Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
إِن
jika
مَّكَّنَّـٰهُمۡ
Kami meneguhkan mereka
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
muka bumi
أَقَامُواْ
mereka mendirikan
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
وَءَاتَوُاْ
dan mereka menunaikan
ٱلزَّكَوٰةَ
zakat
وَأَمَرُواْ
dan mereka menyuruh
بِٱلۡمَعۡرُوفِ
dengan perbuatan baik
وَنَهَوۡاْ
dan mereka mencegah
عَنِ
dari
ٱلۡمُنكَرِۗ
kemungkaran
وَلِلَّهِ
dan kepada Allah
عَٰقِبَةُ
akibat/kesudahan
ٱلۡأُمُورِ
segala urusan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
إِن
jika
مَّكَّنَّـٰهُمۡ
Kami meneguhkan mereka
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
muka bumi
أَقَامُواْ
mereka mendirikan
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
وَءَاتَوُاْ
dan mereka menunaikan
ٱلزَّكَوٰةَ
zakat
وَأَمَرُواْ
dan mereka menyuruh
بِٱلۡمَعۡرُوفِ
dengan perbuatan baik
وَنَهَوۡاْ
dan mereka mencegah
عَنِ
dari
ٱلۡمُنكَرِۗ
kemungkaran
وَلِلَّهِ
dan kepada Allah
عَٰقِبَةُ
akibat/kesudahan
ٱلۡأُمُورِ
segala urusan
Terjemahan
(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kemantapan (hidup) di bumi, mereka menegakkan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.
Tafsir
(Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi) dengan memberikan pertolongan kepada mereka sehingga mereka dapat mengalahkan musuh-musuhnya (niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar) kalimat ayat ini menjadi Jawab Syarat; dan Syarat beserta Jawabnya menjadi Shilah dari Maushul, kemudian diperkirakan adanya lafal Hum sebelumnya sebagai Mubtada (dan kepada Allahlah kembali segala urusan) di akhirat, semua urusan itu kembali kepada-Nya.
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi' Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub dan Hisyam, dari Muhammad yang mengatakan bahwa Usman ibnu Affan pernah mengatakan, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami (para sahabat), yaitu firman-Nya: '(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar' (Al-Hajj: 41) Kami telah diusir dari rumah kami tanpa alasan yang benar, melainkan hanya karena kami beriman bahwa Allah adalah Tuhan kami.
Kemudian Dia meneguhkan kedudukan kami di suatu negeri, maka kami mendirikan salat, menunaikan zakat, dan memerintahkan berbuat kebajikan serta mencegah dari perbuatan mungkar, dan kepada Allah-lah dikembalikan semua urusan. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan aku dan sahabat-sahabatku. Menurut Abul Aliyah, mereka adalah sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ As-Sabbah ibnu Sawadah Al-Kindi mengatakan, ia pernah mendengar Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz berkhotbah seraya mengucapkan firman-Nya: (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi. (Al-Hajj: 41), hingga akhir ayat. Kemudian Umar ibnu Abdul Aziz berkata, "Ingatlah, sesungguhnya tugas ini bukan saja diwajibkan bagi penguasa semata, tetapi di wajibkan bagi penguasa dan rakyatnya.
Ingatlah, aku akan menceritakan kepada kalian kewajiban kalian dari tugas ini terhadap penguasa kalian, dan kewajiban penguasa dari tugas ini terhadap kalian. Sesungguhnya kewajiban penguasa terhadap kalian dari tugas ini ialah hendaknya ia membimbing kalian ke jalan Allah dan mempersatukan kalian serta menanamkan rasa gotong royong di antara sesama kalian, dan memberikan petunjuk kepada kalian jalan yang paling lurus dengan segala kemampuannya.
Dan sesungguhnya kewajiban kalian terhadap penguasa ialah hendaknya kalian taat kepadanya dengan hati yang tulus ikhlas; bukan lahiriahnya menurut, tetapi batinnya menolak." Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi. (An-Nur: 55) Adapun firman Allah ﷻ: dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj: 41) sama pengertiannya dengan firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Qashash: 83) Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Al-Hajj: 41) Yakni di sisi Allah-lah terdapat pahala dari perbuatan mereka."
