Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
هَاجَرُواْ
(mereka) berhijrah
فِي
dalam/di
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِ
Allah
ثُمَّ
kemudian
قُتِلُوٓاْ
mereka terbunuh
أَوۡ
atau
مَاتُواْ
mereka mati
لَيَرۡزُقَنَّهُمُ
pasti akan memberi rezeki kepada mereka
ٱللَّهُ
Allah
رِزۡقًا
rezeki
حَسَنٗاۚ
baik
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَهُوَ
sungguh Dia
خَيۡرُ
sebaik-baik
ٱلرَّـٰزِقِينَ
pemberi rezeki
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
هَاجَرُواْ
(mereka) berhijrah
فِي
dalam/di
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِ
Allah
ثُمَّ
kemudian
قُتِلُوٓاْ
mereka terbunuh
أَوۡ
atau
مَاتُواْ
mereka mati
لَيَرۡزُقَنَّهُمُ
pasti akan memberi rezeki kepada mereka
ٱللَّهُ
Allah
رِزۡقًا
rezeki
حَسَنٗاۚ
baik
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
لَهُوَ
sungguh Dia
خَيۡرُ
sebaik-baik
ٱلرَّـٰزِقِينَ
pemberi rezeki
Terjemahan
Orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian terbunuh atau mati, sungguh akan dianugerahi oleh Allah rezeki yang baik (surga). Sesungguhnya hanya Allah sebaik-baik pemberi rezeki.
Tafsir
(Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah) jalan ketaatan kepada-Nya, yaitu berhijrah dari Mekah ke Madinah (kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik) yakni rezeki di surga. (Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki) Pemberi rezeki yang paling utama.
Tafsir Surat Al-Hajj: 58-60
Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. Demikianlah, barang siapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita, kemudian ia dianiaya (lagi), pasti Allah akan menolongnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Allah ﷻ menceritakan tentang orang-orang yang keluar dalam rangka berhijrah ke jalan Allah demi memperoleh rida-Nya dan mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya, sehingga mereka rela meninggalkan tanah airnya, keluarga dan teman-temannya, juga berpisah dari negerinya demi membela Allah dan Rasul-Nya serta menolong agama Allah. kemudian mereka dibunuh.(Al-Hajj: 58) Yaitu dalam jihadnya. atau mati (Al-Hajj; 58) Maksudnya, habis ajalnya tanpa berperang; yakni meninggal dunia di ranjangnya. Maka sesungguhnya mereka telah beroleh pahala yang berlimpah dan pujian yang baik.
sama halnya dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. (An-Nisa: 100) Adapun firman Allah ﷻ: Benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik. (Al-Hajj: 58) Artinya, Allah akan mengalirkan kepada mereka sebagian dari karunia dan rezeki-Nya di dalam surga yang membuat hati mereka senang.
Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki. Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat yang mereka menyukainya. (Al-Hajj: 58-59) Yakni surga, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan. (Al-Waqi'ah: 88-89) Melalui ayat ini Allah ﷻ memberitahukan bahwa mereka mendapat kesenangan dan rezeki serta surga yang penuh dengan kenikmatan. Seperti halnya yang disebutkan dalam ayat berikut ini melalui firman-Nya: benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik. (Al-Hajj: 58) Kemudian Allah ﷻ berfirman: Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (Al-Hajj: 59) Yakni Maha Mengetahui orang-orang yang berhijrah dan berj ihad di jalanNya serta siapa saja yang berhak mendapat pahala tersebut.
Maha Penyantun, Maha Pemaaf lagi Maha Mengampuni dosa-dosa mereka, Allah menghapus semua dosa mereka berkat hijrah kepada-Nya dan tawakal mereka kepada-Nya. Adapun mengenai orang-orang yang gugur di jalan Allah dari kalangan kaum muhajir dan bukan muhajir, sesungguhnya dia hidup di sisi Tuhannya dalam keadaan diberi rezeki, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali Imran: 169) hadis-hadis yang membicarakan hal ini cukup banyak, seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu.
