Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِن
maka jika
تَوَلَّوۡاْ
mereka berpaling
فَقُلۡ
maka katakanlah
ءَاذَنتُكُمۡ
aku telah memaklumkan kepadamu
عَلَىٰ
atas
سَوَآءٖۖ
yang sama/terus-terang
وَإِنۡ
dan aku
أَدۡرِيٓ
tidak mengetahui
أَقَرِيبٌ
apakah dekat
أَم
atau
بَعِيدٞ
jauh
مَّا
apa
تُوعَدُونَ
kamu diancam/diancamkan kepadamu
فَإِن
maka jika
تَوَلَّوۡاْ
mereka berpaling
فَقُلۡ
maka katakanlah
ءَاذَنتُكُمۡ
aku telah memaklumkan kepadamu
عَلَىٰ
atas
سَوَآءٖۖ
yang sama/terus-terang
وَإِنۡ
dan aku
أَدۡرِيٓ
tidak mengetahui
أَقَرِيبٌ
apakah dekat
أَم
atau
بَعِيدٞ
jauh
مَّا
apa
تُوعَدُونَ
kamu diancam/diancamkan kepadamu
Terjemahan
Maka, jika mereka berpaling, katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku telah menyampaikan kepadamu (seluruh ajaran sehingga kita mempunyai pengetahuan) yang sama. Aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh.”
Tafsir
(Jika mereka berpaling) dari hal tersebut (maka katakanlah, "Aku telah menyerukan kepada kalian) maksudnya telah memberitahukan kepada kalian untuk berperang (dalam keadaan sama) lafal 'Alaa Sawaa-in ini menjadi Hal dari Fa'il dan Maf'ul. Maksudnya, antara kami dan kalian sama-sama mengetahui maklumat ini, aku tidak memaksakan kalian untuk berperang, tetapi kalian sendirilah yang mengajaknya, maka bersiap-siaplah kalian (dan tidaklah) yakni tiadalah (aku mengetahui, apakah yang diancamkan kepada kalian itu sudah dekat atau masih jauh") maksudnya azab atau kiamat yang juga di dalamnya mengandung azab, akan tetapi sesungguhnya yang mengetahui hal itu hanyalah Allah semata.
Tafsir Surat Al-Anbiya': 108-112
Katakanlah, "Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Esa, maka hendaklah kalian berserah diri (kepada-Nya). Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian (ajaran) yang sama (antara kita) dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepada kalian itu sudah dekat atau masih jauh? Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kalian ucapkan) dengan terang-terangan dan Dia .mengetahui apa yang kalian rahasiakan. Dan aku tiada mengetahui, boleh jadi hal itu cobaan bagi kalian dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil.
Dan Tuhan kami ialah Tuhan Yang Maha Pemurah lagi yang dimohonkan pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian katakan. Allah ﷻ berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada orang-orang musyrik: Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Esa. Maka hendaklah kalian berserah diri (kepada-Nya). (Al-Anbiya: 108) Yaitu mengikuti apa yang diperintahkan oleh wahyu, berserah diri, dan taat kepada-Nya. Jika mereka berpaling. (Al-Anbiya: 109) Yakni meninggalkan apa yang kamu serukan kepada mereka. Maka katakanlah, "Aku telah menyampaikan kepada kalian (ajaran) yang sama (antara kita). (Al-Anbiya: 109) Maksudnya, aku permaklumatkan kepada kalian jika kalian tidak menuruti aku bahwa aku adalah musuh kalian sebagaimana kalian adalah musuhku, dan aku berlepas diri dari kalian sebagaimana kalian berlepas diri dariku.
Ayat ini sama maknanya dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya: Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku, dan bagi kalian pekerjaan kalian. Kalian berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan, dan aku pun berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan. (Yunus: 41) Dan firman Allah ﷻ yang mengatakan: Dan jika kamu mengetahui pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. (Al-Anfal: 58) Yakni agar pengetahuanmu dan pengetahuan mereka sehubungan dengan pembatalan perjanjian itu sama.
