Ayat

Terjemahan Per Kata
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
ٱلسَّاعَةَ
kiamat
ءَاتِيَةٞ
datang
لَّا
tidak ada
رَيۡبَ
keraguan
فِيهَا
didalamnya/padanya
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
يَبۡعَثُ
Dia membangkitkan
مَن
orang
فِي
dalam
ٱلۡقُبُورِ
kubur
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
ٱلسَّاعَةَ
kiamat
ءَاتِيَةٞ
datang
لَّا
tidak ada
رَيۡبَ
keraguan
فِيهَا
didalamnya/padanya
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
يَبۡعَثُ
Dia membangkitkan
مَن
orang
فِي
dalam
ٱلۡقُبُورِ
kubur
Terjemahan

Sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.
Tafsir

(Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan) tidak diragukan lagi (padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur).
Tafsir Surat Al-Hajj: 5-7
Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah; kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kalian dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kalian sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kalian ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan kalian lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.
Setelah menyebutkan perihal orang yang ingkar kepada hari berbangkit dan tidak percaya kepada adanya hari kemudian, Allah ﷻ menyebutkan hal-hal yang menunjukkan kekuasaan-Nya dalam menghidupkan segala sesuatu yang telah mati melalui bukti yang nyata pada permulaan kejadian manusia. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan. (Al-Hajj: 5) Yaitu hari kemudian di mana semua roh dan jasad menjadi satu dan bangkit hidup kembali kelak di hari kiamat. maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah. (Al-Hajj: 5) Artinya, asal mula kejadian kalian adalah dari tanah; yaitu asal mula penciptaan Adam a.s., nenek moyang mereka.
kemudian dari setetes mani. (Al-Hajj: 5) kemudian keturunannya diciptakan dari air mani yang hina. kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging. (Al-Hajj: 5) Demikian itu apabila nutfah telah berdiam di dalam rahim wanita selama empat puluh hari. Selama itu ia mengalami pertumbuhan, kemudian bentuknya berubah menjadi darah kental dengan seizin Allah. Setelah berlalu masa empat puluh hari lagi, maka berubah pula bentuknya menjadi segumpal daging yang masih belum berbentuk dan belum ada rupanya.
Kemudian dimulailah pembentukannya, yang dimulai dari kepala, kedua tangan, dada, perut, kedua paha, kedua kaki, dan anggota lainnya. Adakalanya seorang wanita mengalami keguguran sebelum janinnya mengalami pembentukan, dan adakalanya keguguran terjadi sesudah janin terbentuk berupa manusia. Allah ﷻ berfirman: kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al-Hajj: 5) seperti yang dapat kalian saksikan sendiri. agar Kami jelaskan kepada kalian, dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. (Al-Hajj: 5) Yakni adakalanya janin menetap di dalam rahim tidak keguguran dan tumbuh terus menjadi bentuk yang sempurna.
Seperti yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al-Hajj: 5) Yaitu janin yang telah berbentuk dan janin yang masih belum terbentuk. Apabila telah berlalu masa empat puluh hari dalam keadaan berupa segumpal daging, maka Allah mengutus seorang malaikat kepadanya. Malaikat itu diperintahkan-Nya untuk meniupkan roh ke dalam tubuh janin, lalu menyempurnakan bentuknya menurut apa yang dikehendaki oleh Allah ﷻ, apakah tampan atau buruk, dan apakah laki-laki atau perempuan.
Selain itu malaikat tersebut ditugaskan pula untuk menulis rezeki dan ajalnya, apakah celaka atau berbahagia. Hal ini telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Al-A'masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada kami: Sesungguhnya kejadian seseorang di antara kalian dihimpunkan di dalam perut ibunya selama empat puluh malam, kemudian menjadi 'alaqah selama empat puluh malam, kemudian menjadi segumpal daging dalam masa empat puluh malam.
Setelah itu Allah mengutus malaikat kepadanya; malaikat diperintahkan-Nya untuk mencatat empat perkara, yaitu mencatat rezekinya, amal perbuatannya, dan ajalnya (usianya), lalu nasibnya apakah celaka atau bahagia. Kemudian meniupkan roh ke dalam tubuhnya. Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya'bi, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa apabila nutfah telah menetap di dalam rahim, maka datanglah malaikat mencegahnya, lalu berkata, "Wahai Tuhanku, apakah dijadikan ataukah tidak?" Jika dikatakan tidak dijadikan, maka tidaklah dibentuk kejadiannya, lalu dikeluarkan dari rahim dalam rupa darah kental.
