Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَلَمۡ
maka apakah tidak
يَسِيرُواْ
mereka berjalan
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
muka bumi
فَتَكُونَ
maka adalah
لَهُمۡ
bagi mereka (mempunyai)
قُلُوبٞ
hati
يَعۡقِلُونَ
mereka memahami
بِهَآ
dengannya/dengan itu
أَوۡ
atau
ءَاذَانٞ
telinga
يَسۡمَعُونَ
mereka mendengar
بِهَاۖ
dengannya/dengan itu
فَإِنَّهَا
maka sesungguhnya ia
لَا
tidak
تَعۡمَى
buta
ٱلۡأَبۡصَٰرُ
pandangan/mata
وَلَٰكِن
akan tetapi
تَعۡمَى
buta
ٱلۡقُلُوبُ
hati
ٱلَّتِي
yang
فِي
di
ٱلصُّدُورِ
dalam dada
أَفَلَمۡ
maka apakah tidak
يَسِيرُواْ
mereka berjalan
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
muka bumi
فَتَكُونَ
maka adalah
لَهُمۡ
bagi mereka (mempunyai)
قُلُوبٞ
hati
يَعۡقِلُونَ
mereka memahami
بِهَآ
dengannya/dengan itu
أَوۡ
atau
ءَاذَانٞ
telinga
يَسۡمَعُونَ
mereka mendengar
بِهَاۖ
dengannya/dengan itu
فَإِنَّهَا
maka sesungguhnya ia
لَا
tidak
تَعۡمَى
buta
ٱلۡأَبۡصَٰرُ
pandangan/mata
وَلَٰكِن
akan tetapi
تَعۡمَى
buta
ٱلۡقُلُوبُ
hati
ٱلَّتِي
yang
فِي
di
ٱلصُّدُورِ
dalam dada
Terjemahan
Tidakkah mereka berjalan di bumi sehingga hati mereka dapat memahami atau telinga mereka dapat mendengar? Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang berada dalam dada.
Tafsir
(Maka apakah mereka tidak berjalan) mereka orang-orang kafir Mekah itu (di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami) apa yang telah menimpa orang-orang yang mendustakan sebelum mereka (atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?) berita-berita tentang dibinasakannya mereka dan hancurnya negeri-negeri tempat tinggal mereka, oleh sebab itu mereka mengambil pelajaran darinya. (Karena sesungguhnya) kisah yang sesungguhnya (bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada) kalimat ayat ini berfungsi mengukuhkan makna sebelumnya.
Tafsir Surat Al-Hajj: 42-46
Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, 'Ad dan Samud, dan kaum Ibrahim dan kaum Lut, dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa, lalu Aku tangguhkan (azabKu) untuk orang-orang kafir, kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu). Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi, maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.
Allah ﷻ berfirman, menghibur hati Nabi Muhammad ﷺ yang sedang menghadapi pendustaan dari pihak orang-orang yang menentangnya dari kalangan kaumnya: Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum kaum Nuh. (Al-Hajj: 42), hingga akhir ayat berikutnya. padahal telah disampaikannya semua ayat yang jelas dan dalil yang terang. lalu Aku tangguhkan (azab-Ku) untuk orang-orang kafir. (Al-Hajj: 44) Yakni maka Kami beri masa tangguh bagi mereka dan Kami keluarkan mereka (dari rahmat) Kami. kemudian Aku azab mereka, maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu). (Al-Hajj: 44) Maksudnya, bagaimana kebencian-Ku dan azab-Ku terhadap mereka. Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa jarak antara perkataan Fir'aun kepada kaumnya, "Akulah Tuhan kalian yang tertinggi," dan kebinasaannya oleh Allah kurang lebih empat puluh tahun. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Abu Musa, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar memberi tangguh kepada orang yang zalim, hingga manakala Dia mengazabnya, maka ia tidak dapat terlepas dari azab-Nya.
Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 102) Adapun firman Allah ﷻ: Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya. (Al-Hajj:45) Artinya, sudah berapa banyak penduduk kota-kota yang telah Aku binasakan. yang penduduknya dalam keadaan zalim. (Al-Hajj: 45) Yakni mendustakan rasul-rasul-Nya. maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya. (Al-Hajj: 45) Ad-Dahhak mengatakan bahwa 'urusy artinya atap, yakni rumah-rumah tempat tinggal mereka hancur berantakan dan seluruh bangunan kota dan keramaiannya telah musnah. dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan. (Al-Hajj: 45) Yakni airnya tidak dipakai lagi dan tiada seorang pun yang datang kepadanya, padahal sebelum itu banyak orang berdatangan kepadanya untuk mengambil airnya, bahkan mereka berdesak-desakan untuk mendapatkan airnya.
dan istana yang tinggi. (Al-Hajj: 45) Ikrimah mengatakan, yang dimaksud dengan masyid ialah gedung yang dibangun dengan batu putih. Telah diriwayatkan pula dari Ali ibnu Abu Talib, Mujahid, Ata dan Sa'id ibnu Jubair, Abul Malih dan Ad-Dahhak hal yang semisal. Sedangkan menurut yang lainnya, masyid artinya yang dibangun tinggi. Menurut pendapat yang lainnya lagi, masyid artinya kokoh lagi kuat. Semua pendapat mengenai hal ini berdekatan pengertiannya dan tidak bertentangan, karena pengertiannya menunjukkan bahwa gedung-gedung yang kokoh lagi tinggi dan kuat itu tidak dapat melindungi para penghuninya dari azab Allah yang datang menimpa mereka disebabkan kezaliman mereka.
Seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Di mana saja kalian berada, ke matian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (An-Nisa: 78) Adapun firman Allah ﷻ: maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi. (Al-Hajj: 46) Artinya, mereka lakukan sendiri dengan tubuh dan pikiran mereka. Yang demikian itu merupakan cara yang efektif, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abud Dunia dalam kitab Tafakkur dan I'tibar-nya. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Dinar yang mengatakan bahwa Allah ﷻ mewahyukan kepada Musa (seraya berfirman), "Hai Musa, buatlah sepasang terompah dari besi, buat pula tongkat.
Kemudian berjalanlah kamu di permukaan bumi, lalu carilah bekas-bekas peninggalan yang mengandung pelajaran bagimu, hingga sepasang terompah itu jebol dan tongkat itu patah." Ibnu Abud Dunia mengatakan bahwa salah seorang yang bijak pernah mengatakan, "Hidupkanlah hatimu dengan nasihat-nasihat yang baik, sinarilah ia dengan bertafakkur, matikanlah dengan berzuhud, kuatkanlah dengan yakin, hinakanlah ia dengan kematian, dan batasilah ia dengan kefanaan.
Perlihatkanlah kepadanya bahaya-bahaya cinta duniawi, dan peringatkanlah ia dengan bencana masa dan buruknya perubahan hari-hari. Perlihatkanlah pula kepada berita-berita orang-orang terdahulu, dan ingatkanlah ia dengan apa yang telah menimpa orang-orang dahulu; perjalankanlah ia di bekas-bekas tempat tinggal mereka, dan perlihatkanlah kepadanya akibat dari perbuatan mereka, di manakah mereka bertempat tinggal dan bagaimanakah kesudahan dari mereka?" Dengan kata lain, lihatlah oleh kalian azab dan pembalasan yang telah menimpa umat-umat yang mendustakan rasul-rasul Allah itu.
lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? (Al-Hajj: 46) Yaitu mengambil pelajaran dari apa yang dilihat dan didengarnya. Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46) Yang dimaksud bukanlah buta mata, melainkan buta pandangan hati. Kendatipun pandangan mata seseorang sehat dan tajam, tetapi tidak dapat mencerna pelajaran-pelajaran dan tidak dapat menanggapi apa yang didengar.
Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh seorang penyair berikut sehubungan dengan pengertian ini. Dia adalah Abu Muhammad Abudullah ibnu Muhammad ibnu Hayyan Al-Andalusi Asy-Syantrini yang tutup usia pada tahun 517 Hijriah. Dia mengatakan seperti berikut: ................... Hai orang yang mendengar dengan patuh kepada penyeru yang mencelakakannya, padahal dua pembela sungkawa telah berseru kepadanya, yaitu uban dan usia yang lanjut.
Jika kamu tidak dapat mendengar peringatan, maka apakah kamu tidak melihat dua peringatan yang ada pada kepalamu, yaitu pendengaran dan penglihatan. Sesungguhnya orang yang buta dan tuli itu hanyalah seorang lelaki yang tidak dapat memanfaatkan dua pemberi petunjuknya, yaitu mata dan jejak-jejak peninggalan (umat terdahulu). Masa tidak dapat membuatnya hidup kekal, begitu pula dunia, cakrawala yang tinggi, api, matahari, dan rembulan. Ia pasti pergi meninggalkan dunia ini, sekalipun ia tidak menginginkannya; berpisah dengan dua tempat tinggalnya, yaitu tubuh kasar dan keramaian tempat tinggalnya."