Demikian pula makna yang dimaksud dalam ayat ini, yaitu firman-Nya: Jika mereka berpaling, maka katakanlah, "Aku telah menyampaikan kepada kamu sekalian hal yang sama. (Al-Anbiya: 109) Artinya, aku beri tahukan kepada kalian bahwa aku berlepas diri dari kalian dan kalian pun berlepas diri dariku, karena aku mengetahui hal itu. Firman Allah ﷻ: "dan aku tidak mengetahui apakah yang diancamkan kepada kalian itu sudah dekat atau masih jauh. (Al-Anbiya: 109) Yaitu pasti terjadi, tetapi aku tidak mengetahui apakah sudah dekat atau masihjauh.
Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kalian ucapkan) dengan terang-terangan, dan Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan. (Al-Anbiya: 110) Yakni sesungguhnya Allah mengetahui semua yang gaib dan mengetahui semua yang ditampakkan dan yang disembunyikan oleh hamba-hamba-Nya. Dia mengetahui semua yang nyata dan semua yang tersembunyi dalam hati, Dia mengetahui semua rahasia dan yang tersembunyi. Dia mengetahui pula apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya secara terang-terangan dan yang disembunyikan oleh mereka.
Kelak Allah akan membalas mereka atas perbuatannya, baik yang kecil maupun yang besar. Firman Allah ﷻ: Dan aku tidak mengetahui, boleh jadi hal itu cobaan bagi kalian dan kesenangan sampai kepada suatu waktu. (Al-Anbiya: 111) Maksudnya, saya tidak mengetahui barangkali hal itu sebagai cobaan bagi kamu sekalian dan sebagai kesenangan hingga waktu yang tertentu. Ibnu Jarir mengatakan, barangkali ditangguhkannya siksaan itu bagi kalian merupakan suatu cobaan dan kesenangan sampai kepada suatu waktu.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Aun dari Ibnu Abbas. (Muhammad) berkata, "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil.(Al-Anbiya: 112) Yakni berilah keputusan di antara kami dan kaum kami yang mendustakan kebenaran. Qatadah mengatakan bahwa dahulu para nabi selalu mengucapkan: Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 89) Allah ﷻ memerintahkan pula kepada Nabi-Nya agar mengucapkan hal tersebut. Diriwayatkan dari Malik, dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Rasulullah ﷺ apabila menghadiri suatu peperangan selalu membacakan firman-Nya: "Ya Tuhanku, berilah keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami ialah Tuhan Yang Maha Pemurah lagi yang dimohonkan pertolonganNya terhadap apa yang kalian katakan" (Al-Anbiya: 112) Yaitu terhadap apa yang kalian katakan dan kalian buat-buat berupa kedustaan dan berbagai macam kebohongan. Dan hanya Allah-lah saya memohon pertolongan terhadap apa yang kalian lakukan itu.
Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Anbiya, segala puji bagi Allah."
109. Tugas pokok rasul adalah menyampaikan ajaran Allah kepada manusia dan mengajak manusia mengikuti ajaran Allah. Maka jika mereka berpaling dari ajaran Allah, maka katakanlah, wahai Muhammad, kepada mereka, baik Yahudi maupun Nasrani, 'Aku telah menyampaikan kepadamu ajaran agama yang sama di antara kita, yaitu tidak ada tuhan selain Allah, tidak ada ibadah kecuali kepada-Nya, dan tidak mempertuhankan manusia. Jika kamu menolak ajaran ini, kamu akan mendapat murka Allah; dan aku tidak tahu apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau masih jauh, karena murka Allah yang paling dahsyat itu dalam kehidupan sesudah mati. '110. Sikap kamu menolak ajaran Allah terbuka maupun tertutup dalam hati kamu bagi Allah sama saja. Sungguh, Dia, mengetahui perkataan yang kamu ucapkan dengan terang-terangan, dan mengetahui pula apa yang kamu rahasiakan dalam hati kamu seperti sikap orang munafik.
Kemudian Allah mengingatkan Muhammad, akan tugasnya sebagai seorang Rasul, yaitu hanya menyampaikan agama Allah kepada manusia. Karena itu juga mereka tidak mengindahkan seruanmu, tidak mengikuti wahyu yang disampaikan kepada mereka, maka janganlah kamu bersedih hati, dan katakanlah kepada mereka bahwa kamu telah menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus, menuju kebahagiaan yang sempurna. Jika mereka tidak mau mengikuti dan menempuh jalan yang telah dibentangkan itu berati mereka ingin mendapat azab dari Allah.
