Ayat
Terjemahan Per Kata
وَيَسۡتَعۡجِلُونَكَ
dan mereka minta disegerakan kepadamu
بِٱلۡعَذَابِ
dengan azab
وَلَن
dan tidak
يُخۡلِفَ
menyalahi
ٱللَّهُ
Allah
وَعۡدَهُۥۚ
janji-Nya
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
يَوۡمًا
sehari
عِندَ
di sisi
رَبِّكَ
Tuhanmu
كَأَلۡفِ
seperti seribu
سَنَةٖ
tahun
مِّمَّا
dari apa
تَعُدُّونَ
kamu hitung
وَيَسۡتَعۡجِلُونَكَ
dan mereka minta disegerakan kepadamu
بِٱلۡعَذَابِ
dengan azab
وَلَن
dan tidak
يُخۡلِفَ
menyalahi
ٱللَّهُ
Allah
وَعۡدَهُۥۚ
janji-Nya
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
يَوۡمًا
sehari
عِندَ
di sisi
رَبِّكَ
Tuhanmu
كَأَلۡفِ
seperti seribu
سَنَةٖ
tahun
مِّمَّا
dari apa
تَعُدُّونَ
kamu hitung
Terjemahan
Mereka (kaum musyrik Makkah) meminta kepadamu (Nabi Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.
Tafsir
(Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya) untuk menurunkan azab itu, maka Dia menurunkannya dalam perang Badar. (Sesungguhnya sehari di sisi Rabbmu) hari-hari di akhirat disebabkan pedihnya azab (adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung) dapat dibaca Ya'udduuna dan Ta'udduuna, yakni menurut perhitungan tahun-tahun di dunia.
Tafsir Surat Al-Hajj: 47-48
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kamu hitung. Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). Allah ﷻ berfirman kepada Nabi-Nya: Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan (Al-Hajj:47) Yakni orang-orang kafir yang atheis lagi mendustakan Allah, Kitab-Nya Rasul-Nya dan hari kemudian meminta kepada Nabi ﷺ agar azab itu disegerakan menimpa mereka. Pengertian ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih" (Al-Anfal: 32) Dan firman Allah ﷻ: Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan pada kami sebelum hari berhisab. (Shad: 16) Adapun firman Allah ﷻ: padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. (Al-Hajj: 47) Yaitu janji yang telah diikrarkan-Nya, bahwa Dia akan menegakkan hari kiamat dan mengadakan pembalasan terhadap musuh-musuh-Nya serta memuliakan kekasih-kekasih-Nya.
Al-Asmu'i mengatakan bahwa ketika ia berada di majelis Abu Amr ibnul Ala, tiba-tiba datanglah Amr ibnu Ubaid dan berkata, "Hai Abu Amr, apakah Allah akan menyalahi mi'ad (ancaman)-Nya?" Abu Amr ibnul Ala menjawab, "Tidak," seraya menyebutkan ayat yang menyangkut ancaman-Nya. Maka Amr ibnu Ubaid berkata kepadanya, "Apakah kamu bukan orang Arab? Sesungguhnya orang-orang Arab menilai bahwa mencabut kembali suatu janji merupakan perbuatan tercela, sedangkan mencabut suatu ancaman merupakan perbuatan yang mulia.
Tidakkah kamu pernah mendengar ucapan seorang penyair yang mengatakan: ......... 'Hendaklah anak pamanku dan tetangga-tetanggaku merasa gentar dengan pembalasanku, dan aku tidak akan segan-segan mengadakan pembalasan terhadap orang yang mengintimidasi. Sesungguhnya aku jika mengancam atau berjanji, benar-benar akan menyalahi ancamanku dan menunaikan janjiku'. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Yakni Allah ﷻ tidak akan menyegerakan azab-Nya, karena sesungguhnya seribu tahun bagi makhluk-Nya sama halnya dengan satu hari bagi-Nya bila dikaitkan dengan keadaan-Nya.
Sebab Dia Mahakuasa untuk melakukan pembalasan, dan bahwa sesungguhnya tiada suatu pun yang dapat luput dari azab-Nya, sekalipun Dia menangguhkannya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala urusan). (Al-Hajj: 48) ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepadaku Abdah ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Orang-orang fakir kaum muslim memasuki surga lebih dahulu daripada orang-orang kayanya dalam jarak setengah hari (yang lamanya sama dengan) lima ratus tahun (menurut perhitungan kita di dunia).
Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan melalui hadis As-Sauri dari Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya secara mauquf dari Abu Hurairah, untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyah, telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Samir ibnu Nahar yang mengatakan bahwa Abu Hurairah pernah mengatakan bahwa orang-orang fakir kaum muslim memasuki surga sebelum orang-orang hartawannya dalam jarak setengah hari.
Ketika saya tanyakan kepada Abu Hurairah, "Berapa lamakah setengah hari itu?" Abu Hurairah berkata, "Tidakkah kamu pernah membaca Al-Qur'an?" Saya jawab, "Ya, pernah." Selanjutnya Abu Hurairah membaca firman-Nya: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Abu Daud di dalam akhir kitab Malahim-nya, bagian dari kitab sunannya, mengatakan bahwa: ". telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Sa'd ibnu Abu Waqqas, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga umatku tidak lemah di sisi Tuhan mereka karena diperlambat oleh-Nya selama setengah hari.
Ketika ditanyakan kepada Sa'd, "Berapa lamakah setengah hari itu?" Sa'd menjawab, "Lima ratus tahun." Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Yakni hari-hari yang telah ditetapkan oleh Allah setelah Dia menciptakan langit dan bumi.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ibnu Basysyar, dari Ibnul Mahdi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Ikrimah Imam Ahmad telah mendukungnya di dalam kitabnya yang berjudul Ar-Raddu 'Alal Jahmiyyah. Mujahid mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (As-Sajdah: 5) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Arim ibnu Muhammad ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Yahya ibnu Atiq, dari Muhammad ibnu Sirin, dari seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab yang telah masuk Islam.
Ia mengatakan bahwa sesungguhnya Allah ﷻ menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Dan Dia menjadikan usia dunia enam hari dan menjadikan hari kiamat pada hari ketujuhnya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahun-tahun yang kalian hitung. (Al-Hajj: 47) Sesungguhnya telah berlalu masa enam hari itu, sekarang kalian berada di hari yang ketujuhnya. Perumpamaannya sama dengan seorang wanita yang telah hamil tua dan telah tiba masa melahirkan kandungannya, tetapi tidak diketahui secara tepat bilakah saat kelahirannya itu akan terjadi."
Karena mata hati mereka buta dan telinga mereka tertutup, dan mereka dengan sombong dan menantang meminta kepadamu, Muhammad, agar azab yang dijanjikan kepada orang-orang kafir itu disegerakan di dunia ini. Mereka tidak mengetahui bahwa Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya bahwa azab yang pedih bagi orang-orang kafir itu akan diberikan di akhirat. Dan sungguh, jika mereka menyadari bahwa sehari di sisi Tuhanmu di akhirat seperti seribu tahun menurut perhitunganmu di dunia sehingga merasakan azab sehari saja di dalam neraka sebanding dengan seribu tahun di dunia. Betapa dah-syatnya azab Allah, mengapa mereka menantang'48. Tantangan orang kafir agar disegerakan pemberian azab bagi me-reka dijawab Allah dengan berfirman, "Dan perhatikanlah, berapa banyak negeri yang Aku tangguhkan penghancurannya, meskipun penduduknya meminta agar azab yang dijanjikan itu disegerakan "Karena penduduknya berbuat zalim, tidak beriman, menghina, dan mengusir utusan Allah, kemudian Aku azab mereka saat mereka merasa aman dari azab-Ku. Dan hanya kepada-Kulah tempat kembali setiap orang dalam kehidupan sesudah mati, baik yang beriman maupun yang kufur.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, mengingkari seruan Nabi Muhammad saw, tidak percaya kepada adanya hari Kiamat, mereka meminta kepada Nabi Muhammad ﷺ agar kepada mereka ditimpakan pula azab seperti yang telah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu. Permintaan itu mereka lakukan, karena yakin bahwa azab itu tidak akan datang.
Permintaan mereka dijawab Allah bahwa azab yang mereka minta itu pasti datang, karena hal itu merupakan Sunnatullah. Allah sekali-kali tidak akan memungkiri janji-Nya. Hanya saja azab itu ditimpakan kepada mereka pada waktu yang telah ditentukan Allah, tidak menurut waktu yang mereka kehendaki. Waktu kedatangan azab itu hanya Allah sajalah yang mengetahuinya, sebagaimana waktu kedatangan azab kepada umat-umat ter- dahulu, yang datang secara tiba-tiba, tanpa diketahui oleh seorang pun darimana dan kapan azab itu datang.
