Ayat
Terjemahan Per Kata
يَدۡعُواْ
ia menyeru
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
مَا
apa/sesuatu
لَا
yang tidak
يَضُرُّهُۥ
memberi mudarat kepadanya
وَمَا
dan apa/sesuatu
لَا
yang tidak
يَنفَعُهُۥۚ
memberi manfaat kepadanya
ذَٰلِكَ
demikian itu
هُوَ
ia/itu
ٱلضَّلَٰلُ
kesesatan
ٱلۡبَعِيدُ
yang jauh
يَدۡعُواْ
ia menyeru
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِ
Allah
مَا
apa/sesuatu
لَا
yang tidak
يَضُرُّهُۥ
memberi mudarat kepadanya
وَمَا
dan apa/sesuatu
لَا
yang tidak
يَنفَعُهُۥۚ
memberi manfaat kepadanya
ذَٰلِكَ
demikian itu
هُوَ
ia/itu
ٱلضَّلَٰلُ
kesesatan
ٱلۡبَعِيدُ
yang jauh
Terjemahan
Dia menyeru sesuatu selain Allah yang tidak dapat mendatangkan mudarat dan tidak (pula) memberikan manfaat kepadanya. Itulah kesesatan yang jauh.
Tafsir
(Ia menyeru) menyembah (selain Allah) yakni berhala-berhala (sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat kepada dirinya) jika ia tidak menyembahnya (dan pula tidak dapat memberi manfaat kepada dirinya) jika ia menyembahnya. (Yang demikian itu) penyembahan itu (adalah kesesatan yang jauh) sekali dari kebenaran.
Tafsir Surat Al-Hajj: 11-13
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu; dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah keraguan yang nyata. Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya.
Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudaratnya lebih dekat daripada manfaatnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat kawan. Mujahid dan Qatadah serta lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dengan berada di tepi. (Al-Hajj: 11) Yakni berada dalam keraguan. Yang lainnya selain mereka mengatakan berada di tepi, seperti di tepi sebuah bukit.
Dengan kata lain, ia masuk Islam dengan hati yang tidak sepenuhnya; jika menjumpai hal yang disukainya, ia tetap berada dalam Islam; dan jika tidak, maka ia kembali kafir. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Haris, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abul Husain, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. (Al-Hajj: 11) Dahulu seorang lelaki datang ke Madinah.
Jika istrinya melahirkan bayi laki-laki serta kudanya beranak pula, maka ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang baik (membawa keberuntungan). Tetapi jika istrinya tidak melahirkan serta kudanya tidak melahirkan juga, maka ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang buruk (pembawa kesialan). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Asy'as ibnu Ishaq Al-Qummi, dari Ja'far ibnu Abul Mugirah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu ada segolongan orang Badui datang kepada Nabi ﷺ lalu masuk Islam.
Bila mereka telah kembali ke kampung halaman mereka, lalu mereka menjumpai musim hujan dan musim subur serta musim melahirkan anak yang banyak, maka mereka berkata, "Sesungguhnya agama kita adalah agama yang baik," maka mereka berpegangan kepadanya. Tetapi bila mereka menjumpai tahun kekeringan dan paceklik serta jarang adanya kelahiran, maka mereka berkata, "Tiada suatu kebaikan pun pada agama kita ini." Maka Allah ﷻ menurunkan kepada Nabi-Nya ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebaikan, tetaplah ia dalam keadaan itu. (Al-Hajj: 11), hingga akhir ayat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa seseorang dari mereka apabila tiba di Madinah yang terletak tidakjauh dari tempat tinggal mereka, maka jika tubuhnya sehat selama di Madinah dan Kudanya melahirkan anak serta istrinya beranak laki-laki, ia puas dan tenang terhadap agama Islam yang baru dipeluknya; lalu ia mengatakan bahwa sejak ia masuk Islam tiada yang ia peroleh kecuali kebajikan belaka.
dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana. (Al-Hajj: 11) Fitnah dalam ayat ini artinya bencana atau musibah. Yakni bila ia terserang wabah penyakit Madinah, dan istrinya melahirkan anak perempuan, serta zakat datang terlambat kepadanya, maka setan datang kepadanya membisikkan kata-kata, "Demi Tuhan. Sejak kamu masuk agama Islam, tiada yang kamu peroleh selain keburukan." Yang demikian itu adalah fitnahnya. Hal yang sama telah disebutkan oleh Qatadah, Ad-Dahhak, dan Ibnu Juraij serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf sehubungan dengan tafsir ayat ini.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, orang yang berwatak demikian adalah orang munafik. Jika ia beroleh kemaslahatan di dunianya, ia tetap melakukan ibadahnya. Tetapi jika dunianya rusak serta tidak beroleh keuntungan, maka ia kembali kepada kekafirannya. Dia tidak menetapi ibadahnya kecuali bila mendapat kebaikan dalam kehidupannya. Jika ia tertimpa musibah atau bencana atau kesempitan duniawi, maka ia tinggalkan Islam dan kembali kepada kekafirannya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: berbaliklah ia ke belakang. (Al-Hajj: 11) Yaitu ia murtad dan kafir kembali. Firman Allah ﷻ: Rugilah ia di dunia dan di akhirat. (Al-Hajj: 11) Artinya dia tidak mendapatkan sesuatu pun dari dunia ini; adapun di akhirat karena ia telah kafir kepada Allah Yang Mahabesar, maka nasibnya sangat celaka dan sangat terhina. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Al-Hajj: 11) Yakni hal seperti itu merupakan kerugian yang besar dan transaksi yang rugi.
