Ayat
Terjemahan Per Kata
وَذَا
Zun
ٱلنُّونِ
Nun (Yunus)
إِذ
tatkala
ذَّهَبَ
dia pergi
مُغَٰضِبٗا
dalam keadaan marah
فَظَنَّ
lalu dia menyangka
أَن
bahwa
لَّن
tidak
نَّقۡدِرَ
Kami kuasa
عَلَيۡهِ
atasnya
فَنَادَىٰ
maka dia berseru/berdo'a
فِي
dalam
ٱلظُّلُمَٰتِ
kegelapan
أَن
bahwa
لَّآ
tidak
إِلَٰهَ
Tuhan
إِلَّآ
melainkan
أَنتَ
Engkau
سُبۡحَٰنَكَ
Maha Suci Engkau
إِنِّي
sesungguhnya aku
كُنتُ
adalah aku
مِنَ
dari/termasuk
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
وَذَا
Zun
ٱلنُّونِ
Nun (Yunus)
إِذ
tatkala
ذَّهَبَ
dia pergi
مُغَٰضِبٗا
dalam keadaan marah
فَظَنَّ
lalu dia menyangka
أَن
bahwa
لَّن
tidak
نَّقۡدِرَ
Kami kuasa
عَلَيۡهِ
atasnya
فَنَادَىٰ
maka dia berseru/berdo'a
فِي
dalam
ٱلظُّلُمَٰتِ
kegelapan
أَن
bahwa
لَّآ
tidak
إِلَٰهَ
Tuhan
إِلَّآ
melainkan
أَنتَ
Engkau
سُبۡحَٰنَكَ
Maha Suci Engkau
إِنِّي
sesungguhnya aku
كُنتُ
adalah aku
مِنَ
dari/termasuk
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang zalim
Terjemahan
(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”
Tafsir
(Dan) ingatlah kisah (Dzun Nun) yaitu orang yang mempunyai ikan yang besar, dia adalah Nabi Yunus bin Mataa. Kemudian dijelaskan kalimat Dzun Nun ini oleh Badalnya pada ayat selanjutnya, yaitu (ketika ia pergi dalam keadaan marah) terhadap kaumnya, disebabkan perlakuan kaumnya yang menyakitkan dirinya, sedangkan Nabi Yunus belum mendapat izin dari Allah untuk pergi (lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mampu untuk menjangkaunya) menghukumnya sesuai dengan apa yang telah Kami pastikan baginya, yaitu menahannya di dalam perut ikan paus, atau menyulitkan dirinya disebabkan hal tersebut (maka ia menyeru dalam tempat yang gelap gulita) gelapnya malam dan gelapnya laut serta gelapnya suasana dalam perut ikan paus ("bahwa) asal kata An adalah Bi-an, artinya, bahwasanya (tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim") karena pergi dari kaumku tanpa seizin Allah.
Tafsir Surat Al-Anbiya': 87-88
Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap. Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. Kisah mengenai Nabi Yunus ini disebutkan di dalam surat ini, juga di dalam surat Ash-Shaffat dan surat Nun.
Yunus ibnu Mata a.s. diutus oleh Allah kepada penduduk kota Nainawi, yaitu suatu kota besar yang terletak di negeri Mausul. Yunus menyeru mereka untuk menyembah Allah ﷻ, tetapi mereka menolak dan tetap tenggelam di dalam kekafirannya. Maka Yunus pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah seraya mengancam mereka bahwa dalam waktu tiga hari lagi akan datang azab dari Allah.
Setelah mereka melihat tanda-tanda datangnya azab itu dan mereka mengetahui bahwa nabi mereka tidak dusta dalam ancamannya, maka mereka keluar menuju ke padang sahara bersama anak-anak mereka dengan membawa ternak unta dan ternak lainnya milik mereka yang mereka pisahkan antara induk dan anaknya. Kemudian mereka memohon kepada Allah dengan merendahkan diri, dan menyeru-Nya untuk meminta pertolongan, semua ternak unta dan anak-anaknya mengeluarkan suara lenguhan, begitu pula sapi dan anak-anaknya, dan juga kambing dan anak-anaknya.