Para sahabat Nabi yang diusir dari kampung halamannya hanya karena mereka meyakini tidak ada tuhan selain Allah itu adalah orang-orang yang jika Kami beri kedudukan kepada mereka di bumi dengan menjadi umara, mereka akan menggunakan kekuasaannya untuk mengajak umat melaksanakan salat berjamaah, di masjid, awal waktu; menunaikan zakat, infak, dan sedekah dengan manajemen yang baik untuk kesejahteraan umat, dan menyuruh berbuat yang makruf kepada seluruh lapisan masyarakat dan mencegah dari yang mungkar dari siapa saja yang mengindikasikan melanggar hukum dan menyimpang dari aturan yang berlaku; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan dengan seadil-adilnya mengenai nasib manusia di akhirat. 42-43. Dan jika mereka, orang-orang musyrik yang kaya dan berkuasa di Mekah, mendustakan ajaran engkau, Muhammad, yang bersumber dari wahyu Allah, maka sungguh begitulah sikap kaum sebelum mereka, mendustakan ajaran yang dibawa oleh para nabi mereka seperti kaum Nuh, 'Ad, dan Samud, dan demikian juga sifat dan karakter kaum Ibrahim dan kaum Lut yang secara terbuka menantang dan mendustakan ajaran para nabi yang diutus kepada mereka.
Kemudian Allah menerangkan sifat-sifat orang yang diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar itu. Mereka ialah para sahabat beserta Nabi Muhammad saw, yang kepada mereka Allah telah menjanjikan kemenangan. Jika kemenangan telah mereka peroleh, mereka tidak seperti orang-orang musyrik dan orang-orang yang gila kekuasaan tetapi mereka akan tetap melaksanakan:
1. Salat pada setiap waktu yang telah ditentukan sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Mereka benar-benar telah yakin, bahwa salat itu tiang agama, merupakan tali penghubung yang langsung antara Allah dengan hamba-Nya, mensucikan jiwa dan raga, mencegah manusia dari perbuatan keji dan perbuatan mungkar serta merupakan perwujudan takwa yang sebenarnya.
2. Mereka menunaikan zakat. Mereka meyakini bahwa di dalam harta si kaya terdapat hak orang-orang fakir dan miskin. Karena itu mereka dalam menunaikan zakat itu bukanlah karena mereka mengasihi orang-orang fakir dan miskin, tetapi semata-mata untuk menyerahkan hak orang fakir dan miskin yang terdapat dalam harta mereka. Jika mereka diangkat sebagai penguasa, mereka berusaha agar hak orang-orang fakir dan miskin itu benar-benar sampai ke tangan mereka.
3. Perintah untuk menyuruh manusia berbuat makruf dan mencegah perbuatan mungkar. Mereka mendorong manusia mengerjakan amal saleh, memimpin manusia melalui jalan lurus yang dibentangkan Allah. Mereka sangat benci kepada orang-orang yang biasa melanggar larangan-larangan Allah.
Amat benarlah janji Allah. Mereka memperoleh kemenangan yang telah dijanjikan itu. Mereka ditetapkan Allah sebagai pengurus urusan duniawi dan pemimpin umat beragama dengan baik. Dalam waktu yang singkat kaum Muslimin telah dapat menguasai daerah-daerah di luar Jazirah Arab.
Tindakan mereka sesuai dengan firman Allah:
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (Ali 'Imran/3: 110).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Berperang Untuk Mempertahankan Diri
Ayat 38
“Sesungguhnya Allah akan mempertahankan orang-orang yang beriman." (pangkal ayat 38). Al-Qurthubi mengatakan dalam Tafsirnya bahwa ayat ini adalah suatu jaminan kepada orang-orang beriman supaya mereka tetap bersabar dan memperteguh iman lantaran gangguan-gangguan kaum kafir di negeri Makkah. Karena kadang-kadang sudah hilang kesabaran mereka, tidak tahan lagi menderita, sampat ada yang ingin membalas, ingin membunuh kafirkafir itu jika mereka terpencil. Maka datanglah ayat ini menyatakan jaminan Tuhan; bahwa meskipun bagaimana pahitnya penderitaan, namun Allah tetap akan mempertahankan orang yang beriman. Dan sabda Tuhan selanjutnya: “Sesungguhnya Allah tidaklah suka kepada tiap-tiap orang yang khianat, yang tidak berterimakasih." (ujung ayat 38).
