. Maka sampailah persoalan itu pada beliau. Beliau lalu berdiri berpidato dan berkata: Apakah gerangan keadaan orang-orang yang telah sampai kepada mereka tentang sesuatu perbuatan yang aku meringankannya, lalu mereka tidak menyukainya dan meninggalkannya? Demi Allah (kata Rasululah): Sesungguhnya aku adalah orang yang paling tahu di antara mereka tentang Allah dan orang yang paling takut di antara mereka kepada-Nya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan bahwa beberapa orang sahabat Rasul ingin menandingi beliau, sehingga ada yang berkata, "Aku akan puasa setiap hari." Yang lain lagi berkata, "Aku tidak akan mengawini perempuan." Maka sampailah hal itu kepada Rasulullah, lalu beliau bersabda:
Apakah gerangan keadaan orang yang telah mengharamkan perempuan, makan dan tidur? Ketahuilah, sesungguhnya aku salat dan tidur, berpuasa dan berbuka puasa serta menikahi perempuan-perempuan. Barangsiapa yang benci kepada sunnahku, maka ia bukanlah termasuk umatku. (Riwayat an-Nasa`i)
Dengan keterangan hadis-hadis di atas nyatalah bahwa agama Islam adalah agama yang lapang, meringankan beban, tidak picik dan tidak mempersulit. Seandainya ada praktek dan amalan agama Islam yang memberatkan, picik dan sempit, maka hal itu bukanlah berasal dari agama Islam, tetapi berasal dari orang yang tidak mengetahui hakikat Islam itu.
Dalam kehidupan sehari-hari terlihat masih banyak kaum Muslimin yang belum memahami dengan baik tujuan Allah menurunkan syariat-Nya kepada Nabi ﷺ Seperti Allah mensyariatkan salat dengan tujuan agar manusia terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, tetapi sebagian kaum Muslimin merasa berat mengerjakan salat yang lima waktu itu, bahkan ada di antara mereka yang mengatakan bahwa salat itu menganggu waktu berharga bagi mereka. Demikian pula pendapat mereka tentang ibadah-ibadah lainnya.
Kemudian Allah menerangkan bahwa agama yang dibawa Muhammad itu adalah sesuai dengan agam Ibrahim, nenek moyang bangsa Arab dan kedua agama itu sama-sama bersendikan ketauhidan. Seakan-akan Allah memperingatkan kepada bangsa Arab waktu itu, "Hai bangsa Arab, kamu mengaku memeluk agama yang dibawa nenek moyangmu Ibrahim, karena itu ikutilah agama yang dibawa Muhammad, agama yang berazaskan tauhid, tidak ada kesempitan dan kepicikan di dalamnya. Dan Allah menamakan orang-orang yang memeluk agama tauhid dengan "muslim"."
Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ menjadi saksi di hari Kiamat atas umatnya. Maksudnya ialah dia bersaksi bahwa ia telah menyampaikan risalah Allah kepada mereka, menyeru mereka agar beriman kepada Allah dan agar mereka tetap berpegang teguh kepada agama Allah, serta beribadah kepada Allah dan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhkan larangan-larangan-Nya. Sedangkan kaum Muslimin menjadi saksi atas manusia di hari Kiamat kelak, maksudnya ialah mereka telah melakukan seperti yang telah dilakukan Rasul atas mereka, yaitu mereka telah menyeru manusia agar beriman, menyampaikan agama Allah, melakukan tugas yang dibebankan Allah dan Rasul kepada mereka dengan sebaik-baiknya. Setelah itu mereka menyerahkan urusan mereka kepada Allah, apakah ajakan mereka diterima atau ditolak.
Sebagian Ahli tafsir dalam menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa kaum Muslimin menjadi saksi atas manusia termasuk di dalam persaksian mereka atas umat-umat terdahulu, yang telah diutus kepada mereka Rasul-rasul. Mereka mengetahui hal itu dari Allah melalui Al-Qur'an yang menerangkan bahwa Rasul dahulu telah menyampaikan agama yang bedasar tauhid kepada mereka.
