Ayat
Terjemahan Per Kata
وَكَذَٰلِكَ
dan demikianlah
أَنزَلۡنَٰهُ
Kami telah menurunkannya
ءَايَٰتِ
ayat-ayat/keterangan
بَيِّنَٰتٖ
yang nyata
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
يَهۡدِي
memberi petunjuk
مَن
siapa
يُرِيدُ
Dia kehendaki
وَكَذَٰلِكَ
dan demikianlah
أَنزَلۡنَٰهُ
Kami telah menurunkannya
ءَايَٰتِ
ayat-ayat/keterangan
بَيِّنَٰتٖ
yang nyata
وَأَنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
يَهۡدِي
memberi petunjuk
مَن
siapa
يُرِيدُ
Dia kehendaki
Terjemahan
Demikianlah Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) sebagai ayat-ayat yang jelas dan sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.
Tafsir
(Dan demikianlah) sebagaimana Kami turunkan ayat tadi (Kami telah menurunkan dia) ayat-ayat Al-Qur'an selanjutnya (yang merupakan ayat-ayat yang nyata) lafal Bayyinatin berkedudukan menjadi Hal, artinya ayat-ayat yang jelas (dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki) untuk mendapatkan petunjuk-Nya; bagian ayat ini di'athafkan kepada dhamir Ha yang terdapat pada lafal Anzalnaahu.
Tafsir Surat Al-Hajj: 15-16
Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada akan menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya. Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al-Qur'an yang merupakan ayat-ayat yang nyata; dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa barang siapa yang menduga bahwa Allah tidak akan menolong Muhammad ﷺ di dunia dan akhirat. maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit. (Al-Hajj: 15) Yakni langit-langit rumahnya. kemudian hendaklah ia melaluinya. (Al-Hajj: 15) Yaitu menggantung dirinya dengan tali itu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Ata, Abul Jauza, Qatadah, dan lain-lainnya. Tetapi Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit. (Al-Hajj: 15) Yakni untuk ia jadikan sebagai sarana mencapai langit, karena sesungguhnya pertolongan itu datang kepada Muhammad hanyalah dari langit.
kemudian hendaklah ia melaluinya. (Al-Hajj: 15) Yaitu untuk mengecek kebenaran hal tersebut, jika ia mampu naik ke langit. Tetapi pendapat Ibnu Abbas dan murid-muridnya lebih utama dan lebih jelas penunjukan maknanya serta lebih tepat dalam memberikan pengertian ejekan. Karena sesungguhnya makna yang dimaksud ialah barang siapa yang menduga bahwa Allah tidak akan menolong Muhammad, kitab-Nya, dan agama-Nya, hendaklah ia pergi bunuh diri, jika pertolongan Allah kepada Nabi-Nya membuatnya sakit hati.
Karena sesungguhnya Allah ﷻ pasti akan menolongnya. Allah ﷻ telah berfirman: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mumin: 51) Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya. (Al-Hajj: 15) As-Saddi mengatakan bahwa yang menyakitkan hati orang itu adalah perihal Nabi Muhammad ﷺ Ata Al-Khurrasani mengatakan, hendaklah orang itu merasakan sendiri, apakah upayanya itu dapat menyembuhkan sakit hatinya, Firman Allah ﷻ: Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an yang merupakan ayat-ayat yang nyata. (Al-Hajj: 16) Maksudnya, jelas lafaz dan maknanya sebagai hujah dari Allah terhadap manusia. dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (Al-Hajj: 16) Yakni Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Hanya Dialah yang mengetahui hikmah dan hujah (alasan) dalam hal ini. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23) Adapun Allah karena hikmah, rahmat, keadilan, pengetahuan, keperkasaan, dan kebesaran-Nya, maka tiada yang menanyakan tentang keputusan-Nya. Dia Mahacepat perhitungan-Nya.
Dan demikianlah Kami telah menurunkannya, Al-Qur'an, kepada Nabi Muhammad, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya, sebab Al-Qur'an itu yang merupakan ayat-ayat yang nyata, mudah dipahami, masuk akal, dan menyentuh hati bagi orang yang akal dan hatinya terbuka. Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk dengan memudahkan memahami Al-Qur'an kepada siapa saja di antara umat manusia yang Dia kehendaki. 17. Dalam kehidupan dunia perbedaan agama dan keyakinan itu kadang-kadang tidak terlihat pengaruhnya terhadap keberhasilan dan kegagalan hidup, tetapi berbeda dengan di akhirat. Sesungguhnya orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Sabiin, orang Nasrani, orang Majusi dan orang musyrik, nasib mereka di akhirat berbeda. Allah pasti memberi keputusan di antara mereka pada hari Kiamat, orang beriman mendapat rida Allah dan masuk surga, sedangkan orang-orang yang tidak ber-iman mendapat murka Allah dan masuk neraka. Sungguh, Allah menjadi saksi atas segala sesuatu yang terjadi pada diri mereka selama hidup di dunia.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menurunkan bukti-bukti dan dalil-dalil yang kuat kepada Muhammad untuk membantah orang kafir yaitu Al-Qur'an. Makna dan petunjuknya cukup jelas, mudah dimengerti bagi orang-orang yang mau mencari kebenaran. Karena itu hendaklah manusia mengikuti dan mengamalkan ajaran Islam yaitu ajaran-ajaran Al-Qur'an agar mereka diberi Allah pertolongan dan kemenangan di dunia dan akhirat.
