Ayat
Terjemahan Per Kata
وَهَٰذَا
dan ini
ذِكۡرٞ
peringatan/pengajaran
مُّبَارَكٌ
penuh dengan keberkahan
أَنزَلۡنَٰهُۚ
telah Kami turunkannya
أَفَأَنتُمۡ
apakah maka kamu
لَهُۥ
padanya
مُنكِرُونَ
orang-orang yang mengingkari
وَهَٰذَا
dan ini
ذِكۡرٞ
peringatan/pengajaran
مُّبَارَكٌ
penuh dengan keberkahan
أَنزَلۡنَٰهُۚ
telah Kami turunkannya
أَفَأَنتُمۡ
apakah maka kamu
لَهُۥ
padanya
مُنكِرُونَ
orang-orang yang mengingkari
Terjemahan
Ini (Al-Qur’an) adalah peringatan yang diberkahi yang telah Kami turunkan. Maka, apakah kamu menjadi pengingkar terhadapnya?
Tafsir
(Dan ini) yakni Al-Qur'an ini (adalah suatu kitab peringatan yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapa kalian mengingkarinya?) Istifham atau kata tanya di sini mengandung pengertian mencemoohkan.
Tafsir Surat Al-Anbiya': 48-50
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedangkan mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. Dan Al-Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya? Dalam pembahasan yang terdahulu telah kami peringatkan bahwa Allah ﷻ sering membarengkan sebutan Musa dengan Muhammad ﷺ beserta kitabnya masing-masing. Maka dalam ayat ini pun disebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun kitab Taurat. (Al-Anbiya: 48) Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-Furqdn dalam ayat ini ialah Kitab. Abu Saleh mengatakan, makna yang dimaksud ialah kitab Taurat.
Menurut Qatadah yaitu kitab Taurat yang di dalamnya diterangkan halal dan haram, serta dibedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil. Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah pertolongan. Kesimpulan dari semua pendapat mengenai hal ini ialah bahwa semua Kitab samawi di dalamnya terkandung pemisah antara perkara yang hak dan perkara yang batil, jalan hidayah dan jalan sesat, kekeliruan dan kebenaran, halal dan haram.
Sebagaimana kitab samawi pun mengandung cahaya penerang bagi hati, hidayah, membangkitkan rasa takut, dan berserah diri kepada Allah. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Anbiya: 48) Yakni sebagai peringatan dan pengajaran buat mereka. Kemudian Allah menyifati mereka yang bertakwa melalui firman-Nya, yaitu: orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedangkan mereka tidak melihat-Nya. (Al-Anbiya: 49) Sama halnya dengan firman Allah ﷻ yang mengatakan: (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, sedangkan Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat. (Qaf: 33) Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. (Al-Mulk: 12) Adapun firman Allah ﷻ: dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. (Al-Anbiya: 49) Maksudnya, takut dan gentar terhadapnya.
Firman Allah ﷻ: Dan Al-Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. (Al-Anbiya: 50) Yaitu Al-Qur'an yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. Maka mengapakah kalian mengingkarinya? (Al-Anbiya: 50) Yakni apakah kalian mengingkari kebenaran Al-Qur'an, padahal Al-Qur'an begitu jelas dan gamblang?.
Bani Israil, umat Nabi Musa dan Harun, sebagian besar mengingkari Taurat yang berisi pembeda, penerangan dan pelajaran bagi yang bertakwa. Dan Al-Qur'an ini bagi kamu sekalian, umat Nabi Muhammad adalah suatu peringatan yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan untuk umat akhir zaman. Maka apakah kamu mengingkarinya sebagaimana Bani Israil mengingkari Taurat'51. Pada Surah al-Anbiy' ayat 48 dijelaskan bahwa Allah telah memberikan Furq'n, yang membedakan hak dan batil, sebagai penerangan, dan pelajaran kepada Musa dan Harun. Sementara pada ayat ini, Allah menjelaskan ketokohan Ibrahim, pejuang tauhid dan ayahanda para nabi dan rasul. Dan sungguh, sebelum dia, Musa dan Harun yang diutus menghadapi Fir'aun guna membebaskan Bani Israil, telah Kami berikan kepada Ibrahim petunjuk, sejak remaja; dan Kami telah mengetahui sifat, karakter, dan kegigihan dia, Ibrahim, dalam menghapuskan penyem-bahan kepada patung dan berhala guna menegakkan ajaran tauhid.
Dalam ayat ini Allah mengalihkan perhatian kepada Al-Qur'an yang diturunkan-Nya kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir, Allah menegaskan bahwa Al-Qur'an itu merupakan peringatan dan pelajaran yang sangat bermanfaat untuk orang-orang yang bertakwa, sehingga sepatutnyalah perintah dan larangan diikuti dan dijadikan pegangan dalam meniti jalan hidup.
