Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّآ
sesungguhnya kami
ءَامَنَّا
kami beriman
بِرَبِّنَا
dengan/kepada Tuhan kami
لِيَغۡفِرَ
agar Dia mengampuni
لَنَا
bagi kami
خَطَٰيَٰنَا
kesalahan-kesalahan kami
وَمَآ
dan apa yang
أَكۡرَهۡتَنَا
kamu paksakan kepada kami
عَلَيۡهِ
atasnya (melakukannya)
مِنَ
dari
ٱلسِّحۡرِۗ
sihir
وَٱللَّهُ
dan Allah
خَيۡرٞ
lebih baik
وَأَبۡقَىٰٓ
dan lebih kekal
إِنَّآ
sesungguhnya kami
ءَامَنَّا
kami beriman
بِرَبِّنَا
dengan/kepada Tuhan kami
لِيَغۡفِرَ
agar Dia mengampuni
لَنَا
bagi kami
خَطَٰيَٰنَا
kesalahan-kesalahan kami
وَمَآ
dan apa yang
أَكۡرَهۡتَنَا
kamu paksakan kepada kami
عَلَيۡهِ
atasnya (melakukannya)
مِنَ
dari
ٱلسِّحۡرِۗ
sihir
وَٱللَّهُ
dan Allah
خَيۡرٞ
lebih baik
وَأَبۡقَىٰٓ
dan lebih kekal
Terjemahan
Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami agar Dia mengampuni semua kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Allah lebih baik dan lebih kekal.”
Tafsir
(Sesungguhnya kami telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami) dari kemusyrikan dan dosa-dosa lainnya yang pernah kami lakukan (dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya) mulai dari belajar sampai dengan mempraktekkannya untuk melawan Nabi Musa. (Dan Allah lebih baik) pahala-Nya daripada kamu, jika Dia ditaati (dan lebih kekal") azab-Nya daripada kamu, jika didurhakai.
Tafsir Surat Taha: 71-73
Berkata Firaun, "Apakah kalian telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kalian dengan bersilang secara timbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kalian akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.
Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan dari Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya.
Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (Azab-Nya)." Allah ﷻ menceritakan tentang kekufuran Fir'aun, keingkaran, kelewatbatasannya, dan kesombongannya terhadap perkara yang hak dengan kebatilan yang dipegangnya, setelah ia melihat mukjizat besar yang menakjubkannya dan melihat orang-orang yang tadinya membantunya kini berbalik menjadi orang-orang yang beriman kepada Tuhannya Musa. Hal itu terjadi di hadapan mata orang banyak, bahkan seluruh rakyat negeri Mesir, Fir'aun mengalami kekalahan yang fatal. Tetapi peristiwa itu tidaklah memudarkan kesombongan dan keingkarannya, bahkan ia menggunakan kekuasaan dan kedudukan serta pengaruhnya terhadap para ahli sihir, lalu ia mengancam dan memperingatkan mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Apakah kalian telah beriman. (Thaha: 71) Maksudnya, apakah kalian mempercayai Musa sekarang.
sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. (Thaha: 71) Yakni aku tidak memerintahkan kepada kalian untuk itu yang berarti kalian membangkang terhadapku. Fir'aun mengucapkan kata-kata yang ia sendiri, para ahli sihir, dan semua orang mengetahui bahwa ia dusta karena dikalahkan. Sesungguhnya dia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kamu sekalian. (Thaha: 71) Yaitu kalian telah belajar ilmu sihir dari Musa dan kalian telah sepakat dengannya untuk melawanku juga rakyatku agar kalian menampakkan kemenangan kalian terhadapku.