Sebagaimana firman Allah:
Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? (al-A'raf/7: 97-98)
Jika orang-orang musyrik Mekah merasa bahwa telah lama masa berlalu, tetapi azab yang dijanjikan itu belum datang, sehingga mereka berpendapat bahwa azab itu tidak akan datang lagi, maka hendaklah mereka ingat bahwa seribu tahun menurut perasaan mereka adalah sama dengan sehari di sisi Allah. Karena itu hendaklah mereka ingat bahwa Allah pasti menepati janji-Nya setelah berjalan waktu yang lama menurut perasaan mereka. Allah melambatkan kedatangan azab itu bukanlah berarti bahwa Dia telah menyalahi janji yang telah dijanjikan-Nya.
Secara saintis, Ayat ini mensiratkan konsep relativitas waktu. Sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Albert Einstein melalui Teori Relativitas. Sebelumnya, selama hampir 200 tahun, dunia fisika didominasi oleh fisika Newton yang menyatakan bahwa waktu adalah konstan; satu jam adalah sama di mana pun dalam kondisi apa pun.
Contoh berikut akan memberikan ilustrasi tentang konsep waktu yang konstan. Misalkan, Hamzah dan Wildan telah menyamakan waktu di jam tangannya masing-masing. Kemudian, dengan menggunakan sebuah pesawat yang memiliki kecepatan yang tinggi, mendekati kecepatan cahaya, Hamzah berangkat meninggalkan Wildan. Setelah satu jam (menurut jam tanganya) Hamzah kembali dari perjalanannya dan menemui Wildan. Maka, Newton akan mengatakan bahwa Wildan pun akan merasakan bahwa dia telah menunggu Hamzah selama satu jam. Jam tangan Wildan akan menunjukkan waktu yang sama dengan jam tangan Hamzah.
Einstein tidak akan sependapat dengan hal ini. Menurut dia, waktu adalah relatif, bergantung pada kecepatan bergerak dari seseorang atau sesuatu. Jika Hamzah yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya merasa telah meninggalkan Wildan selama satu jam (menurut jam di tangannya), maka jam tangan Wildan akan menunjukkan bahwa Hamzah telah pergi selama 10 jam. Jika Hamzah pergi pada pukul 8 pagi, maka ketika dia kembali, jam tangan Hamzah akan menunjukkan waktu pukul 9 pagi, sementara jam tangan Wildan akan menunjukkan jam 18.00 atau jam 6 sore. Demikian pula, apabila pada saat Hamzah dan Wildan sama-sama berumur 20 tahun, kemudian Hamzah bepergian meninggalkan Wildan dengan kecepatan mendekati cahaya selama 5 tahun (menurut waktu Hamzah), maka pada saat mereka bertemu, Hamzah akan berumur 25 tahun, sementara Wildan telah berumur 70 tahun. Demikianlah waktu bersifat relatif.
Al-Qur'an telah mengisyaratkan hal ini semenjak 14 abad yang lalu. Allah mengatur urusan dari langit ke bumi dan kembali lagi ke langit dengan kecepatan yang sangat tinggi sedemikian sehingga semua ini hanya berlangsung satu hari yang lamanya sama dengan 1000 tahun menurut hitungan waktu kita. Relativitas waktu seperti ini juga terdapat dalam as-Sajdah/32:5; al-Ma'arij/70: 4.
Dalam ayat ini, satu hari setara dengan 50.000 tahun. Hal ini bisa saja terjadi, bergantung kepada kecepatan bergerak dari malaikat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Sebagai penawar dan pembujuk jika kaum musyrikin itu mendustakan Nabi, maka datanglah ayat ini:
Ayat 42
“Dan jika mereka dustakan engkau." (pangkal ayat 42). Mereka tidak mau percaya kepada seruan yang engkau bawa, bahkan kadang-kadang mereka cemuhkan: “Maka sesungguhnya telah mendustakan pula sebelum mereka kaum Nuh dan ‘Ad" (yaitu kaum Nabi Hud) “dan Tsamud." (yaitu kaum Nabi Shalih). (ujung ayat 42).
Ayat 43
“Dan kaum Ibrahim." (pangkal ayat 43). Yaitu bangsa Kaldan sebelum Nabi Ibrahim meninggalkan negeri itu, “dan kaum Luth." (ujung ayat 43). Luth kemenakan dari Nabi Ibrahim. Kaumnya ialah penduduk Sadum (Sodom) yang laki-laki suka bersetubuh dengan sesama laki-laki.
