Ayat
Terjemahan Per Kata
ذَٰلِكَ
demikianlah
بِأَنَّ
karena sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
هُوَ
Dia
ٱلۡحَقُّ
hak
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
مَا
apa
يَدۡعُونَ
mereka seru
مِن
dari
دُونِهِۦ
selain Dia
هُوَ
ia/itu
ٱلۡبَٰطِلُ
palsu/batil
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
هُوَ
Dia
ٱلۡعَلِيُّ
Maha Tinggi
ٱلۡكَبِيرُ
Maha Besar
ذَٰلِكَ
demikianlah
بِأَنَّ
karena sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
هُوَ
Dia
ٱلۡحَقُّ
hak
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
مَا
apa
يَدۡعُونَ
mereka seru
مِن
dari
دُونِهِۦ
selain Dia
هُوَ
ia/itu
ٱلۡبَٰطِلُ
palsu/batil
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
هُوَ
Dia
ٱلۡعَلِيُّ
Maha Tinggi
ٱلۡكَبِيرُ
Maha Besar
Terjemahan
Hal itu (kekuasaan Allah berlaku) karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Mahabenar dan apa saja yang mereka seru selain Dia itulah yang batil. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.
Tafsir
(Demikian itu) yakni kemenangan itu pun (adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah Tuhan yang hak) yang semestinya (dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru) dapat dibaca Yad'uuna dan Tad'uuna, maksudnya apa saja yang mereka sembah (selain dari Allah) yakni berhala-berhala (itulah yang batil) yakni yang akan lenyap (dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi) atas segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya (lagi Maha Besar) artinya segala sesuatu selain-Nya adalah kecil.
Tafsir Surat Al-Hajj: 61-62
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Allah ﷻ berfirman, mengingatkan (manusia) bahwa Dialah Yang Maha Pencipta lagi Yang Mengatur makhluk menurut apa yang Dia kehendaki. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau beri kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam.
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab." (Ali Imran: 26-27) Pengertian memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam ialah mengambil dari waktu yang satu, lalu diberikan kepada yang lainnya, begitu pula sebaliknya. Terkadang malam lebih panjang daripada siang hari, seperti yang terjadi di musim dingin; terkadang siang; lebih panjang daripada malam hari, seperti yang terjadi dalam musim panas.
Firman Allah ﷻ: dan bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Al-Hajj: 61) Yaitu Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Melihat keadaan mereka. Tiada sesuatu pun dari urusan mereka yang tersembunyi bagi Allah, baik semua gerakan maupun diam mereka serta semua keadaan mereka. Setelah dijelaskan bahwa Dialah Yang Mengatur alam wujud ini dan Yang Menguasainya lagi Yang Menentukannya, tiada yang mempertanyakan apa yang telah diputuskan-Nya.
Maka Allah berfirman: Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak. (Al-Hajj: 62) Yakni Tuhan Yang Mahahak, tiada sesuatu pun yang berhak untuk disembah selain Dia semata yang mempunyai kekuasaan Yang Mahabesar. Segala sesuatu yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan ada. Segala sesuatu bergantung dan berhajat kepada-Nya, lagi hina di hadapan-Nya. dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil. (Al-Hajj: 62) Yaitu semua berhala, tandingan-tandingan, dan sekutu-sekutu serta semua yang disembah selain Allah ﷻ itu adalah batil karena tidak memiliki mudarat, tidak pula manfaat.
Firman Allah ﷻ: dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Haj: 62) Sama pengertiannya dengan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Baqarah: 255) Dan firman Allah ﷻ: Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd: 9) Segala sesuatu berada di bawah kekuasaan dan pengaruh-Nya serta kebesaran-Nya. Tiada Tuhan selain Dia, dan tiada Rabb selain Dia. Dialah Yang Mahabesar, tiada sesuatu pun yang lebih besar daripada-Nya. Dia Mahatinggi, tiada sesuatu pun yang lebih tinggi daripada-Nya.
Dia Mahaagung tiada yang lebih agung daripada-Nya. Mahatinggi lagi Mahasuci Allah dari semua yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim (musyrik) lagi kelewat batas dengan ketinggian yang setinggi-tingginya."