Tetapi jika dikatakan dijadikan, maka malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan, apakah dia celaka ataukah bahagia, bagaimanakah ajalnya dan jejak kehidupannya, serta di negeri manakah ia mati?" Kemudian dikatakan kepada nutfah itu, "Siapakah Tuhanmu?" Nutfah menjawab, "Allah." Dikatakan pula, "Siapakah yang memberimu rezeki?" Nutfah menjawab, "Allah." Lalu Allah berfirman kepada malaikat, "Pergilah kamu ke kitab itu, karena sesungguhnya kamu akan menjumpai di dalamnya kisah nutfah ini." Maka nutfah itu dijadikan dan menjalani masa hidupnya sampai ajalnya, ia memakan rezekinya dan melakukan perjalanan hidupnya.
Bilamana telah tiba ajalnya, maka matilah ia dan dikebumikan. Kemudian Amir Asy-Sya'bi membaca firman-Nya: Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al-Hajj: 5) Apabila tahap kejadiannya sampai pada segumpal darah, maka kejadiannya dikembalikan pada tahap keempat, lalu terbentuklah manusia.
Tetapi jika ditakdirkan tidakjadi, maka dikeluarkan lagi oleh rahim dalam rupa darah. Dan apabila dijadikan, maka dikembalikan (ke dalam rahim) menjadi manusia. -: Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr ibnu Dinar, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid yang menyampaikan sanadnya sampai kepada Nabi ﷺ Disebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: Malaikat masuk ke dalam nutfah sesudah nutfah berada di dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima hari. Lalu malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah dia celaka atau bahagia? Allah ﷻ berfirman, dan malaikat itu mencatat. Lalu malaikat bertanya, "Apakah laki-laki ataukah perempuan? Allah berfirman, dan malaikat mencatatnya.
Malaikat mencatat amalnya, perjalanan hidupnya, rezekinya, dan ajalnya. Kemudian lembaran kitab itu ditutup, maka apa yang ada di dalamnya tidak dapat lagi ditambahi atau dikurangi. Imam Muslim meriwayatkan melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dan melalui jalur lain dari Abut Tufail dengan lafaz yang semakna. Firman Allah ﷻ: kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi. (Al-Hajj: 5) Yakni dalam keadaan lemah tubuh, pendengaran, penglihatan, inderanya, kekuatan geraknya, serta akalnya.
Kemudian Allah memberinya kekuatan sedikit demi sedikit, dan kedua orang tuanya merawatnya dengan penuh kasih sayang sepanjang hari dan malamnya. Karena itu, disebutkan oleh firman selanjutnya: kemudian (dengan berangsur-angsur) kalian sampailah kepada kedewasaan. (Al-Hajj: 5) Yaitu memiliki kekuatan yang makin bertambah sampai pada usia muda dan penampilan yang terbaiknya. dan di antara kalian ada yang diwafatkan. (Al-Hajj: 5) dalam usia mudanya dan sedang dalam puncak kekuatannya. dan (ada pula) di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun. (Al-Hajj: 5) Usia yang paling hina ialah usia pikun.
Dalam usia tersebut seseorang lemah tubuhya, tidak berkekuatan, akal serta pemahamannya pun lemah pula; semua panca inderanya tidak normal lagi dan daya pikirnya pun lemah. Karena itu, disebutkan dalam firman selanjutnya: supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya diketahuinya. (Al-Hajj: 5) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54) Al-Hafiz Abu Ya'la Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna Al-Mausuli telah mengatakan di dalam kitab Musnad-nya, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Abu Muzahim, telah menceritakan kepada kami Kahlid Az-Zayyat, telah menceritakan kepadaku Daud Abu Sulaiman, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Ma'mar ibnu Hazm Al-Ansari, dari Anas ibnu Malik yang me-rafa'-kan hadis ini.
Ia mengatakan bahwa bayi yang baru lahir hingga mencapai usia balig segala yang dikerjakannya berupa amal kebaikan tidak dicatatkan bagi orang tuanya atau kedua orang tuanya. Dan semua yang dikerjakannya berupa amal keburukan tidak dicatatkan bagi dirinya, tidak pula bagi kedua orang tuanya. Apabila ia telah mencapai usia balignya, maka Allah memberlakukan qalam terhadapnya dan memerintahkan kepada dua malaikat yang ada bersamanya untuk mencatat segala amal perbuatannya dengan catatan yang ketat.
Apabila ia mencapai usia empat puluh tahun dalam Islam, Allah menyelamatkannya dari tiga penyakit, yaitu gila, lepra, dan supak. Apabila mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya; dan apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki kembali (bertobat) kepada-Nya sesuai dengan apa yang disukai-Nya. Apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Dan apabila usianya mencapai delapan puluh tahun, maka semua amal baiknya dicatat dan dihapuslah semua amal buruknya.