Akhirnya Allah tidak jadi menurunkan azab kepada mereka. Kisah ini disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98) Sesudah itu Yunus a.s. pergi meninggalkan kaumnya dan menaiki perahu bersama suatu kaum. Di tengah laut, perahu oleng; mereka merasa takut akan tenggelam (karena keberatan penumpang). Maka mereka mengadakan undian di antara mereka untuk menentukan siapa yang bakal dilemparkan ke dalam laut untuk meringankan beban muatan perahu.
Akhirnya undian jatuh ke tangan Yunus, tetapi mereka menolak, tidak mau melemparkannya. Lalu dilakukan undian lagi, ternyata kali itu undian jatuh ke tangan Yunus lagi. Mereka menolak, lalu mengadakan undian lagi. Ternyata undian jatuh ke tangan Yunus juga. Hal ini disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. (Ash-Shaffat: 141) Yakni undian jatuh ke tangannya. Maka Yunus a.s. melucuti pakaiannya dan menceburkan diri ke dalam laut.
Saat itu Allah telah memerintahkan kepada ikan paus dari laut hijau menurut apa yang diceritakan oleh Ibnu Mas'ud membelah lautan dan sampai di tempat Yunus, lalu menelannya saat Yunus menceburkan diri ke laut. Allah telah memerintahkan kepada ikan paus itu, "Janganlah kamu memakan secuil pun dari dagingnya, jangan pula mematahkan tulangnya, karena sesungguhnya Yunus itu bukanlah rezeki makananmu, melainkan perutmu Aku jadikan sebagai penjara buatnya." Zun Nun adalah nama ikan paus itu menurut riwayat yang sahih, lalu dikaitkan dengan nama Nabi Yunus karena ia ditelan olehnya.
Makna harfiyahnya ialah orang yang mempunyai ikan besar. Firman Allah ﷻ: ketika ia pergi dalam keadaan marah. (Al-Anbiya: 87) Menurut Ad-Dahhak, Yunus marah terhadap kaumnya. lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya). (Al-Anbiya: 87) Maksudnya, tidak akan mempersempitnya dengan dimasukkan ke dalam perut ikan besar. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dan ia menentukan pilihannya ini berdasarkan dalil firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang, melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Ath-Thalaq: 7) Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya). (Al-Anbiya: 87) Yaitu memutuskan ketetapan takdir baginya. Seakan-akan Atiyyah menganggap lafaz naqdira ini bermakna takdir. Karena sesungguhnya orang-orang Arab mengatakan qadara dan qaddara dengan makna yang sama. Salah seorang penyair mereka mengatakan: ..... Tidak akan terulang zaman yang telah berlalu itu.
Mahasuci Engkau, segala sesuatu yang Engkau takdirkan pasti akan terjadi. Termasuk ke dalam pengertian takdir ini, firman Allah ﷻ: maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditakdirkan. (Al-Qamar: 12) Adapun firman Allah ﷻ: maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 87) Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa zulumat bentuk jamak, maksudnya gelapnya perut ikan paus, gelapnya lautan, dan gelapnya malam hari. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Amr ibnu Maimun, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ka'b, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah.
Salim ibnu Abul Ja'd mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah gelapnya keadaan di dalam perut ikan besar dan gelapnya laut. Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas serta lain-lainnya mengatakan ikan paus itu membawa Yunus menyelam hingga sampai di dasar laut, lalu Yunus mendengar suara tasbih batu-batu kerikil di dasar laut. Maka pada saat itu juga Yunus mengucapkan: Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau.
Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 87) Auf Al-A'rabi mengatakan bahwa ketika Yunus telah berada di dalam perut ikan besar, ia menduga dirinya telah mati. Kemudian ia menggerakkan kedua kakinya, ternyata bergerak, lalu ia bersujud di tempatnya, dan menyeru Tuhannya, "Wahai Tuhanku, saya jadikan di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh manusia ini tempat bersujud kepada Engkau." Sa'id ibnu Abul Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Yunus tinggal di dalam perut ikan besar selama empat puluh hari.
