Ayat
Terjemahan Per Kata
يَوۡمَ
pada hari
تَرَوۡنَهَا
kamu melihatnya
تَذۡهَلُ
tidak ingat/lupa
كُلُّ
tiap-tiap/semua
مُرۡضِعَةٍ
wanita yang menyusui anak
عَمَّآ
dari apa (anak)
أَرۡضَعَتۡ
disusukannya
وَتَضَعُ
dan meletakkan/gugurlah
كُلُّ
tiap-tiap/semua
ذَاتِ
yang mempunyai
حَمۡلٍ
kandungan (mengandung)
حَمۡلَهَا
kandungannya
وَتَرَى
dan kamu melihat
ٱلنَّاسَ
manusia
سُكَٰرَىٰ
mabuk
وَمَا
dan/padahal
هُم
mereka tidak
بِسُكَٰرَىٰ
dengan mabuk
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
عَذَابَ
azab
ٱللَّهِ
Allah
شَدِيدٞ
sangat keras
يَوۡمَ
pada hari
تَرَوۡنَهَا
kamu melihatnya
تَذۡهَلُ
tidak ingat/lupa
كُلُّ
tiap-tiap/semua
مُرۡضِعَةٍ
wanita yang menyusui anak
عَمَّآ
dari apa (anak)
أَرۡضَعَتۡ
disusukannya
وَتَضَعُ
dan meletakkan/gugurlah
كُلُّ
tiap-tiap/semua
ذَاتِ
yang mempunyai
حَمۡلٍ
kandungan (mengandung)
حَمۡلَهَا
kandungannya
وَتَرَى
dan kamu melihat
ٱلنَّاسَ
manusia
سُكَٰرَىٰ
mabuk
وَمَا
dan/padahal
هُم
mereka tidak
بِسُكَٰرَىٰ
dengan mabuk
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
عَذَابَ
azab
ٱللَّهِ
Allah
شَدِيدٞ
sangat keras
Terjemahan
Pada hari kamu melihatnya (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui melupakan anak yang disusuinya, setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya dan kamu melihat manusia mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi, azab Allah itu sangat keras.
Tafsir
(Pada hari kalian melihat keguncangan itu lalailah) disebabkannya (semua wanita yang menyusui anaknya) yang sebenarnya (dari anak yang disusukannya) ia melupakannya (dan gugurlah dari semua wanita yang sedang mengandung) yakni sedang hamil (kandungannya dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk) disebabkan tercekam perasaan takut yang amat hebat (padahal sebenarnya mereka tidak mabuk) disebabkan minuman keras (akan tetapi azab Allah itu sangat keras) maka mereka takut kepada azab itu.
Tafsir Surat Al-Hajj: 1-2
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kalian melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil; dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. Allah ﷻ berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar bertakwa kepada-Nya seraya memberitahukan kepada mereka peristiwa yang bakal mereka hadapi pada hari kiamat, yaitu kengerian dan keguncangannya yang amat dahsyat.
Para ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan keguncangan hari kiamat ini, apakah terjadi sesudah manusia dibangkitkan dari kuburnya di hari mereka digiring menuju ke tempat pemberhentian hari kiamat, ataukah yang dimaksud adalah guncangan bumi sebelum manusia dikeluarkan dari kubur mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya. (Az-Zalzalah: 1-2) dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.
Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. (Al-Haqqah: 14-15) Dan firman Allah ﷻ: apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya. (Al-Waqi'ah: 4-5) Sebagian ulama mengatakan bahwa guncangan ini terjadi di penghujung usia dunia dan mengawali kejadian hari kiamat. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari AIqamah sehubungan dengan makna firman-Nya: sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Al-Hajj: 1) Bahwa kejadian ini terjadi sebelum hari kiamat.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis As-Sauri, dari Mansur dan Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, lalu ia menyebutkan hal yang sama. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula dari Asy-Sya'bi, Ibrahim, dan Ubaid ibnu Umair hal yang semisal. Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Ata, dari Amir Asy-Sya'bi sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar. (Al-Hajj: 1) Kejadian ini menimpa dunia menjelang hari kiamat.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir telah meriwayatkan salah satu di antara sandaran pendapat ini dalam hadis sur (sangkakala) yang diriwayatkan melalui Ismail ibnu Rafi' (qadi penduduk Madinah), dari Yazid ibnu Abu Ziyad, dari seorang lelaki Ansar, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dari seorang lelaki, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: ". "" [: 15] [: -8] [: 32 33] [: 87] Sesungguhnya Allah ﷻ setelah selesai menciptakan langit dan bumi, beranjak menciptakan sur (sangkakala), lalu diserahkan kepada Malaikat Israfd. Sekarang Israfil meletakkan sangkakala itu di mulutnya, sedangkan matanya memandang ke arah 'Arasy menunggu bila ia diperintahkan (untuk meniupnya). Sahabat Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah sur itu?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Seperti tanduk (terompet)." Abu Hurairah bertanya, "Bagaimanakah bentuknya?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Terompet besar, Israfil akan melakukan tiga kali tiupan padanya." Tiupan pertama menimbulkan kedahsyatan yang sangat besar, tiupan kedua adalah tiupan yang membinasakan semua makhluk, dan tiupan yang ketiga adalah tiupan yang membangkitkan semua makhluk hidup kembali untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam.