Apabila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian; ia pun dapat memberikan syafaat kepada ahli baitnya serta dicatat sebagai Aminullah (orang kepercayaan Allah), dan dia menjadi tahanan Allah di bumi-Nya. Apabila ia mencapai usia pikun sehingga ia tidak mengetahui lagi segala sesuatu yang tadinya ia ketahui, maka Allah mencatatkan baginya hal yang semisal dengan amal kebaikan yang pernah dilakukannya semasa sehatnya; apabila melakukan suatu keburukan, maka tidak dicatatkan dalam buku catatan amalnya.
Hadis ini garib sekali, di dalamnya terkandung kemungkaran yang parah. Tetapi sekalipun demikian, Imam Ahmad ibnu Hambal meriwayatkannya pula di dalam kitab musnadnya, baik secara mauquf ataupun marfu'. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Nadr, telah menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amir, dari Muhammad ibnu Abdullah Al-Amili, dari Amr ibnu Ja'far, dari Anas yang mengatakan, bahwa apabila seorang lelaki muslim mencapai usia empat puluh tahun, Allah menyelamatkannya dari tiga macam penyakit, yaitu gila, supak, dan lepra.
Apabila mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya. Apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki bertobat kepada-Nya yang disukainya. Dan apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Apabila mencapai usia delapan puluh tahun, Allah menerima semua kebaikannya dan menghapuskan semua keburukannya. Apabila mencapai usia sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian.
Ia diberi julukan sebagai 'tahanan Allah di bumi-Nya' dan dapat memberikan syafaat kepada keluarganya. Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah Al-Amiri, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Amr ibnu Usman, dari Abdullah ibnu Umar ibnul Khattab, dari Nabi ﷺ Lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Imam Ahmad telah meriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad, telah menceritakan kepadaku Yusuf ibnu Abu Burdah Al-Ansari, dari Ja'far ibnu Amr ibnu Umayyah Ad-Dimri, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada seorang pun yang berusia panjang dalam Islamnya selama empat puluh tahun, melainkan Allah memalingkan darinya tiga macam penyakit yaitu gila, supak, dan lepra.
Lalu disebutkan hingga akhir hadis yang teksnya sama dengan hadis sebelumnya. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar, dari Abdullah ibnu Syabib, dari Abu Syaibah, dari Abdullah ibnu Abdul Malik, dari Abu Qatadah Al-Adawi, dari anak saudara Az-Zuhri, dari pamannya (Az-Zuhri), dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada seorang hamba pun yang diberi usia panjang dalam Islam selama empat puluh tahun, melainkan Allah memalingkan darinya berbagai macam penyakit, yaitu gila, lepra, dan supak.
Apabila ia mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya. Apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki bertobat kepada-Nya berkat kesukaan yang ditanamkan Allah dalam dirinya. Apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, Allah memberikan ampunan baginya semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian; dan ia diberi nama 'tahanan Allah', semua penduduk langit menyukainya.
Apabila mencapai usia delapan puluh tahun, Allah menerima amal-amal baiknya dan memaafkan amal-amal keburukannya. Dan apabila mencapai usia sembilan puluh tahun, Allah memberikan ampunan baginya atas semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian, lalu ia diberi nama sebagai 'tahanan Allah di bumi-Nya' dan dapat memberikan syafaat kepada ahli baitnya. Firman Allah ﷻ: Dan kalian lihat bumi ini kering. (Al-Hajj: 5) Hal ini pun merupakan dalil lain yang menunjukkan kekuasaan Allah ﷻ dalam menghidupkan orang-orang yang telah mati,- sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang kering tandus, tidak ada tanaman apa pun padanya.
Qatadah mengatakan bahwa hamidah artinya padang pasir lagi tandus (kering). Sedangkan menurut As-Saddi, makna yang dimaksud ialah tanah yang mati. kemudian apabila Kami telah turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5) Apabila Allah menurunkan hujan, maka bumi yang tadinya tandus itu menjadi subur dan menumbuhkan tetumbuhannya dengan subur; lalu keluarlah dari tumbuh-tumbuhan itu berbagai macam buah-buahan dan tanam-tanaman yang beraneka ragam warna, rasa, bau, bentuk, dan manfaatnya.
Karena itulah firman selanjutnya disebutkan: dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5) Yaitu yang indah bentuknya dan harum baunya. Firman Allah ﷻ: Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak. (Al-Hajj: 6) Allah Yang menciptakan, yang mengatur, lagi Maha Berbuat terhadap semua yang dikehendaki-Nya. dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati. (Al-Hajj: 6) Yakni sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati sehingga bumi dapat menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan.
Seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat yang lain, yaitu: Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39) Sesungguhnya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. (Yasin: 82) Adapun firman Allah ﷻ: dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya. (Al-Hajj: 7) Yakni kejadian hari kiamat itu pasti, tiada keraguan padanya. dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Al-Hajj: 7) Maksudnya, Allah mengembalikan mereka menjadi hidup sesudah tubuh mereka hancur, dan menciptakan kembali mereka sesudah tiada.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh? Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untuk kalian api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu." (Yasin: 78-80) Ayat-ayat lain yang semakna cukup banyak.
". ". ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah yang mengatakan bahwa Ya'la ibnu Ata telah menceritakan kepada kami dari Waki', dari Addi, dari pamannya Abu Razin Al-Uqaili yang nama aslinya ialah Laqit ibnu Amir, bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, apakah kita semua akan melihat Tuhan kita kelak di hari kiamat, dan apakah perumpamaan hal tersebut pada makhluk-Nya?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Bukankah kalian semua dapat melihat bulan tanpa berdesak-desakan?" Kami (para sahabat) menjawab, "Ya, benar." Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah lebih besar lagi." Laqit ibnu Amir melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati? Berilah perumpamaan hal itu pada makhluk-Nya." Rasulullah ﷺ bersabda, "Bukankah kamu pernah melewati lembah tempat keluargamu yang tandus itu?" Ia menjawab, "Ya, benar." Rasulullah ﷺ bersabda lagi, "Kemudian kamu melewatinya lagi (di lain waktu) yang ternyata tampak hijau lagi subur?" Ia menjawab, "Ya, benar." Rasulullah berkata, "Demikian pula Allah menghidupkan orang-orang mati.
Itulah tanda kekuasaan-Nya pada makhluk-Nya." Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama. Imam Ahmad telah meriwayatkan pula telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Sulaiman ibnu Musa, dari Abu Razin Al-Uqaili yang mengatakan bahwa ia datang kepada Rasulullah ﷺ dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati?" Rasulullah ﷺ bersabda, "Bukankah kamu pernah melewati suatu daerah dari kawasan tempat tinggal kaummu yang tampak tandus, kemudian di lain waktu kamu melewatinya dalam keadaan subur?" Ia menjawab, "Benar." Rasulullah ﷺ bersabda, "Demikianlah caranya kejadian di hari berbangkit nanti." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Marhum, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnus Samit, dari Qatadah, dari Abul Hajjaj, dari Mu'az ibnu Jabal yang mengatakan, "Barang siapa yang meyakini bahwa Allah adalah Hak yang Jelas, dan bahwa hari kiamat pasti terjadi tiada keraguan padanya, dan bahwa Allah akan membangkitkan orang-orang yang mati dari dalam kuburnya, tentulah ia masuk surga.""
Dan ketahuilah, wahai manusia, sesungguhnya hari Kiamat itu pasti datang, meskipun Allah merahasiakan waktunya. Oleh karena itu, tidak ada keraguan padanya, karena Kiamat itu ketetapan Allah; dan sungguh, pada hari Kiamat itu Allah akan membangkitkan semua yang berada di dalam kubur untuk dikumpulkan di Mahsyar. 8. Manusia ada yang bertindak melampaui batas. Allah menegaskan, bahwa di antara manusia ada yang berbantah tentang Allah, mengingkari agama-Nya, tidak meyakini kehidupan sesudah mati, dan tidak meyakini adanya akhirat tanpa ilmu yang benar dan meyakinkan, juga tanpa petunjuk dari Allah, dan tanpa sumber dari kitab wahyu yang disampaikan kepada para rasul yang memberi penerangan dari kegelapan.
Setelah Allah mengemukakan proses perkembangan manusia dan tumbuh-tumbuhan itu pada ayat-ayat yang lalu, maka pada ayat-ayat berikut ini disimpulkan lima hal:
1. Tuhan yang diterangkan pada ayat-ayat di atas adalah Tuhan yang sebenarnya, Tuhan Yang Mahakuasa, yang menentukan segala sesuatu. Tidak ada seorang pun yang sanggup menciptakan manusia dengan proses yang demikian itu, yaitu menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi mani, nutfah (zygat), sel-sel, mudhgah, janin, kemudian lahir ke dunia, lalu menjadi dewasa, berketurunan, bertambah tua, akhirnya meninggal dunia menjadi makhluk yang mati kembali. Siapakah yang sanggup membuat proses kejadian manusia seperti itu. Siapakah yang sanggup merubah tanah yang mati dan tandus menjadi tanah yang subur serta ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam. Siapakah yang membuat ketentuan dan aturan-aturan yang demikian rapi dan teliti itu, selain dari Allah yang wajib disembah?