Kedua riwayat di atas dikemukakan oleh Ibnu Jubair. Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah menceritakan kisah berikut yang ia terima dari orang yang menceritakan kisah ini kepadanya dari Abdullah ibnu Rafi' maula Ummu Salamah yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: ". Ketika Allah hendak menyekap Yunus di dalam perut ikan besar, Allah memerintahkan kepada ikan besar untuk menelannya, tetapi tidak boleh melukai dagingnya dan tidak boleh pula meremukkan tulangnya.
Setelah ikan besar sampai di dasar laut, sedangkan di perutnya terdapat Yunus, Yunus mendengar suara, maka Yunus berkala dalam hatinya, "Suara apakah ini? Lalu Allah menurunkan wahyu kepadanya, sedangkan ia berada di dalam perut ikan, bahwa suara itu adalah suara tasbih hewan-hewan laut. Maka Yunus pun bertasbih pula dalam perut ikan besar itu; suara tasbihnya terdengar oleh para malaikat.
Maka mereka bertanya, "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar suara (tasbih) yang lemah di kedalaman yang jauh sekali lagi terpencil. Allah berfirman, "Itu adalah suara hamba-Ku, Yunus. Dia durhaka kepada-Ku, maka Aku sekap dia di dalam perut ikan di laut. Para malaikat bertanya, "Dia adalah seorang hamba yang saleh, setiap malam dan siang hari dilaporkan ke hadapanMu amal saleh darinya.
Allah berfirman, "Ya, benar. Maka pada saat itu para malaikat memohon syafaat buat Yunus, akhirnya Allah memerintahkan kepada ikan besar itu untuk mengeluarkan Yunus, lalu ikan besar melemparkannya ke tepi pantai, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya, "Sedangkan ia dalam keadaan sakit." (Ash-Shaffat: 145) Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, juga oleh Al-Bazzar di dalam kitab Musnadnya melalui jalur Muhammad ibnu Ishaq, dari Abdullah ibnu Rafi', dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hal yang semisal, kemudian ia menyebutkan bahwa kami tidak mengetahui hadis ini bersumber dari Nabi ﷺ kecuali melalui jalur sanad ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Ahmad ibnu Abdur Rahman (anak saudara lelaki Ibnu Wahb), telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, bahwa Yazid Ar-Raqqasyi pernah mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik yang menurut keyakinanku Anas tiada lain menerimanya dari Rasulullah ﷺmenceritakan kisah berikut, "Bahwa Yunus a.s. ketika mulai memanjatkan doa berikut di dalam perut ikan, yaitu, "Ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya.'" Maka doanya itu naik sampai di bawah 'Arasy, maka para malaikat bertanya, "Wahai Tuhanku, ada suara lemah yang telah dikenal bersumber dari negeri yang terasing." Allah berfirman, "Tidakkah kalian ketahui suara itu?" Mereka bertanya, "Tidak, wahai Tuhanku, siapakah dia?" Allah berfirman, "Dia adalah hamba-Ku Yunus." Mereka berkata, "Hamba-Mu Yunus yang sampai sekarang masih tetap dilaporkan ke hadapan-Mu amalnya yang diterima dan doanya diperkenankan." Mereka berkata pula, "Wahai Tuhan kami, tidakkah Engkau merahmatinya berkat amal yang dikerjakannya di saat dia senang, karenanya Engkau selamatkan dia di saat mendapat cobaan?" Allah berfirman, "Baiklah," maka Allah memerintahkan kepada ikan besar itu agar memuntahkannya ke daerah yang tandus.
Firman Allah ﷻ: Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. (Al-Anbiya: 88) Yaitu Kami keluarkan dia dari dalam perut ikan dan dari kegelapannya. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88) Yakni apabila mereka berada dalam kesengsaraan, lalu berdoa kepada Kami seraya bertobat, terlebih lagi jika mereka mengucapkan doa yang disebutkan dalam ayat ini saat mendapat musibah. Di dalam hadis Nabi ﷺ telah disebutkan anjuran untuk membaca doa ini di saat tertimpa musibah. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Umair, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq Al-Hamdani, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku ayahku, (yaitu Muhammad), dari ayahnya (yaitu Sa'd ibnu Abu Waqqas r.a.) yang mengatakan, bahwa ia berdua dengan Usman ibnu Affan di dalam masjid, lalu ia mengucapkan salam kepadanya, tetapi Usman hanya memelototkan mata ke arahnya tanpa menjawab salamnya.
