Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلِكُلِّ
dan bagi tiap-tiap
أُمَّةٖ
ummat
جَعَلۡنَا
Kami telah menjadikan
مَنسَكٗا
cara peribadatan
لِّيَذۡكُرُواْ
supaya mereka mengingat/menyebut
ٱسۡمَ
nama
ٱللَّهِ
Allah
عَلَىٰ
atas
مَا
apa
رَزَقَهُم
Dia rezekikan pada mereka
مِّنۢ
dari
بَهِيمَةِ
binatang
ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ
ternak
فَإِلَٰهُكُمۡ
maka Tuhanmu
إِلَٰهٞ
Tuhan
وَٰحِدٞ
satu/esa
فَلَهُۥٓ
maka kepada-Nya
أَسۡلِمُواْۗ
berserah dirilah kamu
وَبَشِّرِ
dan berilah kabar gembira
ٱلۡمُخۡبِتِينَ
orang-orang yang tunduk/patuh
وَلِكُلِّ
dan bagi tiap-tiap
أُمَّةٖ
ummat
جَعَلۡنَا
Kami telah menjadikan
مَنسَكٗا
cara peribadatan
لِّيَذۡكُرُواْ
supaya mereka mengingat/menyebut
ٱسۡمَ
nama
ٱللَّهِ
Allah
عَلَىٰ
atas
مَا
apa
رَزَقَهُم
Dia rezekikan pada mereka
مِّنۢ
dari
بَهِيمَةِ
binatang
ٱلۡأَنۡعَٰمِۗ
ternak
فَإِلَٰهُكُمۡ
maka Tuhanmu
إِلَٰهٞ
Tuhan
وَٰحِدٞ
satu/esa
فَلَهُۥٓ
maka kepada-Nya
أَسۡلِمُواْۗ
berserah dirilah kamu
وَبَشِّرِ
dan berilah kabar gembira
ٱلۡمُخۡبِتِينَ
orang-orang yang tunduk/patuh
Terjemahan
Bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) agar mereka menyebut nama Allah atas binatang ternak yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, berserahdirilah kepada-Nya. Sampaikanlah (Nabi Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang rendah hati lagi taat (kepada Allah).
Tafsir
(Dan bagi tiap-tiap umat) golongan orang-orang yang beriman yang telah mendahului kalian (telah Kami syariatkan penyembelihan kurban) kalau dibaca Mansakan adalah Mashdar dan kalau dibaca Minsakan berarti isim makan atau nama tempat. Maksudnya menyembelih kurban atau tempat penyembelihannya (supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka) sewaktu mereka menyembelihnya. (Maka Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kalian kepada-Nya) taat dan patuhlah kalian kepada-Nya. (Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah) orang-orang yang taat dan merendahkan diri kepada-Nya.
Tafsir Surat Al-Hajj: 34-35
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan salat, dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.
Allah ﷻ menyebutkan bahwa penyembelihan hewan kurban dengan menyebut nama Allah telah disyariatkan di semua agama. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban). (Al-Hajj: 34) Bahwa yang dimaksud dengan mansak ialah hari raya. Ikrimah mengatakan menyembelih kurban. Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban). (Al-Hajj: 34) Sesungguhnya yang dimaksud adalah Makkah. Allah sama sekali belum pernah menjadikan buat suatu umat suatu mansak-pun selain dari Makkah.
Firman Allah ﷻ: supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. (Al-Hajj: 34) Seperti yang telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain melalui sahabat Anas yang telah menceritakan: Didatangkan kepada Rasulullah ﷺ dua ekor domba yang berbulu putih, berbelang hitam lagi bertanduk, lalu beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kakinya pada lambung kedua domba itu (untuk menyembelihnya). -: -: ". Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Miskin, dari Aizullah Al-Mujasyi'i, dari Abu Daud (yakni Nufai' ibnul Haris), dari Zaid ibnu Arqam yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya, atau mereka (para sahabat) pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan hewan-hewan kurban ini? Rasulullah ﷺ menjawab: "Ini adalah sunnah bapak moyang kalian, yaitu Nabi Ibrahim.