Adapun orang-orang yang wafat di jalan Allah dari kalangan kaum muhajir dan bukan muhajir, termasuk pula ke dalam pengertian ayat ini di samping hadis-hadis sahih yang menguatkannya, yang menyebutkan bahwa mereka diberi rezeki dan mendapat kebaikan yang besar dari Allah ﷻ -: -: -: -: Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Musayyab ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Abdur Rahman ibnu Syuraih, dari Ibnul Haris (yakni Abdul Karim), dari Ibnu Uqbah (yakni Abu Ubaidah ibnu Uqbah) yang mengatakan bahwa Syurahbil ibnus Simt pernah mengatakan, "Kami bertugas dalam dinas kemiliteran dalam waktu yang cukup lama di sebuah benteng yang ada di negeri Romawi.
Kemudian mampirlah kepada kami Salman Al-Farisi r.a., lalu ia berkata bahwa sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: 'Barang siapa yang meninggal dunia dalam keadaan sedang bertugas di medan jihad, maka Allah mengalirkan kepadanya pahala tersebut dan memberinya rezeki serta menyelamatkannya dari dua fitnah.' Bacalah oleh kalian jika kalian suka akan firman-Nya: 'Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.
Sesungguhnya Allah akan memasukkan mereka ke dalam suatu tempat (surga) yang mereka menyukainya. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.' (Al-Hajj: 58-59) Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Bisyr, telah menceritakan kepadaku Hammam, bahwa dia pernah mendengar Abu Qubail dan Rabi'ah ibnu Yusuf Al-Mu'afiri berkata, "Ketika kami berada di Rodes bersama Fudalah ibnu Ubaid Al-Ansari (seorang sahabat Rasulullah ﷺ), tiba-tiba lewatlah di hadapan kami dua iringan jenazah; salah satunya gugur di medan perang, sedangkan yang lainnya meninggal dunia.
Kemudian orang-orang berkumpul, ikut mengantarkan jenazah yang gugur di medan perang itu. Maka Fudalah berkata, "Mengapa kulihat orang-orang berdatangan kepada jenazah yang satu itu dan meninggalkan jenazah lainnya?" Mereka menjawab, 'Jenazah ini matinya karena gugur di jalan Allah.' Maka Fudalah berkata, 'Demi Allah, saya tidak mempedulikan dari liang lahad manakah keduanya kelak akan dibangkitkan (di hari kiamat). Tetapi dengarkanlah oleh kalian firman Allah ﷻ berikut' (yaitu): 'Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati.' (Al-Hajj: 58), hingga akhir ayat." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, telah menceritakan kepada kami Salaman ibnu Amir Asy-Syaibani; Abdur Rahman ibnu Jahdam Al-Khaulani pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bersama Fudalah ibnu Ubaid di laut (armada laut) yang saat itu ada dua jenazah; salah satunya mati karena terkena manjaniq, sedangkan yang lainnya mati biasa.
Sesudah keduanya dikubur, maka Fudalah ibnu Ubaid duduk di dekat kuburan orang yang mati biasa, lalu dikatakan kepadanya, "Mengapa engkau tinggalkan orang yang mati syahid dan tidak duduk di dekat kuburnya?" Fudalah menjawab, "Saya tidak peduli dari liang manakah keduanya dibangkitkan oleh Allah nanti, karena sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman: 'Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik (surga)' (Al-Hajj: 58), hingga akhir ayat berikutnya. Lalu apalagi yang engkau harapkan, hai hamba Allah, jika engkau dimasukkan ke dalam tempat yang kamu sukai dan kamu mendapat rezeki yang baik di dalamnya.