Semua perintah Allah yang disebutkan itu dapat dilaksanakan dengan baik, agar umat Muhammad yang ditugaskan menjadi saksi terhadap manusia pada hari Kiamat dapat melakukan persaksian itu dengan sebaik-baiknya, maka Allah memerintahkan kepada mereka:
1. Selalu melaksanakan salat yang lima waktu, karena salat menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar dan merupakan penghubung yang kuat antara Tuhan yang disembah dengan hamba-Nya.
2. Menunaikan zakat, agar dapat membersihkan jiwa dan harta, agar mempersempit jurang antara si kaya dan si miskin.
3. Berpegang teguh dengan tali Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhkan segala larangan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 71
“Dan barang yang tidak ada ilmu mereka terhadapnya." Tiap-tiap ditanya orang yang menyembah atau memuja kepada .yang selain Allah itu, apa sebab berhala itu, atau pohon rindang itu, atau keria itu, atau lembu itu. atau kuburan si anu itu disembahnya. tidaklah seorang juga yang dapat memberi keterangan yang pasti dan ilmiah apa sebab itu dia sembah. Tidak ada pengetahuan yang dapat dipegang yang mereka kemukakan. Umumnya hanya dangeng atau memperbodoh diri sendiri atau diperbodoh oleh jurukunci. Atau mereka jawab kalau ditanyai bahwa sudah begitu diriapati diperbuat oleh nenek-moyang dahulukala. Kami hanya tinggal meniru saja."Dan tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun." (ujung ayat 71).
Tafsir dari ujung ayat ini boleh jadi dua. Pertama ialah bahwa menyembah kepada yang selain Allah tidaklah berdasar atas ilmu dan kebenaran. Sebab itu maka orang yang melakukannya adalah orang yang zalim, orang yang menganiaya. Karena dia memperkosa kebenaran itu. Maka orang yang berfikir sihal tidak seorang pun yang dapat menolong, membela dan memperhatikan kezaliman itu.
Kedua orang yang menyembah kepada yang selain Allah itu adalah berbuat dosa yang sangat besar, yang tidak dapat diampuni. Tidak seorang pun yang akan dapat membela dan membenarkan penyembah-penyembah kepada yang selain Allah itu.
Ayat 72
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, memberikan keterangan." (pangkal ayat 72). Bahwa menyembah kepada yang selain Allah itu adalah dosa yang paling besar, dengan keterangan-keterangan yang cukup, “Engkau ketahui poda wajah-wajah orang-orang yang kafir itu keingkaran." Artinya dapat saja engkau ketahui pada wajah mereka bahwa mereka tidak senang."Hampir saja mereka menyerbu orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka." Karena mereka sangat marah Mereka tidak mau disinggung kebiasaan mereka menyembah-nyembah yang selain Allah. Karena mereka tidak mempunyai kepandaian untuk membalas, atau karena memang tidak ada alasan yang masuk akal atas perbuatan mereka, mereka pun marah. Mereka mau saja main pukul atau sampai kepada menganiaya dan membunuh
.
kamu yang lebih buruk dari itu?" Dan kalau aku katakan apakah kamu akan marah juga? “Api neraka! Yang telah dijanjikan Allah untuk orang-orang yang tidak mau percaya."
Khabar ini sangat buruk bagimu. Api neraka tidak akan dapat kamu tolak atau kamu elakkan semata-mata dengan marah."Dan itu adalah seburuk-bunde tempat kembali." (ujung ayat 72).
Lebih baik dari waktu hidup di dunia sekarang Inilah seburuk-buruk tempat kembali itg kamu jauhi! Dan itulah sebabnya maka hal itu dIsampaikan sekarang. Tanda belas-kasihan Tuhan kepadamu.
Ayat 73
“Wahai orang-orang yang beriman! Diperbuat suatu perumpamaan, dengarkantah dia." (pangkal ayat 73). Orang yang beriman dapat mempertebal dan memperdalam imannya apabila dia mendengar perumpamaan itu. Dan suatu perumpamaan bagi orang yang berakal adalah mempercepat memahamkan sesuatu: “Sesungguhnya orang-orang yang menyeru kepada yang selain Allah itu, “ sebagaimana yang telah disebutkan di ayat 71, di atas tadi, menyembah berhala atau benda lain karena ilmu tidak ada: “Sekali-kali tidaklah sanggup membuat seekor lalat pun." Lalat atau langau yang begitu kecil tidaklah sanggup berhala itu memperbuatnya. Yang mereka berhalakan itu ialah orang-orang yang mereka anggap gagah, berkuasa, ditakuti dan diaegani di kala dia hidup, tidak juga dia sanggupi membuat seekor lalat."Walaupun mereka telah berkumpul untuk itu." Walaupun diadakan suatu mu'tamar dari sarjana-sarjana ilmu serangga dari seluruh dunia untuk memusyawaratkan membuat seekor lalat dan memberinya nyawa, mu'tamar itu akan gagal, karena tidak ada yang bIsa. Sedang lalat hanya satu macam di antara macam-macam serangga kecil.
