Ayat

Terjemahan Per Kata
كُتِبَ
telah ditetapkan
عَلَيۡهِ
atasnya
أَنَّهُۥ
bahwa sesungguhnya
مَن
barang siapa
تَوَلَّاهُ
berkawan dengannya
فَأَنَّهُۥ
mereka sesungguhnya dia
يُضِلُّهُۥ
dia menyesatkannya
وَيَهۡدِيهِ
dan dia memimpinnya
إِلَىٰ
kepada
عَذَابِ
azab
ٱلسَّعِيرِ
nyala api/neraka
كُتِبَ
telah ditetapkan
عَلَيۡهِ
atasnya
أَنَّهُۥ
bahwa sesungguhnya
مَن
barang siapa
تَوَلَّاهُ
berkawan dengannya
فَأَنَّهُۥ
mereka sesungguhnya dia
يُضِلُّهُۥ
dia menyesatkannya
وَيَهۡدِيهِ
dan dia memimpinnya
إِلَىٰ
kepada
عَذَابِ
azab
ٱلسَّعِيرِ
nyala api/neraka
Terjemahan

Telah ditetapkan atasnya (setan) bahwa siapa yang berteman dengannya akan disesatkan dan dibawanya ke azab (neraka) yang menyala-nyala.
Tafsir

(Yang telah ditetapkan terhadap setan itu) telah diputuskan terhadapnya (bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia) mengikutinya (tentu dia akan menyesatkannya dan membawanya) menjerumuskannya (ke azab neraka) yang apinya berkobar-kobar.
antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap setan yang sangat jahat, yang telah ditetapkan terhadap setan itu, bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. Allah ﷻ berfirman, mencela orang-orang yang mendustakan adanya hari berbangkit, ingkar terhadap kekuasaan Allah yang mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati, lagi berpaling dari apa yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya serta segala ucapannya; sikap ingkar dan kekafirannya mengikuti langkah setan-setan yang jahat, baik setan dari kalangan manusia maupun jin.
Itulah ciri khas ahli bid'ah dan kesesatan yang berpaling dari kebenaran lagi mengikuti jalan kebatilan. Mereka berpaling dari perkara hak yang jelas, yang telah diturunkan oleh Allah ﷻ kepada Rasul-Nya. Mereka juga mengikuti ucapan para pemimpin kesesatan yang menyeru kepada perbuatan bid'ah, menuruti kemauan hawa nafsu dan pendapat mereka sendiri. Karena itulah maka Allah ﷻ berfirman sehubungan dengan mereka dan orang-orang yang semisal dengan mereka: Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan. (Al-Hajj: 3) Yakni pengetahuan yang benar. dan mengikuti setiap setan yang sangat jahat, yang telah ditetapkan terhadap setan itu. (Al-Hajj: 3-4) Mujahid mengatakan bahwa telah ditetapkan melalui ketetapan takdir, bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia. (Al-Hajj: 4) Yaitu mengikuti dan menuruti langkah-langkahnya.
tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. (Al-Hajj: 4) Artinya, setan akan menyesatkannya di dunia; dan kelak di akhirat akan menjerumuskannya ke dalam azab neraka yang menyala-nyala apinya, sangat panas dan sangat menyakitkan, sangat pedih dan menggelisahkan. As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan An-Nadr ibnul Haris. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Juraij.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muslim Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Bukhturi Abu Qatadah, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, telah menceritakan kepada kami Abu Ka'b Al-Makki yang mengatakan, bahwa pernah ada seorang yang jahat dari kalangan kaum Quraisy berkata kepada Nabi ﷺ, "Ceritakanlah kepada kami tentang Tuhanmu, apakah Dia dari emas ataukah dari perak ataukah dari tembaga?" Maka langit mengeluarkan suara guntur yang menggelegar, dan tiba-tiba kepala orang itu menggelinding jatuh ke depan.
Lais ibnu Abu Sulaim telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa pernah ada seorang Yahudi datang kepada Nabi ﷺ, lalu bertanya, "Hai Muhammad, ceritakanlah kepadaku tentang Tuhanmu, terbuat dari apakah Dia, dari mutiara ataukah dari yaqut?" Maka ada halilintar yang menyambar si Yahudi itu (hingga matilah ia seketika itu juga)."