Demi Allah, aku tidak mempedulikan dari liang manakah engkau dibangkitkan." Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus ibnu Abdul A'la, dari Ibnu Wahb, bahwa telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Syuraih, dari Salaman ibnu Amir yang mengatakan bahwa Fudalah saat menjadi amir di Rodes yang menguasai kawasan lautan tersebut, pada suatu hari diiringkan jenazah dua orang lelaki ke tempat pengebumiannya; salah satunya gugur di medan perang, sedangkan yang lainnya mati karena ajalnya.
Kemudian disebutkan kisah yang semisal. Firman Allah ﷻ: Demikianlah, dan barang siapa membalas seimbang dengan penganiayaan yang pernah ia derita. (Al-Hajj: 60), hingga akhir ayat Muqatil ibnu Hayyan dan Ibnu Jarir menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sariyyah (pasukan khusus) yang terdiri atas kalangan sahabat. Mereka berhadapan dengan sejumlah pasukan kaum musyrik di bulan Muharram. Kemudian kaum muslim menyerukan kepada mereka untuk tidak mengadakan peperangan dalam bulan haram itu, tetapi kaum musyrik menolak dan tetap bersikeras untuk berperang, bahkan kaum musyrik bersikap kelewat batas terhadap kaum muslim.
Maka
kaum muslim terpaksa melayani perang mereka, dan Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslim. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (Al-Hajj: 60)"
Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa Allah selalu menjaga Rasul, kemurnian Al-Qur'an, dan memberi balasan yang adil di akhirat. Pada ayat ini dijelaskan balasan bagi orang yang meninggal ketika hijrah pada jalan Allah. Dan orang-orang beriman yang berhijrah di jalan Allah, mengubah pola hidup yang buruk dengan pola hidup Islami, kemudian mereka terbunuh ketika memperjuangkan perubahan itu atau mati secara normal; sungguh, Allah akan memberikan kepada mereka, baik yang terbunuh maupun yang meninggal biasa, rezeki yang baik, berupa surga de-ngan segala kenikmatannya, yang kekal. Dan sesungguhnya Allah adalah pemberi rezeki yang terbaik kepada siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang beriman dan berhijrah pada jalan Allah. 59. Rezeki yang baik yang disebut ayat di atas adalah surga. Sungguh, Dia, Allah, pasti akan memasukkan mereka, orang beriman yang ber-hijrah pada jalan Allah, ke tempat masuk, yakni surga dengan segala kenikmatannya yang mereka sukai. Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Ayat ini menerangkan bahwa semua orang yang hijrah di jalan Allah, meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan keluarga dan harta bendanya, hanya untuk mencari rida Allah, dengan tujuan menegakkan agama Islam bersama Nabi Muhammad ﷺ Kemudian mereka terbunuh dalam peperangan atau meninggal secara normal dalam keadaan yang demikian itu, maka Allah akan membukakan rezeki yang mulia kepada mereka di akhirat.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa pada hakikatnya orang yang terbunuh atau mati biasa dalam keadaan hijrah untuk mempertahankan dan membela agama Allah adalah sama-sama akan diberi rezeki yang mulia di sisi Allah. Itulah yang dimaksud dengan ayat ini, dan juga disebutkan dalam firman Allah:
Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (an-Nisa`/4: 100)
Dan dalam hadis Nabi saw:
Dari Salman al-Farisi ia berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang mati dalam keadaan bertugas (siap bertempur pada jalan Allah), dia diberi rezeki, dan aman dari segala yang memfitnah dia. Dan bacalah olehmu jika kamu menghendaki (ayat ini)." (Riwayat Ibnu Abi Hatim)
Dari ayat ini dapat pula ditetapkan hukum, bahwa apabila ada perbuatan baik, sesuai dengan apa yang diperintahkan agama dan dikerjakan oleh beberapa orang, dalam pelaksanaan pekerjaan itu ada kaum Muslimin yang meninggal karena pekerjaan itu, dan ada yang mati secara normal di waktu melaksanakan pekerjaan itu, maka orang-orang yang mati secara normal itu diberi pahala yang sama oleh Allah.