Demikianlah, Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam, karena Allah, Dialah Tuhan yang Hak sehingga hanya Dia yang ber-hak disembah. Dan sungguh apa saja yang mereka seru selain Dia yang dianggap tuhan dan disembah, itulah tuhan dan persembahan yang batil, salah, sesat, dan jauh dari kebenaran; dan sungguh Allah, Dialah Yang Mahatinggi dari semua tuhan-tuhan yang dianggap tinggi oleh manusia; Mahabesar, kekuasaan-Nya atas segala sesuatu. 63. Tidakkah engkau memperhatikan fenomena alam semesta, termasuk siklus air yang terjadi dalam kehidupan kita, bahwa Allah menurunkan air hujan dari langit, kemudian sebagian air itu tersimpan pada pepohonan sehingga bumi menjadi hijau' Sungguh, Allah Mahahalus, kasih sayang-Nya dengan menyediakan oksigen dan protein nabati yang diperlukan seluruh makhluk hidup, Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk yang paling dibutuhkan mereka.
Sifat-sifat yang demikian itu, yaitu kekuasaan yang sempurna, ilmu yang luas dan sempurna, meliputi segala macam ilmu ada pada Allah, karena Dialah yang wajibul-wujud, pasti adanya, mempunyai segala macam sifat kesempurnaan, tidak mempunyai kekurangan sedikit pun. Dialah yang memiliki agama yang benar, yang disampaikan nabi-nabi dan rasul-rasul yang diutus-Nya, yang paling akhir ialah Nabi Muhammad ﷺ Dialah Tuhan Yang Maha Esa, tiada seorang pun yang menjadi syarikat bagi-Nya. Karena itu beribadah kepada-Nya adalah suatu yang wajib, sesuatu yang paling benar, demikian pula pertolongan-Nya, janji-Nya adalah suatu yang hak. Segala yang disembah selain Allah adalah sembahan yang salah, dan ibadah itu merupakan ibadah yang tidak ada dasarnya. Dia berkuasa menciptakan segala yang dikehendaki-Nya. Jika Dia ingin menciptakan sesuatu, cukuplah Dia mengatakan, "Jadilah". Maka terwujudlah barang itu.
Sesungguhnya Allah Mahatinggi, semua berada dibawah-Nya da Dia di atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang menyamainya dalam kekuatan, ketinggian dan kebesaran serta pengetahuan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Orang Yang Hijrah
Ayat 58
“Dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah." (pangkal ayat 58). Asal arti hijrah ialah pindah. Orang yang keluar dari kampung halamannya; tetapi arti hijrah menjadi lain, menjadi ibadat tertinggi apabila dia tersebab karena mengharapkan ridha Allah dan Rasul. Hijrah mula terjadi di dalam sejarah Islam seketika pengikut-pengikut setia Rasulullah s.a.w, meninggalkan negeri Makkah, pergi ke Habsyi di seberang Laut Merah, sampai dua kali rombongan. Hijrah terbesar ialah ketika Nabi s.a. w. dan pengikut-pengikut beliau yang setia itu berbondang hijrah ke Madinah. Nabi namai hijrah itu hijrah kepada AHah dan RasulNya.
Hijrah itu adalah berat. Oleh karena diriorong oleh iman orang meninggalkan kapipung halaman, rumah kediaman harta kekayaan, kaum keluarga. Hijrah pun mempunyai rencana tertentu. Yaitu mencari tempat yang di sana ada kebebasan menjalankan Agama Allah. Hijrah dari Makkah ke Madinah itu pun mempunyai juga cita-cita, jika datang waktunya, negeri Makkah yang ditinggalkan itu wajib dibebaskan dari tengah kaum musyrikin dan Ka'bah wajib dibersihkan dari berhala.
Kemudian setelah 8 tahun hijrah terbukalah kesempatan itu. Nabi s. a.w. diiringkan oleh 12.000 tentara Islam pergi ke Makkah melepaskan negeri itu dari kekuasaan musyrik dan dibersihkanlah Ka'bah dan seluruh Tanah Hejaz dari segala berhala, besar dan kecil. Setelah negeri Makkah ditaklukkan itu Nabi s.a.w. bersabda:
“‘Tidak ada lagi hijrah sesudah Makkah ditaklukkan."