Allah ﷻ berfirman, memerintahkan kepada Israfil untuk melakukan tiupan pertama, "Tiuplah, tiupan yang menimbulkan kedahsyatan yang besar!" Maka terkejutlah semua penduduk langit dan bumi, terkecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah tidak merasa terkejut. Allah memerintahkan kepada Israfil, maka saat itu juga Israfil langsung menjulurkan dan meniupnya. Hal ini dikisahkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang. (Shad: 15) Maka semua gunung beterbangan menjadi debu, dan bumi mengalami gempa yang amat dahsyat mengguncangkan semua penghuninya. Hal ini disebutkan oleh firman-Nya: pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan yang pertama itu diiringi dengan tiupan yang kedua.
Hati manusia pada waktu itu sangat takut. (An-Nazi'at: 6-8) Saat itu bumi bagaikan sebuah perahu yang terombang-ambingkan oleh ombak laut yang sangat besar berikut para penumpangnya yang bergelayutan bagaikan pelita gantung yang ditiup angin keras. Semua manusia yang ada di bumi bergelindingan, dan wanita-wanita yang hamil saat itu juga melahirkan bayi-bayinya, anak-anak kecil mendadak beruban karena kesusahan yang sangat. Setan-setan pun beterbangan melarikan diri hingga mencapai batas ufuk cakrawala; tetapi para malaikat menghadangnya, lalu memukuli wajahnya hingga setan kembali lagi ke bumi.
Manusia porak-poranda melarikan diri seraya sebagian dari mereka memanggil-manggil sebagian lainnya. Keadaan inilah yang disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya: (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagi kalian seorang pun yang menyelamatkan kalian dari (azab) Allah; dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk. (Al-Mumin: 33) Ketika mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba bumi terbelah dari satu kawasan ke kawasan yang lainnya, dan mereka melihat peristiwa besar yang membuat mereka mendapat mala petaka yang tak terperikan besarnya; hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Kemudian mereka melihat ke arah langit, tiba-tiba mereka melihatnya mendidih, lalu matahari dan bulan pudar sinarnya serta bintang-bintang bertaburan dan saling berbenturan, lalu lenyap dari pandangan mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda, "Orang-orang yang telah mati tidak mengetahui sedikit pun dari peristiwa itu." Abu Hurairah bertanya, "Siapakah orang-orang yang dikecualikan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya itu?" (yakni firman Allah ﷻ yang mengatakan): maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (An-Naml: 87) Rasulullah ﷺ bersabda: Mereka adalah para syuhada, sesungguhnya kedahsyatan yang besar itu hanya dialami oleh orang-orang yang hidup. Para syuhada itu sekalipun mereka hidup di sisi Allah dalam keadaan diberi rezeki, tetapi Allah telah memelihara dan menyelamatkan mereka dari peristiwa buruk yang terjadi di hari itu, yaitu azab Allah yang ditimpakan kepada makhluk-Nya yang jahat-jahat, seperti yang diceritakan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya, "Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah)pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusukannya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat besarnya.(Al-Hajj: 1-2) Imam Tabrani, Imam Ibnu Jarir, dan Imam Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini pula dengan panjang lebar.
Tujuan pengetengahan hadis ini adalah untuk membuktikan bahwa keguncangan ini terjadi sebelum hari kiamat, hanya penyebutannya dikaitkan dengan hari kiamat karena peristiwa tersebut dekat sekali dengan kejadian hari kiamat, seperti halnya penyebutan tentang tanda-tanda hari kiamat dan yang semisal dengannya. Ulama lainnya berpendapat bahwa kedahsyatan, kengerian, dan keguncangan itu justru terjadi pada hari kiamat di Padang Mahsyar saat semua makhluk dibangkitkan hidup kembali dari kuburannya.
Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, ia memilih pendapat ini karena berlandaskan kepada hadis-hadis berikut: Hadis pertama. [] ". ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Hisyam; telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda membacakan kedua ayat berikut dengan suara yang keras di salah satu perjalanannya, yang saat itu orang-orang yang bepergian dengan beliau sudah saling berdekatan: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat keguncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui dari anak yang disusukannya dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil; dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (Al-Hajj: 1-2) Ketika para sahabat (yang bepergian dengannya) mendengar bacaan beliau, mereka segera memacu kendaraannya mendekati sumber suara itu.
Ternyata setelah dekat, mereka mengetahui bahwa yang membacanya adalah Nabi ﷺ dan saat mereka telah berada di sekelilingnya, maka Nabi ﷺ bersabda, "Tahukah kalian, hari apakah yang dimaksud oleh ayat ini? Yaitu suatu hari yang saat itu Adam dipanggil oleh Tuhannya, lalu Tuhan berfirman kepadanya, "Hai Adam, bangkitkanlah kirimanmu ke neraka." Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, berapa banyakkah yang dikirimkan ke neraka?" Allah berfirman, "Dari seribu orang yang sembilan ratus sembilan puluh sembilannya dimasukkan ke dalam neraka, sedangkan yang seorang dimasukkan ke dalam surga." Para sahabat merasa berduka cita karena mereka masih belum memahami apa yang dimaksud oleh sabda Nabi ﷺ itu.