Dalam ayat ini terdapat perkataan "rezeki" yang mulia, Allah tidak menerangkan apa yang dimaksud dengan rezeki yang mulia itu, dan kapan rezeki itu diberikan. Hal ini akan diterangkan pada ayat berikutnya (ayat 59).
Kemudian Allah menerangkan bahwa Dia adalah pemberi rezeki yang paling baik. Maksudnya ialah Allah memberikan rezeki kepada hamba-hamba-Nya itu, semata-mata karena kasih sayangnya kepada mereka, sehingga ia memberikannya tiada terhingga kepada siapa yang dikehendaki-Nya, tanpa mengharapkan sesuatu balasan dari hamba-Nya itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Orang Yang Hijrah
Ayat 58
“Dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah." (pangkal ayat 58). Asal arti hijrah ialah pindah. Orang yang keluar dari kampung halamannya; tetapi arti hijrah menjadi lain, menjadi ibadat tertinggi apabila dia tersebab karena mengharapkan ridha Allah dan Rasul. Hijrah mula terjadi di dalam sejarah Islam seketika pengikut-pengikut setia Rasulullah s.a.w, meninggalkan negeri Makkah, pergi ke Habsyi di seberang Laut Merah, sampai dua kali rombongan. Hijrah terbesar ialah ketika Nabi s.a. w. dan pengikut-pengikut beliau yang setia itu berbondang hijrah ke Madinah. Nabi namai hijrah itu hijrah kepada AHah dan RasulNya.
Hijrah itu adalah berat. Oleh karena diriorong oleh iman orang meninggalkan kapipung halaman, rumah kediaman harta kekayaan, kaum keluarga. Hijrah pun mempunyai rencana tertentu. Yaitu mencari tempat yang di sana ada kebebasan menjalankan Agama Allah. Hijrah dari Makkah ke Madinah itu pun mempunyai juga cita-cita, jika datang waktunya, negeri Makkah yang ditinggalkan itu wajib dibebaskan dari tengah kaum musyrikin dan Ka'bah wajib dibersihkan dari berhala.
Kemudian setelah 8 tahun hijrah terbukalah kesempatan itu. Nabi s. a.w. diiringkan oleh 12.000 tentara Islam pergi ke Makkah melepaskan negeri itu dari kekuasaan musyrik dan dibersihkanlah Ka'bah dan seluruh Tanah Hejaz dari segala berhala, besar dan kecil. Setelah negeri Makkah ditaklukkan itu Nabi s.a.w. bersabda:
“‘Tidak ada lagi hijrah sesudah Makkah ditaklukkan."
Karena garis demarkasi antara Islam dengan Jahiliyah tidak ada lagi. Pengalaman di antara kedua negeri telah aman, yang kuasa di kedua negeri ialah Islam. Benciera syirik tidak naik lagi. Orang sudah leluasa lalu-lalang. Jadi kalau ada penduduk Makkah ingin pindah ke Madinah, dia boleh pindah, tetapi tidak bernama muhajirin lagi.
Namun hijrah yang menyerupai itu akan tetap ada, selama jihari menegakkan agama Allah masih dilakukan. Setelah Rasulullah s a w. wafat, di zaman Khulafaur Rasyidiri dan di zaman beberapa khatifah Bani Umaiyah orang-orang beriman menjadi mujahidiri dan muhajirin meninggalkan Jazirah Arab, membebaskan manusia dari perbudakan yang selain Allah. iNegeri-negeri Mesir, Afrika Utara, Asia Tengah dan pernah juga di Andalusia, ialah keturunan mujahidiri yang datang menyebarkan peradaban Islam ke sana.