Firman Allah ﷻ: Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. (Al-Hajj: 12) Yaitu menyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan Allah yang ia mintai pertolongannya, dan meminta hujan kepadanya serta meminta rezeki kepada sembahannya; padahal sembahannya itu tidak dapat memberikan suatu manfaat kepadanya, tidak pula menimpakan mudarat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Al-Hajj: 12) Adapun firman Allah ﷻ: Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudaratnya lebih dekat dari manfaatnya. (Al-Hajj: 13) Maksudnya, kemudaratannya di dunia sebelum akhirat lebih dekat daripada manfaatnya.
Di akhirat nanti mudaratnya sudah jelas dan pasti. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat kawan. (Al-Hajj: 13) Mujahid mengatakan, yang dimaksud adalah berhala sembahan mereka. Dengan kata lain, seburuk-buruk yang dimintai pertolongan selain Allah adalah berhala-berhala yang diserunya. dan sejahat-jahat kawan. (Al-Hajj: 13) Al-'asyir artinya kawan sepergaulan. Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah seburuk-buruknya anak paman dan kawan ialah: orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu; dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. (Al-Hajj: 11) Akan tetapi, pendapat Mujahid yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah 'berhala' lebih dekat dan lebih sesuai dengan konteks pembicaraan ayat."
Dia, orang-orang yang murtad kembali menyeru kepada selain Allah, baik benda, manusia, roh leluhur, jin maupun setan, yang semuanya merupakan sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana, baik bagi dirinya maupun lingkungan sosialnya, dan tidak pula semua yang di-sembah itu memberi manfaat kepadanya. Mengambil kekufuran dan melepaskan iman dengan murtad itulah kesesatan yang jauh dari kebenaran. 13. Dia, orang kafir dan orang murtad itu, menyeru dalam ritual dan doanya kepada suatu sembahan yang sebenarnya bencananya dalam persembahan itu, lebih dekat daripada manfaatnya. Sungguh, jika mereka menyadari bahwa sembahan selain Allah itu adalah seburuk-buruk penolong karena menolong kepada kebinasaan, dan sejahat-jahat kawan karena berkawan dengan yang mencelakakan.
Pada ayat ini Allah menjelaskan bentuk kerugian yang besar yang akan mereka alami, yaitu mereka menyembah tuhan-tuhan selain Allah atau mereka mengakui adanya kekuatan gaib selain Allah lalu mereka sembah, atau mereka menganggap bahwa ada mahluk yang dapat dijadikan perantara untuk menyampaikan sesuatu permohonan atau doa kepada Allah, padahal tuhan-tuhan itu tidak memberikan mudarat atau manfaat bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Perbuatan yang demikian itu adalah perbuatan yang amat jauh menyimpang dari kebenaran. Mereka seperti seorang yang telah jauh tersesat di tengah padang pasir, akan kembali ke jalan yang semula amat jauh dan melelahkan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Orang Yang Berdebat Tanpa Ilmu
Itu Pengikut Syaitan
Ayat 8
“Dan setengah daripada manusia ada yang berdebat tentang Allah tidak dengan ilmu, dan tidak dengan petunjuk, dan tidak dengan kitab yang menerangi." (ayat 8).