Sa'd ibnu Abu Waqqas melanjutkan kisahnya, "Lalu saya pergi menghadap kepada Umar ibnul Khattab dan berkata kepadanya sebanyak dua kali, 'Hai Amirul Muminin, apakah telah terjadi sesuatu dalam Islam?' Umar menjawab, 'Tidak. Lalu mengapa?' Saya berkata, 'Tidak, hanya saya ketika melewati Usman tadi di masjid, saya mengucapkan salam kepadanya, tetapi ia hanya memelototi diriku dan tidak menjawab salamku.
Maka Khalifah Umar mengundang sahabat Usman, lalu berkata kepadanya, 'Apakah yang menyebabkan kamu tidak mau menjawab salam saudaramu?' Usman berkata, saya tidak merasa.' Sa'd berkata, 'Tidak, kamu benar melakukannya.' Akhirnya Usman bersumpah dan saya pun bersumpah pula". Sa'd ibnu Abu Waqqas melanjutkan kisahnya, "Setelah itu Usman teringat akan keadaan dirinya, lalu ia mengatakan bahwa memang benar, seraya beristigfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.
Ia mengatakan, 'Memang kamu tadi lewat di hadapanku, saat itu aku sedang mengingat-ingat suatu kalimat yang pernah saya dengar dari Rasulullah Saw, tetapi demi Allah, tidak sekali-kali saya mengingatnya, melainkan mata dan hatiku seakan-akan tertutup oleh tabir penutup." Sa'd berkata, "Aku akan menceritakan kepadamu tentang kalimat itu. Sesungguhnya Rasulullah ﷺ ketika sedang menceritakan kepada kami tentang permulaan doa (yang diucapkan oleh Yunus), tiba-tiba datanglah seorang Badui yang membuatnya sibuk melayaninya. Setelah itu Rasulullah ﷺ bangkit berdiri dan pergi, maka saya mengikutinya. Ketika saya merasa khawatir beliau ﷺ terlebih dahulu masuk ke dalam rumahnya, maka saya pukulkan kakiku ke tanah. Rasulullah ﷺ menoleh ke arahku dan bertanya, "Siapakah orang ini? Bukankah kamu Abu Ishaq?' Saya menjawab, 'Benar, wahai Rasulullah.' Rasululllah ﷺ bersabda, 'Ada apa perlumu?' Saya menjawab, 'Tidak demi Allah, saya hanya mengingatkan, bahwa engkau tadi menceritakan kepada kami tentang permulaan doa (yang diucapkan oleh Yunus), kemudian datanglah seorang Badui yang membuat engkau sibuk.' Rasulullah ﷺ menjawab, ".
'Benar, doa itu adalah doa yang diucapkan oleh Zun Nun ketika ia berada di dalam perut ikan paus, yaitu firman-Nya: 'Tidak ada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim' (Al-Anbiya: 87) Sesungguhnya tiada seorang muslim pun berdoa kepada Tuhannya dengan menyebut kalimat ini untuk memohon sesuatu, melainkan Allah akan memperkenankannya." Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini di dalam kitab 'Amalul Yaumi walLailah melalui hadis Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Sa'd dari ayahnya dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid Al-Ahmar dari Kasir ibnu Zaid dari Al-Mutallib ibnu Hantab; menurut Abu Khalid, dia menerimanya dari Mus'ab ibnu Sa'd, dari Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ Pernah bersabda: Barang siapa yang berdoa dengan doanya Nabi Yunus, pasti diperkenankan baginya. Abu Sa'id mengatakan bahwa demikianlah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88) -: ".
: (8) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Imran ibnu Bakkar Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Bisyr ibnu Mansur, dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Sa'd ibnu Abu Waqqas mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Asma Allah yang apabila disebutkan dalam doa, pasti Dia memperkenankannya; dan apabila diminta dengannya, pasti memberi, yaitu doa Yunus ibnu Mata." Sa'd bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah doa itu khusus bagi Yunus ataukah bagi seluruh kaum muslim? Rasulullah ﷺ menjawab, "Doa itu bagi Yunus ibnu Mata secara khusus dan bagi kaum mukmin semuanya secara umum, jika mereka meyebutkannya di dalam doanya.