Pada ayat lain Allah berfirman:
Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan." (Yunus/10: 41)
Jika orang-orang kafir menanyakan kepada kamu Muhammad tentang kapan azab yang dijanjikan itu akan ditimpakan, maka katakanlah kepada mereka bahwa engkau tidak tahu menahu tentang waktunya, kapan azab itu akan ditimpakan, karena wewenang sepenuhnya berada di tangan Allah, dan tidak seorang pun yang mengetahuinya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Zabur dan Zikir
Ayat 105
“Dan sesungguhnya telah Kami tuliskan di dalam Zabur, sesudah zikir: bahwasanya bumi ini akan diwariskan kepada hamba-hambaKu yang shalih."
Menurut yang biasa kita fahamkan, Zabur ialah nama kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud. Tetapi di dalam Hadist yang shahih Nabi kita s.a.w. pernah mengatakan bahwa suara Abu Musa al-Asy'ari membaca alAl-Qur'an sangat merdu, serupa dengan suara Nabi Daud di kala beliau membaca Mizmarnya. Sabda beliau kepada Abu Musa:
“Sesungguhnya engkau telah diberi satu mizmar dari berbagai mizmar keluarga Daud."
Dengan memperhatikan Hadist ini teranglah bahwa bukanlah khas Zabur namanya yang diturunkan kepada Daud. Malahan al-Qurthubi menyebut dalam tafsirnya bahwa menurut Said bin Jubair: “Zabur ialah Taurat dan Injil dan al-Qur'an."
Menurut Mujahid dan Abdurrahman bin laid bin Aslam, “Zabur ialah kitabkitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi ‘alaihis-salam. Zikir ialah ummul kitab yang tersimpan di langit di sisi Allah."
Menurut Ibnu Abbas: “Zabur ialah kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi-nabi sesudah Nabi Musa. Zikir ialah Taurat yang diturunkan kepada Musa."
Pengalaman
Ketika dalam tahanan (Januari 1964 -Mei 1966) selain dari membaca al-Qur'an saya baca juga kitab-kitab “Perjanjian Lama" dan “Perjanjian Baru", dengan maksud memperluas pengetahuan. Sedang membaca kitab, Nabi Yesaya sampailah saya kepada ayat-ayat terakhir, yaitu ayat 21 dan 22 dari pasal 60 begini bunyinya:
21. Adapun bangsamu sekalian mereka itu akan orang shalih adanya, dan mereka itu akan mempunyai bumi akan pusaka sampai selama-lamanya, mereka itu akan menjadi pucuk yang telah kutanam sendiri, suatu perbuatan tanganku, supaya Aku dipermuliakan.
22. Maka yang terkebil itu akan bertambah-tambah menjadi seribu dan yang terhina pun akan menjadi suatu bangsa yang besar: bahwa Aku ini, Tuhan akan mengadakan perkara itu pada masanya dan dengan segeranya.
Saya renungkan ayat ini karena amat berdekatan maksudnya dengan ayat 105 Surat al-Anbiya' ini, Tetapi untuk meyakinkan hati, saya baca kembali Mazmur Daud, yang selama ini itulah yang saya sangaa Zabur. Saya baca dengan teliti pasal demi pasal. Maka tidaklah susun kata yang sedekat ini artinya. Sejak itulah saya mendapat kesan bahwa yang dimaksud dengan Zabur bukanlah semata-mata kitab yang turun kepada Nabi Daud. Lalu saya bersandar kepada kamus bahasa Arab; terdapat bahwa Zabur artinya kitab, jama'nya Zubur. Di dalam al-Qur'an terdapat beberapa ayat menuliskan Zubur, yang berarti kitab-kitab.
Setelah keluar dari tahanan dapatlah saga tafsir Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dan Mujahid tadi, bahwa Zabur ialah kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi a.s. dan Zikir ialah ummul kitab yang tersimpan di sisi Allah di langit.
Dan Yesaya adalah salah seorang dari Nabi-nabi itu.
Menurut Ibnu Abbas tadi. Zabur kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi sesudah Musa, dan Zikir ialah Taurat yang turun kepada Musa.
Sekarang timbullah pertanyaan: “Siapakah orang-orang saleh (shalih) yang akan mempusakai bumi itu?"