Melihat gejala tersebut Nabi ﷺ bersabda menjelaskannya: Bergembiralah kalian dan beramallah. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kalian benar-benar bersama dengan dua jenis makhluk lainnya, yang tidak sekali-kali kedua jenis makhluk itu dikumpulkan bersama sesuatu, melainkan membuat sesuatu itu menjadi banyak bilangannya. Yaitu Ya-juj dan Ma-juj, dan orang-orang yang binasa dari kalangan anak Adam serta anak-anak iblis. Mendengar penjelasan ini hati para sahabat menjadi lega.
Kemudian Rasulullah ﷺ melanjutkan sabdanya: Beramallah dan bergembiralah kalian. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tiadalah kalian ini dibandingkan dengan seluruh manusia, melainkan seperti tahi lalat yang ada di lambung unta, atau seperti belang yang ada di kaki ternak. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya, bagian dari kitab sunnah masing-masing, melalui Muhammad ibnu Basysyar, dari Yahya ibnul Qattan, dari Hisyam Ad-Dustuwa-i, dari Qatadah dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Jalur lain hadis ini diketengahkan oleh Imam Turmuzi. Ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jad'an, dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda ketika diturunkan firman-Nya: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. (Al-Hajj: 1) sampai dengan firman-Nya: tetapi azab Allah itu sangat keras. (Al-Hajj: 2) saat itu beliau ﷺ sedang dalam perjalanan. Beliau ﷺ bersabda, "Tahukah kalian hari apakah yang dimaksud dalam ayat ini?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah ﷺ bersabda, "Hari itu adalah hari saat Allah berfirman kepada Adam, 'Kirimkanlah orang-orang yang masuk neraka!' Adam bertanya, 'Wahai Tuhanku, berapa orangkah yang harus dikirim ke neraka?' Allah berfirman, 'Dari seribu orang yang sembilan ratus sembilan puluh sembilan dikirim ke neraka, sedangkan yang seorang dikirim ke surga." Maka kaum muslim menangis, lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Dekatkanlah diri kalian (kepada Allah) dan teruslah beramal baik karena sesungguhnya tiada suatu kenabian pun melainkan di hadapannya terdapat masa Jahiliah." Nabi ﷺ bersabda, "Maka diambillah sejumlah orang dari kaum Jahiliah jika memang ada.
Jika tidak ada, bilangannya dilengkapi dengan kaum munafik. Tiadalah kalian ini bila dibandingkan dengan umat-umat lainnya, melainkan seperti belang yang ada di kaki hewan atau tahi lalat yang ada di lambung unta." Kemudian Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat penduduk surga." Maka mereka bertakbir. Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian sepertiga penduduk surga." Mereka bertakbir lagi. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah separo penduduk surga." Maka mereka bertakbir lagi. Dan Imran ibnu Husain berkata, "Saya tidak mengetahui apakah beliau ﷺ mengucapkan dua pertiga atau tidak." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama; kemudian Imam Turmuzi mengatakan pula bahwa hadis ini sahih.
Dia telah meriwayatkan hadis ini dari Urwah, dari Al-Hasan, dari Imran ibnul Husain. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Sa'id ibnu Abu Arubah dari Qatadah dari Al-Hasan dan Al-AIa ibnu Ziyad Al-Adawi, dari Imran ibnul Husain, lalu disebutkan hadis yang semisal. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang sama dari Bandar, dari Gundar, dari Auf, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa telah sampai suatu berita kepadanya bahwa ketika Rasulullah ﷺ kembali dari perang Al-Usrah bersama-sama para sahabatnya dan hampir tiba di Madinah, maka beliau ﷺ membaca firman-Nya: Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Al-Hajj: 1) lalu disebutkan hadis yang teksnya sama dengan hadis Ibnu Jad'an.
Hadis kedua, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Disebutkan bahwa: telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnut Tabba', telah menceritakan kepada kami Abu Sufyan Al-Ma'mari, dari Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar. (Al-Hajj: 1) kemudian disebutkan hadis yang teksnya sama dengan hadis Al-Hasan dari Imran ibnul Husain, hanya di dalam riwayat ini disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, ".
"Dan juga orang-orang yang telah binasa dari kalangan kebanyakan jin dan manusia." Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dengan panjang lebar melalui riwayat Ma'mar. Hadis ketiga, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnul Awwam, telah menceritakan kepada kami Hilal ibnu Habbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ membaca ayat ini.
Teks hadis selanjutnya sama dengan hadis di atas, hanya dalam riwayat ini disebutkan, "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat penghuni surga." Disebutkan lagi, "Sesungguhnya aku berharap semoga kalian sepertiga penduduk surga." Disebutkan lagi, "Aku berharap semoga kalian separo ahli surga," maka mereka (para sahabat) senang mendengarnya. Di dalam riwayat ini disebutkan pula, "Sesungguhnya kalian hanyalah sebagian dari seribu (yakni seperseribu jumlah umat lain)". Hadis keempat, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini, bahwa: .
". ". telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al A'masy, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, dari Abu Said yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, bahwa kelak di hari kiamat Allah berfirman, "Hai Adam!" Adam menjawab, "Labbaika, ya Tuhan kami. Saya penuhi panggilan-Mu dengan penuh kebahagiaan." Kemudian terdengarlah suara yang berseru, "Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu agar mengeluarkan sebagian dari keturunanmu untuk dikirimkan ke neraka." Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, berapakah jumlah yang akan dikirim ke neraka?" Dijawab, "Dari setiap seribu orang, sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang." Dalam keadaan seperti itu wanita-wanita yang hamil melahirkan anaknya dan anak-anak beruban.
dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras. (Al-Hajj: 2) Maka berita itu terasa berat oleh para sahabat, sehingga wajah mereka berubah menjadi pucat karenanya. Maka Nabi ﷺ bersabda: "Sembilan ratus sembilan puluh sembilan dari kalangan Ya-juj dan Ma-juj, sedangkan dari kalian satu orang. Kalian di kalangan manusia sama halnya dengan sehelai bulu hitam yang terdapat pada tubuh banteng yang berbulu putih, atau seperti sehelai bulu putih yang ada di lambung banteng yang berbulu hitam.
Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli surga, maka kami bertakbir. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, "Sepertiga ahli surga, maka kami bertakbir. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Separo ahli surga, dan kami bertakbir lagi. Imam Bukhari telah meriwayatkan pula di lain kitab tafsir, dan Imam Muslim, serta Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Hadis kelima, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa: []: ". telah menceritakan kepada kami Imarah ibnu Muhammad (anak lelaki dari saudara perempuan Sufyan As-Sauri), juga dari Ubaidah Al-Ammi; keduanya dari Ibrahim ibnu Muslim, dari Abul Ahwas, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Sesungguhnya Allah ﷻ kelak di hari kiamat memerintahkan kepada juru penyeru untuk menyerukan, "Hai Adam, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu agar mengirimkan sejumlah orang dari keturunanmu ke neraka.
Maka Adam bertanya, "Wahai Tuhanku, siapa sajakah mereka?'' Dikatakan kepadanya, Dari seratus orang, sembilan puluh sembilan orang. Kemudian seseorang lelaki dari kaum (yang hadir) bertanya, "Siapakah orang yang selamat di antara kita sesudah itu, wahai Rasulullah? Rasulullah ﷺ bersabda, "Tahukah kalian, tiadalah kalian ini di kalangan umat manusia melainkan seperti tahi lalat yang ada di lambung unta. Ditinjau dari sanad dan teks hadisnya, Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid (tunggal). Hadis keenam, diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Dinyatakan bahwa: ". ". telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Hatim ibnu Abu Safirah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Mulaikah; Al-Qasim ibnu Muhammad pernah menceritakan kepadanya bahwa Siti Aisyah pernah menceritakan hadis berikut dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya kalian akan dihimpunkan kepada Allah pada hari kiamat dalam keadaan tak beralas kaki, telanjang, lagi tidak berkhitan.
Siti Aisyah bertanya, "Wahai Rasulullah, kaum laki-laki dan kaum wanita sebagian dari mereka melihat sebagian lainnya. Rasulullah ﷺ menjawab, "Hai Aisyah, sesungguhnya peristiwanya jauh lebih dahsyat daripada memalingkan mereka ke arah itu." Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing. Hadis ketujuh. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, dari Khalid ibnu Abu Imran, dari Al-Qasim ibnu Muhammad, dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, apakah seorang kekasih teringat kepada orang yang dikasihinya kelak di hari kiamat?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Adapun pada tiga tempat, maka tidak mungkin; juga di saat neraca amal perbuatan telah dipasang untuk menimbang amal perbuatan apakah berat atau ringan, tidak mungkin akan teringat.
Begitu pula di saat kitab-kitab catatan amal perbuatan beterbangan, adakalanya seseorang diberi kitabnya dari arah kanannya atau arah kirinya, tidak mungkin akan teringat. Saat itu keluarlah leher api neraka, lalu mengelilingi mereka dan mengeluarkan suara gemuruhnya kepada mereka. Leher api neraka itu berkata, 'Saya diperintahkan untuk membakar tiga macam orang, saya diperintahkan untuk menyiksa tiga macam orang.
Saya diperintahkan untuk menyiksa orang yang mengakui ada tuhan lain di samping Allah, saya diperintahkan untuk menyiksa orang yang tidak beriman kepada hari perhitungan amal perbuatan, dan saya diperintahkan untuk menyiksa semua orang yang angkara murka lagi pengingkar kebenaran.' Kemudian mereka dibelit dan dicampakkan ke dalam neraka Jahanam yang bergolak. Jahanam memiliki jembatan yang lebih tipis daripada sehelai rambut dan lebih tajam daripada pedang.
