Ayat
Terjemahan Per Kata
فَٱسۡتَجَبۡنَا
maka Kami perkenankan
لَهُۥ
kepadanya (do'anya)
وَوَهَبۡنَا
dan Kami anugerahkan
لَهُۥ
kepadanya
يَحۡيَىٰ
Yahya
وَأَصۡلَحۡنَا
dan Kami perbaiki
لَهُۥ
kepadanya
زَوۡجَهُۥٓۚ
isterinya
إِنَّهُمۡ
sesungguhnya mereka
كَانُواْ
adalah mereka
يُسَٰرِعُونَ
mereka bersegera
فِي
dalam
ٱلۡخَيۡرَٰتِ
kebaikan
وَيَدۡعُونَنَا
dan mereka berdo'a pada Kami
رَغَبٗا
pengharapan
وَرَهَبٗاۖ
dan perasaan takut
وَكَانُواْ
dan adalah mereka
لَنَا
kepada Kami
خَٰشِعِينَ
mereka tunduk/khusyu
فَٱسۡتَجَبۡنَا
maka Kami perkenankan
لَهُۥ
kepadanya (do'anya)
وَوَهَبۡنَا
dan Kami anugerahkan
لَهُۥ
kepadanya
يَحۡيَىٰ
Yahya
وَأَصۡلَحۡنَا
dan Kami perbaiki
لَهُۥ
kepadanya
زَوۡجَهُۥٓۚ
isterinya
إِنَّهُمۡ
sesungguhnya mereka
كَانُواْ
adalah mereka
يُسَٰرِعُونَ
mereka bersegera
فِي
dalam
ٱلۡخَيۡرَٰتِ
kebaikan
وَيَدۡعُونَنَا
dan mereka berdo'a pada Kami
رَغَبٗا
pengharapan
وَرَهَبٗاۖ
dan perasaan takut
وَكَانُواْ
dan adalah mereka
لَنَا
kepada Kami
خَٰشِعِينَ
mereka tunduk/khusyu
Terjemahan
Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan menjadikan istrinya (dapat mengandung). Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.
Tafsir
(Maka Kami memperkenankan doanya) yakni seruannya itu (dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya) sebagai anaknya (dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung) sehingga dapat melahirkan anak, padahal sebelumnya ia mandul. (Sesungguhnya mereka) para Nabi yang telah disebutkan tadi (adalah orang-orang yang selalu bersegera) mereka selalu bergegas-gegas (di dalam kebaikan-kebaikan) mengerjakan amal-amal ketaatan (dan mereka berdoa kepada Kami dengan mengharapkan) rahmat Kami (dan takut) kepada azab Kami. (Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami) yakni merendahkan diri dan patuh di dalam beribadah.
Tafsir Surat Al-Anbiya': 89-90
Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris yang paling baik. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.
Allah ﷻ menceritakan tentang hamba-Nya (yaitu Zakaria) ketika ia meminta kepada Allah agar dikaruniai seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi nabi sesudah ia tiada. Kisah ini telah disebutkan dengan panjang lebar dalam permulaan tafsir surat Maryam dan surat Ali Imran, tetapi dalam surat ini lebih singkat. tatkala ia menyeru Tuhannya. (Al-Anbiya: 89) dengan sembunyi-sembunyi dari penglihatan kaumnya. Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri. (Al-Anbiya: 89) Yakni tidak beranak dan tidak ada ahli waris yang akan menduduki jabatan kenabian sesudahnya untuk mengatur manusia.
dan Engkaulah waris yang paling baik. (Al-Anbiya: 89) Hal ini merupakan doa dan sanjungan yang sesuai dengan permintaan yang diajukan. Dalam firman selanjutnya disebutkan: Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. (Al-Anbiya: 90) Ibnu Abbas, Mujahid, dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa istri Zakaria sebelum itu mandul, tidak dapat beranak. Setelah Zakaria berdoa memohon agar dikaruniai anak, maka mengandunglah ia.
Abdur Rahman ibnu Mahdi telah meriwayatkan dari Talhah ibnu Amr, dari Ata, bahwa lisan (lidah) istri Zakaria panjang, lalu Allah memperbaikinya. Menurut riwayat yang lain, pada tubuhnya terdapat sesuatu cela, lalu diperbaiki oleh Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b dan As-Saddi. Tetapi pendapat yang paling kuat adalah yang disebutkan pertama tadi. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik. (Al-Anbiya: 90) Yaitu gemar mengerjakan amal-amal yang mendekatkan diri kepada Allah dan amal-amal ketaatan.
dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. (Al-Anbiya: 90) As-Sauri mengatakan, maksudnya yaitu berharap atas pahala yang ada di sisi Kami dan cemas (takut) terhadap siksa yang ada di sisi Kami. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (Al-Anbiya: 90) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna khasyi'in adalah orang-orang yang membenarkan apa yang telah diturunkan oleh Allah ﷻ Mujahid mengatakan, orang-orang yang benar-benar beriman. Abul 'Aliyah mengatakan orang-orang yang takut. Abu Sinan mengatakan bahwa al-khusyuk adalah rasa takut yang melekat dalam hati dan tidak pernah lenyap darinya selamanya.