Ali bin Abu Thalhah menerima tafsirnya dari Ibnu Abbas: “Allah Subahanahu wa Ta'ala telah memberitahukan di dalam Taurat dan Zabur dan dalam kandungan ilmunya, yang terdahulu, sebelum menciptakan segala lapIsan langit dan bumi bahwa umat Muhammad s.a.w.lah yang akan mewarisi bumi ini, dan mereka akan dimasukkannya ke dalam syurga. Merekalah orang-orang yang shalih itu."
Abu Darda' (sahabat Rasulullah s.a.w.) berkata: “Kitalah orang-orang shalih itu."
As-Suddi berkata: “Orang-orang yang beriman."
Syahdan apabila diperhatikan keseluruhan daripada pasal 60 dari kitab Nabi Yesaya itu, terasalah oleh kita bahwa pasal itu adalah salah satu apa yang dinamai basyarah kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. di dalam kitab Nabi-nabi yang dahulu sebagaimana yang diuraikan oleh Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya: Al-Jawabush-Shalih". Perhatikanlah bunyi ayat 22: “Maka yang terkecil itu pun akan bertambah-tambah menjadi seribu dan yang terhina pun akan menjadi satu bangsa yang besar; dan bahwa aku ini, Tuhan, akan mengadakan perkara itu pada masanya dan dengan segeranya.'
Nubuwwat ini sesuai sekali dengan umat Muhammad s.a.w. Penampung da'wah pertama, bangsa Arab yang mulanya terkecil, tidak berapa orang telah jadi 1,000. Bukan 1,000 orang melainkan 1,000 bangsa di dunia. Tadiriya terhina, rebutan bangsa Romawi, Persia dan Habsyi, kemudian jadi bangsa besar. Dan sampai sekarang ini, sudah 14 abad lamanya, sudah berpuluh kali cobaan menimpa umat Muhammad, sejak penyerbuan bangsa Mongol dan Tartar, sampai pemusnahan besar-besaran dari Spanyol, berbagai penyerbuan musuhnya, yang kalau kiranya menimpa yang lain, mungkin sudah lama dia hancur, namun dia tetap berkembang.
Di dalam Surat 3, Aali ‘Imran, ayat 110 ada dijelaskan bahwa kamulah yang sebaik-baik umat dikeluarkan untuk manusia. Lalu diterangkan sebabnya, yaitu sebab kamu menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari berbuat yang munkar, dan kami beriman kepada Allah.
Dalam ayat ini dijanjikanlah bahwa bumi akan diwariskan kepada orang-orang yang shalih. Siapakah orang-orang yang shalih? Telah diuraikan sejak beberapa ayat sebelumnya, yaitu orang yang beriman dan beramal shalih. Meskipun sejak 3 abad terakhir seakan-akan dikuasai dimajukan, dibangun oleh orang yang bukan Islam janganlah disangka bahwa mereka yang mewarisi bumi. Pembangunan benda tidak disertai iman, bahkan membelakangi Tuhan, itulah pembangunan bumi sekarang, sehingga rasa aman, tenteram dan damai jadi jauh.
Yang dijalankan dalam dunia sekarang bukan Iman dan amal shalih, bukan amar ma'ruf nahi munkar, melainkan perebutan pengaruh, perlombaan membunuh sehingga akhinya sampai kepada senjata-senjata atom dan nuklir.
Umat Muhammad, itulah yang akan mewarisi bumi, sebab merekalah yang beriman dan beramal shalih. Sebab merekalah yang sebaik-baik dikeluarkan di antara manusia, sebab merekalah yang berani beramar ma'ruf nahi munkar, serta beriman kepada Allah.
Tinggal sekarang umat yang telah mengakui bahwa mereka umat Muhammad. Maukah mereka teguh iman dan beramal shalih, mengerjakan pekerjaan yang baik di dunia ini? Kalau hanya tinggal nama, tetapi ciri-cirinya yang khas itu tidak ada lagi, maka bukanlah kepada mereka yang hanya tinggal nama itu bumi Allah ini akan diwariskan.
“Kalau kamu berpaling, niscaya Tuhan akan mengganti kamu dengan
suatu kaum selain kamu, kemudian tidaklah mereka akan menyerupai Kamu."
(Muhammad: 38)
Ayat 106
“Sesungguhnya di dalam ini adalah bekalan yang cukup bagi kaum yang memperhambakan diri."