Bukankah kamu telah mendengar firman Allah ﷻ yang mengatakan, 'Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap. Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman' (Al-Anbiya: 87-88). Ini merupakan syarat dari Allah bagi orang yang mengucapkannya di dalam doanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar ibnu Muhazzam Al-Maqdisi, dari Kasir ibnu Ma'bad, bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Hasan, "Hai Abu Said, apakah asma Allah yang paling agung, yang bila disebut di dalam doa, Dia pasti memperkenankannya; dan bila diminta, pasti memberi?" Al-Hasan menjawab,"Hai anak saudaraku, bukankah kamu telah membaca firman Allah ﷻ: 'Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah' (Al-Anbiya: 87) sampai dengan firman-Nya: 'Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman' (Al-Anbiya: 88) Hai anak saudaraku, itulah asma Allah yang teragung, yang apabila disebutkan di dalam doa pasti Dia memperkenankannya; dan apabila diminta, pasti memberi.""
Dan ingatlah kisah Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, karena mereka berpaling dari dirinya dan tidak mau menerima ajaran Allah ketika ia berdakwah kepada me-reka. Lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya karena sikapnya yang tidak sabar itu. Lalu ia naik perahu, namun beban perahu yang ditumpanginya terlalu berat sehingga harus ada seorang yang dilemparkan ke laut. Setelah diundi tiga kali, Nabi Yunus yang harus dilemparkan ke laut. Allah segera mendatangkan seekor ikan menelan beliau. Maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, di dalam perut ikan, di dalam laut, dan pada malam hari dengan kesadaran, 'Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim, karena aku marah meninggalkan kaum yang seharusnya dibimbing olehku. '88. Karena ia berdoa dengan ikhlas serta menyadari kesalahannya, maka Kami kabulkan (doa)-nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan dan kesedihan, karena berada dalam perut ikan besar. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman dari segala kesulitan yang dihadapinya.
Pada ayat ini Allah mengingatkan Rasul-Nya dan kaum Muslimin semuanya, kepada kisah Nabi Yunus, yang pada permulaan ayat ini disebutkan dengan nama "dzun Nun".
dzu berarti "yang mempunyai", sedang an-Nun berarti "ikan besar". Maka dzu an-Nun berarti "Yang empunya ikan besar". Ia dinamakan demikian, karena pada suatu ketika ia pernah dijatuhkan ke laut dan ditelan oleh seekor ikan besar. Kemudian, karena pertolongan Allah, maka ia dapat keluar dari perut ikan tersebut dengan selamat dan dalam keadaan utuh.
Perlu diingat, bahwa kisah Nabi Yunus di dalam Al-Qur'an terdapat pada dua buah surah, yaitu Surah al-Anbiya` dan Surah shad. Apabila kita bandingkan antara ayat-ayat yang terdapat pada kedua Surah tersebut yang mengandung kisah Nabi Yunus ini, terdapat beberapa persamaan, misalnya dalam ungkapan-ungkapan yang berbunyi:
Betapa banyak umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (shad/38: 3)
Ungkapan tersebut terdapat dalam Surah al-Anbiya` ini, dan terdapat pula dalam ayat Surah shad. Perhatikan pula al-Anbiya`/21:11 dan Yunus/10: 13.
Dalam ayat ini Allah berfirman, mengingatkan manusia pada kisah Nabi Yunus, ketika ia pergi dalam keadaan marah. Yang dimaksud ialah bahwa pada suatu ketika Nabi Yunus sangat marah kepada kaumnya, karena mereka tidak juga beriman kepada Allah. Ia telah diutus Allah sebagai Rasul-Nya untuk menyampaikan seruan kepada umatnya, untuk mengajak mereka kepada agama Allah. Tetapi hanya sedikit saja di antara mereka yang beriman, sedang sebagian besar mereka tetap saja ingkar dan durhaka. Keadaan yang demikian itu menjadikan ia marah, lalu pergi ke tepi laut, menjauhkan diri dari kaumnya.