Mereka bertanya, "Lalu apakah yang kami peroleh darinya? Rasulullah ﷺ menjawab, "Pada setiap helai bulunya (yakni unta) terdapat satu pahala kebaikan. Mereka bertanya, "Bagaimanakah dengan bulu (domba)nya? Rasulullah ﷺ menjawab, "Pada setiap helai bulu wolnya terdapat satu pahala kebaikan. Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid ibnu Majah telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sunannya melalui riwayat Salam ibnu Miskin dengan sanad yang sama. Firman Allah ﷻ: maka Tuhan kalian ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kalian kepadanya. (Al-Hajj: 34) Yakni sembahan kalian adalah satu, sekalipun syariat para nabi itu bermacam-macam, yang sebagian darinya menghapuskan sebagian yang lainnya; tetapi pada garis besarnya semua syariat nabi-nabi menyerukan untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku." (Al-Anbiya: 25) Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: karena itu berserah dirilah kalian kepada-Nya. (Al-Hajj: 34) Yaitu ikhlaslah dan berserah dirilah kalian kepada hukum-Nya dan taat kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). (Al-Hajj: 34) Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan mukhbitin ialah orang-orang yang tumaninah (tenang). Menurut Ad-Dahhak dan Qatadah, maksudnya orang-orang yang merendahkan dirinya.
As-Saddi mengatakan orang-orang yang takut kepada Allah. Sedangkan menurut Amr ibnu Aus, mukhbitin ialah orang-orang yang tidak aniaya; dan apabila mereka dizalimi, maka mereka tidak mendapat pertolongan (dari orang lain). As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). (Al-Hajj: 34) Yakni tenang lagi rida dengan keputusan Allah, berserah diri kepada-Nya, dan yang terbaik ialah apa yang dijelaskan dalam firman berikutnya yang berfungsi menjelaskannya, yaitu: (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka. (Al-Hajj: 35) Maksudnya, hati mereka bergetar karena takut kepada Allah.
orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka. (Al-Hajj: 35) Yaitu musibah-musibah yang menimpa diri mereka. Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan bahwa hendaknya kita bersabar dalam menghadapi musibah atau kita binasa. Orang-orang yang mendirikan salat. (Al-Hajj: 35) Jumhur ulama membacanya dengan meng-idafah-kan lafaz Al-Muqimina kepada As-Salata, hingga menjadi Wal Mua'iminas Salata. Dan ulama Sab'ah serta tiga ulama lainnya yang tergabung dalam ulama 'asyrah membacanya demikian pula.
Lain halnya dengan Ibnus Sumaifa' dia membacanya Wal Muqimi na As-Salata dengan bacaan nasab yakni tidak di-mudaf-kan. Al-Hasan Al-Basri mengatakan pula sehubungan dengan firman-Nya: Orang-orang yang mendirikan salat. (Al-Hajj: 35) Huruf nun dalam ayat ini dibuang untuk tujuan takhftf atau meringankan bacaan (menurut orang yang membacanya As-Salata). Seandainya dibuang karena di-idafah-kan (digandengkan), tentulah dibaca As-Salati. Yakni orang-orang yang menunaikan hak Allah terhadap apa yang telah diwajibkan-Nya kepada mereka, yaitu mengerjakan salat-salat fardu.
dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. (Al-Hajj: 35) Artinya, mereka membelanjakan apa yang diberikan oleh Allah kepada mereka berupa rezeki yang baik kepada keluarga mereka, kaum kerabatnya, dan orang-orang fakir serta orang-orang miskin mereka. Mereka senang berbuat baik kepada semua orang; selain itu mereka juga memelihara batasan-batasan Allah. Hal ini berbeda dengan sifat-sifat kaum munafik, mereka bersifat kebalikan dari ini, seperti yang telah disebutkan di dalam tafsir surat At-Taubah."