Ayat 44
“Dan penduduk Madyan." (pangkal ayat 44). Yang diutus Tuhan kepada mereka Nabi Syu'aib. Penduduk yang terkenal berniaga dan berlaku curang di dalam timbangan dan ukuran. "Dan telah diriustakan (pula) Musa." Tentang Nabi Allah Musa tidaklah disebut dalam ayat ini bahwa beliau diriustakan oleh kaumnya. Sebab yang mendustakan adalah Raja Fir'aun: “Maka Aku perlambat (waktu) bagi orang-orang yang tidak percaya itu." Maksudnya ialah bahwa tidaklah segera Allah menjatuhkan hukum dan siksaan kepada kaumkaum yang mendustakan itu. Kadang-kadangdirasakan, terutama oleh orang yang menderita atau silau melihat kemegahan, orang-orang yang durhaka itu, Mengapa Tuhan tidak juga bertindak menghancurkan mereka. Padahal mereka telah nyata mendurhaka kepada Tuhan. "Kemudian aku siksa mereka." Biasa= nya siksaan datang dengan tiba-tiba. Di saat mereka tidak menyangka. Di saat mereka di puncak kemegahan.
Kalimat yang dipakai uniuk menyatakan siksaan yang diriatangkan itu ialah … yang arti asalnya ialah “Aku ambil mereka" atau “Aku cabut", atau “Aku sentakkan mereka". "Maka betapa jadiriya pembatasanKu." (ujung ayat 44). Peringatan yang berupa pertanyaan tentang betapa dahsyatnya pembalasan atau siksaan Tuhan itu. Kaum Nuh ditenggelamkan seturuhnya. Kaum ‘Ad dimusnahkan oleh angin punting beliung. Kaum Tsamud dihancurkan dengan, suara malaikat yang amat dahsyat. Kaum Luth ditunggang-balikkan negerinya. Penduduk Matiyan hancur lebur karena mendengar pekik dahsyat juga. Fir'aun yang mendustakan Nabi Musa itu tenggelam bersama dengan tentaranya di daiam lautan Qulzum, yang dibukakan Tuhan untuk menyeberangkan dan ditutup Tuhan kembali buat menenggelamkan Fir'aun.
Lalu di atas selanjutnya Tuhan memberi peringatan bahwa yang menerima pukulan Tuhan itu bukan negeri-negeri dan kaum-kaum yang disebut itu saja:
Ayat 45
“Dan berapa banyak dari negeri-negeri, telah Kami binasakan dianya." (pangkal ayat 45). Dengan keterangan demikian nyatalah bahwa negeri-negeri yang dibinasakan Tuhan itu bukanlah sekedar yang tersebut di dalam al-Qur'an itu saja. Dan hal ini adalah sebagai yang tersebut di dalam Surat 40 (Ghafir) ayat 78, bahwa Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu ada yang diuraikan kisahnya dalam al-Qur'an dan ada yang tidak: “Sedang mereka berlaku zalim," berbuat dosa dan maksiat, menempuh jalan yang tidak benar. "Maka robohlah dia atas atap-atapnya," tinggallah bekas-bekas runtuhan dari negeri atau kota-kota yang dahulunya. Sehingga yang diriapati di belakang hanya bekas-bekas tembok, atau tonggak-tonggak dari bangunan yang dahulunya kuat dan megah. "Dan sumur yang dangkal." tidak ada orangnya lagi, karena telah punah mati, hingga sumur tua yang telah ditinggalkan manusia di tengah padang tekukur sapi itulah yang tinggai jadi bukti bahwa di sana dahulu ada manusia: “Dan istana yang tinggi menjulang." (ujung ayat 45). Istana-Istana tempat dahulu raja-raja besar bersemayam. Yang tinggal hanya runtuhan.
Ayat 46
“Apa tidakkah mereka mengembara di bumi." (pangkal ayat 46). Pangkal ayat ini berupa pertanyaan tetapi isinya ialah anjuran agar mengembara, me lawat banyak di muka bumi, terutama untuk melihat bekas-bekas hukuman Tuhan kepada manusia yang mendurhakai Tuhan. "Lalu ada pada mereka hati yang dapat mereka berfikir dengan dia, atau telinga-telinga yang mereka mendengar dengan dia." Arhnya dalam pengembaraan melihat-lihat di bumi itu, sediakaniah hati dan pasanglah telinga. Dengar apa yang diceritakan orang tentang apa yang dilihat itu, lalu renungkan dalam hati dan ingat kebesaran Tuhan,
“Aku lihat masa beredar berbagai wama. Dukacita tak tetap sukacita pun tidak. Raja-raja membangun mahligai istana. Raja-raja tidak kekal, istana pun tidak."
