Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
سَبَقَتۡ
telah/lebih dahulu
لَهُم
bagi mereka
مِّنَّا
dari Kami
ٱلۡحُسۡنَىٰٓ
kebaikan
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
عَنۡهَا
dari padanya
مُبۡعَدُونَ
mereka dijauhkan
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
سَبَقَتۡ
telah/lebih dahulu
لَهُم
bagi mereka
مِّنَّا
dari Kami
ٱلۡحُسۡنَىٰٓ
kebaikan
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
عَنۡهَا
dari padanya
مُبۡعَدُونَ
mereka dijauhkan
Terjemahan
Sesungguhnya orang-orang yang telah ada (ketetapan) yang baik untuk mereka dari Kami, mereka akan dijauhkan (dari neraka).
Tafsir
(Sesungguhnya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan dari Kami) yakni kedudukan (yang baik) antara lain adalah para nabi yang telah disebutkan tadi (mereka itu dijauhkan dari neraka Jahanam).
Tafsir Surat Al-Anbiya': 98-103
Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh jiwa mereka.
Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata), "Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian. Allah ﷻ berfirman, ditujukan kepada penduduk Mekah dari kalangan orang-orang musyrik Quraisy dan para pengikutnya yang menyembah berhala seperti mereka. Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam. (Al-Anbiya: 98) Ibnu Abbas mengatakan yang dimaksud dengan hasab ialah bahan bakar yang menambah besar api Jahanam. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: yang bahan bakarnya manusia dan batu. (Al-Baqarah: 24) Ibnu Abbas telah mengatakan pula bahwa hasabu jahannam artinya pepohonan neraka Jahanam.
Menurut riwayat yang lainnya, hasabu jahannam artinya kayu bakar neraka Jahanam dengan bahasa orang-orang Indian. Mujahid dan Ikrimah serta Qatadah mengatakan kayu bakarnya, dan hal yang sama telah disebutkan di dalam qiraat Ali dan Aisyah r.a. Ad-Dahhak mengatakan bahwa hasabu jahannam artinya sesuatu yang diumpankan kepada neraka Jahanam. Hal yang sama telah dikatakan oleh yang lainnya, pada kesimpulannya makna masing-masing berdekatan. Firman Allah ﷻ: Kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) Artinya, kalian pasti memasukinya.
Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. (Al-Anbiya: 99) Yakni seandainya berhala-berhala dan sekutu-sekutu itu yang kalian sembah selain Allah adalah benar sebagai tuhan-tuhan tentulah mereka tidak akan masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya: 99) Yakni para penyembah dan semua yang mereka sembah (selain Allah) berada di dalam neraka untuk selama-lamanya. Mereka merintih di dalam api. (Al-Anbiyai 100) Semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman Allah ﷻ: di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik napas (dengan merintih). (Hud: 106) dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya: 100) Yang dimaksud dengan zafir ialah embusan napas, sedangkan yang dimaksud dengan syahiq ialah tarikan nanas.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-Mas'udi, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata, "Apabila yang tertinggal di dalam neraka hanyalah orang-orang yang ditakdirkan kekal di dalamnya, maka mereka dimasukkan ke dalam peti-peti dari api yang dipaku dengan api pula mengunci mereka. Tiada seorang pun yang melihat mereka sedang diazab kecuali orang-orang yang bersangkutan sendiri." Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Mereka merintih di dalam api dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya: 100) Ibnu Mas'ud r.a. membacanya layusma'un, yakni suara rintihan mereka di dalam neraka tidak dapat didengar (pent).
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Hajjaj ibnu Muhammad, dari Al-Mas'udi, dari Yunus ibnu Hibban, dari Ibnu Mas'ud, lalu disebutkan hal yang semisal. Firman Allah ﷻ: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 101) Menurut Ikrimah, kebaikan itu berupa rahmat. Sedangkan menurut yang lain adalah kebahagiaan. mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101) Setelah menceritakan keadaan ahli neraka dan siksaan yang dialami mereka karena kemusyrikan mereka kepada Allah, lalu Allah mengiringinya dengan kisah tentang orang-orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka adalah orang-orang yang telah ditetapkan kebahagiaannya oleh Allah, berkat amal-amal saleh yang telah mereka kerjakan selama di dunia. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya: Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. (Yunus: 26) Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar-Rahman: 60) Sebagaimana mereka telah berbuat kebaikan di dunia, maka Allah berbuat baik pula saat kepulangan mereka, juga memberi mereka pahala serta menyelamatkan mereka dari azab dan memberikan kepada mereka pahala yang berlimpah.