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat yang lain melalui firman-Nya: sesungguhnya perbuatan ini adalah suatu muslihat yang telah kalian rencanakan di dalam kota ini, untuk mengeluarkan penduduknya darinya; maka kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian ini). (Al-A'raf: 123) Kemudian Fir'aun mulai mengancam mereka melalui ucapannya yang disitir oleh firman-Nya: Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma. (Thaha: 71) Yakni sungguh aku benar-benar akan mencincang kalian, membunuh kalian, dan memamerkan tubuh kalian.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Fir'aun adalah orang yang mula-mula melakukan hukuman seperti itu. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Firman Allah ﷻ: dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya. (Thaha: 71) Yakni kalian telah mengatakan bahwa aku dan kaumku berada dalam kesesatan, sedangkan kalian dan Musa beserta kaumnya berada pada jalan petunjuk.
Maka kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan mendapat siksa dan siapa yang kekal dalam siksanya. Setelah Fir'aun menyerang para ahli sihir dengan ancamannya itu, maka mereka dengan suka rela bersedia mengurbankan dirinya demi membela Allah ﷻ Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat) (Thaha: 72) Artinya, kami tidak akan memilihmu atas petunjuk dan keyakinan yang telah kami peroleh. dan dari Tuhan yang telah menciptakan kami. (Thaha: 72) Wawu yang ada dalam ayat ini dapat diartikan sebagai sumpah, dapat pula diartikan sebagai huruf 'ataf, yang dikaitkan dengan lafaz al-bayyinat.
Mereka bermaksud bahwa kami tidak akan memilihmu atas Pencipta dan Khalik kami yang telah menciptakan kami dari tiada. Dia menciptakan kami dari tanah liat, maka Dialah yang berhak disembah dan ditaati, bukan engkau (Fir'aun). Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. (Thaha: 72) Yakni lakukanlah apa yang kamu kehendaki dan apa yang dapat dicapai oleh tangan (kekuasaan)mu. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (Thaha: 72) Yaitu sesungguhnya kamu hanya berkuasa di dunia ini saja, negeri yang pasti lenyap, sedangkan kami menginginkan dunia yang kekal.
Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami. (Thaha: 73) Yakni mengampuni semua dosa kami, khususnya dosa menjalankan sihir yang kamu paksakan kepada kami agar melakukannya untuk menentang tanda kekuasaan Allah dan mukjizat nabi-Nya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Na'im ibnu Hammad, telali menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abu Sa'id, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. (Thaha: 73) Bahwa Fir'aun pernah mengambil empat puluh orang budak dari kalangan kaum Bani Israil, lalu mereka diperintahkan untuk belajar ilmu sihir di Al-Farma, dan Fir'aun berkata (kepada guru ilmu sihir), "Ajarkanlah kepada mereka ilmu sihir yang tiada seorang pun di muka bumi yang mengetahui mereka belajar ilmu sihir." Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka adalah termasuk di antara ahli sihir yang beriman kepada Musa, dan merekalah yang mengatakan: Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. (Thaha: 73) Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.
Firman Allah ﷻ: Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya). (Thaha: 73) Yakni lebih baik bagi kami daripada kamu, karena pahala-Nya lebih kekal daripada apa yang engkau janjikan kepada kami. Pendapat ini berdasarkan riwayat Ibnu Ishaq. Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Allah lebih baik (pahala-Nya). (Thaha: 73) Yaitu bagi kami daripada kamu jika perintah-Nya ditaati. Dan lebih kekal (azab-Nya). (Thaha: 73) daripada kamu jika perintah-Nya dilanggar. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal, juga dari Ibnu Ishaq. Makna lahiriahnya menunjukkan bahwa Fir'aun la'natullah telah bertekad untuk menghukum para ahli sihirnya dan dia menjatuhkan hukumannya kepada mereka, padahal kenyataannya hal itu merupakan rahmat dari Allah untuk mereka.
Karena itulah Ibnu Abbas dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan, "Jadilah kalian di pagi hari sebagai tukang sihir, dan jadilah kalian di petang harinya sebagai syuhada.""