Yang dimaksud dengan di dalam ini, ialah di dalam al-Qur'an! Sebagai Muslim kita sudah diberi ingat oleh Tuhan, bahwa jin dan manusia tidaklah dijadikan di muka bumi ini melainkan buat beribadat kepada Allah. Dalam susunan kata lain buat mengabdkan diri (lihat Surat 56). Nenek-moyang kita Adam dijadikan dan dikinm datang ke dunia menjadi khatifah Tuhan (Sura(2, ayat 30). Dan pada ayat 105 di atas, dijelaskan pula bahwa orang yang shalih akan mewarisi bumi. Dan tegas bahwa umat Muhammad wajib menginsafi tugas ini. Sebab itu maka ayat 106 ini masih sambungan dan ayat 105. Ditegaskan di sini bahwa kepadamu, wahai umat Muhammad telah dIsampaikan oleh Nabimu itu wahyu llahi. Itulah al-Qur'an al-Karim. Di dalam al-Qur'an ini sedia bakalan yang cukup bagi yang benar-benar ingin mengabdi kepada Tuhan; yaitu beriman dan beramal shalih. Karena di dalam al-Qur'an lengkap diterangkan undang-undang alam dan hidup tuntunan sikap lengkap manusia di dalam perjalanan dari dunia ke akhirat, dan hidup melalui sejenak maut untuk khulud, di dalamnya diterangkan tentang amal dan ganjaran, yang dalam bahasa kasarnya: tentang prestasi kerja dan upah.
Kitab ini bukan hanya semata-mata disampaikan, bahkan dituntunkan dan dipimpinkan, oleh yang menerimanya sendiri: Muhammad s.a.w.
Ayat 107
Oleh sebab itu datanglah ayat selanjutnya: “Dan tidaklah Kami utus engkau, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam."
Untuk menafsirkan ayat ini kita satin apa yang ditulis oleh Almarhum Syahid fi'Sabilitlah Sayid Quthub dalam.Tafsir beliau “Di Bawah Lindungan Al-Qur'an."
“Siatem ajaran yang dibawa oleh Muhammad s.a.w. adalah sistem yang membawa bahagia bagi manusia seluruhnya, dan memimpinnya kepada kesempurnaan yang telah dijangkakan baginya dalam hidup ini.
RIsalah Muhammad datang kepada kemanusiaan setelah dia sampai ke zaman kedewasaan akal. Dia datang sebagai sebuah kitab yang selalu terbuka untuk segala turunan demi turunan, generasi demi generasi. Dia mengandung pokok-pokok ajaran manusia yang tidak berubah-ubah, bersedia menerima. keperluan hidup'yang selalu baru, yang diketahui oleh Pencipta manusia sendiri. Karena Dia itu sangat halus. Dia itu sangat teliti.
Kitab yang dibawa Muhammad ini tetah meletakkan dasar yang tetap bagi hidup kemanusiaan yang selalu berubah. Diberi kesempatan bagi manusia mempergunakan ijtihad menyesuaikan pertumbuhan dan perkembangan dengan hukum yang tetap itu, atau mengembalikan yang cabang kepada yang pokok, dengan tidak usah ada pemberituran. Kedatangan Muhammad membawa syariat yang berisi rahmat itu, ialah sebab syariat itu tidak membeku; hukum tumbuh karena menilik illat (sebab), ada illat ada hukum.
Rahmatnya yang lebih penting lagi adalah dengan adanya kemerdekaan berfikir, sehingga akal tidak takut akan maju. Diakui pula bahwa hasil pemikiran tidaklah selalu mesti tepat, asal niat sejak dari permulaan berfikir tetap benar, yaitu mendekati kebenaran. Apabila hasil pemikiran itu benar, dapatlah dua pahala; yakni pahala berfikir dan pahala mendapat kebenaran. Tetapi kalau hasilnya tidak tepat, pahala satu tetap ada, yaitu pahala kepayahan berfikir, atau kepayahan mengadakan penyelidikan.