Di kedua sisinya terdapat pengait-pengait dan duri-duri yang keduanya mengambil orang-orang yang dikehendaki oleh Allah (masuk neraka). Manusia dalam melewati jembatan itu ada yang cepatnya bagaikan kilat, ada yang cepatnya bagaikan sekedipan mata, ada yang cepatnya bagaikan angin, ada yang cepatnya bagaikan kuda balap dan unta yang kencang larinya. Para malaikat saat itu berkata, 'Ya Tuhanku, selamatkanlah, selamatkanlah.' Maka sebagian orang ada yang selamat dalam keadaan utuh; ada yang selamat, tetapi dalam keadaan tergores dan luka-luka; dan ada yang sebagian lain dijungkalkan ke dalam neraka dengan kepala di bawah." Hadis-hadis yang menceritakan kengerian pada hari kiamat dan asar-asar mengenainya sangat banyak, tetapi dibahas di tempat lain dari kitab ini.
Karena itulah Allah ﷻ berfirman dalam surat ini: sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Al-Hajj: 1) Yakni suatu kejadian yang besar, petaka yang dahsyat, bencana yang mengerikan, peristiwa yang besar huru-haranya, dan sangat aneh. Yang dimaksud dengan az-zalzal ialah kengerian dan rasa terkejut yang menimpa iwa manusia, sebagaimana yang disebut oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Di situlah diuji orang-orang-mukmin dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat. (Al-Ahzab: 11) Adapun firman Allah ﷻ: (Yaitu) pada hari (ketika) kamu melihat. (Al-Hajj: 2) Ungkapan ini mengandung pengertian yang sama dengan keterangan keadaan. Karena itu, dijelaskan dalam firman berikutnya: lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya. (Al-Hajj: 2) Yaitu kengerian yang dialaminya membuatnya lupa kepada orang yang paling disayanginya, padahal dia adalah orang yang paling sayang kepada anaknya; saat itu ia lupa kepada anak yang disusuinya, padahal si anak sangat membutuhkan persusuannya.
Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya, "Kullu murdi'atin (semua wanita yang menyusui anaknya)" tidak disebutkan, "Kullu murdi'in (semua wanita yang menyusui). Firman Allah ﷻ: dari anak yang disusuinya. (Al-Hajj: 2) Maksudnya, dari anak yang disusuinya sebelum mencapai usia penyapihannya. Firman Allah ﷻ: dan gugurlah kandungan semua wanita yang hamil. (Al-Hajj: 2) Yakni sebelum masa kandungannya sempurna karena kerasnya kengerian di hari itu. dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk. (Al-Hajj: 2) Menurut qiraat lain dibaca sakra. Yakni disebabkan dahsyatnya peristiwa yang terjadi dan mereka alami pada hari itu hilanglah kesadaran akal mereka, begitu pula ingatan mereka. Barang siapa yang melihat mereka, pasti menduga mereka mabuk. padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, tetapi azab Allah itu sangat keras. (Al-Hajj: 2)"
Ingatlah wahai manusia, pada hari ketika kamu melihatnya, goncangan dahsyat pada hari Kiamat itu, semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, karena terkejut dan panik; dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, karena goncangan dahsyat itu; dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, seperti orang yang tidak sadar, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk tetapi azab Allah yang terjadi pada hari Kiamat itu sangat keras dirasakan oleh orang-orang kafir. 3. Meskipun Allah telah menjelaskan azab yang sangat keras pada hari Kiamat bagi orang kafir dan mengajak manusia untuk bertakwa kepada-Nya, tetapi di antara manusia, yang kafir dan keras kepala, ada yang saling membantah tentang Allah, mengingkari agama Allah, tidak meyakini kehidupan sesudah mati, dan tidak meyakini adanya surga dan neraka, tanpa ilmu yang benar; dan mereka mengingkari Allah itu hanya mengikuti bisikan para setan yang sangat jahat membujuk dan menipu manusia.
Dalam ayat ini diterangkan betapa dahsyatnya peristiwa yang terjadi pada hari Kiamat itu dan betapa besar pengaruhnya kepada seseorang, di antaranya:
1. Pada hari itu ibu yang sedang menyusukan anaknya lalai dari anaknya. Padahal hubungan antara ibu dan anak adalah hubungan yang paling dekat dibandingkan dengan hubungan manusia dengan manusia yang lain. Demikian pula hubungan kasih sayang ibu dengan anaknya adalah hubungan kasih sayang yang tidak akan putus-putusnya. Di antara perwujudan hubungan kasih sayang ibu dengan anaknya itu ialah ibu menyusukan tanpa pamrih anaknya yang masih kecil dan air susu ibu itu merupakan makanan pokok bagi si bayi. Tanpa adanya makanan itu si bayi bisa mati kelaparan dan hal ini benar-benar disadari akibatnya oleh setiap ibu. Karena itu ibu berkewajiban menyusukan anaknya yang merupakan jantung hatinya itu, setiap saat yang diperlukan. Pada hari Kiamat yang demikian mengerikan dan dahsyatnya peristiwa yang terjadi, seakan hubungan yang demikian itu terputus. Di dalam diri si ibu waktu itu timbul rasa takut dan ngeri melihat suasana yang kacau balau itu, sehingga si ibu lupa menyusukan anaknya, dan lupa segala-galanya termasuk anaknya yang sedang menyusu.