Dan selanjutnya Tuhan memberi pula penjelasan bahwa orang-orang kaflr yang mengganggu kaum Muslimin itu seberianya adalah orang-orang yang pengkIblisnat dan orang yang kafir adalah juga orang-orang yang tidak kenal terimakasih, telinga mereka, mereka sumbat supaya jangan mendengar setiap ajakan dan seruan kepada kebenaran. Karena Allah tidak suka kepada orangorang yang semacam itu, tidaklah usaha mereka akan berhasil. Sedang orang yang beriman, bagaimana pahitnya penderitaan mereka Allah akan tetap mempertahankan mereka.
Ayat ini diturunkan tatkala kedudukan kaum yang beriman masih lemah. Yaitu sebeJum pertemuan rahasia dengan keputusan kaum Anshar dari Madinah di Aqabah, dekat Mina. Sebab kekuasaan masih di tangan orang musyrikin di negeri Makkah. Tetapi.kemudian setelah kaum Muslimin kuat kedudukannya setelah pindah ke Madinah, mulailah mereka diizinkan mempertahankan diri
Ayat 39
“Diberi izin bagi orang-orang yang diperangi, karena mereka dianiaya." (pangkal ayat 39). Dalam ayat ini ditegaskan bahwa bangkitnya ajaran Nabi Muhammad s.a.w. para pengikut Nabi telah diperangi, Ibu Ammar bin Yasir telah mati disula. Bilal telah dijemur di padang pasir dan dihimpit dengan batu. Ammar bin Yasir dipukuli. Begitu juga Abu Zar al-Ghifari. Sejarah mencatat bahwa akhinya timbul musyawarah hendak membunuh Nabi sendiri. Padahal yang mereka anggap kesalahan ialah karena mereka itu hanya mengakui Allah Saw! Oleh sebab itu perang yang dihadapkan diri kaum Muslimin itu adalah semata-mata kezaliman, semata-mata aniaya. Lantaran itu maka setelah kaum Muslimin itu telah merasa dirinya kuat, mulailah diberi izin mempertahankan diri: “Dan sesungguhnya Allah adalah sanggup menolong mereka." (ujung ayat 39). Ujung ayat inl adalah pula jaminan bahwa setelah diizinkan mempertahan-kan diri itu diberikan, orang yang beriman tidak usah ragu-ragu lagi. Tuhan sanggup. Tuhan Maha Kuasa, buat membela dan menolong mereka. Sebab mereka adalah teraniaya. Mereka dianggap bersalah besar oleh kaum musyrikin karena mereka menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sama nasib mereka dengan Ash-habit Ukhdud, (Surat 85, al-Buruj ayat 8).
“Dan tidaklah mereka menyiksa orang-orang itu, hanyalah karena orang-orang percaya kepada Allah Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji."
Ayat 40
“(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halaman mereka tidak dengan jalan yang benar." (pangkal ayat 40). Begitulah pengikut-pengikut Nabi Muhammad karena teguh mempertahankan iman mereka. Sampai mereka tidak pernah merasa aman tinggal di kampung halaman sendiri, sebab diganggu dianiaya siang dan malam. Lantaran itu mereka terpaksa hijrah. Ke Habsyi sampai dua rombongan, sesudah itu hijrah ke Madinah dalam rombongan besar."Hanyalah karena mereka berkata: Tuhan kami Allah." Hanya itu raja sebabnya! Yaitu karena mempertahankan keyakinan bahwa selain dan Allah Yang Maha Esa tidak ada Tuhan.
Setelah itu Allah menjelaskan lagi dasar dari pemberian izin mempertahankan diri itu. Tuhan selanjutnya bersabda: “Dan kalau tidaklah Allah mempertahankan manusia yang setengahnya dengan yang setengahnya, niscaya diruntuh oranglah tempat-tempat beribadat dan biara-biara dan gereja-gereja dan mesjid-mesjid yang banyak disebut di dalamnya nama Allah."