“Dan Jika dirampas sesuatu dari mereka oleh lalat itu." Baik makannya dihinggapi lalat yang membawa penyakit, atau kesihalan mereka dirusakkan oleh lalat: “Tiada pula mereka akan dapat merebutnya daripadanyaInilah suatu wahyu Tuhan yang telah dapat dibuktikan oleh hasil penyelidikan ilmu pengetahuan moden. Di ayat ini hanya disebut lalat. Namun di samping lalat ada lagi bahaya nyamuk. Nyamuk malaria, nyamuk penyakit tidur. Pada lalat dan pada nyamuk “menumpang" hasil-hasil penyakit yang lebih halus lagi, sehingga benar-benar di zaman sekarang ahli-ahli kesihalan sedunia mengadakan pertemuan untuk mengumpulkan segala pengetahuan dan pengalaman, untuk mengurangi bahaya lalat, nyamuk, agas dan kuman-kuman yang menumpang padanya."Amat lemah yang menuntut dan yang dituntut." (ujung ayat 73). Kata Ibnu Abbas: “Yang menuntut ialah berhala, yang dituntut lalat." Kata as-Suddi: “Yang menuntut ialah si penyembah berhala ttu sendiri, yang dituntut ialah berhala yang disembahnya itu." Si penyembah berhala pun dituntut (mathlub) juga. Sebagai dalam kedua Hadist Qudsi tadi. Mereka telah berani membuat bermacam berhala. Dari kayu, dari batu dan sebagainya. Sanggupkah mereka membuat lalat dan nyamuk? Sanggupkah mereka memberi nyawa? Sepatutnya berhala itulah yang menyembah kepada mereka, sebab mereka yang membuat berhala. Bukan mereka yang menyembah berhala. Tetapi semuanya lemah, yang menuntut lemah, yang dituntut lemah. Semua lemah, karena semua dari berlikir yang tidak beres.
Ayat 74
“Tidaklah mereka menilai Allah sebenar-benar penilaian." (pangkal ayat 74). Orang-orang yang menyembah kepada yang selain Allah itu percaya juga bahwa Allah ADA. Tetapi mereka tidak mau mengerti atau salah mengerti tentang Allah. Kadang-kadang ada di kalangan mereka menyembah berhala, katanya karena berhala itulah yang akan menyampaikan keinginannya kepada Allah. Katanya Allah ttu serupa dengan seorang raja besar; kita tidak dapat langsung saja datang menghadap, kalau tidak pakai perantaraan.
Yang lebih disayangkan lagi ialah kesalahan penilaian mereka tentang arti Wali Allah. Tuhan bersabda:
“Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut atas mereka dan tidak ada dukacita. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka adalah bertakwa." (Yunus: 61-62)
Dengan ayat ini Allah membuka pintu selebar-lebarnya bagi semua orang untuk menjadi wali Allah. Syarat yang mesti dipenuhi hanya dua saja, pertama iman kedua takwa. “Sesungguhnya Allah adalah Maha Kuat Maha Perkasa." (ujung ayat 74)
Ayat 75
“Allah telah memilih dari malaikat akan Rasul-rasul." (pangkal ayat 75). Maksudnya ialah bahwa di antara malaikat yang banyak itu ada yang dipilih Tuhan menjadi Rasul, artinya menjadi utusan-Nya. “Dan dari manusia". Di samping malaikat-malaikat terpilih, demikian pula dari kalangan manusia. Tuhan memilih orang yang akan jadi utusan-Nya.
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar Maha Melihat." (ujung ayat 75).