Allah lalu bertanya kepada orang-orang yang menolak ajaran Allah yang dibawa Rasulullah, "Maka apakah mereka tidak pernah berjalan di bumi menyaksikan peninggalan umat terdahulu atau mengkajinya secara mendalam sehingga kalbu, kecerdasan emosi, dan spiritual mereka dapat memahami atau merenungkan ajaran Al-Qur'an atau telinga mereka dapat mendengar ajakan Rasul untuk beriman kepada Allah'" Mata, telinga, dan pikiran mereka tertutup. Oleh sebab itu, sejatinya bukan mata lahiriah mereka itu yang buta sehingga tidak dapat melihat bukti-bukti kebenaran ajaran Rasulullah, tetapi yang buta adalah mata hati mereka yang ada di dalam dada mereka. 47. Karena mata hati mereka buta dan telinga mereka tertutup, dan mereka dengan sombong dan menantang meminta kepadamu, Muhammad, agar azab yang dijanjikan kepada orang-orang kafir itu disegerakan di dunia ini. Mereka tidak mengetahui bahwa Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya bahwa azab yang pedih bagi orang-orang kafir itu akan diberikan di akhirat. Dan sungguh, jika mereka menyadari bahwa sehari di sisi Tuhanmu di akhirat seperti seribu tahun menurut perhitunganmu di dunia sehingga merasakan azab sehari saja di dalam neraka sebanding dengan seribu tahun di dunia. Betapa dah-syatnya azab Allah, mengapa mereka menantang'.
Orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan mengingkari seruan Nabi Muhammad ﷺ sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara Mekah dan Syiria, serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jazirah Arab. Mereka membawa barang dagangan dalam perjalanan melihat bekas-bekas reruntuhan negeri umat-umat yang dahulu telah dihancurkan Allah, seperti bekas-bekas negeri kaum 'Ad dan kaum samud, bekas reruntuhan negeri kaum Lut dan kaum Syu'aib dan sebagainya. Orang-orang musyrik Mekah telah pula mendengar kisah tragis kaum yang durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan renungkan bahwa tindakan mereka mengingkari seruan Muhammad dan menyiksa para sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para rasul yang diutus kepada mereka? Jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah. Allah Mahakuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorang pun yang sanggup menghalanginya.
Melihat sikap orang-orang musyrik Mekah yang demikian, ternyata mata mereka tidaklah buta, karena mereka dapat melihat bekas-bekas reruntuhan negeri kaum yang durhaka itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran. Yang menutup hati mereka itu ialah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan mereka dari nenek moyang mereka dahulu. Oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-umat terdahulu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Sebagai penawar dan pembujuk jika kaum musyrikin itu mendustakan Nabi, maka datanglah ayat ini:
Ayat 42
“Dan jika mereka dustakan engkau." (pangkal ayat 42). Mereka tidak mau percaya kepada seruan yang engkau bawa, bahkan kadang-kadang mereka cemuhkan: “Maka sesungguhnya telah mendustakan pula sebelum mereka kaum Nuh dan ‘Ad" (yaitu kaum Nabi Hud) “dan Tsamud." (yaitu kaum Nabi Shalih). (ujung ayat 42).
Ayat 43
“Dan kaum Ibrahim." (pangkal ayat 43). Yaitu bangsa Kaldan sebelum Nabi Ibrahim meninggalkan negeri itu, “dan kaum Luth." (ujung ayat 43). Luth kemenakan dari Nabi Ibrahim. Kaumnya ialah penduduk Sadum (Sodom) yang laki-laki suka bersetubuh dengan sesama laki-laki.