Mempertahankan manusia, yang setengahnya dengan yang setengah, artinya ialah bahwa sudah menjadi tabiat bagi manusia di dalam dunia, yang kuat kerapkah hendak menindas yang lemah. Atau manusia yang dipengaruhi hawanafsunya tidak mau tunduk kepada jalan yang benar. Mereka berici kepada segala usaha mendekati Tuhan. Oleh sebab Tuhan izin manusia yang beriman kepada Allah mempertahankan diiinya jika pihak yang merasa kuat itu hendak bertindak sewenang-wenang. Mempertahankan diri itulah yang dinamai Jihad! Dalam ayat ini jelaslah bahwa Islam menyuruh menyiapkan kekuatan untuk pertahanan. Ini bertalan dengan ayat 60 dari Surat 8, al-Anfal:
“Dan bersedia-sedialah kamu di dalam menghadapi mereka sekuat kesanggupan kamu, dan kekuatan dan dari pasukan-pasukan kuda yang selaiu siaga, supaya takut dengan dia musuh Allah dan musuh kamu."
“Dari kekuatan" itu ialah alat senjata."Pasukan-pasukan berkuda" ialah perlengkapan kendaraan perang di waktu itu. Di zaman moden tentu dengan alat-alat moden pula. "Sekuat kesanggupan kamu", arti cara sekarang, ialah “semaksimal mungkin". Jangan sampai ketinggalan!
Dengan itu teranglah sudah bahwa agama, tidak bIsa tegak dan teguh tanpa diaokong oleh kekuasaan.
Di dalam ayat yang tengah ditafsirkan ini jelas bertemu bahwa kalau pertahanan tidak kuat, niscaya akan diruntuh dan dihancur-leburkan orang tempat-tempat beribadat. Di dalam ayat ini disebutkan empat macam tempat beribadat dalam bahasa Arab:
(1) … Shawami';yaitu tempat beribadat yang khusus dan terpencil bagi pendeta-pendeta Nasrani yang telah mengkhususkan dirinya dan menjauh dari keributan dunia.
(2) … Biya`un; yaitu gereja-gereja tempat berkumpul sembahyana orang Nasrani tiap-tiap hari Ahari. Kata umumnya kanIsah gereja.
(3) … Shalawatun; yaitu tempat beribadat orang Yahudi.
(4) … Masajid; yaitu mesjid-mesjid tempat orang Islam beribadat, sembahyang lima waktu, sembahyang dan kegiatan agama yang lain.
Maka ditegaskanlah dalam ayat ini. Kalau pertahanan tidak kuat, tempattempat memuja Allah itu akan hancur lebur dilanda oleh kekuatan jahat.
Al-Qasimi menulis dalam Tafsirnya, bahwa kalimat: … (huddimat) yang berarti dihancurkan, berarti juga: … (‘uttilat) yang berarti dibiarkan tinggal kosong. Tegasnya tak ada orang yang sembahyang lagi, walaupun tempat-tempat ibadat itu masih berdiri.
Sayid Quthub menulis dalam Tafsirnya:
“Sesungguhnya tenaga jahat dan kesesatan selalu kerja keras di muka bumi ini. Pertanggungan di antara baik dengan huruk, di antara petunjuk dan kesesatan tidaklah henti-hentinya. Sejak manusia diciptakan Allah di muka bumi, sejak itu pulalah telah timbul peperangan sengit di antara iman kepada Tuhan dengan kekuatan hendak melawan Tuhan.
Kejahatan yang selalu menyerang, kebatilan yang selalu hendak menggunakan senjata dan menggagahi. Dia memukul dengan tidak mengenal kasihan. Dia menghantam dengan tidak memberi kesempatan. Bila dia salah mendapat petunjuk jalan yang benar, kejahatan berusaha hendak mengalahkan. Kalau dia telah mendapat kebenaran, namun kejahatan masih berusaha hendak menghancurkannya. Sebab itu, tidak dapat tidak, iman dan kebenaran dan kebaikan mesti ada yang melindunginya dari serbuan tiba-tiba, untuk menjaga jangan dia kena fitnah, dipelihara jangan sampai tersandung dun, atau kena perangkap beracun.
Sebab itu maka Allah tidak mau membiarkan iman dan kebenaran dan kebaikan itu berjuang memelihara diri dari serbuan kejahatan dan kebatilan tanpa senjata dan pertahanan. Allah tidak membiarkan pertahanan itu hanya diserahkan kepada kekuatan iman di dada dan pada muminya kebenaran dalam jiwa yang bersih, atau dengan mendalam urat kebajikan dalam hati sanubari. Kesabaran itu ada batas. Ketahanan menderita ada ujung. Allah Maha Tahu akan hati manusia. Oleh sebab itu maka Tuhan tidaklah membiarkan orang-orang yang beriman itu menjadi kurhari dari serbuan nafsu jahat. Satu waktu mereka mesti bersedia melawan bersiap bertahan, menyiapkan segala persiapan untuk jahat.