Wahai Fir'aun, kami benar-benar telah beriman dan akan memegang teguh kepercayaan kami kepada Tuhan Pencipta kami yang selama ini kami durhakai dan ingkari. Kami beriman dengan harapan agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami yang telah mempersekutukan-Nya dan mengampuni dosa kami karena telah mempelajari dan mempraktikkan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik pahala-Nya kepada orang yang taat daripada balasanmu kepada kami, dan Dia lebih kekal kekuasaan serta azab-Nya bagi pendurhaka dibanding siksamu. 74. Sesungguhnya barang siapa meninggal dunia dan datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa dan tidak bertobat, maka sungguh, baginya adalah neraka Jahanam. Dia tidak mati di dalamnya sehingga akan terus merasakan azab, dan tidak pula hidup dengan nyaman. ' Demikianlah kondisi orang yang durhaka dan kafir.
Ahli-ahli sihir Firaun telah bertekad bulat untuk beriman kepada Allah. Tuhan seru sekalian alam, Tuhan yang telah banyak berbuat baik kepada mereka selama hidupnya. Apapun yang akan terjadi, apapun yang akan menimpa diri mereka, mereka berharap mudah-mudahan Allah mengampuni segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, terutama dosa sihir yang telah diperintahkan oleh Firaun melakukannya. Ayat ini ditutup dengan satu penegasan bahwa Allah adalah sebaik-baik pemberi pahala kepada orang-orang yang taat kepada perintah-Nya, dan lebih pedih serta kekal azab-Nya kepada orang yang berbuat maksiat, melanggar perintah-Nya, dan sekaligus sebagai jawaban dari ucapan Firaun yaitu, "Sesungguhnya akan kamu ketahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
FIR'AUN MENGANCAM
Fir'aun murka sekali melihat tukang-tukang sihir itu bersujud segera, dengan kemauan sendiri, sebelum perintah Fir'aun dikeluarkan. Fir'aun murka sekali sebab tukang-tukang sihir itu telah melepaskan diri saja dari cengkeraman kuasanya. Dia tidak mau tahu apa yang menyebabkan mereka itu serentak. Sebab itu,
Ayat 71
“Dia berkata, “Kamu tetak beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepada kamu sekalian?"
Di sini jelas sekali bahwa Fir'aun masih belum juga mau mengakui bahwa ada satu kekuasaan lain, yang mahatinggi, jauh lebih tinggi daripada sekumil kekuasaannya, yang apabila manusia telah percaya akan agungnya kekuasaan itu mereka tidak akan peduli lagi akan kekuasaan manusia."Mengapa tidak minta permisi kepada aku terlebih dahulu, padahal akulah rajamu dan tuhanmu, yang memberi makan minummu, lalu langsung saja percaya kepada Musa dan sujud kepada Tuhan Musa? “Sesungguhnya kalau begitu" perbuatan yang telah kamu kerjakan di luar izinku; “Dialah pemimpin kamu yang telah mengajarkan sihir itu kepadamu."
Oleh karena sihir mereka telah hancur berantakan ditelan oleh tongkat Nabi Musa, mudah sajalah bagi Fir'aun menimpakan satu tuduhan yang baru, dan berat. Dituduhnyalah bahwa sekalian tukang sihir itu sebenarnya adalah murid dari Musa, atau telah bersekongkol dengan Musa.
Fir'aun tidak mau tahu, apa yang sebenarnya jadi sebab maka tali-tali dan tongkat-tongkat yang banyak itu dapat ditelan oleh tongkat. Tongkat itu jadi ular, dan setelah habis ditelaninya sekalian tali-tali dan tongkat-tongkat tukang sihir itu dia kembali jadi tongkat sebagai sediakala. Tidak juga dia mau mengakui bahwa itu adalah satu mukjizat, yaitu melemahkan akal buat memikirkannya, yang menunjukkan adanya suatu kekuasaan Mahatinggi, Kekuasaan Allah yang diserukan oleh Musa.