Rahmat dari risalat (missi) Muhammad ini pula ialah keseimbangan di antara kesuburan rohani dan jasmani. Bukan membuat jasmani mendenta karena ingin kesucian rohani. Dan bukan tidak memperdulikan kesucian untuk memuaskan kehendak jasmani. Lebih dari itu tidak pula menghilangkan atau melebur nitai peribadi, dan yang ada hanya negara saja, sebagai susunan negara-negara komunia, yang berakhir bahwa yang dikatakan negara itu ialah diktator partai. Dan bukan pula memupuk kepentingan dan kebebasan peribadi, sehingga negara hanya semata-mata pengawal kepentingan peribadi, sehingga akibatnya yang bernama pemerintahan itu, naik dan turunnya, popular dan jatuhnya bergantung hanya kepada suka tak suka, like dislike beberapa gelintir penguasa pabrik.
Yang dipikulkan ke atas pundak manusia tidak Iebih dari kesanggupannya. Lebih dari kesanggupan tidak dipaksakan, dan yang diperintahkan pun ialah yang membawa muslihat bagi dirinya sendiri.
Risalat yang dibawa Muhammad ini selain dari membawa rahmat untuk kaumnya, mengeluarkan mereka dari lingkungan sempit hidup berkabilah menjadi suatu hangsa besar yang berperadaban, dia pun rahmat bagi seluruh isi alam. Mulanya tentu dipandang orang ganjil dan tidak mungkin diterima, karena sangat bertentangan dengan susunan yang berlaku waktu itu. Tetapi lama-lama kemanusiaan menerimanya dengan secara berangsur, diakui dan dijalankan, walaupun kadang-kadang dimungkiri dari sumber mana mereka ambil.
Pokok ajaran Islam itu ialah bahwa martabat manusia adalah kemuliaan yang hendak dicari hanya satu, yaitu kemuliaan di sisi Allah. karena iman dan amal shalih. Perbedaan martabat, perbedaan wama kulit tidak ada. Di zaman dahulu ajaran ini amat ganjil, payah orang menerimanya Untuk maju selangkah demi selangkah cara beringsut untuk membongkar fikiran kolot perbedaan kulit dan perbedaan bangsa itu, orang kadang-kadang mesti perang besar dulu. Kadang-kadang terjadi perang, atau suatu revolusi. Ketika perang atau revolusi itu mengharap kemenangan atau berhasil, keluarlah semboyan yang bagus tentang kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan seperti revolusi Perancis. Tetapi kemudian tenyata bahwa semboyan revolusi “Kemerdekaan, Persamaan, Persaudaraan" hanya semata-mata buat bangsa Perancis. Adapun bangsa-bangsa yang mereka jajah tidaklah masuk dalam lingkungan ketiga kalimat itu. Mereka akan tetap jadi budak, bukan merdeka sebagai bangsa Perancis; tetapi dipandang bangsa rendah, tidak ada persamaan dengan bangsa Perancis. Mereka akan tetap dianggap bangsa jongos-jongos, tidak ada persaudaraan dengan bangsa Perancis, kecuati kalau sudi masuk agama orang Perancis atau gelijksteld, meninggalkan kebangsaan dan bahasa sendiri dan hidup cara Perancis.
Akhinya dengan berontak jua barulah. bangsa-bangsa yang dijajah Perancia terlepas dari “Kemerdekaan, Persamaan-Persaudaraan" ala Perancia.
Begitu jugalah pada yang lain-lain, yang paling akhir ialah “Hak-hak Asasi Manusia" yang disahkan dalam konperensi bangsa-hangsa di San Fransisco tahun 1945. Tiga tahun sesudah konperensi itu dirampas hak bangsa Arab Palestina atas tanahnya sendiri, yang sudah jadi haknya turun temurun sejak 2.000 tahun. dan diakui hak bagi orang pendatang dari berbagai-bagai negeri di benua Eropa buat menguasai negeri itu dan mengusir penduduknya dan menyembelih mana yang masih tinggal. Pendatang itulah yakni orang Yahudi yang diakui “Hak-hak Asasi" mereka karena mereka menang. Menang karena dapat bantuan dan bangsa-bangsa yang besar-besar.
Begitulah manusia di dunia dalam sepanjang sejarahnya kian mendekati kebenaran risalat Muhammad itu. Tetapi karena petunjuk tidak diambil dari sumbernya sendiri, selalulah kemanusiaan jatuh-jatuh bangun di dalam mendekatinya. Bahkan sumber itu sendiri mereka perangi.