“Kemudian mereka dibunuh atau mati." Mujahidiri dan muhajirin itu ada yang mati terbunuh di dalam satu peperangan, artinya jihari. Ada juga yang mati biasa, tidak dalam pertempuran, namun mereka mati jauh dari kampung halaman, mati sebagai kurhari dari keyakinan. "Pastilah Allah akan memberi mereka rezeki yang baik." Yang mati terbunuh dan yang mati biasa, tetapi keduanya dalam berjuang, pahala yang mereka terima dari Tuhan sama, cuma cara mengurus jenazahnya saja berlainan. Dalam perjuangan perang di Pulau Rhodes, pernah 2 mujahid mati. Satu mati terbunuh satu lagi mati biasa. Orang tidak menghormati yang mati biasa. Di sana ada sahabat Nabi s.a.w. bernama Fadhalah bin Ubaid al-Anshari ada di sana. Lalu beliau bertanya: “Mengapa orang ini semua? Satu jenazah dihormati, satu lagi diabaikan saja?" Mereka jawab: “Yang ini mati fisabilillah, yang itu tidak!" Lalu kata beliau: “Kalian salah! Kalian tidaklah tahu dari galian yang mana di antara kedua kubur itu akan dibangkitkan." Lalu dibacanya ayat ini, yang menunjukkan bahwa derajat keduanya sama. Sama mendapat rezeki yang mulia di sisi Allah. Rezeki yang baik itu banyak macamnya. Pujian yang indah rezeki yang baik juga. Kenangan yang mulia rezeki yang baik juga. Pahala yang berlipat-ganda rezeki yang baik juga. "Dan sesungguhnya Allah adalah Dia yang sebaik-baik pemberi rezeki." (ujung ayat 58).
Di ujung ayat ditegaskan bahwa tidak ada siapa pun yang akan sanggup menghargai jasa seseorang yang akan sama penghargaannya atas jasa orang yang berjuang menegakkan jalan kebenaran dengan penghargaan yang diberikan Allah! Sebab bagi Allah jelas, semua tidak ada yang tersembunyi. Sedang bagi manusia perbuatan yang baik itu kerapkali lupa. Dan kalau ingat pun, penghargaannya tidak juga akan sepadan.
Ayat 59
“Pastilah Dia akan memasukkan mereka ke sesuatu tempat yang mereka menyukainya."(pangkal ayat 59). Tempat yang mereka suka itu niscaya syurga. Karena bagaimana mewahnya tempat di dunia, walaupun istana raja-raja besar yang terkenal sejak zaman purbakala sampai sekarang, tidaklah ada semuanya itu yang sebanding dengan syurga yang dijanjikan Allah bagi hambanya yang patuh akan perintahNya, apatah lagi yang berjihari dan, berhijrah pada jalan-Nya. Ingat sajalah akan doa isteri Fir'aun yang telah beriman kepada Allah dan jadi pengikut Nabi Musa. Isteri Fir'aun itu pernah berdoa:
“Dia berkata: Ya Tuhanku bikinkan kiranya untuk aku di sisi Engkau sebuah rumah dalam syurga, dan lepaskan daku daripada Fir'aun dan perbuatannya, dan lepaskan diri daripada kaum yang zalim." (at-Tahrim: 11)
Tentu kita maklum bagaimana megah mewahnya istana Fir'aun dan bersenang-senang orang yang berdiam di dalamnya, apatah lagi kalau orang itu isteri Fir'aun sendiri. Tetapi bagi beliau sebagai seorang yang beriman, di dalam istana mewah seperti itu adalah merasa diri orang asing. Segala perbuatan zalim Fir'aun dIsaksikan tiap hari, demikian juga orang-orang besarnya yang lain. Itu sebabnya dia memandang bahwa istana itu bukan rumahnya. Dia memohon kepada Tunan agar'dibikinkan rumah di syurga.