Dua kali kita diperingati dengan ayat seperti ini, yaitu tentang manusia yang suka berdebat tentang Allah tidak dengan ilmu. Pertama di ayat 3 terdahulu, kedua dengan ayat 8 ini. Tetapi tujuan ayat 3 ialah tentang yang hanya jadi pengikut dan syaitan-syaitan. Berkeras hati memperdebatkan tentang Allah, menurut yang diajarkan orang lain. Dia sangka dia telah mendapat iimu tentang Tuhan, padahal ilmu curang yang diajarkan oleh syaitan-syaitan yang hendak membelokkannya dari jalan yang benar. Hal sebagai dalam ayat 3 itu banyak diriapati pada orang-orang yang mengakui dirinya Islam, lalu membaca buku-buku buah penyelidikan kaum orientalia yang sebagian besar membuat tafsiran sendiri tentang Islam, untuk dibaca oleh orang Islam yang jiwanya masih kosong dari iman. Kaum orientalia itulah yang mengatakan bahwa.Islam disiarkan dengan pedang, bahwa Nabi Muhammad itu hanya seorang pahlawan padang pasir, bukan Nabi. Bahwa Islam tidak memberi hak bagi wanita. Atau pembaca buku-buku Komunia. Maka oleh karena Karl Marx pernah mengatakan, “Agama adalah candu yang membuat rakyat jadi mabuk". "Tuhan tidak ada, hanya manusia saja yang mengada-adakannya". Mereka pun turut pula berdebat tentang Tuhan, tidak dengan ilmu, hanya dari ajaran syaitan seperti itu.
Adapun di dalam ayat 8 ialah golongan berdebat dari hal Allah tidak dengan ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan. Hanya dikarang-karang saja. Petunjuk tidak ada, kitab pun tidak ada. Dia hendak membuat ajaran sendiri. Perbedaannya dengan orang yang disebut di ayat 3 ialah, yang di sini hendak jadi pengatur, dia hendak menanam pengaruh, mencari pengikut. Serupalah keadaan golongan ini dengan apa yang mereka namai kebatinan, atau “kepercayaan-kepercayaan" yang tumbuh laksana cendawan di musim hujan di Indanesia. Dan semaa minta supaya diakut. Dan minta supaya diadakan daiam Kementerian Agama suatu Direktur Jenderal sendiri untuk mengurus urusan mereka. Oleh karena tidak ada petunjuk yang datang dan Ilahi menurut yang dIsampaikan Nabi-nabi, dan tidak pula ada tuntunan kitab atau wahyu sebab tidak ada lagi Nabi sesudah Nabi Muhammad, maka tiap-tiap mereka mengaku dapat wahyu. Lebih dari 200 kebatinan yang tercatat di Tanah Jawa, tiap-tiap gurunya mengaku dapat wahyu:
Ayat 9
“Memalingkan lembungnya," (pangkal ayat 9). Begitulah sikap mereka terhadap seruan kebenaran yang dibawa Rasul; mereka berpaling membuang muka jika diajak berbicara secara kembali kepada garis petunjuk yang terang atau bertahkim kepada kitab yang berisi kebenaran. Sebab mereka mau benar sendiri saja. Menurut Ibnu Abbas: “Mereka menyombong tidak mau menerima kebenaran." Memalingkan lembung atau membuang muka itulah: “Yang membawanya sesat dan jalan Allah." Apakah akibat orang yang bersikap demikian? Akibatnya telah jeeas pada lanjutan ayat: “Untuknya di dunia ini adalah kehinaan." Sebab dia telah mengkhianati diri sendiri. Jika mereka kelihatan menyombong, tidak lain dari menutup-nutupi kekosongan yang ada dalam jiwa: “Dan akan Kami rasakan baginya di hari kiamat siksa pembakaran." (ujung ayat 9). Itu adalah kesudahan yang wajar bagi orang yang memulai langkahnya dengan berdebat tentang tidak dengan ilmu dan menegakkan benang basah dengan mempertahankan pendirian yang tidak ada dasanya.
Ayat 10
Pada ayat selanjutnya dijelaskanlah sabda Tuhan terhadap orang yang kurang terima atas akibat yang demikian. Sabda Tuhan: “Yang demikian itu ialah tersebab apa yang dahulu telah diperbuat oleh tangan engkau sendiri." (pangkal ayat 10). Kehinaan di dunia dan pembakaran neraka di akhirat janganlah diaesalkan kepada Allah. Janganlah menuduh Allah kejam. Ini tidak lebih dari hasil kerjamu sendiri. Kalau orang salah memilih jalan, lalu dia tersesat ke tempat yang membuatnya celaka, kacaulah peraturan alam _ini kalau dia berbahagia. Dan barulah boleh dikatakan Tuhan kejam kalau Dia tidak memberi peringatan lebih dahulu. Sebab itu di akhir ayat jelas sabda Tuhan: “Dan bahwa sesungguhnya Allah tidaklah aniaya terhadap hamba-hamba-Nya." (ujung ayat 10).
Berfikir yang tidak sihatlah yang akan berani mengatakan bahwa orang yang hina di dunia dan kena pembakaran api neraka di akhirat, ialah karena Allah berlaku aniaya karena orang itu tidak salah.
Ayat 11
Menyembah Allah di pinggir-pinggir. "Dan setengah dari manusia ado yang menyembah Allah di pinggir-pinggir." (pangkal ayat 11).
Apa anti di pinggir-pinggir?