2. Pada hari Kiamat itu gugurlah semua kandungan perempuan yang hamil. Biasanya keguguran kandungan perempuan yang hamil terjadi, jika terjadi peristiwa yang sangat mengejutkan dan menakutkan hati atau karena terjatuh atau mengalami guncangan yang keras, seperti guncangan kendaraan dan sebagainya. Pada hari Kiamat itu terjadi gempa bumi dan guncangan yang hebat yang menghancurkan manusia yang hidup, termasuk di dalamnya perempuan-perempuan yang hamil beserta anak yang sedang dikandungnya.
Al-Hasan berkata, yang dimaksud dengan "lalailah semua perempuan yang menyusukan anak dari anak yang disusukannya", ialah kelalaian yang bukan disebabkan karena menyapih anak itu, dan yang dimaksud dengan "gugurlah semua kandungan perempuan yang hamil" ialah anak yang dikandung itu lahir sebelum sempurna waktunya.
3. Pada hari itu manusia kelihatan seperti orang yang sedang mabuk, padahal ia bukan sedang mabuk. Hal ini menunjukkan kebingungan mereka tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan, semua dalam keadaan takut, dalam keadaan mencari-cari tempat berlindung, dan berusaha menghindarkan diri dari malapetaka yang sedang menimpa itu.
Keadaan dan peristiwa yang diterangkan di atas adalah untuk melukiskan dan menggambarkan kepada manusia, betapa dahsyatnya malapetaka yang terjadi pada hari Kiamat itu, sehingga gambaran itu dapat menjadi pelajaran dan peringatan bagi mereka, kendati pun kejadian yang sebenarnya lebih dahsyat lagi dari yang digambarkan itu. Sedang kejadian yang sebenarnya yang terjadi pada hari Kiamat itu tidak dapat digambarkan kedahsyatannya, karena tidak ada suatu kejadian yang terjadi sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai perbandingan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Surat Al-Haj
(HAJI)
Surat 22: 78 ayat
Diturunkan di MADINAH kecuali ayat 52 sampai 55
Dengan nama Allah Yang Maha Murah lagi Pengasih
Dahsyat Hari Kiamat
Ayat 1
Surat al-Haj dimulai dengan seruan: “Wahai seluruh manusia," (pangkal ayat 1) karena Muhammad Rasulullah diutus kepada seluruh manusia. dan pokok da'wah agama pun ialah seruan kepada seluruh manusia. Kepada mereka hendaklah selalu diperingatkan bahwa hidup itu bukaniah habis sehingga ini saja: “Takutlah kamu kepada Tuhanmu!" Di sini takwa kita artikan takut, meskipun telah berkali-kali kita tafsirkan pada kesempatan yang lain bahwa arti takwa bukaniah semata-mata takut, melainkan perintahkan hubungan atau kewaspadaan dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan dan menjauhi apa, yang dilarang, zikir atau selalu ingat dan mensejalankan kenangan halt dengan ucapan lidah menyebut Tuhan. Maka takut atau khauf atau khassyah adalah bagian dari takwa. Tetapt dalam ayat ini bolehlah kita artikan dengan takut. Tegasnya hendaklah kila merasa takut kepada Tuhan. karena pash akan Batang masanya hari kiamat itu: “Sesungguhnya kegoncangan kiamat itu adalah suatu yang besar." (ujung ayat 1). Atau sesuatu yang hebat.
Kegoncangan kiamat adalah amat hebat. Oleh karena hebatnya telah dibayangkan di ujung ayat, mungk nlah itu karena terjadiriya gempa bumi yang amat dahsyat yang meliputi muka bumi pada waktu itu. Sedangkan gempa bumi yang terjadi di satu bagian kecil saja, atau di sebagian pulau saja, begitu dahsyat rasanya, apalah lagi jika seluruh alam.
Penulis Tafsir ini dalam usia 18 tahun, pada hari Senin 28 Juni 1926, kirakira pukul 10 pagi, telah merasakan gempa bumi yang dahsyat sedang di kampung sendiri, Muara Pauh Sungai Batang. Batang-batang kayu yang begitu tegap dan teguh bergoyang terayun-ayun. Tepi danau dilanda air sungai ligin menjadi longsor. Seorang perempuan yang menangguk rinyuk (ikan. kecil-kecil) di tepi danau itu turut hilang ke dalam dasar danau dibawa tanah longsor. Tetapi temannya kak Sanah selamat, karena ketika air danau yang telah menggelombang sangat tinggi itu telah menghambungkannya amat tinggi. Ketika dia surut kak Sanah telah dihempaskannya kembali ke atas tanah yang tidak longsor. Dan ketika kami masih berkerumun-kerumun memperkatakan kak Romah yang hilang lenyap dibawa tanah longsor itu, tiba-tiba kira-kira pukul satu, Batang lagi gempa yang lebih hebat dari yang pertama tadi. Air danau pun melonjak ke atas seperti gelombang di tngah samudera luas. Bukan main cemas, bingung, ngeri dan takut kami seisi negen ketika itu. Sehari kemudian, barulah kami mendapat berita bahwa kota Padang Panjang telah hancur. Karena seluruh keluarga yang ada di rumah ayah kami di Padang Panjang telah pulang kembali ke kampung, dikepalai oleh Bapanda Haji Yusuf Amrullah sendiri, sebab rumah,di Padang Panjang telah menjadi tumpukan puing sebagai juga rumah-rumah yang lain yang terbuat dari batu di sekitar Padang Panjang waktu itu.