Al-Qur'an berguna bagi orang-orang yang tidak ada rasa dengki dalam hatinya, jiwa dan hatinya bersih, ingin mencari kebenaran dan mempunyai kesediaan beriman kepada yang gaib. Orang seperti yang dilukiskan itu, jika mereka membaca Al-Qur'an pasti ia akan beriman, semakin banyak membaca dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an semakin bertambah pula imannya.
Hal ini senada dengan firman Allah:
Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. (Maryam/19: 76)
Sebaliknya orang yang dengki, hatinya berpenyakit, tidak ingin mencari kebenaran dan tidak mempunyai kesediaan beriman kepada yang gaib, maka ayat-ayat Al-Qur'an tidak akan berfaedah baginya bahkan akan menambah keingkaran dan kekafirannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Syurga untuk yang Beriman
Ayat 14
“Sesungguhnya Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal shalih ke dalam syurga-syurga." (pangkal ayat 14). Tiap-tiap pandangan hidup Muslim ini selalu disisipkan Tuhan dalam peringatannya kepada kita. Yaitu bahwa iman atau kepercayaan yang tersimpan dalam jiwa tidak boleh terpisah dengan amal dan perbuatan yang baik. Sebab iman tidak patut menimbulkan amal yang tidak baik. Dan ketika menerangkan tentang ganjaran di akhirat itu selalu pula dikatakan jannatin yang berarti banyak syurga, bukan satu syurga saja: “Yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai." Di bawahnya atau di dekatnya! Yang membayangkan bahwa di sana itu kelak adalah kesuburan dan ketenteraman belaka, sebab cukup persediaan air dan indah.
“Sesungguhnya Allah akan berbuat apa yang Dia kehendaki." (ujung ayat 14). Ujung ayat memberikan bayangan kepada orang yang beriman bahwa nikmat yang akan diterimanya di syurga-syurga itu tidaklah ada batasnya. Apa yang dia inginkan dapat raja dikabulkan oleh Tuhan:
“Ganjaran yang diberikan adalah sesuai dengan keikhlasan amal yang dikerjakan."
Ayat 15
“Barangsiapa yang menyangka bahwa tidaklah akan ditolong dia oleh Allah di dalam dunia dan di akhirat." (pangkal ayat 15). Yang dituju oleh ayat ini iatah orang-orang yang tidak mau percaya akan kebenaran ajaran dan ajakan yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.
Maka yang dimaksud dengan kata dia itu ialah Muhammad. Mereka tidak juga mau yakin bahwa agama ini adalah benar. Sebab itu Muhammad tidaklah akan ditolong di dunia ini; artinya agamanya tidaklah akan berkembang. Di akhirat pun tidak akan ditolong, sebab akhirat itu tidak ada. Maka untuk membayangkan kemurkaan Tuhan kepada si penolak itu, dikatakanlah pada lanjutan ayat: “Hendaklah dia ikatkan seutas tali ke langit." Artinya biarlah si penentang itu mengambil seutas tali, belitkan tali itu ke leher, dan ujungnya diikatkan ke langit, yaitu kepada peran di loteng rumahnya sendiri; “Lalu potonglah!" Arti lebih kasar lagi, ambillah tali, menggantung dirilah! “Kemudian lihatlah! Apakah dapat rencana buruknya itu menghilangkan apa yang menyakitkan hatinya itu?" (ujung ayat 15).
Kalau diambil arti sepintas lalu saja, tidaklah mungkin orang yang telah mati menggantung diri akan dapat melihat, bahwa tipudayanya menghambat menghalangi perkembangan usaha yang dibencinya. Sebab itu, di sanalah tersembunyi arti halus sabda Tuhan. Maka artinya, lebih baik kalian menggantung diri saja kalau kebenaran ini akan kalian benci juga, karena Kalau kalian masih hidup, hati kalian akan bertambah sakit melihat perkembangan agama ini.
Ibnu Abbas menafsirkan: “Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah tidak akan menolong Muhammad serta kitabnya (al-Qur'an) dan agamanya (Islam), pergi sajalan membunuh diri kalau kejayaan Muhammad itu menyakitkan hatinya. Karena Allah pasti menolong Rasul-rasulNya dan prang-orang yang beriman, sebagai tersebut dalam Surat 40 Ghafir ayat 51:
“Sesungguhnya Kami pasti akan menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada masa di dunia ini dan pada hari akan berdiri." (yaitu di hari kiamat).