Kisah ini memberi kesan bahwa Nabi Yunus tidak dapat berlapang hati dan sabar menghadapi umatnya. Akan tetapi memang demikianlah keadaannya, ia termasuk nabi-nabi yang sempit dada. Memang dari sekian banyak Nabi dan Rasul yang diutus Allah, hanya lima orang saja yang disebut "Ulul Azmi", yaitu rasul-rasul yang amat sabar dan ulet. Mereka adalah Nabi Ibrahim, Musa, Isa, Nuh dan Muhammad ﷺ Sedang yang lain-lainnya, walaupun mereka ma'shum dari dosa besar dan sifat-sifat yang tercela, namun pada saat-saat tertentu sempit juga dada mereka menghadapi kaum yang ingkar dan durhaka kepada Allah.
Akan tetapi, walaupun Nabi Yunus pada suatu ketika marah kepada kaumnya, namun kemarahannya itu dapat dipahami, karena ia sangat ikhlas kepada mereka, dan sangat ingin agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menjalankan agama Allah yang disampaikannya kepada mereka. Tetapi ternyata sebagian besar dari mereka itu tetap ingkar dan durhaka. Inilah yang menyakitkan hatinya, dan mengobarkan kemarahannya.
Nabi Muhammad sendiri, walaupun sudah termasuk ulul 'azmi, namun Allah beberapa kali memberi peringatan kepada beliau agar jangan sampai marah dan bersempit hati menghadapi kaumnya yang ingkar. Allah berfirman dalam ayat yang lain:
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan. (al- Qalam/68: 48)
Firman-Nya lagi kepada Nabi Muhammad saw:
Maka boleh jadi engkau (Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan dadamu sempit karenanya. (Hud/11: 12)
Ringkasnya sifat marah yang terdapat pada Nabi Yunus bukanlah timbul dari sifat yang buruk, melainkan karena kekesalan hatinya melihat keingkaran kaumnya yang semula diharapkannya untuk menerima dan melaksanakan agama Allah yang disampaikannya.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah menjelaskan kesalahan Nabi Yunus dimana kemarahannya itu menimbulkan kesan bahwa seolah-olah dia mengira bahwa sebagai Nabi dan Rasul Allah tidak akan pernah dibiarkan menghadapi kesulitan, sehingga jalan yang dilaluinya akan selalu indah tanpa halangan.
Akan tetapi dalam kenyatan tidak demikian. Pada umumnya para rasul dan nabi banyak menemui rintangan, bahkan siksaan dan ejekan terhadap dirinya dari orang-orang yang ingkar. Hanya saja dalam keadaan yang sangat gawat, baik dimohon atau tidak oleh yang bersangkutan, Allah mendatangkan pertolongan-Nya, sehingga Rasul-Nya selamat dan umatnya yang ingkar itu mengalami kebinasaan.
Menurut riwayat yang dinukil dari Ibnu Kashir, bahwa ketika Nabi Yunus dalam keadaan marah, ia lalu menjauhkan diri dari kaumnya pergi ke tepi pantai. Di sana ia menjumpai sebuah perahu, lalu ia ikut serta naik ke perahu itu dengan wajah yang muram. Di kala perahu itu hendak berlayar, datanglah gelombang besar yang menyebabkan perahu itu terancam tenggelam apabila muatannya tidak segera dikurangi. Maka nahkoda perahu itu berkata, "Tenggelamnya seseorang lebih baik daripada tenggelamnya kita semua." Lalu diadakan undian untuk menentukan siapakah di antara mereka yang harus dikeluarkan dari perahu itu. Setelah diundi, ternyata bahwa Nabi Yunuslah yang harus dikeluarkan. Akan tetapi, penumpang kapal itu merasa keberatan mengeluarkannya dari pertahu itu. Maka undian dilakukan sekali lagi, tetapi hasilnya tetap demikian. Bahkan undian yang ketiga kalinya pun demikian pula. Akhirnya Yunus melepaskan pakaiannya, lalu ia terjun ke laut atas kemauannya sendiri. Allah mengirim seekor ikan besar yang berenang dengan cepat lalu menelan Yunus.
Dalam ayat ini selanjutnya Allah menerangkan bahwa setelah Nabi Yunus berada dalam tiga tingkat "kegelapan berbeda", maka ia berdoa kepada Allah, "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim."