Demikian juga sekalian perjuangan muhajirin dan mujahidin fisabilillah. Kadang-kadang mereka kehilangan kampung halaman. Kadang-kadang meninggalkan rumahtangga yang mewah. Pergi ke medan perjuangan. Terbunuh atau mati biasa. Kedinginan, kepanasan, di rantau jauh, di hutan rimba, di laut lepas. Di sinilah terasa betapa dalamnya maksud ayat. Bahwa bagi mereka telah disediakan suatu tempat yang mereka sukai. "Dan sesungguhnya Allah adalah Maha Tahu," akan segala perjuangan dan pengurhartan yang telah ditempuh oleh fiamhariya itu. Bukan sebagai di dunia, yang kadang kadang perjuangan orang ikhlas dilupakan atau sengaja dilupakan, karena tempat-tempat telah diisi oleh orang-orang pengadu untung. "Lagi Maha Santun." (ujung ayat 59). Bukan hanya Semata-mata Maha Tahu, tetapi juga Maha Santun. Artinya sesudah Dia mengetahui keadaan hambanya itu, kalau ada yang kusut, lekas diaelenggara-kanNya. Kalau ada yang keruh, lekas dijemihkanNya. Kalau ada yang kurang, lekas ditambahNya. Kalau ada keluhan, lekas dibereskanNya sehingga hambanya tidak lamau tertunggu-tunggu. Kadang-kadang diberiNya lebih dari apa yang diharapkan.
Ayat 60
“Demikianlah adanya," ketentuan dari Allah, (pangkal ayat 60).
Ketentuan yang tidak akan diubah lagi. Karena Tuhan sendiri mengatakan bahwa Dia tidak akan mungkir janji: “Dan barangsiapa yang membalas seimbang dengan penganiayaan yang ditimpakan ke atas dirinya, kemudian itu dia dianiaya pula." Artinya ialah bahwa barangsiapa yang membalas kepada orang yang pernah bedaku zalim kepadanya, yaitu balasan yang seimbang tidak melebihi, kemudian si zalim itu mengulangi aniayanya. Karena rupanya si penganiya itu belum merasa puas, mengapa orang yang dianiaya itu masih membalas. Maka di terusan ayat ini Tuhan berjanji: “Niscaya Allah akan menolongnya."
Menurut keterangan Muqatil, asal mula turun ayat ini ialah seketika suatu kaum dari musyrikin, bertemu dengan kaum Muslimin pada dua hari terakhir dari bulan Muharram. Lalu berkata yang setengah kepada yang setengah: “Kawan-kawan Muhammad ini kalau pada bulan haram (suci) tidak mau berperang. Lebih-lebih di saat begini tidak ada serangan mereka." Setelah serangan itu mereka lakukan, kaum Muslimin berseru agar penyerangan itu dihentikan sebab sekarang bulan suci. Tetapi seruan itu tidak mereka acuhkan. Sebab itu kaum Muslimin mulai membalas serangan dengan gagah berani, sehingga menanglah kaum Muslimin menghadapi mereka. Setelah mencapai kemenangan, terasa dalam, hati kaum Muslimin menyesal dan rasa berdosa karena kehormatan bulan suci telah terlanggar. Itulah sebab turun ayat ini, yang dapat diringkaskan bahwa yang memulai aniaya, melanggar kesucian bulan bukan kaum Muslimin, melainkan kaum musyrikin. Kalau kaum Muslimin membalas dengan setimpal, sehingga musyrikin itu kalah, kaum Muslimin tidak salah. Kalau musyrikin hendak oerouat iagi Kecurangan yang baru, Allah pasti menolong kaum Muslimin; tegasnya serangan curang itu mesti ditangkia, sampai musuh itu tidak berani berbuat curang tagi.
Sebuah pula yang wajib diperhatikan dalam maksud ayat ini yaitu tentang Janji Tuhan bahwa Dia akan menolong! Maksudnya iateh kalau mereka masih curang juga hendaklah tangkia. Diulangnya menyerang, hendaklah ulang pula membalas. Kalau demikian Allah pasti menolong. Tetapi kalau berdiam diri saja, Allah tidak akan menolong!