Dan dari Mujahid disebutkan pula, bahwa makna khasyi'in adalah orang-orang yang merendahkan dirinya. Al-Hasan, Qatadah dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa khasyi'in artinya orang-orang yang merendahkan dirinya kepada Allah ﷻ Masing-masing dari pendapat-pendapat tersebut beraneka ragam satu sama lainnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari Abdullah Al-Qurasyi, dari Abdullah ibnu Hakim yang mengatakan, bahwa Khalifah Abu bakar berkhotbah kepada kami.
Dalam khotbahnya ia mengatakan, "Amma Ba'du. Sesungguhnya aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan memuji-Nya dengan pujian yang layak bagiNya. Dan berharap dengan cemaslah kalian seraya merendahkan diri dalam memohon kepada-Nya. Karena sesungguhnya Allah ﷻ telah memuji Zakaria dan ahli baitnya melalui firman-Nya: Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk pada Kami."
Karena Zakaria terus berusaha dan tekun berdoa memohon keturunan, maka Kami kabulkan doa-nya, meskipun istrinya sudah tua dan mandul. Dan Kami pun menganugerahkan kepadanya Yahya, seorang anak yang cerdas dan saleh; dan Kami jadikan istrinya yang tua dan mandul itu dapat mengandung. Sungguh, mereka, Zakaria dan istrinya, senantiasa bersegera dalam mengerjakan berbagai kebaikan yang menyebabkan doanya dikabulkan; dan mereka senantiasa berdoa kepada Kami untuk mendapatkan keturunan dengan penuh harap akan dikabulkan dan cemas karena menyadari istrinya tua dan mandul. Dan mereka orang-orang yang khusyuk, dalam beribadah dan berdoa kepada Kami. 91. Dan ingatlah kisah Maryam, seorang perempuan salehah, yang memelihara kehormatannya dari berbuat zina, bahkan dari sentuhan laki-laki. Lalu Kami tiupkan roh dari Kami ke dalam rahim-nya sehingga ia hamil; dan Kami jadikan dia dan anaknya sejak lahir sebagai tanda kebesaran Allah bagi seluruh alam, karena anak itu lahir tanpa ayah, bisa berbicara sejak bayi dan menyatakan dirinya hamba Allah, serta menjadi nabi dan rasul Allah.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah memperkenankan doa Nabi Zakaria itu, dan mengaruniakan kepadanya seorang putra bernama Yahya. Untuk itu Allah telah mengaruniakan kesehatan yang baik kepada istri Zakaria, sehingga memungkinkan untuk mengandung, padahal sebelum itu ia adalah perempuan yang mandul.
Pada lanjutan ayat ini Allah menjelaskan apa alasan-Nya untuk mengabulkan permohonan Zakaria itu, ialah karena mereka semua senantiasa bersegera dalam berbuat kebajikan, terutama dalam memelihara keturunan dengan sebaik-baiknya. Selain itu juga, karena senantiasa berdoa kepada Allah dengan hati yang harap-harap cemas, harap akan ampunan Tuhan dan cemas terhadap kemurkaan dan siksaan Allah. Dan alasan ketiga ialah karena mereka selalu khusyuk dan tawadu` kepada-Nya, dan tidak pernah sombong atau takabur dan mengingkari karunia-Nya.
Jadi, sifat-sifat yang mulia itulah yang menyebabkan mereka memperoleh karunia dari Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nabi Zakariya a.s.
Ayat 89
“Dan Zakariya seketika dia menyeru Tuhannya."
Artinya ini pun menyuruh Nabi kita Muhammad s.a.w. mengingat pula tentang Nabi Zakariya yang telah tua itu, rambut putih sudah menyala di kepala, ingin hendak mendapat keturunan. padahal isteri mandul. Ikhtiar lain tidak nampak lagi, kecuali hanya tinggal satu, yaitu doa, berseru kepada Tuhan.