“Tetapi sesungguhnya ini bukanlah kebutaan pada penglihatan." Artinya bukan sedikit orang yang mengembara di muka bumi, namun kebesaran, Tuhan tidak kelihatan olehnya, walaupun matanya nyalang. Sebab yang buta bukan mata; “Melainkan kebutaan hati yang ada dalam dada." (ujung ayat 46). Kalau hati yang buts, dia tidak dapat menerima dan membanding apa yang nampak oieh mata. Mata dan telinga hanya alat mengontak hati sanubari dengan tempat Ifakta keliling kita; alam insan, hidup dan pencipta! Karena tiaptiap peribadi kita, barulah bertumbuh jadi manusia sejati bilamana kontak kita selalu ada dengan yang empat itu: alam, insan, hidup dan pencipta.
Kalau hati buta karena ilmu tidak ada maka diridirig runtuhan kota-kota lama itu akan mati. Baru dia “hidup" kalau dibaca dengan ilmu.
Ayat 47
“Mereka mendesak engkau agar mempercepat datang azhab itu." (pangkal ayat 47). Kaum musyrikin atau kafir di Makkah itu seketika Rasulullah s.a.w. menyampaikan ancaman-ancaman Tuhan kepada orang yang tidak mau percaya, mereka telah menantang. Mereka berkata: “Kalau azhab itu memang ada mengapa tidak sekarang saja?" Mana Tuhanmu itu, Muhammad! Suruhlah turunkan azhab itu sekarang! “Dan tidaklah sekali-kali Allah akan memungkiri janjiNya." Artinya bahwa yang telah dijanjikan Tuhan itu pasti terjadi selama kamu masih saja menentang Tuhan! Dan azhab itu tidak akan datang kalau kamu taubat dan menuruti jalan yang benar."Dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhan engkau, samalah dengan seribu tahun dari apa yang kamu hitung." (ujung ayat 47).
Demikianlah mereka itu menggesa-gesa, padahal bagi Tuhan perhitungan itu lain. Seribu tahun hitungan edaran matahari bagi manusia, bagi Tuhan hanya hitungan sehari. Di sInilah perlunya ilmu untuk suluh hati. Kita mIsalkan runtuhan kota Athena atau Parsipolia, atau galian Mohenyo Daro, atau runtuhan kota Pompey. Kita hitung dalam hitungan perjalanan matahari, telah berlaku 2000 atau 3000 atau 4000 tahun, namun dalam perhitungan jalan sejarah baru seakan-akan dua tiga hari yang lalu. Orang merasa kesal akan kezaliman pemerintahan Stalin, Hitler, Mussolini di separuh pertama abad ke-20, padahal dalam masa 1000 tahuh sudah seratus timbul orang-orang semacam itu. Namun mereka naik dan mereka jatuh. Mereka lahir, mereka gagah, kemudian mati! Kadang-kadang tulangnya pun jadi lapuk mumuk tidak berubah dengan tulang makhluk yang lain!
Ayat 48
“Dan berapa banyak negeri yang Aku lambatkan waktunya." (pangkal ayat 48). Artinya lambat menurut pandangan orang yang telah lama menunggu. Mereka diberi kesempatan sementara waktu memperturutkan kehendak hawa nafsunya. Mereka lama baru insaf bahwa hidup itu menanti mati. Mereka bersenang-senang. Mereka diberi kesempatan. "Padahal dia telah berbuat aniaya," segala peraturan mereka langgar, perintah tidak dilaksanakan. Larangan tidak dihentikan. "Kemudian itu Aku siksa dia." Aku cabut segala nikmat dengan tiba-tiba, aku datangkan siksaan. Pada waktu itu tidak ada seorang pun yang dapat mempertahankan diri. "Dan kepada Akulah semua akan kembali." (ujung ayat 48). Tidak ada raja tidak ada rakyat. Tidak ada kaya tidak ada miakin. Tidak ada yang kuat tidak ada yang lemah. Semuanya kembali kepada Tuhan. Di situ terasa sekali betapa kecilnya manusia itu:
“Berapa banyak gunung-gunung telah diriaki puncaknya oleh orang. Orang-orang itu pun turun, namun gunung tetap gunung."
Seorang gagah perkasa merebut kuasa. Seluruhnya hendak dikuasainya. Ajal datang dia mall. Negeri yang dia tinggalkan tetap itu juga dan begitu. Laut dan daratnya, gunung dan lembah jadi saksi, bahwa yang dikuasai orang itu tidak ada, yang ada hanyalah kekuasaan Allah.