Dan bagi setiap umat di antara umat para nabi terdahulu telah Kami syariatkan penyembelihan hewan kurban guna mendekatkan diri kepada Allah, agar mereka menyebut nama Allah saat menyembelih hewan kurban, atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewaternak yang dikurbankan. Maka mantapkanlah dalam ucapan, pikiran, dan perasaan bahwa Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya dengan salat yang khusyuk. Dan sampaikanlah olehmu, Muhammad, kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah bahwa mereka akan mendapat surga. 35. Mereka yang mantap ketauhidan dan ketundukannya kepada Allah adalah orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar karena kerinduan mereka kepada-Nya; orang-orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, meskipun terasa pahit dan memberatkan punggung mereka; dan orang-orang yang melaksanakan salat wajib dan sunah dengan khusyuk; dan orang-orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Kami karuniakan kepada mereka, baik waktu lapang maupun waktu kekurangan.
Allah telah menetapkan syariat bagi tiap-tiap manusia termasuk di dalamnya syariat kurban. Seseorang yang berkurban berarti ia telah menumpahkan darah binatang untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dan ingin mencari keridaan Allah. Allah memerintahkan kepada orang-orang yang berkurban itu agar mereka menyebut dan mengagungkan nama Allah waktu menyembelih binatang kurban itu, dan agar mereka mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka. Di antara nikmat Allah itu ialah berupa binatang ternak, seperti unta, lembu, kambing dan sebagainya yang merupakan rezeki dan makanan yang halal bagi mereka.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang yang beriman dilarang mengagungkan nama apapun selain daripada nama Allah. Setelah datangnya Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir yang membawa risalah bagi seluruh umat manusia, maka agama yang benar dan harus diikuti oleh seluruh umat manusia hanyalah agama Islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad. Firman Allah:
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab. (Ali 'Imran/3: 19)
Lebih jelas lagi siapapun yang mencari atau berpegang pada agama selain Islam maka tidak akan diterima Allah dan termasuk orang yang rugi. Firman Allah:
Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (Ali 'Imran/3: 85)
Rasulullah ﷺ menyembelih binatang kurban dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, sebagaimana tersebut dalam hadis beliau:
Dari Anas, ia berkata, "Rasulullah ﷺ dibawakan dua ekor domba yang bagus (pada kedua domba itu terdapat warna putih yang bercampur hitam) yang bertanduk bagus, lalu beliau menyebut nama Allah dan bertakbir (waktu menyembelihnya) dan meletakkan kakinya di atas rusuk binatang itu." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Pada akhir ayat ditegaskan bahwa Allah yang berhak disembah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan kepercayaan tauhid itu telah dianut pula oleh orang-orang dahulu, karena itu patuh dan taat hanya kepada Allah, mengikuti semua perintah-perintah-Nya, menjauhi semua larangan-Nya dan melakukan semua pekerjaan semata-mata karena-Nya dan untuk mencari keridaan-Nya.
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ agar menyampaikan berita gembira kepada orang-orang yang tunduk, patuh, taat, bertobat dan merendahkan dirinya kepada-Nya bahwa bagi mereka disediakan pahala yang berlipat ganda, berupa surga di akhirat nanti.
Perkataan "maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa" memberi peringatan bahwa kurban, menghormati syi`ar-syi`ar Allah, dan beribadah sesuai dengan petunjuk para rasul yang diutus kepada mereka, sekalipun ibadah dan syariat itu berbeda pada tiap-tiap umat, namun termasuk dalam agama Allah, termasuk jalan yang lurus yang harus ditempuh oleh setiap yang mengaku sebagai hamba Allah, dalam menaati dan mencari rida-Nya. Perbedaan cara-cara beribadah antara umat-umat yang dahulu dengan umat-umat yang datang kemudian, di dalamnya umat Nabi Muhammad, janganlah dijadikan alasan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara orang-orang yang beriman. Semuanya itu dilakukan dengan tujuan untuk menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Darihal Haji
(2)
Ayat 31
Diperintahkan Tuhan bahwa di dalam mengerjakan ibadah haji itu hendaklah: “Dalam keadtran ikhlas karenaAllah." (pangkal ayat 31). Tidak ada cabang ingatan kepada yang lain. Ditegaskan: “Tidak mereka mempersekutukan yang lain dengan Dia." Karena telah kita ketahui sejak mula bahwa segala ibadat dan manasik yang kita kerjakan itu dan Ka'bah itu sendiri diperintahkan Tuhan mendirikannya kepada Nabi Ibrahim ialah untuk menyembah Allah. "Dan barangsiapa mempersekutukan yang lain dengan Allah," perkaranya adalah amat berat sekali, karena dosa mensyirikkan Allah itu tiada akan terampun lagi, kecuali dengan bertaubat yang seberianya serta kembali semula ke pangkuan Islam. "Maka adalah dia seakan-akan jatuh dan langit ialu disambar burung," melayang-layang di udara tidak ada kekuatan yang bertahan sehingga jadi bangsa burung terbang: “Atau diterbangkan dia oleh angin ke tempat yang amat jauh." (ujung ayat 31). Terlepas dari daya tank bumi sehingga tercampak di ruang angkasa, sehingga tidak tentu lagi ke mana terlempanya, jauh tak dapat dicari satu lagi perumpamaan yang tepat!