Fir'aun tidak mau tunduk. Sebab itu tukang-tukang sihirnya sendirilah yang disa-lahkannya, mengapa mereka tunduk kepada Tuhan Musa dan Harun itu dan mengapa tidak tunduk lagi kepada dirinya, padahal dia sebagai Fir'aun, itulah yang tuhan! Oleh sebab sangat kemurkaannya itu dimuntahkannyalah suatu perintah hukuman berat bagi tukang-tukang sihir yang telah dikumpulkan dari seluruh negeri Mesir dengan susah payah itu, “(Oleh sebab itu) Sesungguhnya akan aku potongi tangan-tangan kamu dan kaki-kaki kamu secara bersilang." Artinya jika tangan yang dipotongi itu yang sebelah kanan, maka kaki yang akan dipotong ialah yang sebelah kiri, atau sebaliknya."Dan sesungguhnya akan aku salibkan kamu sekalian pada pangkal pohon kurma." Artinya, sesudah tangan dan kaki dipotongi secara bersilang, masing-masing mereka akan dinaikkan ke atas tiang salib yang dilekatkan di pangkal pohon kurma, lalu masing-masing diikat tangan dan kaki atau dipakukan, sehingga karena darah banyak keluar, dan kena embusan angin timbullah demam dan panaslah badan, lalu mati!
Itulah keputusan hukuman yang keluar dari mulut Fir'aun. Lalu dengan pongahnya Fir'aun menyambung kata,
“Dan sesungguhnya akan kamu ketahuilah kelak, siapa di antara kami yang lebih pedih siksaannya dan lebih kekal."
Nabi Musa selalu memberi ingat bahwa barangsiapa yang tidak mau percaya kepada Allah, maka Allah akan menyiksanya dalam neraka Jahannam. Allah akan mendatangkan adzab yang pedih. Sekarang kalian, hai tukang-tukang sihir yang khianat, yang telah meninggalkan daku dan pindah percaya kepada apa yang dikatakan Allah oleh Musa itu akan aku hukum. Tangan dan kaki dipotongi secara bersilang dan tubuh kalian sesudah dipotong akan aku perintahkan supaya disalibkan di kayu palang, lalu digantungkan di pangkal pokok kurma. Di situ baru kamu mengerti siapa di antara kami yang lebih pedih dan sakit adzab siksanya. Sayakah, Fir'aun Maharaja Diraja Mesir atau akan yang dikatakan Tuhan oleh Musa itu.
Tetapi tukang-tukang sihir itu tidaklah gentar mendengarkan ancaman yang sangat mengerikan itu. Sebab hati mereka, perasaan mereka, telah sangat berubah setelah melihat bukti bahwa sihir mereka dikalahkan oleh sesuatu kekuatan gaib yang oleh sihir macam manakah, tidaklah akan dapat dilawan dan diatasi. Mereka telah yakin bahwa tongkat memakan tali-tali dan tongkat-tongkat benar-benar kekuasaan Allah yang selalu diserukan oleh Musa itu.
Maka apabila orang telah sampai kepada sesuatu keyakinan, mereka tidak akan mele-paskannya lagi. Walaupun untuk itu nyawa mereka akan melayang. Oleh sebab itu dengan tegas.
Ayat 72
“Mereka menjawab, “Kami tidak akan mengutamakan engkau lagi, di atas dari bukti-bukti yang nyata."
Inilah satu jawaban yang tegas. Bahwa hubungan mereka telah putus dengan Fir'aun sejak mereka menyaksikan bukti-bukti kebesaran Allah itu. Mereka tidak lagi mengutamakan Fir'aun. Yang mereka utamakan sekarang ialah Kebenaran! Karena mereka telah mendapat Kebenaran itu. Mereka mulai saat itu telah mulai mendapat rahasia hidup. Bahwa hidup yang sejati itu ialah aqidah yang teguh, karena keyakinan yang telah mantap. Untuk itu, mereka bersedia menanggung segala akibat. Mereka kuatkan jawaban itu dengan sumpah di atas nama Allah."Demi yang telah menciptakan kami!" Sumpah seperti ini pun satu pukulan keras bagi jiwa Fir'aun. Lalu dengan gagah berani, dengan tidak ragu-ragu sedikit pun jua mereka tantang Fir'aun."Putuskantah apa yang akan engkau putuskan," karena engkau merasa diri berkuasa. Tidak ada orang yang akan dapat membantah.