Banyak orang yang mati terhimpit runtuhan rumah-rumah. Syukur karena hari Senin adalah pekan di Padang Panjang, penduduk kota lebih banyak di luar rumah. Sedang orang-orang yang tertimpa rumah-rumah itu besoknya hari Selasa baru sempuma dapat ditolong, yang sekiranya cepat dapat ditolong belumlah akan mati. Maka penduduk Padang Panjang yang mengalami peristiwa yang dahsyat itu tidaklah melupakan betapa ngerinya pada masa itu. Sehingga setelah rumah-rumah dibangun kembali orang tidak berani lagi mendirikan rumah baru menurut yang lama, melainkan diberi terlebih dinding kawat atau pelupuh. Di luarnya baru dipagar dengan semen, atau semen campur pasir halus sehingga kalau terjadi lagi gempa bumi, biarlah semen yang jadi kulit luar itu saja yang melorot, namun tulang besi atau pelupuhnya masih tinggal utuh dan boleh dipugar lagi. Sampai sekarang (1974) telah 48 tahun gempa itu berlalu namun penduduk kalau mendirikan rumah baru masih tetap memakai tulang kawat atau pelupuh lalu dipugar di luar dengan semen. Karena takut terjadi gempa besar lagi. Sebab kota Padang Panjang terletak di lereng gunung Merapi, di kaki gunung Singgalang, sedang gunung Merapi tiap pagi tetap mengepulkan asapnya, sebagai suatu isyarat bahwa sewaktu-waktu dia akan bertindak!
Pada tahun itu juga terjadi gempa hebat seperti itu di Wonosobo Jawa Tengah.
Kita kenangkan gempa bumi seperti itu kembali ialah guna mengingatkan bagaimana panik dan bingung dan rasa takut manusia pada masa itu. Melihat pohon beringin yang besar-besar bergoyang terhayun dan rumah-rumah batu yang disangka begitu kuat, dalam dua tiga menit hancur jadi tumpukan puing. Pernah terjadi pada tahun 1937 gempa yang tidak begitu besar kira-kira setengah menit di Medan, menyebabkan lampu listrik seluruhnya mati dan seluruh air (waterleiding) putus dan tidak jalan lagi.
Dalam saat-saat ngeri dahsyat seperti itu ingatan orang seakan-akan dunia hendak kiamat padahal gempa bumi di Palembang tidaklah dirasakan orang di Banda Aceh artinya dalam satu pulau. Kenangkanlah kalau kiamat yang seberianya kelak terjadi. Yang meliputi seluruh permukaan bumi ini.
Kemudian di atas seterusnya dituturkan lagi menerangkan kedahsyatan itu:
Ayat 2
“Pada hari yang akan kamu lihat kegoncangan itu, menjadikan tak perduli perempuan yang tengah menyusukan anak yang sedang disusukannya." (pangkal ayat 2). Demikianlah Allah menggambarkan salah satu dari kedahsyatan hari itu. Cobalah perhatikan bagaimana rasa kasih-sayang seorang ibu tergambar pada wajahnya seketika dia menyusukan anak. Seluruh kasihsayang tertumpahkan kepada anak yang tengah disusukan. Dan itu adalah perasaan seluruh ibu di muka bumi ini. Bagaimana pula mata anak itu tertidur dalam pangkuan ibu. Namun jika kegoncangan kiamat yang dahsyat, ngeri dan menakutkan itu datang, anak yang sedang sarat menyusu itu bisa saja terlepas dari tangan. Karena kengerian menghadapi kegoncangan hari kiamat itu telah melebihi dari menyintai anak.
“Dan akan menggugurkan tiap-tiap yang mempunyai kandungan akan kandungannya." Ini pun adalah gambaran kedahsyatan yang kedua. Kita tahu bagaimana perempuan yang sedang hamil menjaga anak yang dalam kandungan, jangan sampai dia gugur sebelum waktunya, yang kita namai keguguran, dan ada juga yang menamainya kepagian, artinya lahir terlalu pagi belum waktunya. Setengah dari hal yang wajib dijaga ialah jangan sampai terkejut. Maka kalau kegoncangan hari kiamat itu telah datang, bagaimana tidak akan terkejut? Kalau rumah tempat tinggal sendiri sudah mulai bergoyanggoyang, bagaimana tidak akan terkejut? Kalau tonggak-tonggak kawat listrik, kalau pohon-pohon kayu yang besar-besar telah terhayun-hayun bagaimana tidak akan terkejut? Kadang-kadang orang banyak berlari keluar dari rumahnya dalam keadaan bingung. Orang yang sedang bunting itu pun turut berlari. Maka baik sangat terkejut ataupun berlari adalah sangat mengancam bagi gugurnya kandungan.