Di Amerika sendiri, negeri yang membanggakan diri sebagai jago demokrasi. dalam kenyataannya pun tidak membanggakan diri karena jago pula dalam ras diskriminasi, yaitu rasa benci yang berkulit putih kepada yang berkulit hitam, walaupun sama-sama warganegara.
Persamaan derajat manusia dengan tidak mementingkan perbedaan warna kulit dan bangsa itu, dapat dIsaksikan sendiri ketika orang pergi naik haji.
Ajaran Islam jadi rahmat bagi kemanusiaan. karena Islam mempersamakan hak manusia di muka pengadilan dari Undang-undang. Islam tidak bawa undang-undang yang berlaku adalah apa yang diperintah oleh “tuan tanah" di atas tanahnya atau kemauan “tuan benar kebun" terhadap kulinya, atau pangeran-pangeran feodal terhadap penggarap tanahnya.
Diriwayatkan oleh asy-Syu'bi bahwa Ali bin Abu Thalib kehilangan perisai, lalu kelhalan oleh beliau perisai tersebut di tangan seorang Nasrani. Maka beliau bawalah orang Nasrani itu menghadap Kadhi Syuraih, untuk menuntut perisainya yang hilang itu.
Di hadapan Kadhi Saiyidiria Ali berkata: “Perisai itu terang aku yang punya. Tak pernah dia aku jual dan tak pernah pula aku Hadisthkan."
Kadhi Syuraih berkata kepada Nasrani itu: “Apa jawabmu tentang keterangan Amiril Mu'minin itu?"
Nasrani itu menjawab: “Perisai ini aku yang punya. Namun aku tidaklah menuduh Amiril Mu'minin memberikan keterangan yang tidak benar."
Maka menolehlah Kadhi Syuraih kepada beliau dan berkata: “Ya Amiril Mu'minin! Adakah tuan dapat mengemukakan bukti-bukti?"
Dengan senyum Saiyidiria Ali menjawab: “Benarlah Syuraih! Saya tidak dapat mengemukakan bukti-bukti."
Kadhi Syuraih mengeluarkan keputusan bahwa perisai itu tetap diserahkan kepada orang Nasrani itu, sebab Amiril Mu'minin tidak dapat mengemukakan bukti bahwa perisai itu beliau punya. Setelah perisai itu diterimanya, dia pun hendak pergi meninggalkan majlis. Tetapi setelah melangkah beberapa langkah dia pun kembali dan berkata: “Aku naik saksi bahwa hukum yang dijatuhkan ini benar-benar hukum Nabi-nabi. Amiril Mu'minin mengadukan saya kepada Kadhinya. Dan Kadhi menjatuhkan hukum menurut pertimbangan yang benar, dakwa Amiril Mu'minin ditolak karena bukti tidak cukup Sekarang aku naik saksi, tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hambanya dan utusanNya. Demi Allah, perisai ini memang engkau yang empunya, ya Amiril Mu'minin. Terjatuh dari kendaraan paduka ketika berangkat ke Shiffin."
Dengan muka berseri-seri Amirul Mu'minin Ali bin Abu Thatib men)awab: "Karena engkau sudah menjadi seorang Muslim, perisai itu adalah Hadiahku untukmu."
Kejadian kecil ini menunjukkan berapa ramat yang diberikan Tuhan dengan kedatangan risalah Nabi Muhammad s.a.w. yang membuat keadilan dan kebenaran sendiri di dalam hati karena iman membawa kejujuran dan keberanian pada hati Kadhi, walaupun berhadapan dengan penguasa tertinggi. Yang membuat ketaatan pada hati Khatifah, karena Kadhi menghukum dengan henar. Yang membuat kagum dalam hati seorang Nasrani sehingga di saat itu juga menyatakan diri masuk Islam. Dan dengan masuknya ke Islam, Khalifah memandang persoalan tak ada lagi, sebab dia telah jadi saudara sendiri.
Ayat 108
“Katakanlah: Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku, lain tidak ialah bahwa tidak lain Tuhan kamu, melainkan Tuhan Yang Esa."
Inilah pokok ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. ke sInilah dipusatkan segala kegiatan. Ajaran Tauhid adalah laksana payung panji tempat berlindung dan berteduh segala ajaran."Maka adakah kamu sudi masuk orang yang menyerah diri?"