Susunan perintah Tuhan jelas sekali sejak dari ayat 38 di atas. Di kala masih lemah, latihlah diri menderita. Aniaya musuh tidaklah akan membekas. Tuhan akan mempertahankan orang yang beriman. Menahan diri pada waktu begitu ialah termasuk dalam rangka strategi perjuangan juga. Setelah slap barulah datang keizinan Allah untuk menangkia serangan-serangan yang dilakukan oleh kekuatan jahat itu. Itulah yang dijelaskan di ayat 39.
Di ayat 40 dijelaskan nasib umat Tauhid itu sampai mereka diusir dart kampung halaman, karena dianggap bersalah besar dengan apa bertuhan kepada Allah. Lalu di ujung ayat dijelaskan inti cita-cita dart peperangan mempertahankan diri, karena di dalam diri itu ada iman. Ada cita-cita. Ada ideologi. Yaitu mempertahankan tempat-tempat yang dianggap suci. Tempat-tempat manusia bertafakkur mengingat Allah sebagai pencipta alam yang dan Dia kita datang, dengan jaminanNya kita hidup dan kepadaNya kita kembali.
Sebab yang dapat seruan dalam ayat ini ialah kaum Muslimin, maka dijelaskanlah bahwa pertahanan ini bukan semata-mata buat mempertahankan mesjid-mesjid tempat orang Islam bersembahyang. Bahkan juga untuk mempertahankan biara-biara (klooster) yang di sana para pendeta laki-laki atau pendeta perempuan mengasingkan diri ada yang bertahun-tahun. ada yang seumur hidup. Demikian juga gereja, yang diriatangi orang Kristen yang taat buat mendengar khutbah keagamaan, dari pendeta-pendeta mereka tiap-tiap hari Ahari. Demikian juga tempat beribadat orang Yahudi yang mereka namai Tabemacle. Di sana mereka berkumpul mengulang-ulangi ajaran kitab Taurat flap hari Sabtu. Di belakang itu baru disebut mesjid!
Mengapa mesjid-mesjid disebut terakhir?
Memang! Karena kedatangannya tidaklah hendak menghapuskan agama yang lain. Pertukaran fikiran tentang agama boleh berlaku. Tetapi bukan memaksa orang masuk ke Islam. Setelah Rasuluilah hijrah ke Madinah dibuat perjanjian dengan Yahudi penduduk Madinah, bahwa akan hidup berdampingan secara damai. Terjadinya pertentangan hebat dengan Yahudi ialah setelah mereka sendiri yang mengkhianati segala janji itu, Dan setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar jadi khalifah beliau, maka salah satu instruksi atau perintah harian beliau kepada pemimpin tentara yang akan berangkat ke Syam, Yazid bin Abu Sufyan, bahwa orang-orang yang tekun beribadat di dalam biara-biara jangan diganggu.
Dan setelah Syam dapat ditaklukkan, setelah Abu Bakar wafat, penaktukan Syam dihadapi oleh Umar bin Khathab sendiri. Beliaulah yang datang sendiri ke Syam, ke Palestina menerima tanda takluk dari uskup besar di sana. Dan uskup ini ditetapkan dalam jabatannya. Orang-orang yang memeluk agama Yahudi dan Nasrani yang telah ditakluk ke bawah perlindungan kekuasaan Islam dinamai mu'ahid yang berarti orang yang telah mengikat janji, dinamai juga Dzimmi, yaitu orang yang telah diperlindungi atau dijamin. Kewajiban pertahanan Islam ialah melindungi rumah-rumah suci tempat mereka beribadat, Di dalam ayat 39 yang kita tafsirkan ini disebutlah biara-biara dan gereja-gereja Kristen diperlindungi, rumah ibadat Yahudi dilindungi. Baru kemudian disebut mesjid-mesjid, karena mesjid-mesjid sudah semestinya. Dart segi berfikir yang teratur dapat kita maknakan demikian: “Sedangkan biara, gereja dan tabemacle tagi wajib dilindungi, apatah lagi mesjid!"