Karena garis demarkasi antara Islam dengan Jahiliyah tidak ada lagi. Pengalaman di antara kedua negeri telah aman, yang kuasa di kedua negeri ialah Islam. Benciera syirik tidak naik lagi. Orang sudah leluasa lalu-lalang. Jadi kalau ada penduduk Makkah ingin pindah ke Madinah, dia boleh pindah, tetapi tidak bernama muhajirin lagi.
Namun hijrah yang menyerupai itu akan tetap ada, selama jihari menegakkan agama Allah masih dilakukan. Setelah Rasulullah s a w. wafat, di zaman Khulafaur Rasyidiri dan di zaman beberapa khatifah Bani Umaiyah orang-orang beriman menjadi mujahidiri dan muhajirin meninggalkan Jazirah Arab, membebaskan manusia dari perbudakan yang selain Allah. iNegeri-negeri Mesir, Afrika Utara, Asia Tengah dan pernah juga di Andalusia, ialah keturunan mujahidiri yang datang menyebarkan peradaban Islam ke sana.
“Kemudian mereka dibunuh atau mati." Mujahidiri dan muhajirin itu ada yang mati terbunuh di dalam satu peperangan, artinya jihari. Ada juga yang mati biasa, tidak dalam pertempuran, namun mereka mati jauh dari kampung halaman, mati sebagai kurhari dari keyakinan. "Pastilah Allah akan memberi mereka rezeki yang baik." Yang mati terbunuh dan yang mati biasa, tetapi keduanya dalam berjuang, pahala yang mereka terima dari Tuhan sama, cuma cara mengurus jenazahnya saja berlainan. Dalam perjuangan perang di Pulau Rhodes, pernah 2 mujahid mati. Satu mati terbunuh satu lagi mati biasa. Orang tidak menghormati yang mati biasa. Di sana ada sahabat Nabi s.a.w. bernama Fadhalah bin Ubaid al-Anshari ada di sana. Lalu beliau bertanya: “Mengapa orang ini semua? Satu jenazah dihormati, satu lagi diabaikan saja?" Mereka jawab: “Yang ini mati fisabilillah, yang itu tidak!" Lalu kata beliau: “Kalian salah! Kalian tidaklah tahu dari galian yang mana di antara kedua kubur itu akan dibangkitkan." Lalu dibacanya ayat ini, yang menunjukkan bahwa derajat keduanya sama. Sama mendapat rezeki yang mulia di sisi Allah. Rezeki yang baik itu banyak macamnya. Pujian yang indah rezeki yang baik juga. Kenangan yang mulia rezeki yang baik juga. Pahala yang berlipat-ganda rezeki yang baik juga. "Dan sesungguhnya Allah adalah Dia yang sebaik-baik pemberi rezeki." (ujung ayat 58).
Di ujung ayat ditegaskan bahwa tidak ada siapa pun yang akan sanggup menghargai jasa seseorang yang akan sama penghargaannya atas jasa orang yang berjuang menegakkan jalan kebenaran dengan penghargaan yang diberikan Allah! Sebab bagi Allah jelas, semua tidak ada yang tersembunyi. Sedang bagi manusia perbuatan yang baik itu kerapkali lupa. Dan kalau ingat pun, penghargaannya tidak juga akan sepadan.
Ayat 59
“Pastilah Dia akan memasukkan mereka ke sesuatu tempat yang mereka menyukainya."(pangkal ayat 59). Tempat yang mereka suka itu niscaya syurga. Karena bagaimana mewahnya tempat di dunia, walaupun istana raja-raja besar yang terkenal sejak zaman purbakala sampai sekarang, tidaklah ada semuanya itu yang sebanding dengan syurga yang dijanjikan Allah bagi hambanya yang patuh akan perintahNya, apatah lagi yang berjihari dan, berhijrah pada jalan-Nya. Ingat sajalah akan doa isteri Fir'aun yang telah beriman kepada Allah dan jadi pengikut Nabi Musa. Isteri Fir'aun itu pernah berdoa:
“Dia berkata: Ya Tuhanku bikinkan kiranya untuk aku di sisi Engkau sebuah rumah dalam syurga, dan lepaskan daku daripada Fir'aun dan perbuatannya, dan lepaskan diri daripada kaum yang zalim." (at-Tahrim: 11)
Tentu kita maklum bagaimana megah mewahnya istana Fir'aun dan bersenang-senang orang yang berdiam di dalamnya, apatah lagi kalau orang itu isteri Fir'aun sendiri. Tetapi bagi beliau sebagai seorang yang beriman, di dalam istana mewah seperti itu adalah merasa diri orang asing. Segala perbuatan zalim Fir'aun dIsaksikan tiap hari, demikian juga orang-orang besarnya yang lain. Itu sebabnya dia memandang bahwa istana itu bukan rumahnya. Dia memohon kepada Tunan agar'dibikinkan rumah di syurga.