Yang dimaksud dengan tiga kegelapan berbeda di sini ialah bahwa Nabi Yunus sedang berada di dalam perut ikan yang gelap, dalam laut yang dalam dan gelap, dan di malam hari yang gelap gulita pula.
Pengakuan Nabi Yunus bahwa dia "termasuk golongan orang-orang yang zalim", berarti dia sadar atas kesalahannya yang telah dilakukannya sebagai Nabi dan Rasul, yaitu tidak sabar dan tidak berlapang dada menghadapi kaumnya, seharusnya ia bersabar sampai menunggu datangnya ketentuan Allah atas kaumnya yang ingkar itu.
Karena kesadaran itu maka ia mohon ampun kepada Allah, dan mohon pertolongan-Nya untuk menyelamatkan dirinya dari malapetaka itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Nabi Yunus a.s.
Ayat 87
“Dan kawan ikan nun."
Yang dimaksud ialah Nabi Yunus a.s. Ingatlah kembali apa yang telah kejadian pada Nabi Yunus. Di ayat ini dia disebut “kawan ikan nun". karena tiga hari tiga malam iamanya dia terkurung di dalam ikan nun. Nun adalah nama dari ikan yang teramat besar di laut, yang kita sebut juga ikan paus. Di dalam Surat 37 ash-Shaffat, ayat 1.42 diterangkan Nabi Yunus ditelan oleh ikan itu. "Seketika dia pergi dalam keadaan marah." Marah kepada kaumnya orang Niniwe. Dia marah kepada mereka, yang bilangan mereka 100,000 atau lebih sedikit, karena ketika dia diutus Tuhan menyampaikan da'wah kepda kaum itu, mereka tidak mau menerimanya, mereka masih tetap saja dalam kekafirannya. Lalu dia pun pergi dan tempat itu, ditinggalkannya tugas dan tanggungjawabnya, “Maka dia menyangka bahwa Kami tidak akan memperhitungkan atasnya:" Disangkanya bahwa kesalahannya meninggalkan tegas itu tidak akan dituntut tanggungjawabnya, atau tidak akan ada peringatan dart Tuhan atau dIsangkanya salah itu kecil saja. Maka tersebutlah di dalam Surat ash-Shaffat, bahwa setelah meninggalkan negeri itu dia pergi ke pelabuhan, hendak belayar jauh. Ahli-ahli tafsir menyebut bahwa dia pergi ke pelabuhan Jafa, hendak belayar ke negeri Terbis. Lalu dia menumpang pada satu biduk pencalang. Setelah pencaiang mengharung laut, tiba-tiba datanglah angin ribut yang amat besar dan ombak bergulung-gulung laksana gunung. Maka berkata nakhoda pencalang itu, bahwasanya pencalangnya bIsa saja tenggelam karena muatan amat berat berlebih dari ukuran. Beberapa barang berat dalam biduk telah dilemparkan ke laut, namun bahaya masih mengancam. Nakhoda kapal mengatakan bahwa salah seorang dart penumpang mesti keiuar dan biduk. Kalau tidak maka biduk akan tenggelam dan semua isi biduk jadi kurhari. Lebih baik seorang jadi kurhari daripada semua. Dan untuk itu akan dijalankan undian, siapa yang kena undi dialah yang melompati laut. Undian pun dijalankan. Dengan takdir Tuhan sarwa sekalian alam, jatuh undian pada diri Nabi Yunus a.s.