“Ya Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan daku sendirian!" Sebagai manusia Zakariya telah mengeluh menyampaikan permohonannya kepada Tuhan, agar dia jangan dibiarkan sepi hidup sendirian, tidak mempunyai ke-turunan. Keluhan Nabi Zakariya dan pengharapan lebih panjang dalam Surat 19, Maryam dari ayat 2 sampai ayat 15. Dan diceritakan pula pada Surat 3, Aali ‘Imran ayat 38 sampai 41. Tetapi pada ujung ayat 89 Surat al-Anbiya' ini kita bertemu pelajaran yang mendalam untuk dijadikan teladan tentang iman Nabi Zakariya. Ujung dari ayat dan ujung doa Nabi Zakariya ialah: “Dan Engkau adalah sebaik-baik yang mewarisi."
Ujung doa ini adalah tawakkal yang paling mumi dari seorang yang merasa dirinya telah tua, padahal keturunan yang akan mewarisi banyak sedikit harta peninggalan tidak ada. Diri dirasakan akan punah, pupus tidak ada keturunan, Tetapi karena ada iman, maka iman itulah yang mengobat hati iba. Jika aku mati bukan tak.ada warisku. Yang akan menerima pusakaku. Tuhanku sendirilah warisku. Hartabenda ini semua dari Dia, bahkan Dia yang empunya, Dia yang sebenar berkuasa atasnya. Bahkan diriku sendiri pun Dia yang empunya. Datang dari Dia dan akan kembali kepadaNya. Kalau aku mati, artinya datang lah saatnya aku kembali kepadaNya itu. Niscaya harta kepunyaanNya yang selama ini diizinkanNya aku memakainya, kembali pula kepadaNya dan Dia pula yang akan menentukan kepada siapa pula akan Dia serahkan.
Maka Dia yang lebih tahu, lebih pandai menentukan kemana harta ini kelak-akan dibagikanNya.
Ayat 90
“Maka Kami perkenankanlah baginya, dan Kami kurniakan kepadaNya Yahya."
Artinya, bahwasanya permohonannya itu diperkenankan oleh Allah. Dia mohon agar dia jangan dibiarkan hidup sendirian di dunia ini. Lalu dikumisi Tuhan dia seorang putera laki-laki. Itulah Yahya, yang oleh orang Nasrani diberi sebutan Yahya Pembaptia, artinya memberi orang petunjuk iman. "Dan Kami perboiki keadaan iatennya untuknya." Sebagai disabdakan Tuhan lebih jelas di dalam Surat Maryam (ayat 7), terlebih dahulu Allah telah memberitahukan kepada Zakariya bahwa permohonannya diperkenankan, dia akan diberi anak. Anak itu laki-laki dan telah disediakan sekali siapa akan namanya. Yaitu Yahya. Diterangkan pula bahwa sebelum itu belum ada orang yang bernama Yahya. Mendengar berita itu Zakariya gembira, tetapi dia jadi bingung. Bagaimana dia dapat beranak, padahal isterinya mandul. Maka di dalam ayat ini, sebagai ringkasan dan yang diwahyukan dalam Surat Maryam dijelaskan bahwa untuk menampung putera yang dijanjikan itu keadaan isterinya diperbaiki. Khusus untuk mengandung Yahya, rahim (peranakan) isteri Zakariya diperbaiki.
Kemudian dipuji Tuhanlah keluarga itu; Zakariya, isterinya dan putera mereka Yahya: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berlomba kepada perbuatan-perbuatan baik." Menunjukkan bahwa hidup mereka sekeluarga adalah hidup yang shalih. Jika Zakariya sebagai suami berbuat baik, isterinya tidak mau ketinggalan. Melihat contoh teladan yang baik daripada ibu dan bapak, maka anak pun tidak mau ketnggalan."Dan mereka menyeru Kami dengan harapan dan takut." Mereka mempunyai harapan atau keinginan atau cita-cita hari depan yang cerah. Harapan itu dalam tingkata pertama ialah mati dalam beriman, terlepas daripada marabahaya dan di akhirat kelak ditempatkan di dalam syurga. Tingkat tertinggi harapan itu ialah dapat diberi peluang bertemu dengan Tuhan. Dan yang Iebih tinggi dart emuanya itu ialah mencapai “Ridhwanullah", Keridhaan Tuhan. Adapun yang ditakuti adalah azhab siksaan mereka yang tersebab dari pukulan kemurkaan Tuhan."Dan adalah mereko terhariop kepada Komi merendahkan diri."
Kepada Allah: Khusyu'! Insaf, bahwa mereka adalah hamba dan Tuhan, lalu patch mengerjakan yang diperintahkan dan menghentikan yang dilarang.