Untuk itu Allah ﷻ berfirman: mereka itu dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka. (Al-Anbiya: 101-102) Yakni mereka tidak mendengar suara apinya yang membakar tubuh-tubuh yang ada di dalamnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari ayahnya, dari Abu Usman Al-Hariri, dari Abu Usman sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka. (Al-Anbiya: 102) Yaitu suara ular-ularnya yang ada di atas Sirat mematuki ahli neraka.
Bila ular-ular itu mematuki mereka, ia mengeluarkan suara tertentu. Firman Allah ﷻ: dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh jiwa mereka. (Al-Anbiya: 102) Allah menyelamatkan mereka dari semua yang dihindari dan yang dibenci, juga memberikan kepada mereka semua yang diminta dan yang disukai. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abu Syuraih, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan ibnu Abu Yazid Al-Hamdani, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari anak paman An-Nu'man Ibnu Basyir, dari An-Nu'man ibnu Basyir yang mengatakan bahwa ia pernah begadang bersama Ali di suatu malam, lalu Ali membaca firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101) Lalu Ali berkata, bahwa ia dan Umar termasuk dari mereka, Usman termasuk dari mereka, juga Talhah dan Abdur Rahman.
Atau Ali menyebutkan bahwa Sa'd termasuk dari mereka. An-Nu'man ibnu Basyir melanjutkan kisahnya, bahwa tidak lama kemudian salat didirikan, lalu Ali bangkit; yang menurut seingat An-Nu'man, Ali menyeret kainnya seraya membaca firman-Nya: mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka. (Al-Anbiya-102) Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Bisyr, dari Yusuf Al-Makki, dari Muhammad ibnu Hatib yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ali mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 101), hingga akhir ayat.
Bahwa Usman dan teman-temannya termasuk dari kalangan mereka yang disebutkan dalam ayat ini. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula asar ini. Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Yusuf ibnu Sa'd, bukan Ibnu Mahik, dari Muhammad ibnu Hatib, dari Ali, lalu disebutkan asar yang sama, tetapi teksnya mengatakan bahwa Usman termasuk dari kalangan mereka. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101) Mereka adalah kekasih-kekasih Allah, mereka melalui Sirat dengan kecepatan yang lebih cepat daripada kilat, lalu yang tertinggal adalah orang-orang kafir, mereka berada di neraka dalam keadaan berlutut.
Takwil ini sependapat dengan apa yang telah kami sebutkan di atas. Ulama lainnya mengatakan bahwa bahkan ayat ini diturunkan berkenaan dengan pengecualian dari mereka yang disembah. Dikecualikan dari mereka Uzair dan Al-Masih Isa putra Maryam, seperti yang telah dikatakan oleh Hajjaj ibnu Muhammad Al-A'war, dari Ibnu Juraij dan Usman, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) Kemudian dikecualikan melalui firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 101) Menurut suatu pendapat, mereka adalah para malaikat, Isa, dan lain sebagainya yang disembah-sembah selain Allah ﷻ Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Al-Hasan, dan Ibnu Juraij.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 101) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Isa putra Maryam dan Uzair a.s. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Isa ibnu Maisarah, telah menceritakan kepada kami Abu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Tarif, dari Al-Asbag, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami. (Al-Anbiya: 101) Yang dimaksud adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah dimasukkan ke dalam neraka kecuali matahari, bulan, dan Isa putra Maryam.
Akan tetapi, sanad riwayat ini lemah. Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101) Yaitu Isa, Uzair, dan malaikat. Ad-Dahhak mengatakan bahwa mereka adalah Isa, Maryam, malaikat, matahari, dan bulan. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair dan Abu Saleh serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Sehubungan dengan hal ini Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis yang garib sekali.
Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Ya'qub Al-Mirkhani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Maslamah ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Al-Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mugis, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101) Bahwa mereka adalah Isa, Uzair, dan malaikat. Sebagian dari mereka ada yang menuturkan kisah Ibnuz Za'bari dan perdebatan kaum musyrik.
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hasan Al-Anmati, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ur'urah, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abu Hakim, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam (yakni Ibnu Aban), dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abdullah ibnuz Za'bari datang kepada Nabi Saw, lalu ia berkata, "Apakah engkau menduga bahwa Allah telah menurunkan kepadamu ayat ini," yaitu firman-Nya;.
Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) Ibnuz Za'bari mengatakan, "Aku telah menyembah matahari, bulan, malaikat, Uzair, dan Isa putra Maryam. Mereka semuanya dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan sembahan-sembahan kami." Maka turunlah firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaumnya (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 57-58) Kemudian turunlah firman Allah ﷻ yang mengatakan: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al--Anbiya: 101) Al-Hafiz Abu Abdullah telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitabnya yang berjudul Al-Ahadisul Mukhtarah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Qubaisah ibnu Uqbah, telah menceritakan kepada kami Sufyan (yakni As-Sauri), dari Al-A'masy, dari teman-temannya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika diturunkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) Orang-orang musyrik berkata bahwa para malaikat, Uzair, dan Isa termasuk yang disembah selain Allah.
Maka turunlah firman-Nya: Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. (Al-Anbiya: 99) Yakni tuhan-tuhan yang mereka sembah itu. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (Al-Anbiya: 99) Telah diriwayatkan pula hal yang semisal dari Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa'ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan bahwa lalu turunlah ayat berikut: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 101) Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar rahimahullah telah mengatakan di dalam Kitabus Sirah-nya, bahwa menurut berita yang sampai kepadaku Rasulullah ﷺ di suatu hari duduk bersama Al-Walidah ibnul Mugirah di masjid.
Lalu datanglah An-Nadr ibnul Haris dan ikut duduk bergabung bersama mereka di dalam masjid sejumlah lelaki dari kaum Quraisy. Rasulullah ﷺ berbicara, lalu dibantah oleh An-Nadr ibnul Haris. Maka Rasulullah ﷺ mendebatnya hingga An-Nadr bungkam, lalu beliau membacakan ayat berikut kepadanya, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98) sampai dengan firman-Nya: dan mereka di dalamnya tidak bisa mendengar. (Al-Anbiya: 100) Kemudian Rasulullah ﷺ bangkit berdiri. Sesudah itu datanglah Abdullah ibnuz Zab'ari As-Sahmi, lalu duduk bersama mereka. Al-Walid ibnul Mugirah berkata kepada Abdullah ibnuz Zab'ari, "Demi Allah, tadi An-Nadr ibnul Haris tidak dapat menjawab Ibnu Abdul Muttalib (yakni Nabi ﷺ). Muhammad menduga bahwa kami dan tuhan-tuhan sesembahan kami ini (saat itu mereka berada di Masjidil Haram yang masih penuh dengan berhala-berhala, pent.) menjadi umpan neraka." Maka Abdullah ibnuz Zab'ari mengatakan, "Demi Allah, sekiranya saya berdua dengannya, tentulah saya akan mendebatnya.
Maka tanyakanlah kepada Muhammad bahwa semua yang disembah selain Allah dimasukkan ke dalam neraka Jahanam bersama-sama orang-orang yang menyembahnya. Dan kita menyembah malaikat, orang-orang Yahudi menyembah Uzair, dan orang-orang Nasrani menyembah Al-Masih Isa putra Maryam (berarti semuanya dimasukkan ke neraka)?" Maka Al-Walid dan orang-orang yang ada di majelis itu bersamanya merasa kagum dengan perkataan Abdullah ibnuz Zab'ari. Mereka menilai bahwa Az-Zab'ari dapat mengalahkan hujah Muhammad.
Ketika hal itu diceritakan kepada Rasulullah Saw, maka beliau ﷺ bersabda: Setiap orang yang suka disembah selain Allah, maka dia dikumpulkan bersama orang-orang yang menyembahnya. Sesungguhnya mereka hanya menyembah setan dan mengikuti orang yang memerintahkan mereka agar menyembahnya. Lalu Allah menurunkan firman-Nya: Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka dijauhkan dari neraka, mereka tidak mendengar sedikit pun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh jiwa mereka. (Al-Anbiya: 101-102) Yakni mereka adalah Isa, Uzair.
para rahib, dan para pendeta yang mereka sembah, padahal mereka adalah orang-orang yang taat kepada Allah; setelah mereka mati, orang-orang yang sesat dari kalangan kaumnya lalu menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah yang mereka sembah-sembah. Telah diturunkan pula sehubungan dengan penuturan mereka (orang-orang musyrik) yang mengatakan bahwa mereka menyembah malaikat, dan bahwa malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, yaitu firman-Nya: Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak.
Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Al-Anbiya: 26) sampai dengan firman-Nya: Dan barang siapa di antara mereka mengatakan, "Sesungguhnya aku adalah tuhan selain dari Allah, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim. (Al-Anbiya: 29) Telah diturunkan pula wahyu Allah yang menyebutkan bahwa Isa putra Maryam disembah selain Allah, demikianlah kata Az-Zab'ari yang membuat Al-Walid dan orang-orang yang bersamanya merasa kagum dengan bantahan yang dikemukakannya.
Dan tatkala (Isa) putra Maryam dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaumnya (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)? Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja; sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. Isa tiada lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun.
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu, janganlah kalian ragu-ragu tentang kiamat itu. (Az-Zukhruf: 57-61) Yakni mukjizat yang telah Aku berikan kepadanyaseperti menghidupkan orang-orang yang mati dan menyembuhkan berbagai macam penyakit itu sudah cukup dijadikan sebagai bukti yang menunjukkan pengetahuan tentang hari kiamat. Lalu disebutkan dalam firman selanjutnya: Karena itu janganlah kalian ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku.
Inilah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 61) Apa yang dikatakan oleh Ibnuz Zab'ari ini keliru besar, karena sesungguhnya ayat ini diturunkan sebagai khitah buat penduduk Mekah karena mereka menyembah berhala yang merupakan benda mati, tidak berakal. Dimaksudkan sebagai kecaman dan celaan terhadap orang-orang yang menyembah berhala. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah umpan Jahanam. (Al-Anbiya: 98) Maka bagaimana dia menerapkan hal ini kepada Al-Masih serta Uzair dan lain-lainnya yang telah beramal saleh? Sedangkan mereka seandainya masih hidup, pasti tidak akan suka dengan perbuatan orang-orang yang menyembah diri mereka.
Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya dalam menjawab pertanyaan seperti ini mengatakan bahwa huruf ma ditujukan kepada sesuatu yang tidak berakal menurut bahasa Arab. Abdullah ibnuz Zab'ari pada akhirnya masuk Islam. Dia adalah seorang penyair terkenal, sebelum itu ia sering menyerang kaum muslim melalui syairnya. Setelah masuk Islam, ia meminta maaf melalui syairnya pula, antara lain ia mengatakan: ...
..... Wahai Rasulullah junjungan kami, sesungguhnya lisanku kini akan memperbaiki apa yang telah dirusakkannya di masa silam, yaitu di saat temanku adalah setan dalam kesesatan; barang siapa yang mengikuti jalan setan, pastilah ia binasa. Firman Allah ﷻ: Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat). (Al-Anbiya: 103) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah kematian, menurut apa yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Yahya ibnu Rabi'ah, dari Ata.
Menurut pendapat lainnya, maksudnya ialah tiupan sangkakala, menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas dan Abu Sinan Sa'id ibnu Sinan Asy-Syaibani; pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya. Menurut pendapat yang lainnya lagi, maknanya ialah saat seorang hamba diperintahkan untuk masuk neraka; pendapat ini dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri. Menurut pendapat yang lainnya lagi, makna yang dimaksud ialah saat neraka ditumpahkan kepada para penghuninya; pendapat ini dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Ibnu Juraij.
Pendapat yang lainnya lagi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah saat maut disembelih di antara surga dan neraka; pendapat ini dikatakan oleh Abu Bakar Al-Huzali, menurut riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Abu Hatim bersumber darinya. Firman Allah ﷻ: dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata), "Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian." (Al-Anbiya: 103) Yakni para malaikat berkata kepada mereka, memberitahukan akan datangnya hari kembali mereka (kepada Allah), yaitu disaat mereka dikeluarkan dari kuburnya.
Perkataan
para malaikat itu ialah: Inilah hari kalian yang telah dijanjikan kepada kalian. (Al-Anbiya: 103) Yaitu berharaplah kalian untuk memperoleh balasan yang menyenangkan kalian."
101. Sungguh, merupakan ketetapan Kami yang mutlak, sejak dahulu bagi orang-orang yang telah ada ketetapan yang baik dari Kami, yang terpadu dengan pilihan, sikap, dan perbuatan mereka yang baik pula, mereka itu dengan seizin-Nya akan dijauhkan dari neraka. 102. Berbeda dengan penghuni neraka yang tidak mendengar sedikit pun suara lembut yang membawa ketenangan dan kedamaian; para penghuni surga berada dalam kenikmatan. Mereka tidak mendengar bunyi desis api neraka yang menakutkan, dan mereka pun kekal dalam menikmati semua yang mereka ingini.