Pada akhir ayat ini Allah mencela sikap kaum yang masih mengingkari Al-Qur'an, padahal tidak ada satu alasan pun bagi mereka untuk mengingkarinya, memang Al-Qur'an hanya memberi pelajaran dan tuntunan yang bermanfaat bagi mereka yang mau mengikutinya. Lagi pula, kebaikan dan manfaat Al-Qur'an itu sudah dijelaskan kepada mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Perjuangan Nabi-nabi
Sebagai telah dimaklumi surat ini bernama “al-Anbiya'" yang berarti Nabinabi, karena dia menceritakan dari hall perjuangan beberapa orang Nabi. Meskipun cerita perjuangan Nabi-nabi itu ada juga di dalam surat yang lainlain, namun pembawaan wahyu di masing-masing surat adalah menurut caranya sendiri. Dan maksudnya pun adalah peringatan bagi manusia Muslim bahwa ujud kedatangan Nabi-nabi itu pada hakikatnya adalah untuk situ tujuan saja, yaitu memberi ingat manusia tentang SIAPA Yang Maha Kuasa atas alam ini, supaya hidup manusia mereka baktikan kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Tunggal itu.
Musa dan Harun
Ayat 48
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun sebuah Pembeda dan suatu Cahaya dan Peringatan untuk orang-orang yang ingin bertakwa."
Tentang bagaimana asal mula Musa diutus Allah dan bagaimana Harun diangkat pula jadi utusan, telah diterangkan lebih jelas di dalam Surat 20 Thaha, Surat 7 al-A'raf, Surat 28 al-Qashash, Surat 40, al-Mu'min, Surat 26; asy-Syu'ara' dan lain-lain yang ditegaskan di sini ialah sifat risalah atau misi yang dibawa oleh kedua Nabi itu.
Sifatnya yang pertama ialah al-Furqan. Kita artikan Pembeda. Yaitu Pembeda di antara yang benar dengan yang salah, yang halal dengan yang haram. Nama at-Furqan atau Pembeda itu diberikan kepada kitab Taurat, kumpulan wahyu yang diturunkan kepada Musa. Pokok ajaran ialah Tauhid, yaitu mengesakan Allah. Sebab itu dia adatah pembeda atau pemisah di antara kehidupan yang bertauhid dengan kehidupan syirik; yaitu mempersekutukan yang lain dengan Allah Yang Maha Esa.
Menurut tafsir dari Ibnu Zaid, al-Furqan ialah kemenangan di dalam menghadapi musuh-musuh. Sebab itu tafsir Ibnu Zaid ini, dengan binasanya Fir'aun, tenggelam di taut Qulzum dan terlepasnya Musa dan Harun dan Bani Israil ke seberang, itulah dia al-Furqan.
Dan dia adalah Dhiyaan; yang berarti cahaya atau penerang. Karena segala wahyu yang turun dari langit itu adakah membawa cahaya untuk menyuluhi hidup manusia di dunia ini. Kalau cahaya itu tidak ada niscaya gelaplah hidupnya, tidak tahu arah yang akan dituju.
Ibnu Katsir menyatakan dalam Tafsirnya:
“Kesimpulan kata pada yang demikian itu ialah bahwa segala kitab yang turun dari langit adalah mengandung atas pemisahan di antara yang hak dengan yang batil, di antara jalan petunjuk dengan jalan sesat, di antara kebobrokan dengan kebijaksanaan, di antara halal dengan haram, dan menghasilkan nur di dalam hati dan petunjuk dan kesadaran kembali dan takut kepada Tuhan.
Dan dia adalah Dzikran: “Peringatan bagi orang-orang yang ingin bertakwa."
Di sInilah dipertalikan Peringatan dengan orang-orang yang ingin bertakwa. Sebagaimana kita ketahui orang yang bertakwa ialah orang yang selatu memelihara hubungannya dengan Tuhan. Yang selalu dan waspada jangan syaitan dan Iblis memperdayakannya sehingga terbelok danpada jalan yang benar. Maka wahyu yang datang dari Tuhan itu adalah peringatan atau iayarat. Adalah hanya seumpama peringatan-peringatan yang dipasang di tepi jalan yang berbahaya agar pengemudi-pengemudi kendaraan berhati-hati. Misalnya: “Awas! Kalau hujan licin!" Dan sebagainya.
Siapakah Orang-orang yang Bertakwa Itu?
Ayat 49
“(Yaitu) orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka di tempat yang tersembunyi."
Takut kepada Tuhan karena benar-benar Iman bahwa Allah itu memang ada. Sehingga walaupun dia sedang berada seorang diri di tempat tersembunyi dia masih takut berbuat dosa, karena dia percaya bahwa meskipun dia tidak melihat Allah, namun Allah tetap melihat dia. Sebab itu maka dia beramal bukan cuma karena ingin dilihat orang (riya') melainkan karena ingin ridha Allah semata-mata. "Dan mereka, dari sebab mendengar berita kiamat adalah gentar."