Itulah orang yang kehilangan bumi tempat berpijak, kehilangan langit tempat berlindung. Itulah hidup yang kehilangan arti!
Ayat 32
“Demikianlah adanya!" (pangkal ayat 32). Bahaya begitulah nasib orang mempersekutukan yang lain dengan Allah, padahal yang lain itu alam belaka. Terlunta-lunta, terkatung-katung karena menggantungkan penghargaan bukan kepada tempatnya! “Dan barangsiapa yang menghormati syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu adalah dari sebab ketakwaan hati." (ujung ayat 32).
Sya'airullah, atau syi'ar-syi'ar Allah artinya ialah melakukan berbagai upacara di tempat-tempat yang tertentu. Di keliling Ka'bah kita tawaf. Di antara Shafa dan Marwah kita berjalan pergi dan kembali tujuh kali. Di Arafah kita wuquf. Di Masy'aril Haram atau Muzdalifah kita berhenti sejenak. Di Mina kita menyembelih had-yi dan melontar jahirah. Selesai manasik kita bergunting rambut atau bercukur. Semua itu nama syi'ar Allah dan semuanya kita laksanakan menurut aturan. Tidaklah kita melontar jamrah di bukit Shafa, atau berwuquf di dalam Masjid al-Haram. Ralau semuanya itu kita lakukan dengan patuh menurut aturan, maka bertambah suburlah ketakwaan kita kepada Tuhan. Itulah yang akan menyebabkan haji yang mabrur.
Peringatan Tuhan di ayat 32 ini ialah untuk menjelaskan segala upacara yang kita lakukan itu sekali-kali bukanlah kita memuja dan menyembah tempat itu. Kita kerjakan semuanya itu tidak lain hanyalah karena taat melakukan perintah Tuhan. Jadi adalah semata-mata takwa kepada Allah.
Ini dicontohkan Saiyidiria Umar sendiri, ketika beliau berdiri di hadapan “Hajar Al-Aswad" (batu hitam) akan menciumnya. Beliau berakta: ‘Hai batu, kalau bukanlah aku melihat Rasul Allah s.a.w. mencium engkau, tidaklah akan aku cium engkau, tidaklah akan aku cium engkau. Karena engkau hanya suatu batu, yang tidak memberi manfaat sesuatu pun dan tidak pula memberi mudharat."
Maka semuanya itu hanya ucapan, bukan ibadat. Sebab itu tidaklah kita boleh datang wuquf ke Arafah lain dari 9 Dzul Hijjah dan tidak kita melempar jumrah lain dari hari Nahar dan hari tasyriq. Dan semuanya itu tidaklah tempat “keramat" atau “sakti" atau “angker" sebagai diperbuat setengah orang Islam yang telah tersesat terhadap orang-orang yang mereka anggap suci dan mereka anggap puja.
Ayat 33
“Adalah bagi kamu pada (binatang-binatang temak) itu beberapa manfaat," (pangkal ayat 33). Tiap-tiap mengerjakan umrah dan haji, terutama, senantiasalah membawa binatang temak, sebab sehabis haji sudah tentu akan menyembelih al-had-yu! Al-had-yu adalah nama yang diberikan kepada binatang-binatang temak yang akan disembelih berkenaan dengan manasik. Ada yang wajib, yang dinamai juga dam ketika haji tamattu' dan haji qiran. Atau pembayaran melanggar atau karena ketinggalan suatu wajib, yang sunnat talah kurhari atau adh-hiyah. Di dalam ayat ini diterangkan bahwa sebelum binatangbinatang itu diaembelih, boleh diambil manfaatnya lebih dahulu. mIsalnya diperah susunya dan diminum, atau dijadikan tunggangan dalam perjalanan menuju haji: “Sampai kepada suatu masa tertentu." Yaitu pada hari Nahar. "Yaumun Nahari" artinya ialah hari sembelih.