“Sesungguhnya keputusan engkau itu hanya berlaku pada kehidupan di dunia ini saja."
Satu jawaban yang tegas. Jawaban dari iman yang mantap. Engkau boleh lakukan apa kehendakmu, hukumlah karena engkau berkuasa. Lepaskanlah dalam hatimu dengan kuasa yang ada dalam tanganmu. Engkau potong tangan dan kaki kami secara bersilang. Engkau salibkan kami di pangkal pokok kurma. Lantaran itu kami pun mati, dan hatimu telah puas, tetapi keyakinan kepada adanya Allah Yang Kuasa tidaklah akan dapat engkau ubah dengan cara demikian. Kami tidak takut menghadapi mati karena hukuman yang engkau jatuhkan, sebab dengan jalan yang lain kami pasti akan mati juga. Dengan kematian kami itu, sehingga itulah kuasamu, namun engkau tidaklah ada kekuasaan buat mencegah keyakinan orang.
Ayat 73
“Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami."
Kematian kami karena hukuman yang engkau hendak jatuhkan ini bagi kami adalah suatu kemuliaan, karena kami jadi kurban dari keyakinan hidup kami."Agar kiranya Dia mengampuni dosa-dosa kami dan apa yang telah engkau paksakan kepada kami dari hal sihir ini."
Ayat ini menunjukkan lagi bagaimana pengaruh iman itu dalam menimbulkan kesadaran diri. Selama ini mereka hanya memandang Fir'aun seperti junjungan ter tinggi yang tidak boleh dibantah, walaupun kekuasaan Fir'aun berdiri di atas kezaliman. Setelah datang kesadaran iman, insaflah mereka bahwa itu adalah dosa. Dan berbuat sihir pun adalah dosa. Sebab sihir bukanlah kejujuran, melainkan penipuan.
“Dan Allah adalah lebih baik dan lebih kekal."
Dengan jawaban seperti ini menjadi kecillah dan tidak ada arti ancaman Fir'aun kepada mereka. Fir'aun menanyakan mana
yang lebih pedih dan lebih kekal adzab yang diberikannya kepada mereka, dengan adzab Allah yang dijanjikan Musa itu. Mereka telah menjawab bahwa kuasa Fir'aun hanya sehingga hidup di dunia, sedang kekuasaan Allah lebih kekal mencapai juga kepada hidup di belakang hari. Maka kebaikan Fir'aun jika dia melimpahkan karunia kebaikan kepada orang yang setia kepadanya, tidaklah baik dan tidaklah kekal. Jika Fir'aun melimpahkan karunia dan anugerah, tidak lain hanyalah kepada orang-orang pengambil muka. Sedang harga diri si pengambil muka itu menjadi hilang dan jiwa mereka tidak bebas lagi. Suatu pangkat atau jabatan yang diterima dari Fir'aun hanya dapat dipergunakan ketika badan sehat. Setelah badan sakit, awak ditinggalkan orang. Berguna ketika masih gagah atau masih muda; setelah tua badan tercampak. Tempat kembali yang sejati hanyalah Allah jua, Tuhan Sarwa sekalian Alam.
Karena Fir'aun telah menjatuhkan hukuman dan mati sudah pasti akan menimpa, maka iman ahli-ahli sihir itu pun bertambah teguh kepada Allah dan lebih beranilah mereka menyatakan apa yang terkandung dalam hati, memberikan nasihat kepada Fir'aun yang tidak mereka pandang sebagai manusia yang agung lagi, melainkan manusia yang patut ditunjuk diajari karena sombongnya.