Allah mengingatkan manusia tentang setan, Telah ditetapkan di Lauh Mahfuz, bahwa siapa yang berkawan dengan dia, dengan meng-ikuti bisikannya, maka dia akan menyesatkannya, dari jalan Allah yang lurus, dan membawanya dengan tidak sadar ke dalam azab neraka yang apinya senantiasa menyala. 5. Wahai manusia! Hidup sesudah mati itu suatu keniscayaan. Jika kamu meragukan hari kebangkitan dari alam kubur, maka perhatikanlah perkembangan hidup kamu. Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, yakni saripati makanan yang berasal dari tanah. Kemudian dari setetes mani, yang sudah bercampur antara sperma dan sel telur. Kemudian dari segumpal darah, setelah beberapa minggu. Kemudian dari segumpal daging setelah segumpal darah itu tumbuh-kembang menjadi segumpal daging dengan dua kemungkinan, ada yang sempurna kejadiannya tanpa cacat apa pun, dan yang tidak sempurna, karena ada cacat fisik maupun mental sejak dari kandungan, agar Kami jelaskan kepada kamu bahwa kamu berada dalam kekuasaan Kami. Dan Kami tetapkan kamu sewaktu embrio dalam rahim ibumu menurut kehendak Kami hingga tiap orang berbeda rentang waktu berada dalam kandungan ibunya sampai waktu yang sudah ditentukan, biasanya setelah 36 minggu. Kemudian Kami keluarkan kamu dari rahim ibu kamu sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angsur kamu sampai kepada usia dewasa. Dan di antara kamu ada yang diwafatkan dalam usia muda, bahkan masih bayi; dan ada pula yang diberi umur panjang, serta dikembalikan kepada usia pikun karena sangat tua, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya karena penyakit ketuaannya. Dan ada contoh lain betapa mudah bagi Allah membangkitkan manusia dari alam kubur, kamu lihat bumi ini kering, karena kekurangan air di musim kemarau, kemudian apabila telah Kami turunkan air hujan di atasnya, maka hidup-lah bumi yang kering kerontang itu dan menjadi subur dan bumi yang subur itu menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah. Demikianlah paparan empiris tentang argumentasi betapa mudah bagi Allah membangkitkan manusia dari alam kubur menuju mahsyar.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah memberi kesempatan bagi setan melakukan segala macam usaha untuk menyesatkan dan memperdayakan manusia, agar manusia menjadi sesat dan ingkar sebagaimana yang telah ia lakukan. Tetapi usaha itu hanyalah dapat dilakukannya terhadap orang-orang kafir dan tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedang hamba-hamba Allah yang mukmin dan mukhlis tidak dapat mereka ganggu dan perdayakan sedikit pun.
Allah berfirman:
Ia (Iblis) berkata, "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka." (al-Hijr/15: 39-40)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Allah mengingatkan agar manusia waspada terhadap godaan setan. Barang siapa yang memperturutkan godaan setan dan menempuh jalannya, maka Allah menyesatkan mereka pula dengan melapangkan jalan yang dibentangkan setan itu sehingga mereka mudah melaluinya. Karena itu mereka akan dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama setan yang menggodanya itu. Seorang yang telah terbiasa mengikuti jalan setan itu amat sulit baginya kembali ke jalan yang benar, karena hatinya telah ditutupi oleh keinginan setan itu.
Allah berfirman:
Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada yang mampu memberi petunjuk. Allah membiarkannya terombang-ambing dalam kesesatan. (al-A'raf/7: 186).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Perdebatan Tentang Allah
Ayat 3
“Dan setengah dari manusia ada yang berdebat tentang Allah tidak dengan ilmu." (pangkal ayat 3). Dalam pangkal ayat ini terdapat kalimat: Yujadilu pangkal kata (mashdar) ialah mujadalatan.
Artinya ialah berdebat, atau bertengkar. Perdebatan tidak terjadi kalau tidak ada lawan berdebat.