“Kemudian itu tempatnya ialah (bila) sampai di rumah kuno itu." (ujung a,'rat 33). Yaitu tempat atau masa berhenti mengambil manfaat dan tiba waktu tertentu buat menyembelihnya ialah bila telah sampai di rumah kuno, di Ka'bah itu.
Artinya tentu saja bukan menyembelih di dekat Ka'bah. Kalau demikian tentu kotor mesjid terutama tempat tawaf. Maksudnya ialah bahwa sembelihan itu dilakukan setelah selesai mengerjakan wuquf dan setelah melontar jumratul ‘aqabah. Waktu itu sudah tahallul! Artinya sudah halal kembali. Maka yang mula dikerjakan ialah menyembelih had-yu itu.
Ayat 34
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami tentukan peribadatan." (pangkal ayat 34).
Mansakan artinya peribadatan. Yang terutama dimaksud dalam ayat ini ialah menyembelih kurhari sebagai bagian dari ibadat. Sejak dart Habit dan Qabil, kedua anak dan Nabi Adam perintah berkurhari ini sudah dimulai. Kurhari yang seorang, yaitu Habit diterima Tuhan. Kurhari Qabil tidak diterima, hingga timbul dengki dan terjadi pembunuhan pertama dalam sejarah manusia. (Lihat Surat 5, al-Maidah ayat 27).
Umat Nabi Musa juga menjalankan kurban. Kambing itu dibakar, dikatakan bahwa asap pembakaran yang menjulang ke langit itulah penghantarnya: “Supaya mereka menyebut nama Allah atas pemberian rezeki kepada mereka." Yaitu tanda syukur kepada Allah dengan menyebut segala puji-pujian kepadaNya; “Dan binatang-binatang temak." Yaitu tanda syukur itu ialah dengan menyembelih rezeki binatang-binatang temak anugerah Tuhan: “Maka Tuhan kamu itu adalah Yang Maha Esa." Tidak ada Tuhan selain Dia: “Dan kepadaNyalah hendaknya kamu berserah diri." Sehingga tujuan hidupmu itu jelas satu, tidak bercabang kepada yang lain. Lalu Allah menyuruh -NabiNya Muhammad s.a.w. supaya dIsampaikan kepada orang yang beriman: “Dan gembirakanlah orang-orang yang tertunduk." (ujung ayat 34).
Di ayat 35 langsung diterangkan tanda-tanda dari orang-orang yang bertunduk kepada Tuhan, yang tidak banyak cingcong di dalam melaksanakan titah Ilahi.
Ayat 35
“(Yaitu) orang-orang apabila disebut Allah, gentarlah hati mereka." (pangkal ayat 35). Yang menyebabkan gentar hati kita mendengar nama Allah disebut ialah tersebab di dalam jiwa iman sudah tumbuh dengan subur. Bila Allah disebut terbayanglah kekuasaanNya yang tidak terbatas! Terbayang kuat kuasaNya menaikkan orang yang tadi di bawah, atau menjatuhkan orang yang menyangka atau dIsangka orang tidak akan jatuh lagi karena teguh kekuasaan dan kedudukannya."Dan orang-orang yang bersabar alas apa yang menimpa mereka." Karena iman jualah yang menyebabkan dia sabar; Iman jua yang menyebabkan dia yakin bahwa kesusahan hari ini akan berganti dengan kemudahan besok; atau dalam mushibah yang menimpa itu terkandung rahasia nikmat Ilahi yang tinggi, yang kemudian pasti akan terbuka rahasia itu. Sebab orang beriman telah sampai kepada keyakinan bahwa tidak ada satu mushibah yang tidak baik akibatnya: “Dan mereka mendirikan sembahyang." Dan sembahyang adalah tiang dan kehidupan. Sembahyang adalah tali yang tidak putus dengan Tuhan. Sehingga Tuhan tidak akan pernah dilupakan untuk pelita bagi jiwa. "Dan rezeki yang Kami berikan, mereka belanjakan pula." (ujung ayat 35). Artinya bahwa mereka tidak bakhil menahan rezeki Allah untuk diri sendiri, berat member pertolongan kepada fakir dan miskin. Dan lantaran bakhli juga mereka pun enggan mengerjakan ibadat haji.