Di samping percaya kepada adanya Allah, maka percaya kepada adanya hari kiamat yang benar-benar semata-mata menghendaki iman. Percaya kepada Allah masih dapat diterima oleh akal. Banyak orang yang tidak memeluk sesuatu agama, namun dia tetap percaya dan yakin akan adanya Allah. Sebab percaya akan adanya Allah itu adalah hasil pemikirannya sendiri. Kaum rasionalis, disebut juga kaum teis di Eropa di akhir abad kedelapanbelas umumnya menolak kepercayaan agama, tetapi mereka percaya akan adanya Tuhan. Namun semua kaum rasionalis itu tidak percaya akan adanya manusia mendapat wahyu dari Allah dan tidak pula percaya akan adanya hidup sesudah mati. Tidak percaya akan hari kiamat.
Di sInilah berbedaan dengan kepercayaan kepada Allah menurut ajaran agama. Terutama Agama Islam. Seorang Islam percaya akan adanya Allah menurut yang dIsampaikan oleh manusia-manusia yang dipilih Allah menjadi RasulNya. Dan apa yang disampaikan Rasul-rasul tentang adanya Allah itu sesuai dengan akal waras. Dan akal waras juga yang berpendapat bahwa mustahil Rasul-rasul itu berdusta. Maka Rasul-rasul itu jugalah yang menyampaikan pesan sebagai wahyu dari Allah yang pasti ada itu bahwa kelak manusia sesudah mati, suatu masa akan bangkit kembali. Bangkit kembali dalam bahasa kita sebagai arti dari kiamat.
Maka apabila dikatakan di dalam ujung ayat yang inl bahwa orang-orang yang bertakwa itu, bila mendengar berita tentang akan terjadi hari kiamat, hari kebangkitan, mereka jadi gentar, iatah karena mereka beriman, mereka percaya kepada Allah. Mereka percaya kepada Rasul yang diutus Allah, sebab itu mereka pun percaya akan berita yang dibawa oleh Rasul itu. Mereka yakin, sangat yakin bahwa kiamat itu pasti akan terjadi, sebab mustahil seorang Rasul membawa berita yang dikarang-karang sendiri raja.
Seorang ulama salaf berkata: “Aku telah melihat syurga dan neraka sebenar-benar melihat."
Lalu seorang muridnya bertanya: “Bagaimana mungkin Tuan Guru dapat melihat syurga dan neraka padahal Tuan Guru masih di dunia?"
Beliau menjawab: “Rasulullah s.a.w. telah melihat syurga dan neraka dengan kedua belah matanya dan beliau beritakan'penglihatannya itu. Aku percaya akan bertanya itu. Penglihatan Rasulullah s.a.w. dengan kedua belah matanya, lebih aku percayai daripada penglihatan mataku sendiri. Penglihatan mataku bIsa salah, bIsa keliru. Sedang penglihatan mata Rasulullah sekali-kali tidak bisa salah dan tidak bIsa keliru.
Oleh sebab itu dapat kita fahami bahwa faham serba akal (rationaliamdeism) saja tidaklah dapat membawa kita kepada iman akan hari kiamat. Pintu kepercayaan akan hari kiamat ialah lebih dahulu percaya kepada Rasul. Bagi orang Islam percaya kepada adanya Allah saja sebelum berarti beragama, kalau belum disertai oleh kepercayaan kepada Rasul. Sebab itu dua kalimat syahartat:
“Aku naik saksi bahwa tiada ada Tuhan selain Allah dan aku naik saksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah," menyebabkan hari kiamat benar, sebab utusan Allah yang menyampaikannya, mustahil tidak benar. Itulah yang menyebabkan gentar orang yang bertakwa itu jika mendengar berita tentang hari kiamat. Gentar kalau-kalau dia tidak cukup persediaan buat menghadapi hari itu.
Ayat 50
“Dan ini pun adalah suatu peringatan memberi berkat."
Yang dimaksudkan iatah al-Qur'an kalau kepada Musa dan Harun telah diturunkan Pembeda di antara halat dan haram, cahaya yang akan melepaskan Bani Israil daripada gelap-gulita di dalam dan peringatan supaya berjalan di dalam hidup dengan hati-hati, maka sekarang ini pun Tuhan berbuat demikian pula. Sekarang adalah zaman rIsalat Muhammad kepadanya diturunkan pula Pembeda (al-Furqan) dan cahaya (Dhiyaan) dan peringatan (Dzikran) yang penuh dengan berkat atau pangestu dari Tuhan, nikmat pada jiwa yang ganda berganda. "Kami turunkan dia." Jika datang dart Tuhan Yang Maha Tinggi kepada hambanya maka disebutlah dia turun. Sedangkan perintah raja kepada rakyat disebut perintah dijatuhkan. Demikianlah pula wahyu diturunkan. Apakah kamu hendak mengingkarinya?"
Perintah atau peringatan itu diturunkan di dalam bahasa Arab yang fasih. Masih kamu hendak mengingkari? Masihkah kamu tidak hendak percaya? Karena dia bahasa Arab bahasamu sendiri, adakah cacat pada bahasa wahyu yang dapat kamu tunjukkan? Kalau tidak, mengapa kamu tidak juga mau beriman?