Di zaman giatnya zending dan missi Kristen mempropagandakan agamanya ke negeri-negeri Islam sekarang ini, pihak mereka selalu berusaha menuduh agama Islam tidak ada toleransi agama. Mereka menuduh Islam disiarkan dengan pedang. Padahal sejak zaman khalifah-khalifah Abu Bakar dan Umar sampai sekarang sudah 14 abad, minoritas Kristen masih terdapat di Syam. Mereka diperlindungi oleh kekuasaan Islam, sehingga agama itu masih ada sampai sekarang. Sesudah penjajahan Kristen dan Barat datang ke sana barulah mereka memecah-belah, lalu memberi keistimewaan kepada Kristen di Libanon!
Sampai sekarang pusat gereja Kopti masih tetap di Iakandariyah, dalam negeri Islam Mesir. Pusat gereja Orthodox masih tetap dan selamat di Istanbul. Pusat-pusat gereja di Iskandariyah dan Istanbul kedua negeri itu diakui dan dilindungi oleh kekuasaan Islam, walaupun kerajaan-kerajaan Islam yang memerintah telah silih berganti. Tetapi kalau pihak Kristen yang berkuasa, mereka akan berusaha memusnahkan Islam.
Pemeliharaan ini adalah karena melaksanakan perintah ayat ini. Di antara kepercayaan Islam dengan Yahudi dan Nasrani sudahlah nyata:
“Sekali-kali tak ada paksaan pada agama. Sesungguhnya sudah jelas perbedaan jalan yang benar dari jalan yang sesat." (al-Baqarah: 256)
Maka meskipun jalan ajaran Islam yang benar namun memegang agama keturunan ahli kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani itu lebih baik daripada tidak beragama. Lebih baik daripada kesewenang-wenangan mempertuhankan bencis atau makhluk. Terutama di zaman sebagai -zaman kita sekarang ini. Zaman tempat-tempat merriuja ilahi tidak diperdulikan orang lagi. Negerl-negeri Komunia benar-benar mencampakkan agama. Di negeri-negeri kapitalia gereja-gereja sudah dibiarkan tinggal kosong. Budipekerti manusia kemball kepada jahiliyah. Benar-benar sebagai yang ditafsirkari oleh al-Qasimi tadi, bukan tempat ibadat yang hancur, melainkan rasa iman'manusia yang telah hancur, sehingga, tempat-tempat menyebut nama Allah jadi kosong. Lalu sambungan ayat:
“Dan sesungguhnya Allah akan menolong orang-orang yang menolongNya." Kerapkali Tuhan menurunkan wahyu begini bunyinya: Bahwa Allah akan menolong orang-orang yang menolongNya. Orang yang hatinya belum mendekati Tuhan tentu akan berkata: “Mengapa maka Allah Yang Maha Kuasa baru bersedia menolong hambanya setelah si hamba lebih dahulu menolong Tuhan? Apakah Tuhan itu lemah, sehingga memerlukan pertolongan?" Tetapi orang yang telah mendekatkan hati kepada Tuhan sudah dapat memahami bahwa susunan sabda Ilahi seperti ini adalah hasungan dan dorongan supaya si hamba bergerak. Supaya dia jangan mengharap saja pertolongan Allah datang, padahal dia sendiri duduk.berpangku tangan saja. Tidak berusaha. Apa gunanya manusia diangkat Tuhan menjadi khatifah di muka bumi, kalau dia tidak bergerak, tidak berfikir mencari jalan yang lebih baik?
“Sesungguhnya Allah adalah Malta Kuat, Maha Perkasa." (ujung ayat 40).
Ujung ayat ini menarik lagi hati orang yang beriman supaya berjuang mempertahankan keyakinan hidupnya. Jangan takut kekuatan musuh; Allah lebih kuat! Jangan takut kegagahannya; Allah lebih perkasa! Tidak ada musuh Tuhan yang menang berhadapan dengan Tuhan.
Ayat 41
“(Yaitu) orang-orang yang apabila Komi kokohkan mereka di bumi." (pangkal ayat 41). Artinya telah Kami tolong dan berhasil perjuangan mereka melawan kezaliman itu, “Mereka mendirikan sembahyang dan memberikqn zakat." Dengan susunan ayat seperti ini bukanlah berarti bahwa mereka baru .mendirikan sembahyang dan kokoh di muka bumi, atau setelah mereka menang menghadapi musuh-musuhnya, bahkan sejak semula perjuangan keyakinan dan keimanan kepada Tuhan itulah pegangan teguh mereka. Dalam pengalaman kita di masa perjuangan melawan penjajahan Belanda, pada umumnya orang shalih dan taat sembahyang lima waktu mereka kerjakan dengan tekun. Zakat mereka berikan. Tetapi setelah kedudukan kokoh di muka bumi orang mulai melalaikan agama.