Pada ayat ini diterangkan keadaan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta orang-orang yang telah diberi Allah taufik untuk taat kepada-Nya, bahwa mereka tidak dimasukkan ke dalam neraka bahkan mereka sedikit pun tidak didekatkan kepadanya.
Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Ibnu Abbas, bahwa waktu ayat 98 diturunkan, orang-orang musyrik Quraisy merasa terpukul karenanya. Mereka berkata, "Muhammad telah memaki-maki tuhan-tuhan kita. Lalu mereka pergi kepada Ibnu az-Ziba`ra dan menceritakan tentang ayat yang diturunkan itu, dia menjawab, "Kalau saya berhadapan dengan Muhammad tentulah saya dapat membantahnya." Orang-orang musyrik Quraisy itu berkata, "Apakah yang kamu katakan." Dia menjawab, "Aku mengatakan kepadanya, "Al- Masih disembah orang-orang Nasrani, 'Uzair disembah orang Yahudi, apakah Al-Masih dan 'Uzair itu akan menjadi bahan bakar api neraka? Orang-orang Quraisy tertarik hatinya mendengar ucapan Ibnu az-Ziba`ra dan merasa telah dapat mengalahkan Muhammad. Maka turunlah ayat 99 sampai 101 Surah ini, yang menegaskan ayat 98 di atas.
Dengan turunnya ayat-ayat ini Ibnu az-Ziba`ra bungkam dan bimbanglah kembali hati orang-orang musyrik. Tetapi karena kedengkian mereka kepada Nabi Muhammad dan kaum Muslimin, maka mereka tetap dalam kemusyrikan mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 98
“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah itu, adalah jadi bakaran neraka jahannam."
Kamu dan yang kamu sembah itu; baik kayu atau batu, apalah lagi sesama manusia kalau sesama manusia itu menganjurkan supaya dirinya disembah sebagai menyembah Allah. Atau dia orang. Dia tidak menegur ketika manusia telah menuhankannya atau mendewa-dewakannya. Si penyembah dan yang disembah akan samasama jadi penyalakan api neraka jahannam: “Yang kamu akan memasukinya."
Dalam neraka itulah akan timbul sesal-menyesali di antara si pengikut dengan yang diikuti, dan salah-menyalahkan. Si pengikut berkata, “Mengapa engkau tipu aku?" Yang diikuti berkata: “Mengapa mau?"
Ayat 99
“Kalau kiranya mereka itu memang tuhan-tuhan, tentu mereka tidak akan masuk ke dalamnya."
Tetapi karena mereka memang bukan tuhan-tuhan, karena tidak ada tuhan selain Allah, mereka dengan segala yang disembah selain Allah itu turut masuk neraka. Kalau disembah itu barang yang tidak bernyawa, seumpama keria atau pohon beringin, atau batu, semuanga turut dimasukkan ke neraka akan jadi barang bukti. Kalau yang disembah itu manusia, ialah karena dia pun akan diazhab pula, sebab dia telah menipu, mengaku tuhan, padahal makhluk. “Dan sekalian mereka di dalamnya itu akan kekal."
Akan menerima ganjaran atas puncak segala dosa yang mereka telah perbuat, yaitu mempersekutukan Allah dengan yang lain.
Ayat 100
“Bagi mereka di dalamnya itu ada teriakan."
Maka berteriak-teriaklah mereka itu di dalam neraka, memekik-mekik, memohon ampun, melolong-lolong menyesali kesalahan. Baik yang menyembah atau yang disembah: “Tetapi mereka itu di dalamnya tidak ada mendengar."
Walaupun sudah berteriak-teriak memohon ampun, menyesali dosa, namun mereka sendiri tidak ada mendengar apa-apa. Tegasnya pekik dan lolong mereka, teriak dan rintihan mereka tidak diriengarkan, tidak diperdulikan, yang menambah tenggelam mereka sengsara. Kalau akan dikatakan ada yang diriengar, hanyalah gemertak dan deru api neraka dan cambuk pukulan Zabaniah, malaikat penjaga neraka.
Ibnu Mas'ud berkata: “Orang yang diazhab kekal di neraka jahannam itu dimasukkan ke dalam peti dari api. Peti itu dalam peti lagi, hingga berlapis, lalu dipaku di Ipanya, sehingga suatu pun tidak ada yang mendengar. Dan siapa-siapa yang telah dimasukkan ke dalam peti berlapis itu tidaklah melihat orang lain yang sama diazhab, sebab di dalam peti sendiri-sendiri.