Di dalam ayat ini diterangkan bahwa ada setengah manusia yang suka menimbulkan perdebatan tentang Allah, tetapi sayangnya tidak dengan ilmu pengetahuan. Padahal ilmu tentang Allah itu tidaklah diriapat dengan sematamata dipelajan. Melainkan hendaklah diaertai juga dengan pengalaman. Dan ilmu tentang Allah tidak pula akan diriapat kalau tidak ada kepercayaan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang diutusNya. Beliau-beliau itulah yang diberi Allah wahyu, yang dengan wahyu itu, Allah menjetaskan siapa diriNya. Ilmu di luar itu belumlah ilmu jika bersangkut dengan Allah. Maka akan celakalah, tidak sampai kepada hakikat yang seberianya jika orang berdebat tentang Allah.
Tuhan telah bersabda:
“Tidaklah Dia yang akan ditanya tentang apa yang Dia kerjakan, melainkan merekalah yang akan ditanya."
Ayat 74
Maka salah besarlah kita mIsalnya jika kita perdebatkan mengapa si fulan dikaya-rayakan, sedang si anu dibuat miakin? Dan lain-lain pertanyaan yang mengakibatkan debat. Agak di ujung Surat al-Haj ini kelak (ayat 74) akan bertemu ayat Allah begini bunyinya:
“Dan tidaklah mereka sanggup menentukan Allah sebenar-benar ketentuan, sesungguhnya Allah itu adalah Maha Kuat, Maha Perkasa."
Sebab itu hendak berdebat tentang Allah tidak dengan ilmu yang seberianya tidaklah ada faedahnya. Dengan demikian bukaniah berarti bahwa Allah tidak sudi memberi ilmu kepada hambanya tentang Dia. Tetapi sekali-kali di dalam al-Qur'an, Tuhan menjanjikan akan menunjukkan ilmu tentang DiaNya kepada barangsiapa yang berjuang bersungguh-sungguh menempuh jalanNya:
“Dan orang-orang yang berjuang keras pada (barisan) Kami, pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah adalah bersama orang-orang yang senantiasa berbuat baik." (al-Ankabut: 69)
Oleh sebab itu maka barangsiapa yang hendak yakin tentang adanya Allah, turutilah tuntunan yang dibawakan oleh utusan-utusan Allah. Adapun berdebat-debat tentang Allah tidak dengan ilmu adalah sesuatu jalan yang bertambah lama bertambah jauh dan bertambah sesat: “Dan mereka ikuti tiap-tiap syaitan yang selalu jahat." (ujung ayat 3).
Ujung ayat ini adalah akibat yang wajar dari orang yang berdebat-debat tentang Allah tidak dengan ilmu. Segala keterangan yang benar, yang ilmiah tentang Tuhan mereka debat. Padahal jalan yang lain daripada jalan Allah adalah jalan jahil. bukan jalan ilmu. Jalan sesat, bukan jalan lurus. Sedang jalan Allah hanya satu dan jalan lain itu beribu-ribu sebanyak syaitan-syaitan yang menganjurkannya. Mengikuti segala jalan syaitan karena mengelak dari jalan Allah itu menyebabkan mereka pindah daripada satu syaitan kepada syaitan yang lain, sampai pun ketika nyawa akan berceral dengan badan pegangan belum juga ada. Nasib yang malang, hidup yang kosong, hari depan yang gelap.
Dilanjutkan oleh ayat yang keempat:
Ayat 4
“Telah ditentukan atasnya." (pangkal ayat 4). Artinya telah tertulis sebagai peraturan yang tidak berubah-ubah dan Tuhan; “Bahwa barangsiapa yang menjadikan syaitan itu sebagai pemimpinnya, maka sesungguhnya dia akan menyesatkannya," karena permusuhan dengan syaitan sebagai keluarga Iblis telah menjadi pusaka turun-temurun sejak manusia keluar ke dunia ini buat menjadi Khatifah Allah. Dan bila telah sesat di permulaan jalan, sengsaralah hidup, walaupun pada kulit luar kelihatan seakan-akan senang, namun di dalam batin sengsara terus: “Dan memimpinnyo kepada azhab neraka." (ujung ayat 4). Artinya kesesatan itu tidaklah hanya di atas dunia ini saja, malahan akan terus ke dalam neraka yang karena keadilan Tuhan memang disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada syaitan dan Iblis.