Ayat ini adalah menceritakan umat Muahammad s.a.w. dan memujikan umat Muhammad di bawah pimpinan Nabinya. Setelah mereka mulai mendapat kedudukan yang kokoh di Madinah. Ayat ini pun diturunkan di Madinah. Bahwa kemenangan perjuangan bagi mereka adalah semata-mata jembatan emas dia dalam menuju masyarakat yang selalu … yang ridha kepada Allah dan diridhai oleh Allah. Dalam perang ataupun dalam damai, mereka selalu sembahyang, yaitu langsung hubungan dengan Allah, sehingga diajarkan bagaimana caranya mendirikan sembahyang sedang perang berkecamuk. (Lihat Surat 4. an-Nisa', ayat 120). Dan tidak lupa pula mengeluarkan zakat, yaitu sebagian hartabenda untuk membantu orang-orang fakir miakin, orang berhutang, sabilillah dan lain-lain, sehingga kebakhilan sebagai suatu penyakit berbahaya yang bIsa merusakkan pertumbuhan iman dapat dicegah. Dengan demikian terdapatlah keseimbangan di antara dua tali hubungan. Pertama tali hubungan dengan Allah dengan mengerjakan sembahyang. Kedua tali hubungan dengan sesama manusia, dengan mengeluarkan zakat.
“Dan mereka menyuruh berbuat yang ma'ruf." Maka timbullah berbagai anjuran agar sama-sama berbuat yang ma'ruf. Artinya yang ma'ruf ialah anjuran-anjuran atau perbuatan yang ditenma baik dan dIsambut dengan segala senang hati oleh masyarakat ramai. Bertambah banyak anjuran kepada yang ma'ruf bertambah majulah masyarakat.
“Dan mereka mencegah dari berbuat yang munkar." Artinya yang munkar ialah segala anjuran atau perbuatan yang masyarakat bersama tidak senang melihat atau menerimanya. karena tidak sesuai dengan garis-gaps kebenaran. Maka dengan terbiasanya masyarakat dapat anjuran yang ma'ruf, perasaannya akan lebih halus dalam menolak yang munkar. Lantaran itu maka amar ma'ruf nahi munkar hendaklah seimbang, atau dengan sendirinya timbul keseimbangan di antara keduanya. Karena keduanya jadi hidup subur sebab dipupuk oleh iman kepada Allah. Ini dijelaskan di dalam ayat yang lain, yaitu pada ayat 110 dari Surat 3, Aali ‘Imran:
“Kamu adalah yang sebaik-baik umat dikeluarkan untuk manusia, (karena) kamu menyuruh berbuat yang ma'ruf dan kamu mencegah dan yang munkar dan kamu beriman kepada Allah."
Sebab ttu maka yang jadi dasar yang mengokohkan kedudukan umat itu ialah iman kepada Allah. Kalau iman tidak ada lagi, kendurlah amar ma'ruf nahi munkar, bahkan bisa terbalik menjadi “nahi ‘anil ma'ruf amar bil munkar".
“Dan kepada Allah jualah akibat dan segala urusan." (ujung ayat 41). Artinya walau bagaimanapun keadaan yang dihartapi, back ketika lemah yang menghendaki kesabaran, atau menghadapi perjuangan yang amat sengit dengan musuh karena mempertahankan ajaran Allah atau seketika kemenangan telah tercapai, sekali-kali jangan lupa, bahwa keputusan terakhir adalah pada Allah jua.
Maka ayat-ayat dan 38 sampai 41 ini dapatlah diperhatikan oleh kita, kaum Muslimin zaman sek rang. Pokok pendirian sejak dan langkah pertama, rupanya ialah mengembalikan. Asal iman telah dipupuk, Allah menjamin akan mempertahankan. Dan setelah kita ada keizinan Tuhan untuk mempertahankan diri, untuk menjaga agar kepercayaan kepada Tuhan jangan runtuh di dunia ini. Dan kalau kemenangan tercapai, tujuan kita ialah yang sebaik-baik umat. Yaitu yang.sembahyang dan berzakat, amar ma'ruf nahi munkar.