Ayat 44
“Dan penduduk Madyan." (pangkal ayat 44). Yang diutus Tuhan kepada mereka Nabi Syu'aib. Penduduk yang terkenal berniaga dan berlaku curang di dalam timbangan dan ukuran. "Dan telah diriustakan (pula) Musa." Tentang Nabi Allah Musa tidaklah disebut dalam ayat ini bahwa beliau diriustakan oleh kaumnya. Sebab yang mendustakan adalah Raja Fir'aun: “Maka Aku perlambat (waktu) bagi orang-orang yang tidak percaya itu." Maksudnya ialah bahwa tidaklah segera Allah menjatuhkan hukum dan siksaan kepada kaumkaum yang mendustakan itu. Kadang-kadangdirasakan, terutama oleh orang yang menderita atau silau melihat kemegahan, orang-orang yang durhaka itu, Mengapa Tuhan tidak juga bertindak menghancurkan mereka. Padahal mereka telah nyata mendurhaka kepada Tuhan. "Kemudian aku siksa mereka." Biasa= nya siksaan datang dengan tiba-tiba. Di saat mereka tidak menyangka. Di saat mereka di puncak kemegahan.
Kalimat yang dipakai uniuk menyatakan siksaan yang diriatangkan itu ialah … yang arti asalnya ialah “Aku ambil mereka" atau “Aku cabut", atau “Aku sentakkan mereka". "Maka betapa jadiriya pembatasanKu." (ujung ayat 44). Peringatan yang berupa pertanyaan tentang betapa dahsyatnya pembalasan atau siksaan Tuhan itu. Kaum Nuh ditenggelamkan seturuhnya. Kaum ‘Ad dimusnahkan oleh angin punting beliung. Kaum Tsamud dihancurkan dengan, suara malaikat yang amat dahsyat. Kaum Luth ditunggang-balikkan negerinya. Penduduk Matiyan hancur lebur karena mendengar pekik dahsyat juga. Fir'aun yang mendustakan Nabi Musa itu tenggelam bersama dengan tentaranya di daiam lautan Qulzum, yang dibukakan Tuhan untuk menyeberangkan dan ditutup Tuhan kembali buat menenggelamkan Fir'aun.
Lalu di atas selanjutnya Tuhan memberi peringatan bahwa yang menerima pukulan Tuhan itu bukan negeri-negeri dan kaum-kaum yang disebut itu saja:
Ayat 45
“Dan berapa banyak dari negeri-negeri, telah Kami binasakan dianya." (pangkal ayat 45). Dengan keterangan demikian nyatalah bahwa negeri-negeri yang dibinasakan Tuhan itu bukanlah sekedar yang tersebut di dalam al-Qur'an itu saja. Dan hal ini adalah sebagai yang tersebut di dalam Surat 40 (Ghafir) ayat 78, bahwa Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu ada yang diuraikan kisahnya dalam al-Qur'an dan ada yang tidak: “Sedang mereka berlaku zalim," berbuat dosa dan maksiat, menempuh jalan yang tidak benar. "Maka robohlah dia atas atap-atapnya," tinggallah bekas-bekas runtuhan dari negeri atau kota-kota yang dahulunya. Sehingga yang diriapati di belakang hanya bekas-bekas tembok, atau tonggak-tonggak dari bangunan yang dahulunya kuat dan megah. "Dan sumur yang dangkal." tidak ada orangnya lagi, karena telah punah mati, hingga sumur tua yang telah ditinggalkan manusia di tengah padang tekukur sapi itulah yang tinggai jadi bukti bahwa di sana dahulu ada manusia: “Dan istana yang tinggi menjulang." (ujung ayat 45). Istana-Istana tempat dahulu raja-raja besar bersemayam. Yang tinggal hanya runtuhan.
Ayat 46
“Apa tidakkah mereka mengembara di bumi." (pangkal ayat 46). Pangkal ayat ini berupa pertanyaan tetapi isinya ialah anjuran agar mengembara, me lawat banyak di muka bumi, terutama untuk melihat bekas-bekas hukuman Tuhan kepada manusia yang mendurhakai Tuhan. "Lalu ada pada mereka hati yang dapat mereka berfikir dengan dia, atau telinga-telinga yang mereka mendengar dengan dia." Arhnya dalam pengembaraan melihat-lihat di bumi itu, sediakaniah hati dan pasanglah telinga. Dengar apa yang diceritakan orang tentang apa yang dilihat itu, lalu renungkan dalam hati dan ingat kebesaran Tuhan,
“Aku lihat masa beredar berbagai wama. Dukacita tak tetap sukacita pun tidak. Raja-raja membangun mahligai istana. Raja-raja tidak kekal, istana pun tidak."