Maryam dan Isa Puteranya
Ayat 91
“Dan dia yang telah memberitengi kehormatannya,"
Yang dimaksud dengan itu ialah Maryam anak perempuan dari Imran. Dari hal kesucian Maryam, bagaimana nazar ibunya ketika mulai mengandung dia, jika beranak laki-laki akan diserahkan jadi penjaga rumab suci Baitul Maqdia, supaya kehidupan keluarga beragama jangan terputus. Tetapi setelah lahir tenyata perempuan, namun nazanya diteruskan juga. Anak kecil itu dibawanya ke mesjid. Untung sekali karena kepala pemelihara mesjid ialah Nabi Zakariya sendiri. Sedang Nabi Zakariya adalah suami daripada saudara perempuan ibu Maryam. Maka Nabi Zakanya itulah yang mengasuhnya dan mendiriiknya, sampai dia jadi gadia yang shalih dan suci. Dengan mengIsahkan kelahiran dan pengasuhan ini di dalam Surat 3 alt Imran, ayat 33 sampai 37 adalah jaminan Tuhan bahwa Maryam itu suci. Di pangkal ayat 37 itu diberikan tiga janinan Tuhan tentang kesuciannya:
(1) Maka Tuhan terima akan dia dengan penerimaan yang baik.
(2) Dan Dia tumbuhkan dirinya dengan pertumbuhan yang baik.
(3) Dan dipelihara akan dia oleh Zakariya.
Di sini terus-terang kita katakan bahwa kalimat: … kita artikan memberitengi kehonnatannya, terjemahan: … (ahshanat) dengan membentengi sudahlah agak tepat. Tetapi: … (farjaha) kita terjemahkan menurut kebiasaan umum saja, yaitu kehormatan. Kadangkadang diartikan juga kemaluan yang dimaksud ialah atat kelamin.
Sayang bahasa Melayu (Indonesia) tidak mempunyai kata untuk itu, karena menyebut alat kelamin dianggap cabul dan mengucapkannya dipandang kurang sopan. Sebab itu ditukar orang dengan kehormatan atau kemaluan, wanita pelacur disebut wanita tidak terhormat. Dan wanita perawan yang digagahi atau perkosa, dikatakan telah hilang kehormatannya.
Maka dengan kata yang singkat intlah diterangkan Tuhan tentang kesucian Maryam. Dia anak baik. Budi bahasanya dan diriikan keshalihan yang diterimanya dari Zakariya dan dan keturunan darah ibunya, itulah beritengnya yang teguh untuk menjaga keperawanannya. Sehingga dijelaskan di dalam surat yang diberi nama dengan namanya, bahwa ketika malaikat datang memberitahu kepadanya bahwa dia akan hamil langsung dengan kehendak Tuhan, dia masih berlindung kepada Tuhan, jangan sampai dirinya cedera, meskipun malaikat yang merupakan dirinya sebagai manusia itu orang yang takwa sekalipun. (Q. 19, 18). "Maka Kami tiupkan kepadanya daripada roh Kami." Artinya ditiupkan atau dihembuskan Tuhan ke dalam diri gadia perawan itu min ruhina.
… artinya sebagian daripada Roh Kami. Arti tegasnya ialah Roh yang Kami jadikan. Maka dengan masuknya huruf min yang berarti sebagian daripada yang menurut undang-undang bahasa Arab lil ba'dhiyah, jelaslah bahwa Roh yang ditiupkan Allah ke dalam diri Maryam itu sama juga dengan roh-roh segala manusia yang lain. Ini sesuai dengan apa yang tersebut di dalam Surat 32, as-Sajdah ayat 7 tentang kejadian manusia:
“Kemudian itu, Dia sempurnakan kejadiannya dan Dia tiupkan padanya sebagian daripada RohNya."
Oleh sebab itu tidaklah ayat-ayat al-Qur'an yang menyebut Nabi Isa as. sebagai Roh Allah ini dijadikan pula alasan oleh orang Kristen untuk menguatkan akidah mereka yang salah, mengatakan Nabi Isa itu anak Allah atau sebagian dari Allah.
“Dan telah Kami jadikan dia dan anaknya pertanda bagi seluruh alam."
Seorang anak gadia perawan yang, suci dan sanggup memberitengi kehormatannya, tiba-tiba bunting saja tidak dengan bersuami, dan seorang anak lahir saja ke dunia dari perut perawan suci, dengan tidak ada ayahnya telah kejadian. Telah jadi kenyataan. Itu adalah suatu bukti, suatu pertanda dari Maha Kekuasaan Allah, Maha Pencipta dan seluruh alam ini. Bahwa sekali-kali Dia sanggup berbuat di War dan kebiasaannya. Maka bukanlah perawan suci yang bunting dada bersuami itu, dan bukan pula anak yang lahir dan dalam kandungan yang mesti kita kagumi dan kita pu)a karena kejadian yang luar biasa ini, melainkan pulanglah semuanya kepada Zat Maha Pencipta itu; Allah Yang Maha Esa, Maha Kuasa.