Demikian juga sekalian perjuangan muhajirin dan mujahidin fisabilillah. Kadang-kadang mereka kehilangan kampung halaman. Kadang-kadang meninggalkan rumahtangga yang mewah. Pergi ke medan perjuangan. Terbunuh atau mati biasa. Kedinginan, kepanasan, di rantau jauh, di hutan rimba, di laut lepas. Di sinilah terasa betapa dalamnya maksud ayat. Bahwa bagi mereka telah disediakan suatu tempat yang mereka sukai. "Dan sesungguhnya Allah adalah Maha Tahu," akan segala perjuangan dan pengurhartan yang telah ditempuh oleh fiamhariya itu. Bukan sebagai di dunia, yang kadang kadang perjuangan orang ikhlas dilupakan atau sengaja dilupakan, karena tempat-tempat telah diisi oleh orang-orang pengadu untung. "Lagi Maha Santun." (ujung ayat 59). Bukan hanya Semata-mata Maha Tahu, tetapi juga Maha Santun. Artinya sesudah Dia mengetahui keadaan hambanya itu, kalau ada yang kusut, lekas diaelenggara-kanNya. Kalau ada yang keruh, lekas dijemihkanNya. Kalau ada yang kurang, lekas ditambahNya. Kalau ada keluhan, lekas dibereskanNya sehingga hambanya tidak lamau tertunggu-tunggu. Kadang-kadang diberiNya lebih dari apa yang diharapkan.
Ayat 60
“Demikianlah adanya," ketentuan dari Allah, (pangkal ayat 60).
Ketentuan yang tidak akan diubah lagi. Karena Tuhan sendiri mengatakan bahwa Dia tidak akan mungkir janji: “Dan barangsiapa yang membalas seimbang dengan penganiayaan yang ditimpakan ke atas dirinya, kemudian itu dia dianiaya pula." Artinya ialah bahwa barangsiapa yang membalas kepada orang yang pernah bedaku zalim kepadanya, yaitu balasan yang seimbang tidak melebihi, kemudian si zalim itu mengulangi aniayanya. Karena rupanya si penganiya itu belum merasa puas, mengapa orang yang dianiaya itu masih membalas. Maka di terusan ayat ini Tuhan berjanji: “Niscaya Allah akan menolongnya."
Menurut keterangan Muqatil, asal mula turun ayat ini ialah seketika suatu kaum dari musyrikin, bertemu dengan kaum Muslimin pada dua hari terakhir dari bulan Muharram. Lalu berkata yang setengah kepada yang setengah: “Kawan-kawan Muhammad ini kalau pada bulan haram (suci) tidak mau berperang. Lebih-lebih di saat begini tidak ada serangan mereka." Setelah serangan itu mereka lakukan, kaum Muslimin berseru agar penyerangan itu dihentikan sebab sekarang bulan suci. Tetapi seruan itu tidak mereka acuhkan. Sebab itu kaum Muslimin mulai membalas serangan dengan gagah berani, sehingga menanglah kaum Muslimin menghadapi mereka. Setelah mencapai kemenangan, terasa dalam, hati kaum Muslimin menyesal dan rasa berdosa karena kehormatan bulan suci telah terlanggar. Itulah sebab turun ayat ini, yang dapat diringkaskan bahwa yang memulai aniaya, melanggar kesucian bulan bukan kaum Muslimin, melainkan kaum musyrikin. Kalau kaum Muslimin membalas dengan setimpal, sehingga musyrikin itu kalah, kaum Muslimin tidak salah. Kalau musyrikin hendak oerouat iagi Kecurangan yang baru, Allah pasti menolong kaum Muslimin; tegasnya serangan curang itu mesti ditangkia, sampai musuh itu tidak berani berbuat curang tagi.