Sebagai seorang Nabi Allah mungkin telah terasa dalam jiwanya bahwa memang begInilah yang telah ditentukan Tuhan buat dirinya sebagai peringatan. Oleh sebab itu setelah undian jatuh kepada dirinya tidaklah dia tunggu-tunggu iagi. Langsung beliau lompati lautan yang ombaknya sedang sangat besar itu. Rupanya kejatuhannya ke laut itu telah ditunggu oleh seekor ikan raya. Faltagamohu. Lalu ikan itu menelannya. Ditelannya dengan fidak digigitnya, sehingga seluruh tubuh beliau fidak akan rusak. Maka dengan kekuasaan Tuhan, yang dinamai mu'jizat bagi Nabi-nabi, tidaklah beliau mati di dalam perut ikan itu. Maka berserulah dia di dalam gelap-gulita itu. gelap-gulita berlapis-lapis, karena cahaya tidak masuk ke dalam perut ikan. Dan laut yang amat dalam itu pun gelap, sehingga dimIsalkan cahaya bisa masuk, tidak ada cahaya yang akan masuk saking gelapnya laut. Dan hari pun matam, dan malam Au pun gelap pula. Begitulah Yunus tiga hari dalam perut ikan, gelap taut dan gelap malam Namun jiwa yang telah penuh dengan iman tetap terang, tidak gelap, tidak kehilangan akal. Dalam keadaan demikian dia tetap ingat akan Tuhan. Karena ingatnya akan Tuhan dia pun ingat akan diri dan ingat akan keteledorannya. "Lalu berserulah dia di dalam gelap-gulita." Yakni: Dalam gelap-gulita itulah dia ucapkan: “Bahwa tidak ada Tuhan kecuali Engkau! Maha Suci Engkau! Sesungguhnya adalah aku ini dari orang-orang yang aniaya."
Dengan ucapan demikian terkandunglah keikhlasan, penyerahan diri sebulat-bulatnya, penyerahan dan pengakuan salah. Walaupun mungkin tadiriya dirasa kesalahan itu kecil, namun melihat peringatan yang diberikan Tuhan, insaflah Yunus bahwa bagi seorang Nabi sebagai dia kesalahan seperti ini adalah tidak layak. Beliau pun mengaku bahwa beliau telah termasuk golongan orang-orang yang menganiaya, menempuh jalan yang salah. Karena di dalam melakukan da'wah seorang Nabi tidak boleh lekas marah.
Ayat 88
“Maka Kami perkenankanlah baginya."
Artinya bahwa permohonannya dikabulkan Allah. Pengakuannya diterima, Penyesalannya diriengar. “Dan Kami selamatkan dia dari bahaya," karena terkurung di dalam perut ikan itu, setelah tiga hari tiga malam menyimpan seorang Nabi Allah di dalam perutnya pergi sendirilah ikan itu ke tepi pantai, lalu dingangakannya mulutnya dan dimuntahkannyalah Nabi Allah itu. Kemudian sadarlah dia dan pingsannya dan berangsur sembuh dari sakitnya, untuk mengulang lagi melakukan perintah Tuhan, menyampaikan da'wah kepada penduduk negeri Niniwe itu. Dan bersabdalah Tuhan selanjutnya: “Karena seperti itulah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman."
Ujung ayat ini memberi petunjuk kepada kita bahwasanya orang yang mengaku beriman kepada Allah, tidaklah terlepas daripada percobaan. Dan meskipun Nabi Yunus mengaku sebelum di dalam perut ikan bahwa dia memang telah termasuk dalam golongan orang yang aniaya, karena marah kepada kaumnya lalu dia tinggalkan kaum itu dan dia belayar ke negeri lain. Dia telah mengakui bahwa perbuatan itu adalah salah, zalim, aniaya. Sebab itu dia telah merasakan bahwa jatuhnya undian kepada dirinya ketika isi biduk pencalang dikurangi adalah peringatan pertama dan Allah. Kemudian datang ikan raya menelannya; ini adalah peringatan kedua.
Tetapi Allah yang Maha Bijaksana, memperingatkan kepada itu di ujung ayat bahwa Yunus itu bukan orang yang zatim, melainkan orang yang beriman. Segala penderitaan yang ditempuhnya itu bukan azhab atau peringatan Allah karena dia termasuk orang yang zalim, melainkan percobaan Tuhan kepada tiap-tiap hambanya yang beriman. Dan bagaimanapun besanya percobaan, namun Allah selalu menyelamatkan hambanya yang beriman. Dengan tegas di ujung ayat ini Tuhan memberi ingat bahwa orang yang beriman yang selalu mendapat percobaan iman itu, selalu dilepaskan Tuhan dari bahaya.
Diperingatkan hal-ihwal Nabi Yunus ini kepada Nabi s.a.w. untuk beliau ingat apa yang beliau derita dari kaumnya, begitu jugalah yang diderita oleh Nabi-nabi yang dahulu.