“Dan akan engkau lihat manusia-manusia itu dalam keadaan mabuk." Yang dimaksud manusia di dalam ayat ini bukanlah seluruh manusia melainkan banyaklah manusia yang mabuk. Mereka jadi mabuk, artinya ialah kehilangan akal, kehilangan kendali atas diri sendiri. Tidak tahu lagi apa yang mesti dikerjakan. Juga bingung karena tidak ada tagi yang akan dipedomani. Keadaan telah berubah samasekali. Untuk mendekatkan penafsiran kita tentang mabuk dan bingung itu dapatlah kita baca ungkapan pengarang Idrus dalam bukunya “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma". Ketika kota Surabaya telah digempur musuh habis-habisan pada revolusi 1945 yang terkenal itu, penduduk kota yang biasanya hidup tenteram itu dengan tiba-tiba menghadapi keadaan yang selama ini tiada terkhayalkan samasekali. Rumah-rumah yang bagus dengan pekarangan cukup luas dan perhiasan-perhiasan rumahtangga yang mahal-mahal, barang-barang lux, radio dengan merk dari luar negeri, lemari es, semuanya mesti ditinggalkan. Mesti mengungsi, mesti tinggalkan semuanya itu sekarang juga. Kalau tidak segera keluar, akan mati dihujani bom. Dan dalam kebingungan itu dilihat juga dengan mata kepada sendiri orang-orang yang tiba-tiba roboh kena pecahan martir. Maka membanjirlah orang lari ke luar kota membawa dan melarikan nyawa dengan pakaian yang hanya lekat di badan.
Idrus menceritakan bahwa di satu tempat perhentian bermalam seorang nyonya masih saja bercakap dengan bangga tentang merk radionya yang bagus dan suaranya yang tidak pernah rusak. Dan tidak jauh dan tempatnya masih didengarnya seorang perempuan muda mengigau tengah enak tidur yang membuka rahasia perhubungannya yang mesra dengan seorang laki-laki, padahal dia tidur sendirian. Dan ada juga orang yang selain dan membawa bungkusan kecil yang sangat jadi perhatiannya, ialah burung perkututnya. Dijinjingnya juga sangkanya dalam mengungsi. Dan banyak lagi cerita-cerita yang lain, yang membayangkan bagaimana mabuk atau bingungnya manusia di saat pengungsian itu. Dan penulis tafsir ini pun pernah menyaksikan ketika kota Padang telah diduduki Belanda kembali dengan bantuan sekutu, banyak penduduk Padang mengungsi ke pedalaman, ke dserah yang masih dikuasai Republik. Seorang perempuan yang termasuk kaya-raga di Padang, langsung menumpang ke rumah temannya seperjuangan di Padang Panjang. Karena rumah temannya itu pun besar. Tetapi hanya kira-kira seminggu yang dapat sambutan baik, selanjutnya kian sehari yang empunya kian menunjukkan tidak senang rumahnya ditumpangi. Sehingga berbulan-bulan lamanya menahan hati, menekan perasaan. Kursinya tidak boleh diduduki, tikar-tikar mahalnya tidak boleh diinjak. Maka setelah Padang Panjang diduduki pula oleh Belanda (Desember 1948), barulah kesulitan itu dapat diatasi, karena si pengungsi telah dapat kembali ke rumahnya di Padang.
Ini semua telah kita alami di waktu perang, di waktu mengungsi dengan terpaksa. Bandingkanlah semuanya itu dengan jika kiamat yang datang. Semua bingung, semua mabuk.
“Padahal bukanlah mereka mabuk, melainkan siksaan Allahlah yang sangat keras." (ujung ayat 2). Padahal bukanlah mereka mabuk karena salah makan atau salah minum, melainkan mabuk karena kacau fikiran. Hari kiamat sudah mulai datang serunai sangkakala telah akan ditiup oleh Malaikat Israfil, padahal hati mereka masih tersangkut kepada dunia, laksana perempuan yang masih terkenang akan merk radionya dalam cerita karangan ldrus itu, padahal rumah mewahnya sudah mesti ditinggalkannya dan dirinya sendiri belum tentu entab masih akan kembali mendapati rumah itu kelak, atau mati dalam pengungsian.
Di dalam beberapa kitab tafsir ada diterangkan khilafiah ulama tentang manusia yang mabuk karena siksa Tuhan itu, apakah sebelum hari hisab atau sesudahnya. Kita pilih yang sebelumnya. Bahwa orang yang hatinya terikat kepada kedunIsan, kepada kebendaan dan tidak mengadakan persediaan dan persiapan buat memenuhi panggilan Tuhan yang pasti datang, pastilah akan mabuk karena dinya tersiksa. Sebaliknya orang yang telah mengisi hidupnya dengan iman dan amal shaiih, dia tidak merasakan kemabukan itu. Perumpamaannya pun dapat kita lihat pada saat-saat Revolusi! Orang yang jiwanya tidak tenteram mati ketakutan. Tetapi pemuda-pemuda yang jiwanya dipenuhi semangat revolusi tampil ke muka dengan barubu runcing mengejar maut,