Ayat 36
“Dan binatang-binatang kurban itu Kami jadikan dia untuk kamu sebagai sebagian dart syi'ar-syi'ar Allah." (pangkal ayat 36). Di sini disebut wal-budna: yang kita artikan menurut maksudnya yaitu binatang, terutama unta yang telah disediakan buat kurban. Di ayat ini dijelaskan sekali lagi bahwa penyembelihan kurban itu termasuk di dalam syi'ar-syi'ar Allah juga. Ada haji ada kurban. Kalau tuan lihat bergelimpangan unta, sapi, kambing dan domba di tempat penyembelihan di Mina. di hari Nahar, karena memang hari raya itu ialah hari upacara kurban, hari syi'ar Allah yang bernama kurban. Hari rayanya bernama ‘Idul Adhha, artinya ialah Hari Raya berkurban. Dia termasuk ibadat: “Untuk kamu padanya adalah kebaikan." Artinya kamu diberi pahala mengerjakannya. "Maka sebutlah nama Allah atasnya dalam keadaan berbaris-baris." Artinya mereka menyembelih itu atas nama Allah.
“Dengan nama Allah, Allah adalah Yang Maha Besar. Ya Tuhan. Kurhari ini adalah anugerah dari Engkau, dan kembali kepada Engkau."
Dan aturlah penyembelihan itu dengan tersusun baik. Kalau unta supaya diikat kakinya yang kiri, hingga dia diaembelih sedang berdiri dengan tiga kaki. Itulah maksud berbaris menurut keterangan Ibnu Abbas yang dirawikan oleh al-Hakim.
“Maka apabila dia telah gugur," artinya telah mati karena telah putus urat lehernya (marih) dipotong pIsau tajam, niscaya dikuliti dan diambil dagingnya buat dimakan. "Makanlah daripadanya," di sini jelas bahwa orang yang empunya sembelihan dianjurkan makan sebagian dari daging itu: “Dan beri makanlah fakir yang menahan diri," artinya dia patut dapat bagian tetapi dia tidak mau meminta bagian. Entah karena malu, entah karena merasa aib pergi meminta: “Dan fakir yang meminta." Dalam ayat ini jelas sekali Tuhan menyuruh mengutamakan terlebih dahulu yang tidak mau meminta itu daripada yang datang meminta: “Demikianlah telah Kami mudahkan dia bagi kamu," sehingga kamu tidak ragu lagi mengambil sebagian bust kamu makan bersama keluargamu ala kadanya, dan mendahulukan orang patut-patut yang tidak mau menadahkan tangan meminta-minta: “Supaya kamu barsyukur." (ujung ayat 36) atas baiknya peraturan Tuhan itu.
Ayat 37
“Tidaklah akan mencapai Allah daging-dagingnya dan tidak darah-darahnya, tetapi yang akan sampai kepodaNya ialah takwa daripada kamu." (pangkal ayat 37). Dengan ini dijetaskan kurhari menurut Islam. Dia bukanlah membakar daging kurhari lalu asapnya naik ke langit, sebagai persangkaan orang-orang dahulu, tetapi dipotong dan dagingnya dibagikan kepada yang mtskin. Yang menyampaikannya kepada Tuhan ialah jika benar hatimu ketika menyembelih benar-benar karena Allah. Demikianlah Kami mudahkan dia bagi kamu," sehingga tidak kesulitan atau kesukaran: “Supaya kamu membesarkan Allah atas apa yang telah diberiNya petunjuk kepada kamu," atas bagaimana caranya beribadat yang dapat diterima Tuhan: “Dan hendaklah engkau gembirakan."wahai Nabi: “Akan orang-orang yang berbuat kebajikan." (ujung ayat 37).