2. Dialah yang menghidupkan yang mati. Menghidupkan yang mati berarti memberi nyawa kepada yang mati itu, di samping memberi kelengkapan untuk kelangsungan hidup makhluk itu, baik kelangsungan hidup makhluk itu sendiri atau pun kelangsungan hidup jenisnya. Kemudian Dia mematikannya kembali. Zat yang dapat menghidupkan yang mati, kemudian mematikannya, tentu Zat itu sanggup pula menghidupkannya kembali pada hari Kebangkitan. Menghidupkan makhluk kembali itu adalah lebih mudah dari menciptakannya pada kali yang pertama.
3. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia berbuat sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya; tidak ada sesuatu pun yang dapat mengubah dan menghalangi kehendak-Nya itu.
4. Hari Kiamat yang dijanjikan itu pasti datang; tidak ada keraguan sedikit pun, agar orang-orang yang ingkar itu mengetahui.
5. Bahwa setelah kiamat manusia akan dihidupkan kembali untuk diperiksa amal-amalnya dan menerima balasan amal-amal itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Penciptaan Insan Perbandingan
Kiamat
Ayat 5
“Wahai manusia!" (pangkal ayat 5). Di sini sekali lagi seruan dIsampaikan kepada seluruh manusia, karena yang akan diaerukan ini adalah dasar untuk berfikir, untuk meyakini dua hal yang jadi pegangan hidup. Pertama percaya akan adanya Allah, kedua dan hal kebangkitan kembali sesudah mati, Jika kamu masih keraguan dari hal kebangkitan." Yaitu bahwa sesudah manusia mati akan datang masanya bahwa manusia itu dibangkitkan kembali.
Mungkin saja manusia ragu akan kebenaran wahyu ilahi yang dIsampaikan oleh Nabi-nabi mengenai hari kebangkitan itu. Karena dalam kenyataan tiap hari ini belum petnah ada orang yang telah mati lalu hidup kembali, lalu mengabarkan apa yang dIslaminya di alam lain itu. Sebab sudah dapat dimaklumi kalau ada orang yang masih ragu. Dan jadi lebih ragu lagi jika difikir orang yang telah mati berates atau beribu tahun yang lalu, terbongkar kubunya bertemu tulang-tulangnya. Adakah mungkin tulang-tulang yang telah berserakan itu akan dipalut kembali dengan tubuh? Bagaimana dengan tubuh yang telah hangus seluruhnya jadi abu, dagingnya sampai kepada tulangtulangnya. Setelah jadi abu diaerakkan ke laut lepas? Bagaimana bIsa tersusun kembali?
Memang kalau difikirkan selanjutnya itu kita bIsa jadi ragu. Dan keraguan itu akan bertambah lagi jika fikiran kita hanya bertumpu kepada kesanggupan yang terbatas. Maka di dalam ayat, kita diauruh merenungkan hal yang selalu kita hartapi, bahkan terjadi pada diri kita masing-masing. Cobalah cari jawabannya, bagaimana ini bIsa kejadian. Padahal sudah kejadian. Dengan cara teratur tersusun Allah menerangkan asal-usul kejadian manusia: “Maka sesungguhnya telah Kami ciptakan kamu dan tanah, kemudian itu dari segumpal mani." Cobalah perhatikan ini. Asal kamu semuanya ialah dan tanah. Baik ketika neneknya, Adam, mulai diciptakan ataupun kamu sendiri yang sekarang.
Dan bumi itu, lantaran siraman air hujan tumbuhlah tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan, bahkan segala makanan pokok; seumpama padi, jelai, gandum dan sagu. Dalam segala makanan yang di muka bumi itu telah disediakan Tuhan zat-zat untuk kesuburan hidup manusia. Di Surat 32, Sajdah ayat 27 dijelaskan bahwa dari tumbuh-tumbuhan itu binatang ternak mereka dan diri mereka sendiri makan. Ahli gizi menyeiidiki khasiat tumbuh-tumbuhan itu bagi menyuburkan darah. Dikenallah betapa pentingnya zat homion dalam darah manusia untuk nafsu setubuh atau sex. Dari dalam darah itulah mani. Baik mani si laki-laki atau mani si perempuan. Kita mIsalkan secara kasar, petang hari suami isteri makan buah durian yang panas khasiatnya itu. Malamnya mereka bersetubuh dengan puas. Maka lekatlah zat yang akan jadi orang, yang panjang bagai cacing yang ada di mani si 1aki-laki dengan zat bulat sebagai kuning telur dalam mana si perempuan. Keduanya berpadu dalam rahim! Itulah yang bernama nuthfah. Empatpuluh hari lamanya; “Kemudian dart segumpal darah." Yaitu beransur-ansur dalam pertumbuhan empatpuluh