Ayat 101
“Sesungguhnya orang-orang yang telah terdahulu untuk mereka ke-bahagiaan dari Kami."
Orang-orang yang telah terdahulu kebahagIsan untuk dia dari Tuhan, tersebab imannya dan amalnya yang shalih semasa hidupnya di dunia: “Mereka itu daripadanya akan dijauhkan."
Orang itu tidak usah khuatir. Sebab mereka itu ada azhab semacam itu akan dijauhkan Tuhan daripadanya. Sebab tidak ke sana jalan yang ditempuhnya di kala hidupnya.
Berkata Ibnu Abbas: “Itulah orang-orang yang telah diangkat menjadi waliwali Allah, yang mereka lalu saja di atas titian shirath secepat kilat. Sedang orang yang kafir merangkak menggapai-gapai."
Ayat 102
“Mereka tidaklah akan mendengarkan derunya."
Tidaklah mereka akan mendengar deru gejolak api neraka jahannam yang menderu menakutkan dan mengerikan itu. "Dan mereka pada apa yang diingini oleh diri masing-masing adalah kekal."
Mereka telah dijauhkan dari jahannam, sehingga deru apinya pun tidak mereka dengar. Mereka dimasukkan ke dalam syurga jannatun na'im tempat bersenang-senang mendapat apa saja pun yang diingini oleh diri masing-masing.
Ayat 103
“Tidaklah akan mendukacitakan mereka kedahsyatan yang amat besar itu."
Karena amatnya yang shalih telah menjadi bekal mereka untuk berelak daripada kedahsyatan itu. Bahkan sebaliknya yang akan terjadi, yaitu: “Dan malaikat akan mengalu-alukan mereka," menyambut ketibaan mereka dengan serba-serbi kehormatan. Dan maisikat itu akan berkata: “Inilah dia hari kebahagiaan yang telah dijanjikan untuk kamu itu."
Artinya, setelah kamu sekalian sampai kepada tempat yang mula dan berbahagia ini silakanlah kalian minta apa yang kalian rindukan.
Ayat 104
“Yaitu di hari yang akan Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran tulisan-tulisan."
Inilah pula satu gambaran dari kehebatan dan kedahsyatan hari kiamat. Langit akan digulung di waktu itu laksana menggulung tulisan-tulisan. Dizaman dahulu kala kitab-kitab atau tulisan belumlah berlembar-lembar sebagai buku-buku sekarang, melainkan bergulung-gulung. Orang tua-tua bercerita bahwa khutbah-khutbah hari raya pun dibuat dengan kertas bergulung-gulung. Saya pernah masuk ke sebuah gereja orang Yahudi di New York, orang Yahudi sedang sembahyang, membaca Zabur sambil bernyanyi. Pendetanya membuka naskah kertas bergulung, dengan kedua belah tangan. Mana yang sudah selesai dibaca bergulung ke atas, mana yang belum dibaca terus juga dibuka gulungannya. Maka marilah kita perhatikan ayat ini, lalu kita menengadah ke langit. Satu waktu ketak langit itu akan digulung, sebagai menggulung kitab itu. Alangkah dahsyatnya. "Sebagaimana Kami memulai kejadianpertama, Kami akan kembalikan dia." Artinya, kalau pada mula-nya semua manusia ini dilahirkan telanjang, maka di waktu itu kelak akan kembali telanjang tidak lekat kain lagi.
Ketika Rasulullah s.a.w. mulai menceritakan ini Aisyah bertanya: Apakah orang pada masa itu tidak akan merasa malu auratnya kelihatan oleh orang lain? Nabi s.a,w. menjawab, bahwa karena dahsyatnya keadaan, tidak ada lagi orang yang ingat hendak melihat aurat orang lain, bahkan orang pun tidak ingat lagi bahwa telah telanjang. "Sebagai suatu janji atas Kami." Artinya: bahwasanya semuanya adalah keadaan yang sudah Kami janjikan. Oleh sebab itu: “Sesungguhnya Kami berbuat."
Sebagai sesuatu yang telah Kami janjikan, pastilah akan Kami laksanakan.
Oleh sebab itu tiada jalan lain bagimu, yaitu insaf bahwa kamu adalah hambanya dan makhlukNya. Sersiaplah melaksanakan perintahNya dan menghentikan laranganNya, untuk keselamatan dirimu sendiri.