Ayat 76
“Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka." (pangkal ayat 76). Tuhan mengetahui apa yang membentang di hadapan manusia. “Dan apa yang di belakang mereka." Yaitu sejarah kemanusiaan sejak permulaan bumi ini didiami manusia.
"Dan kepada Allahlah akan dikembalikan segala urusan." (ujung ayat 76).
Pedoman Perjuangan Mu'min
Sesudah Allah menerangkan bahwa mempersekutukan yang lain dengan Allah tidak ada dasarnya dari Tuhan dan tidak ada alasannya yang ilmiah, sehingga membuat lalat mereka tidak akan sanggup, apatah lagi yang lain, dan dikatakan bahwa semua terjadi karena tidak menilai Tuhan menurut yang sewajarnya, sekarang Tuhan memberi peringatan kepada orang yang beriman supaya memperteguh imannya dan mendekatkan diri terus kepada Allah.
Ayat 77
“Wahai orang-orang yang beriman! Rukulah kamu dan sujudlah kamu dan sembahlah Tuhan kamu." (pangkal ayat 77). Maksud ketiga sembahyang. Karena di antara ibadat teguh hendaklah sembahyang, supaya serpbahyang bertambah khusyu' hendaklah iman. Iman adalah ketundukan akal. Sembahyang adalah memperdalam perasaan. Ruku' dan sujud itu adalah melatih rasa tunduk. Menyembah Tuhan ialah dengan tunduk akan segala perintah dan menghentikan apa yang dilarang."Dan perbuatlah kebajikan." Sembahyang sebagai ibadat guna menghubungkan diri dengan Tuhan. Berbuat kebajikan ialah meneguhkan hubungan dengan sesama manusia oengan menghubungkan silaturrahmi dan menegakkah budipekerti yang mulia."Supaya kamu mendapat kemenangan." (ujung ayat 77). Kemenangan yang dicapai dengan teguh beribadat kepada Allah yang berpangkal dengan ruku' dan sujud, tegasnya dengan sembahyang yang diimbangkan dengan kesukaan berbuat kebajikan, adalah dunia akhirat. Di dunia hati lapang, fikiran tidak tertumbuk, ilham Tuhan datang, pergaulan luas. Di akhirat ialah syurga yang dijanjikan Tuhan.
, Sampai di ujung ayat 77 ini sunnatullah melakukan sujud jika membacanya. Dengan ini terdapat 2 kali sujud di Surat al-Haj. Pertama di ujung ayat 18.
Ayat 78
“Dan berjiharilah kamu pada jalan Allah, sebenar-berianya jihari." (pangkal ayat 78). Berkata al-Qurthubi dalam Tafsirnya: “Setengah ahli tafsir berkata:
“Yaitu berjihari memerangi kafir," setengahnya lagi menafsirkan: “Ini adalah iayarat menyuruh kerja keras melaksanakan segala yang diperintah Allah, menghentikan segala larangannya." Artinya berjiharilah terhadap dirimu sendiri supaya hanya kepada Allah saja taat dan kekanglah nafsu bila hawanya telah mendorong, dan berjihari pulalah menentang syaitan yang mencoba memasukkan waswasnya. Berjiharilah membenciung orang zalim dari kezalimannya, dan orang yang kafir di dalam kamu menolak kekafirannya.
Terhadap diri sendiri kita melakukan jihari, Nabi bersabda menurut Hadist yang dirawikan Ibnu Syuraih:
“Orang yang mujahid ialah yang berjihari terhadap diri sendiri karena Allah Azzawalla."
Pernah pula ditanyakan orang kepada Rasulullah s.a.w.: Apakah jihari yang paling utama?
Beliau menjawab:
“Kata-kata yang benar di hadapan penguasa yang zalim."
Renungkanlah dan perhatikan pertalian ayat di atas (77) dengan pangkal ayat ini. Orang Mu'min diauruh meneguhkan ibadat, ruku* dan sujud dan sembahyang dan berbuat baik, ialah supaya jiwa kuat menghadapi jihari ini. Karena orang yang lemah jiwa tidaklah akan kuat menghadapi jihari yang berat itu.