hari mani segumpal yang telah jadi satu bertambah besar itu telah beransur menjadi segumpal darah. Itulah yang dinamai alagah. “Kemudian dari segumpal daging." Artinya bahwa gumpalan mani yang beransur menjadi gumpalan darah pekat itu dalam perkembangan empatpuluh hari pula sekarang telah jadi segurrrpal daging! Itulah yang dinamai mudhghah. Sehingga kalau adalah perempuan keguguran kandungan di waktu-waktu seperti itu dapatlah kita thal, di waktu nuthfahkah kandungan itu gugur (di bawah 40 hari) atau di waktu alagah (di waktu 80 hari), ataukah di waktu mudhghah (di bawah 120 hari)."Yang terberituk ataupun tidak terbentuk." Artinya setelah sampai kepada sekitar 120 hari itulah akan jelasnya kelak, karena di waktu itulah nyawa akan dimulai ditiupkan. Sehingga misalnya telah masuk dalam penghujung dari 120 hari anak itu misalnya gugur dari kandungan, sudah jelaslah bentuknya (mukhallagah)."Supaya Kami jelaskan bagi kamu." Tafsir supaya Kami jelaskan bagi kamu di sini adalah dua. Pertama supaya jelas bagi kamu bagaimana proses perkembangan kejadian itu! Tafsir kedua ialah bahwa setelah 3 x 40 = 120 hari (empat bulan) sudah jelaslah bagi kamu bahwa perkembangan akan jadi manusia sudah cukup, atau sudah matang. Ataupun kalau akan jadi, di waktu itu pulalah ketentuannya. Supaya penjagaan atas kehamilan diselenggarakan dengan baik pada masa itu.
“Dan Kami tetapkan di dalam rahim-rahim apa yang Kami hendaki." Artinya bahwa lepas daripada masa yang tiga kali empatpuluh hari dan Tuhan pun berkenan, menentukan berituknya, maka ditetapkan Tuhanlah di dalam rahim-rahim itu apa yang Tuhan kehendaki, sebagai tersebut di dalam sebuah Hadist yang shahih, waktu itulah ditetapkan laki-laki atau perempuan, rezekinya, untung buruk, untung baiknya, bahkan berituk rupanya, ukuran badannya kelak tinggi atau rendah, Wit menyerupai ibu atau menyerupai ayah: “Sampai kepada janji yang telah ditentukan," sekitar sembilan bulan sepuluh hari. Kadang-kadang kurang yaitu sekitar tujuh bulan. "Kemudian itu Kami keluarkan kamu," dari rahim ibu kamu itu, “dalam keadaan bayi."
Bagaimana keadaan bayi? Anggota badan mungkin sudah cukup, tetapi belum tahu apa-apa. Segala alat-alat pancaindera belum dicukupkan dan akal belum ada. Sebagaimana dijelaskan di dalam Surat 16, an-Nahl (lebah) ayat 78:
“Dan Allahlah yang mengeluarkan kamu dart perut ibu, kamu tidak mengetahui apa-apa."
“Kemudian itu jupaya kamu capai kedewasaan kamu," dengan secara beransur pula. Dan mencucut susu ibu sampai memakan makanan keras. Dart tidur, miring, beransur merangkak, mencoba berdiri, tegak dan terjatuh dan tegak pula, sampai kuat."Dan setengah daripada kamu ada yang wafat," di waktu kecil atau di waktu muda. Wafat tiba-tiba karena suatu kecelakaan atau karena sakit lama. "Dan setengab daripada kamu ada yang dikembalikan kepada keadaan serendah-rendah umur, sampai tidak mengetahui sesuatu jua pun sesudah (dahulu) mengetahui." Ada yang mati di waktu muda dan ada pula yang panjang umur, sampai 90 atau 100 tahun, tetapi tepat sebagai disabdakan Tuhan di Surat 36 Yasin:
“Dan barangsiapa Kami beri umur panjang akan Kami bungkukkan dia; apakah mereka tidak fikirkan?"
Datang masanya karena sudah tua badan jadi lemah, ingatan pun lemah, sampai lupa apa yang tadiriya diingat. Ada yang kembali sebagai ahak kecil, tidak karuan lagi fikirannya. Saya pernah bertemu seorang perempuan tua yang dahulu kuat ingatannya, sekarang menanyakan siapa saya. Setelah diberitahu, dia mengangguk-angguk. Lalu antara tiga atau empat menit kemudian, dia bertanya lagi, siapa engkau gerangan. Lalu dijawab seperti tadi juga. Nanti dia tanya lagi, siapa engkau gerangan.
Menurut ketentuan agama orang tua yang sudah sampai kepada suasana itu tidaklah mukallaf lagi. Persediaan buat menghadap Tuhan setelah panggilan maut datang adalah apa yang telah diamalkannya di waktu fikirannya masih sihal. Mereka itu dinamai juga: Artinya “tawanan Allah" yang masih ditawan sementara di dunia ini, karena memenuhi kebijaksanaan tertinggi dart Tuhan.