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Pemaaf, Maha Pengampun." (ujung ayat 60). Pembalasan itu dimaafkan oleh Tuhan dan diberi ampun, karena kaum Muslimin bukan memulai. Kalau kaum Muslimin tidak mempertahankan diri, tentu kaum musyrikin itu akan berleluasa berbuat sewenang-wenang.
Ayat 192
Hal serupa ini tersebut juga tentang tidak boleh berperang di sekitar Masjidil Haram, sebagai tersebut pada Surat 2, al-Baqarah ayat 191,"kaum Muslimin dilarang memerangi kaum musyrikin itu di sisi atau di sekitar, di dalam atau di luar Masjidil Haram. Tetapi kalau mereka yang memulai hendaklah perangi mereka sampai tunduk. Kamu membalas itu diampuni oleh Tuhan.'-Sedang kalau mereka berhenti, Muslimin pun berhenti, (ayat 192).
Ayat 61
“Demikianlah adanya." (pangkal ayat 61). Peraturan Tuhan yang berkenan dengan menjaga diri. Sekali-kali jangan melanggar peraturan. Tetapi karena mereka yang melanggar jangan berdiam diri, hantam mereka sampai tunduk. Kamu tidak akan berdosa lantaran itu."Karena sesungguhnya Allah menyelipkan malam ke dalam siang, dan menyelipkan siang ke dalam malam “
Yuliju.. ( jjji ) ...kita artikan menyelipkan, karena arti menyelipkan ialah masuk dengan perlahan, dengan beransur, dengan tidak dIsadari, sehingga dserah siang telah diduduki malam sebagian dan dserah malam diduduki siang pula sebagian.
Hari sehari semalam adalah 24 jam. Untuk malam 12 jam dan untuk siang 12 jam pula. Tetapi bila datang musim panas, yang terpakai oleh siang sampai 14 atau 15 jam. Sudah pukul 9 malam (jam 21) hari masih siang. Sebaliknya jika datang musim dingin, malam pula yang panjang, siang jadi pendek. Pukul 7 pagi matahari belum terbit dan pukul 5 petang matahari sudah terberiam."Dan bahwasanya Allah adalah Maha Mendengar," apa pun yang kita percakapkan dan apakah yang kita bicarakan sesama kita di dalam siang dan malam itu. Keluhan dan munajat yang dIsampaikan oleh si hamba kepada Tuhannya di malam hari, atau ributnya suatu amalan siang."Maha Melihat." (ujung ayat 61). Dia lihat langkah hidup kita, jujur atau kecurangan kita. Di tempat yang gelap pada kita adalah terang pada penglihatan Tuhan.
Ayat 62
“Demikianlah adanya." (pangkal ayat 62). Yaitu peraturan Tuhan dalam mengatur peredaran hari, siang dan malam, petang dan pagi. Sehingga kita pun tidak pula menyadari, atau kerapkali lupa, bahwa pertukaran siang dan
malam, atau malam dan siang yang masuk memasuki itu pun mempengaruhi hidup kita. Dari kecil ke besar, dari muda ke tua, dari hidup ke mati."Karena sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Benar." Terbukti pada alam yang Dia ciptakan itu. Melalui garis ketentuan yang tetap, tidak akan berubah. Sebab itu maka yang, seberianya patut disembah hanya Allah."Dan sesungguhnya apa pun yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil." Batil adalah lawan yang hak. Batil artinya adalah serba salah, bersebab kekacauan berfikir."Dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi."Sebab kekuasaannya mengatasi segala kekuasaan: ‘Yang Maha Besar." (ujung ayat 62), Sebab Dialah yang mfenciptakan dan mengatur segala yang ada ini. Yang lain kecil belaka, di hadapan kebesaranNya itu.