“Dia telah memilih kamu." Ini adalah ucapan penghargaan tertinggi Tuhan kepada orang yang beriman, karena hanya mereka yang sanggup berjihari terus-menerus, hilang atau terbilang, menang atau syahid. Sesungguhnya deowkian."Dan tidaklah Dia menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu kesempitan." Sembahyang yang wajib hanya lima kali sehari semalam. Puasa hanya sebulan dalam setahun. Berzakat hanya kalau cukup niabah. Naik haji yang wajib hanya sekali seumur hidup. Bila sakit tidak kuat berdiri sembahyang, boleh duduk. Tidak kuat duduk, boleh tidur. Tidak ada air buat wudhu', boleh tayammum. Karena sakit atau musafir boleh mengganti puasa di hari
lain. Meskipun memulai puasa Ramatihan bergantung kepada terlihatnya awal bulan (hilal) tidak juga semua orang wajib pergi melihat bulan;
“Hari raya Fithrah di hari kamu bersama fithrah. Hari raya Adhha di hari kamu bersama berkurhari ."
Pendeknya tak ada yang sempit! Cuma yang bersalah, melanggar aturan agamalah yang sempit hidupnya."Agama nenek kamu Ibrahim." Meskipun Nabi Ibrahim nenek-moyang dari bangsa Arab saja, namun seluruh umat Muhammad telah laksana juga anak dari Ibrahim, anak Ruhaniah penyambut ajarannya."Dialah yang telah menamai kamu Muslimin sejak sebelum ini." Setengah ahli tafsir mengatakan maksud ayat ialah bahwa Nabi Ibrahim itulah yang telah memberi nama Muslimin atau umat yang mengaku percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Alasannya karena tersebutlah permohonan Ibrahim dalam Surat 2 al-Baqarah ayat 128. Tetapi penafsiran lain menyatakan bahwa yang menamai umat yang percaya kepada Allah yang satu dengan Muslimin ialah Allah sendiri, di dalam kitab-kitab yang telah terdahulu dari al-Qur'an. Ini adalah tafsir dari Ibnu Abbas. Demikian juga kata Mujahid, ‘Atha', as-Suddi, adh-Dhahhak, Muqatil, dan Qatadah."Dan pada ini," yaitu pada al-Qur'an disebutlah bahwa agama yang benar di sisi Allah hanya Islam (Surat 3 Aali ‘Imran, ayat 19). Selain Islam tidak diterima (Aali ‘Imran, 85)."Supaya Rasul menjadi saksi atas kamu. * Artinya bahwa Rasul menjadi saksi bahwa segala yang diperintah Tuhan kepada kamu telah beliau sampaikan."Dan kamu pun jadi saksi-saksi pula atas manusia." Karena kamu dipandang sebagai manusia paling baik yang dikeluarkan di antara manusia (Aali ‘Imran, 110) sebab kamulah yang berani amar ma'ruf nahi munkar, sebab beriman kepada Allah. Oleh sebab itu, “Maka dirikanlah sembahyangagar tetap teguh hubungan dengan Tuhan."Dan berikanlah zakat," supaya tertolong yang susah dan miakin dan langsung terus berjihari."Dan berpegang teguhlah pada Allah, “ Sebab tidak ada lain; “Dialah Pelindungmu." Hingga terjamin keselamatanmu."Dialah yang sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (ujung ayat 78).
Berpegang teguhlah kepadaNya, memohonlah pertolongan kepada Allah dan bertawakkallah, mohonlah perlindungan. Karena dialah yang sebenar-benar pemimpin dan pelindungmu. Dialah yang semulia-mulia dan sebaik-baik pelindung dan semulia-mulia dan sebaik-baik penolong, ketika kamu menghadapi kesusahan atau ketika berhadapan dengan musuh.
Berkatalah Wuhaib bin al-Ward, bahwa ada sebuah Hadist Qudsi:
“Wahai anak Adam! Ingatlah kepadaKu apabila engkau sedang marah, supaya Aku ingat pula engkau apabila Aku marah. Maka tidaklah Aku patahkan engkau bersama orang yang Aku patahkan. Dan apab/ia engkau dianiaya orang maka sabarlah engkau! Dan terimalah dengan rela pertolonganKu. Karena pertolongan dari Aku adalah lebih baik bagi engkau daripada pertolongan engkau atas dirimu sendiri." (Riwayat Ibnu Abi Hatim)