Dan pada waktunya kelak orang-orang tua demikian akan dimudakan Tuhan kembali, menurut janji yang pernah dijanjikan Tuhan dengan seorang perempuan tua yang bertanya kepada Allah apakah orang tua seperti dia boleh masuk syurga.
Sabda Tuhan selanjutnya:
“Dan engkau lihat bumi itu layu," bahkan runtput-rumput jadi mati, semua seakan-akan menderita, dart sebab lamanya kemarau: “Maka apabila Kami turunkan air kepadanya dia pun bangkit dan subur dan bertumbuh," dia kelihatan gembira dan berseri, warna yang tadinya muram kelihatan seakan-akan tersenyum. Keadaan berubah samasekali; “dari tiap-tiap pasangan yang bersemarak." (ujung ayat 5).
Maka di dalam ayat ini Tuhan mengemukakan dua kenyataan ciptaan Tuhan yang telah berlaku sekarang, pertama proses pertumbuhan kejadian manusia sendiri; kedua kenyataan pada bumi Allah yang berganti di antara hidup dan mati, subur dan keying. Jika manusia berfikir-jikir sampai timbul keraguan, bagaimana caranya manusia yang telah mati beribu-ribu tahun dan sIsa-sIsa tulangnya pun telah rapuh, akan bIsa hidup ken7bali, cobalah puta fikirkan bagaimana dua orang manusia suami isteri bersetubuh lalu gumpatan mani mereka bisa jadi manusia pula? Dan mani itu jadi subur kental, karena sebelum setubuh mereka berdua memakan makanan tertentu, buah-buahan, sayuran atau daging. Apa hubungannya semuanya itu dengan rahim (peranakan) berisi, ialu sampat waktunya dia pun lahir. Dan yang iebih tidak terjawab pula ialah setelah beberapa lama yang dikandung itu lahir ke dunia, terdapat ada failasuf besar, atau Nabi dan Rasul besar, terdapat pula seorang tolol tidak tahu apa-apa. Apa bedanya jenis mani yang kemudian akan bernama Nabi Musa dengan jenis mani yang kemudiannya jadi Fir'aun?
Dan fikiran ingatan manusia itu sendiri. Sayid Quthub dapat mengarang tafsir al-Qur'an yang dinamainya “Di Bawah Lindungan Al-Qur'an" dalam penjara, tammat tiga puluh juzu'! Semua keluar dari ingatan. Di mana tersimpan ingatan itu? Ada orang berkata bahwa ingatan itu tersimpan dalam otak! Itu cuma kata-kata atau taksiran. Ilmu belum dapat membuktikan bahwa ingatan itu tersimpan dalam otak137 jilid buku Fatwa Imam Ibnu Taimiyah" di bagian otak yang mana tersimpannya? Pasti Ibnu Taimiyah sendiri tidak tahu.
Ada orang tua, bekas Direktur dari sebuah harik, yang di kala mudanya terkenal sebagai seorang yang shalih, jujur, setia berteman, hati-hati. dan streng serta ahli dalam pemegangan buku-buku. Diaegani karena jujunya. Tiba-tiba setelah pensiun dan mulai tua, dia pun pikun. Kian sehan kian kembali sebagai anak kecil, sehingga celananya pun terpaksa anak cucunya yang meletakkan. Itulah yang dikatakan di pertengahan ayat tadi, “Dikembalikan kepada keadaan serendah-rendah umur sampai tidak mengetahui suatu jua pun sesudah (dahulu) mengetahui."
Maka samalah menakjubkan pengetahuan pengetahuan seorang yang mengarang buku-buku tebal, sebagai Sayid Quthub mengarang tafsir al-Qur'an dalam penjara, atau Ibnu Taimiyah yang fatwanya dikumpulkan menjadi 37 jilid buku itu. Dari mana keluanya semuanya itu? Di mana disimpan selama ini? Di otak? Dapatkah otak itu dianatIsa, dibuka, diurat, dipIsah, diceraikan dan dikulumpai untuk mencan tempat bersembunyinya ilmu-ilmu itu. Khahariya konon, Albert Einstein (1879-1955) ketika telah merasa dirinya telah dekat coati, mewasiatkan agar kepalanya dibelah dan otaknya dikeluarkan lalu diaelidiki apa kelainan otaknya dengan orang lain, sampai dia dapat mengeluarkan hasil ilmu pengetahuan yang amat dahsyat di abad keduapuluh ini. Entah dijalankan orang wasiatnya entah tidak, namun kita belum membaca hasil “ilmiah" manusia dari hal letak ilmu pengetahuan dalam otak itu. Demikian pun tentang direktur harik yang jujur, bijaksana, shalih dan pintar itu, yang kembali tidak ingat lagi bagaimana melekatkan celananya.