Adapun menyuruh menggantung diri itu pukulan keras dengan kata-kata kepada mereka yang tidak mau mengerti itu, yang sekali kali perlu juga dipakai dalam rangka memberi ancaman keras, sebagai terdapat dalam Surat 3, Aali ‘Imran, ayat 119:
“Inilah kamu, kamu suka kepada mereka, tetapi mereka tidak suka kepada kamu, dan kamu percaya kepada semua kitab-kitab. Dan apabila mereka bertemu dengan kamu, mereka berkata: “Kami pun beriman." Tetapi apabila mereka telah sendiri, mereka gigit jari-jari mereka saking bencinya kepada kamu. Katakanlah: “Matilah kamu dengan kebenaran kamu itu."
Ayat 16
“Dan seperti itulah, telah Kami turunkan kepadanya keterangan-keterangan yang jelas." (pangkal ayat 16). Yaitu bahwa telah Kami turunkan kepadanya, yaitu wahyu yang dinamai al-Qur'an. Dia adalah keteranganketerangan yang jelas untuk menjadi tuntunan bagi manusia, untuk setamat dunia dan akhirat: “Dan bahwasanya Allah akan memberikan petunjuk siapa yang Dia kehendaki." (ujung ayat 16).
Ujung ayat menunjukkan bahwa sementara al-Qur'an telah turun dan keterangan-keterangan telah diberikan dengan sejelas-jelasnya, namun yang akan beroleh.petunjuk ialah orang yang dikehendaki Allah jua. Dapatlah dilihat dan dibuktikan sendiri, banyak orang yang dapat mengartikan al-Qur'an namun tidak dapat hidayat. Ada pula orang yang baru beberapa kali mendengar artinya, dia pun tertarik dan beriman.
Ayat 17
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman," (pangkal ayat 17). Maksud orang-orang yang beriman ialah yang telah mengaku beriman kepada Allah dan RasulNya -Muhammad s.a.w. dan beriman pula kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w Tegasnya orang yang telah mengaku Islam. "Dan orang-orang yang Yahudi," yaitu yang menyebut diri mereka Yahudi, percaya kepada Nabi Musa ‘alaihis-salam dan saudaranya Harun ‘alaihis-salam, dan yang mengakui Yahudi itu pun masih ada sampai sekarang. "Dan orang-orang Shabi'in." Di dalam menafsirkan ayat 62 dari Surat 2, al-Baqarah (Tafsir Al-Azhar Juzu' 1) telah kita jelaskan arti shabi'in. Artinya semula ialah orang yang meninggalkan agama nenek-movangnya. Kaum Musyrikin Quraisy pernah menuduh Nabi Muhammad Shabi dari agama nenek-moyang sebab telah meninggalkan menyembah berhala. Setengah ahli tafsir mengatakan Shabi'in ialah pecahan dan agama Nasrani. Yang mulanya menuhankan Isa Almasih. kemudian mendlrikan agama sendiri dan menyembah malaikat. Kita pun maklum bahwa agama Nasrani itu telah banyak pecahbelahnya, seumpama yang kita lihat pada perpecahan Katholik dengan Protestan Dan Protestan telah terpecah pula kepada berbagai sekte, yang masing-masing membatalkan yang lain: “Dari orang-orang Nasrani" dengan segala macam belahan sektenya itu: “Dan orang-orang Majusi," orang Majusi ialah pemuja api, agama Zarasustra anutan orang Iran (Mesir) sebelum Islam, yang percaya bahwa alam ini dikuasai oleh dua kekuatan, yaitu terang dan gelap, terang dilambangkan dengan api, sebab itu api disembah. Di antara keduanya, terang (ahura mazda) dan gelap (ahriman) selalu berperang, selalu bertempur. Tetapi yang menang pada akhinya ialah terang, dan gelap pasti kalah. Sebab itu mereka wajib bersyukur dan menyembah kepada terang, sebab terang itulah yang benar, mereka lambangkan dia dengan api.
Sisa Majusi itu masih diriapati di Bombay. Api pujaan yang mereka bawa dari Iran ketika Islam jelah mendesak mereka pada abad ketujuh Masehi masih menyala dalam kuil mereka dan masih mereka sembah.
“Dan orang-orang yang mempersekutukan," yaitu orang-orang musyrikin penyembah berhala yang masih ada di Hejaz ketika ayat ini turun, dan sampai sekarang pun masih ada penyembah berhala dan patung-patung di manamana."Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereko di hari kiamat." Segala pemeluk agama itu, termasuk orang-orang yang telah mengakuinya Islam, ‘bahkan mereka disebut nomor satu, perkaranya semua akan dipertimbangkan Allah dengan langsung di hari kiamat, keputusan akan diberikan seadil-adilnya sesudah pemeriksaan yang seteliti-telitinya. Kalau mereka dihukum, tidaklah hukuman dijatuhkan dengan aniaya: “Sesungguhnya Allah atas tiap-tiap sesuatu adalah menyaksikan." (ujung ayat 17). Sebab itu tidaklah orang dapat mencan dalih buat berlepas diri di hari itu.