Sebuah pula yang wajib diperhatikan dalam maksud ayat ini yaitu tentang Janji Tuhan bahwa Dia akan menolong! Maksudnya iateh kalau mereka masih curang juga hendaklah tangkia. Diulangnya menyerang, hendaklah ulang pula membalas. Kalau demikian Allah pasti menolong. Tetapi kalau berdiam diri saja, Allah tidak akan menolong!
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Pemaaf, Maha Pengampun." (ujung ayat 60). Pembalasan itu dimaafkan oleh Tuhan dan diberi ampun, karena kaum Muslimin bukan memulai. Kalau kaum Muslimin tidak mempertahankan diri, tentu kaum musyrikin itu akan berleluasa berbuat sewenang-wenang.
Ayat 192
Hal serupa ini tersebut juga tentang tidak boleh berperang di sekitar Masjidil Haram, sebagai tersebut pada Surat 2, al-Baqarah ayat 191,"kaum Muslimin dilarang memerangi kaum musyrikin itu di sisi atau di sekitar, di dalam atau di luar Masjidil Haram. Tetapi kalau mereka yang memulai hendaklah perangi mereka sampai tunduk. Kamu membalas itu diampuni oleh Tuhan.'-Sedang kalau mereka berhenti, Muslimin pun berhenti, (ayat 192).
Ayat 61
“Demikianlah adanya." (pangkal ayat 61). Peraturan Tuhan yang berkenan dengan menjaga diri. Sekali-kali jangan melanggar peraturan. Tetapi karena mereka yang melanggar jangan berdiam diri, hantam mereka sampai tunduk. Kamu tidak akan berdosa lantaran itu."Karena sesungguhnya Allah menyelipkan malam ke dalam siang, dan menyelipkan siang ke dalam malam “
Yuliju.. ( jjji ) ...kita artikan menyelipkan, karena arti menyelipkan ialah masuk dengan perlahan, dengan beransur, dengan tidak dIsadari, sehingga dserah siang telah diduduki malam sebagian dan dserah malam diduduki siang pula sebagian.
Hari sehari semalam adalah 24 jam. Untuk malam 12 jam dan untuk siang 12 jam pula. Tetapi bila datang musim panas, yang terpakai oleh siang sampai 14 atau 15 jam. Sudah pukul 9 malam (jam 21) hari masih siang. Sebaliknya jika datang musim dingin, malam pula yang panjang, siang jadi pendek. Pukul 7 pagi matahari belum terbit dan pukul 5 petang matahari sudah terberiam."Dan bahwasanya Allah adalah Maha Mendengar," apa pun yang kita percakapkan dan apakah yang kita bicarakan sesama kita di dalam siang dan malam itu. Keluhan dan munajat yang dIsampaikan oleh si hamba kepada Tuhannya di malam hari, atau ributnya suatu amalan siang."Maha Melihat." (ujung ayat 61). Dia lihat langkah hidup kita, jujur atau kecurangan kita. Di tempat yang gelap pada kita adalah terang pada penglihatan Tuhan.
Ayat 62
“Demikianlah adanya." (pangkal ayat 62). Yaitu peraturan Tuhan dalam mengatur peredaran hari, siang dan malam, petang dan pagi. Sehingga kita pun tidak pula menyadari, atau kerapkali lupa, bahwa pertukaran siang dan
malam, atau malam dan siang yang masuk memasuki itu pun mempengaruhi hidup kita. Dari kecil ke besar, dari muda ke tua, dari hidup ke mati."Karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Benar." Terbukti pada alam yang Dia ciptakan itu. Melalui garis ketentuan yang tetap, tidak akan berubah. Sebab itu maka yang, seberianya patut disembah hanya Allah."Dan sesungguhnya apa pun yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil." Batil adalah lawan yang hak. Batil artinya adalah serba salah, bersebab kekacauan berfikir."Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi."Sebab kekuasaannya mengatasi segala kekuasaan: ‘Yang Maha Besar." (ujung ayat 62), Sebab Dialah yang mfenciptakan dan mengatur segala yang ada ini. Yang lain kecil belaka, di hadapan kebesaranNya itu.