Samasekali ini terjadi, sejak dari sayur yang mempunyai zat besi dan hormon. melalui jadi mani, darah. daging, manusia, sangat pintar, mati muda atau tua sampai pikun. Timbullah.pertanyaan: Apakah semuanya itu terjadi secara kebetulan semuanya? Atau sudahkah ada manusii yang mengeluarkan hasit penyelidikan bahwa kejadian manusia atau kejadian langit dan bumi yang teratur itu adalah karena teratur sendirinya suatu yang mustahil? Kalau jni semuanya sudah terima menjadi kenyataan yang tidak dapat diharitah, tetapi diakui bahwa semuanya itu memang dart sebab yang ghaib. yang oleh filsafat telah dimasukkan ke dalam dserah “metafisika", mengapa soal kiamat itu tidak dimasukkan ke dalam dserah metafisika pula? Yaitu di luar dserah kebendaan? Yang bukan tidak masuk akat, tetapi tidak dapat diaelesaikan oleh akal. Maka dserah-dserah Inilah yang oleh agama dinamai:
“Percaya kepada yang ghaib."
Ayat yang lebih pendek dan itu lagi yang menyatakan hubungan kejadian manusia dengan tanah, itu ialah yang tersebut dalam Surat 30, ar-Rum ayat 20:
“Dan setengah daripada tanda-tanda (adanya Allah) ialah bahwa kamu dijadikan dari tanah; kemudian itu tiba-tiba kamu jadi manusia yang bertebaran."
Dan belum ada sejak dunia ini terkembang seorang manusia pun yang tidak terjadi dari bumi.
Renungan kedua di ujung ayat, dari hal bumi yang mati menjadi hidup gembira, bersen dan subur setelah ditimpa air, adalah kata yang tepat sekali. Di ayat ini Tuhan tidak menyebut hujan melainkan air. Di beberapa tempat di gurun pasir Libya pada tahun 1972 ketika orang menggali dan membor tanah meloncatlah air bukan main besanya di tanah padang pasir yang beribu tahun mati! Kering, gersang, dan sangat papas! Sekarang keadaan berubah samasekali. Di sana sekarang telah timbul hidup.
Di Indanesia sendiri beratus tahun jadi keluhan tentang gersang dan matinya tanah di daerah Gunung Kidul Yogyakarta, Sekarang Pemerintah telah menggali bumi membuat sumur pompa. Dengan adanya sumur pompa itu Gunung Kidul yang mati, hidup kembali.
Ayat 6
“Demikianlah," adanya (pangkal ayat 6). Kenyataan-kenyataan yang dapat disaksikan sendiri oleh manusia: “Oleh karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Besar!" Kebesaran Allah dapat dibuktikan oleh renungan akal yang murni, terpeta dan tergambar nyata di mata dan hati orang yang berfikir: “Dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan yang mati." Kalau telah terbukti bahwa bumi yang telah mati beribu-ribu tahun, bukan karena kemarau berbulan saja, dibuktikan hidup kembali dengan turunnya air, apalah sukanya bagi Allah Yang Maha Besar itu menghidupkan kembali manusia yang telah mati: “Dan bahwa sesungguhnya Dia alas segala sesuatu pdalah Maha Menentukan." (ujung ayat 6). Maka diaun.hlah manusia mempertajam akal, melatih berfikir dan menambah kecerdasan. Karena hanya dengan kecerdasan dan ilmu jua manusia dapat membuktikan bahwa segala sesuatu di dalam alam ini Allahlah yang menentukan, menguasai, mengukur dan menyangkakannya. Baik ukuran ketentuan ruang. maupun ukuran ketentuan waktu.
Ayat 7
“Dan bahwa sesungguhnya kiamat itu pasti datang." (pangkal ayat 7). Itu pun suatu ketentuan yang pasti dari Allah. Tidak ada yang akan kekal, kecuali Allah itu sendiri; “Tidak ada lagi keraguan padanya." Yang timbul ragu hanyalah orang yang tidak berfikir: “Dan bahwa sesungguhnya Allah akan membangkitkan kembali orang yang datum kubur." (ujung ayat 7).
Ayat-ayat yang terdahulu telah membawa fikiran untuk menerima kemungkinan itu. Sehingga kepercayaan akan datangnya hari kiamat, bukanlah lagi hal yang tidak masuk akal, dan bukan satu kepercayaan yang dipaksakan, melainkan hal yang wajar, setelah kita dIsadarkan dengan keajaiban yang kita saksikan.