Sebagai telah diterangkan path ayat 107 bahwa kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. adalah rahmat bagi seluruh alam, maka ayat menjelaskan, intisari rahmat itu, yaitu rahmat akidah, mengakui Tuhan hanya satu, tidak ada Tuhan yang lain. Jika ada lagi Tuhan selain Allah, adalah membuat hidup tidak bebas, karena jiwa sebagai manusia ditaklukkan kepada benda. Sedang dengan mempercayai satu Tuhan, jiwa ini bebas dari segala pengaruh. Sebab itulah maka ujung ayat berisi pertanyaan: “Adakah kamu sudi masuk orang yang menyerah diri?" Menyerah diri kepada Tuhan saja? Supaya kamu rasakan rahmat.
Menyerah diri, yaitu Muslimin. Menyerah diri dengan kesadaran itulah'arti hakiki dart Islam.
Ayat 109
“Maka sekiranya mereka berpaling, katakanlah: “Telah aku jeiaskan kepada kamu secara terus-terang."
Tidak ada lagi satu wahyu Tuhan pun yang tidak disampaikan oleh Nabi s.a.w. Semua diberitahu, manis ataupun pahit, berita suka ataupun berita ancaman, diberitahukan dengan sama. Namun jika mereka masih berpaling juga, tidak mau memperdulikan, katakanlah terus-terang bahwa balasan Tuhan atas kamu karena tidak mau menerima kebenaran itu pasti datang. "Namun aku tidaklah tahu, apakah sudah dekat ataukah masih jauh, apa yang diancamkan kepada kamu itu."
Bila di saat itu akan Dia lakukan, itu adalah semata-mata terserah kepadaNya.
Ayat 110
“Sesungguhnya Dialah yang mengetahui kata-kata yang nyaring."
Yaitu yang terdengar oleh telinga, karena telah diucapkan dengan mulut."Dan mengetahui apa yang kamu sembunyikan."
Segala gerak-gerikmu tidak ada yang tersembunyi di sisi Allah, tidak ada yang rahasia, semua terbuka. Kalau kamu menerima siksaan, kamu sendiri akan tahu apa sebabnya. Kalau azhab itu belum dijatuhkan segera. tentu ada hikmat Allah yang tersembunyi. Mungkin memberi kesempatan bagimu buat taubat.
Ayat 111
“Dan tidaklah aku tahu, barangkali hal ini adalah suatu percobaan bagi kamu."
Apakah akan kamu teruskan perpaiingan itu atau kamu kgmbalikan kepada jalan yang benar; “Dan satu kesempatan sampai kepada suatu masa."
Akan kamu gunakan kesempatan yang dibukakan Allah buat memperbaiki dirimu, atau nyawamu dicabut dengan tiba-tiba sebelum sempat memperbaiki diri. Sebab bagaimanapun panjangnya kesempatan yang diberikan, namun dia ada batas. Dia hanya sementara.
Setelah dilakukan tugas yang dipikulkan Tuhan ke atas bahunya, menyampaikan seruan da'wah Ilahi kepada manusia, akhinya Rasul s.a.w. itu pun menyampaikan munajat hatinya kepada Tuhan:
Ayat 112
“Dia berkata: Ya Tuhanku! Hukumlah dengan benar!"
Artinya, segeralah tunjukkan kekuasaan Tuhan yang tepat atas mereka, supaya mereka saksikan betapa besar dan dahsyat keputusan Allah atas orang yang tidak mau percaya akan kekuasaan Ilahi. "Dan Tuhan kami adalah Maha Pemurah, tempat memohon pertolongan."
Oleh sebab Nabi Muhammad s.a.w. dtutus Tuhan menjadi rahmat. bagi seluruh alam, maka kemurahan Tuhan jualah yang diharapkan, Dia jugalah tempat memohon pertolongan yang se)ati bagi Rasul; “Alas apa yang kamu sifatkan itu."
Artinya, meskipun orang-orang yang kafir itu masih berpaling tidak mau percaya. bahkan selalu menolak dan tidak mau perduh, namun bagi Rasulullah s.a.w. sikap mereka yang demikian adalah menambah teguh hatinya akan kemurahan Tuhan bagi menolongnya. Dan Tuhan tetap akan menunjukkan kuat kuasanya menghadapi mereka yang menentang kekuasaan Tuhan itu?