“Tetapi sesungguhnya ini bukanlah kebutaan pada penglihatan." Artinya bukan sedikit orang yang mengembara di muka bumi, namun kebesaran, Tuhan tidak kelihatan olehnya, walaupun matanya nyalang. Sebab yang buta bukan mata; “Melainkan kebutaan hati yang ada dalam dada." (ujung ayat 46). Kalau hati yang buts, dia tidak dapat menerima dan membanding apa yang nampak oieh mata. Mata dan telinga hanya alat mengontak hati sanubari dengan tempat Ifakta keliling kita; alam insan, hidup dan pencipta! Karena tiaptiap peribadi kita, barulah bertumbuh jadi manusia sejati bilamana kontak kita selalu ada dengan yang empat itu: alam, insan, hidup dan pencipta.
Kalau hati buta karena ilmu tidak ada maka diridirig runtuhan kota-kota lama itu akan mati. Baru dia “hidup" kalau dibaca dengan ilmu.
Ayat 47
“Mereka mendesak engkau agar mempercepat datang azhab itu." (pangkal ayat 47). Kaum musyrikin atau kafir di Makkah itu seketika Rasulullah s.a.w. menyampaikan ancaman-ancaman Tuhan kepada orang yang tidak mau percaya, mereka telah menantang. Mereka berkata: “Kalau azhab itu memang ada mengapa tidak sekarang saja?" Mana Tuhanmu itu, Muhammad! Suruhlah turunkan azhab itu sekarang! “Dan tidaklah sekali-kali Allah akan memungkiri janjiNya." Artinya bahwa yang telah dijanjikan Tuhan itu pasti terjadi selama kamu masih saja menentang Tuhan! Dan azhab itu tidak akan datang kalau kamu taubat dan menuruti jalan yang benar."Dan sesungguhnya satu hari di sisi Tuhan engkau, samalah dengan seribu tahun dari apa yang kamu hitung." (ujung ayat 47).
Demikianlah mereka itu menggesa-gesa, padahal bagi Tuhan perhitungan itu lain. Seribu tahun hitungan edaran matahari bagi manusia, bagi Tuhan hanya hitungan sehari. Di sInilah perlunya ilmu untuk suluh hati. Kita mIsalkan runtuhan kota Athena atau Parsipolia, atau galian Mohenyo Daro, atau runtuhan kota Pompey. Kita hitung dalam hitungan perjalanan matahari, telah berlaku 2000 atau 3000 atau 4000 tahun, namun dalam perhitungan jalan sejarah baru seakan-akan dua tiga hari yang lalu. Orang merasa kesal akan kezaliman pemerintahan Stalin, Hitler, Mussolini di separuh pertama abad ke-20, padahal dalam masa 1000 tahuh sudah seratus timbul orang-orang semacam itu. Namun mereka naik dan mereka jatuh. Mereka lahir, mereka gagah, kemudian mati! Kadang-kadang tulangnya pun jadi lapuk mumuk tidak berubah dengan tulang makhluk yang lain!
Ayat 48
“Dan berapa banyak negeri yang Aku lambatkan waktunya." (pangkal ayat 48). Artinya lambat menurut pandangan orang yang telah lama menunggu. Mereka diberi kesempatan sementara waktu memperturutkan kehendak hawa nafsunya. Mereka lama baru insaf bahwa hidup itu menanti mati. Mereka bersenang-senang. Mereka diberi kesempatan. "Padahal dia telah berbuat aniaya," segala peraturan mereka langgar, perintah tidak dilaksanakan. Larangan tidak dihentikan. "Kemudian itu Aku siksa dia." Aku cabut segala nikmat dengan tiba-tiba, aku datangkan siksaan. Pada waktu itu tidak ada seorang pun yang dapat mempertahankan diri. "Dan kepada Akulah semua akan kembali." (ujung ayat 48). Tidak ada raja tidak ada rakyat. Tidak ada kaya tidak ada miakin. Tidak ada yang kuat tidak ada yang lemah. Semuanya kembali kepada Tuhan. Di situ terasa sekali betapa kecilnya manusia itu:
“Berapa banyak gunung-gunung telah diriaki puncaknya oleh orang. Orang-orang itu pun turun, namun gunung tetap gunung."
Seorang gagah perkasa merebut kuasa. Seluruhnya hendak dikuasainya. Ajal datang dia mall. Negeri yang dia tinggalkan tetap itu juga dan begitu. Laut dan daratnya, gunung dan lembah jadi saksi, bahwa yang dikuasai orang itu tidak ada, yang ada hanyalah kekuasaan Allah.