Ibnu Katsir menafsirkan: Dia masuk ke dalam agama Allah di tepi-tepi saja. Kalau dia ketemu yang menyenangkan hatinya, dia tetap beragama. Tetapi jika bertemu yang membuatnya susah, dia mengeluh-ngeluh, menyesal-nyesal.
Bukhari meriwayatkan suatu tafsiran Ibnu Abbas yang disampaikan oleh Said bin Jubair, tentang tafsir ayat ini: “Ada orang datang ke Madinah menyerahkan diri jadi penganut Islam. Kalau isterinya melahirkan seorang anak laki-laki dan kudanya beranak pula dia pun berkata: “Islam ini memang agama yang baik sekali." Tetapi isterinya tidak juga-melahirkan anak dan kudanya pun tidak mengandung, dia pun berkata: “Ini agama sial."
Ini Iebih jelas lagi pada lanjutan ayat: “Maka jika mengenai kepadanya yang baik, tenteramlah dia dengan (agama) itu. tetapi jika menimpa kepadanya suatu percobaan, berpalinglah dia atas mukanya." Artinya dia tidak perduli lagi. Lupalah dia kepada yang baik yang diterimanya, yang diingatnya hanya yang jeleknya saja.
Abdurrahman bin Yazid bin Aslam menafsirkan: “Itulah orang-orang munafik. Kalau karena beragama ini menjadi subur keduniaannya, banyak keuntungannya, tekunlah dia beribadat. Tetapi jika dunianya menurun. susah hidupnya, mukanya pun dipalingkannya. Sebab itu kalau dia beribadat, hanya lah semata-mata mengharap laba dunia, tetapi kalau cobaan datang, malang menimpa, gelap dan bertemu jalan sempit, agama itu ditinggalkannya dan dia kafir kembali.
Mujahid menjelaskan: “Dia berpaling atas mukanya" itu ialah dia pun murtad menjadi kafir.
“Rugilah dia di dunia dan di akhirat." Kerugian di dunia ialah karena umur yang habis tidak menentu. Sehari lahir ke dunia, mulailah umur kurang satu hari. Disangka umur panjang, padahal bertambah banyak yang telah dipakai, bertambah sedikitlah yang tersisa. Dan kalau di dunia telah kosong tidak berisi, apakah yang akan dapat diperhitungkan di akhirat? “Demikian itulah kerugian pang nyata." (ujung ayat 11). Sebab sesampai di akhirat orang yang seperti itu tidak ada harganya lagi. Tidak ada aurat yang akan diperhitungkan. Zaman yang telah dilampaui tidak dapat diulang lagi.
Ayat 12
“Dia menyeru yang selain Allah." (pangkal ayat 12). Yang selain Allah adalah makhluk yang dijadikan Allah belaka, danpada tidak ada diadakan oleh Tuhan: “Barug yang tidak memberinya mudharat dan barang yang tidak memberinya manfaat," sebab dia hanya berhala, atau kayu atau batu, atau keris, batu kubur atau tulang-tulang orang yang telah mati. Jika dia tidak dipuja dia tidak bisa marah. Jika dia disembah-sembah dia tidak dapat memberikan pertolongan. Dia akan tetap biau. “Demikian itulah dia." Yaitu memuja, menyembah dan mempersekutukan yang lain itu dengan Tuhan: “Kesesatan yang jauh." (ujung ayat 12). Telah sangat jauh menyimpang dan tuntunan akal yang sihal, sehingga hidup sudah tidak dapat bertemu lagi dengan tujuan yang benar.
Ayat 13
“Dia menyeru kepada yang mudharatnya lebih dekat dari manfaatnya." (pangkal ayat 13). Ini adalah peringatan Allah terhadap manusia yang menukar tujuan hidup daripada Allah kepada benda. Dijelaskan di sini bahwa mudharatnyalah yang lebih banyak daripada manfaatnya. Sebab tenaganya akan habis, hasil tidak tampak.
Demikianlah juga halnya manusia-manusia yang kehilangan kemerdekaan jiwa karena tindakan sesamanya manusia. Atau orang yang seenaknya saja menjual keyakinan atau pendirian karena mengharapkan kedudukan terhormat. Dipilihnya pimpinan sesamanya manusia, ditinggalkannya pimpinan yang dari Tuhan, Atau dicarinya yang sama-sama terpengaruh oleh kebendaan. Maka di ujung ayat Tuhan tegaskan: “Yang sejahat-jahat penolong," sebab dia hanya menolong supaya sama-sama handam karam masuk neraka: “Dan sejahat jahat teman bergaul." (ujung ayat 13). Sebab teman bergaul seperti itu hanya akan membawa dan mengajak berbuat maksiat, mendurhaka kepada Allah dan merusak diri sendiri.