Mereka berkata selanjutnya,
Ayat 74
“Sesungguhnya baiangsiapa yang datang menghadap Tuhannya dalam keadaan bendosamaka sesungguhnya untuknya adalah Jahannam."
Mereka jelaskanlah dengan perkataan ini, bahwa meskipun Fir'aun di dunia ini me-mandang diri sangat penting, namun karena zalim aniaya yang dia kerjakan dalam masa kekuasaannya itu, dia hanya akan menjadi makhluk kecil yang hina, penuh dosa di sisi Allah. Dia pasti datang menghadap kepada Allah kelak guna mempertanggungjawabkan perbuatannya selama di dunia. Oleh karena hidupnya penuh dosa, nista, dan durhaka, maka Jahannamlah yang akan disediakan untuknya.
“Tidak akan merasakan mati dia di sana dan tidak pula hidup."
Tadi Fir'aun telah membanggakan diri, menyatakan mana yang lebih pedih dan kekal adzab siksaan yang akan dijatuhkannya kepada bekas-bekas tukang sihirnya itu dengan adzab yang dijanjikan oleh Tuhan Musa itu. Tantangan ini dijawab kontan oleh ahli-ahli sihir itu, bahwa kekuasaan Fir'aun hanyalah sekadar menghukum pada hidup di dunia ini saja. Bila mereka telah mati karena tangan dan kaki dipotong secara bersilang dan mereka digantungkan di pangkal pohon kurma secara tersalib, hukuman itu telah habis dan tidak kekal lagi. Sedang sesudah nyawa mereka bercerai dengan badan, ruh mereka akan kembali kepada Allah yang mereka imani; dan mereka yakin bahwa dosa mereka akan diampuni, termasuk sihir yang dikerahkan oleh Fir'aun tersebut di luar kemampuan mereka. Dan nanti satu waktu si Fir'aun pasti akan mati pula dan datang menghadap kepada Allah. Di sanalah si Fir'aun akan menerima adzab Allah yang benar-benar pedih dan kekal. Di dunia ini apabila sudah tidak terderitakan lagi, dengan maut terlepaslah orang dari kesakitannya. Tetapi adzab jahannam tidaklah mengenal maut. Terus hidup juga, namun hidup menderita. Bukan hidup sebenar hidup. Tidak langsung mati untuk lepas dari derita.
Lalu mereka bayangkan pula bagaimana nasib mereka sendiri, tukang-tukang sihir itu nanti.
Ayat 75
“Dan barangsiapa yang datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah mengamalkan yang saleh-saleh, maka mereka itu, untuk mereka itu adalah derajat-derajat yang mulia."
Inilah tambahan bayangan dari keyakinan lagi. Mereka telah berhadapan dengan maut. Tangan dan kaki akan dipotong secara bersilang dan diri masing-masing sesudah dipotongi itu akan dinaikkan ke tiang salib, namun dalam ucapan ini kelihatan nyata bagaimana tenang jiwa mereka menghadapinya dan bagaimana pula harapan mereka akan hari depan, hari akhirat yang amat cerah. Mereka telah beriman kepada Allah Yang Esa dan mereka telah berjuang menegakkan keyakinan itu dengan tidak memedulikan ancaman raja yang zalim. Itulah amal saleh yang setinggi-tingginya. Mereka yakin bahwa mereka akan mendapat derajat dan martabat yang tinggi di sisi Allah. Mereka tersenyum menghadapi masa depan yang cerah.
Ayat 76
“Yaitu surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya."
Surga ‘Adn artinya ialah surga yang kekal, tempat tinggal yang tenteram untuk selama-lamanya.
“Dan demikian itulah bayaran bagi orang yang telah mempersuci diri."
Innamal musyrikuna najasun; mempersekutukan yang lain dengan Allah adalah suatu paham yang najis, paham yang kotor, mengotori jiwa. Tauhid adalah pembersihan dan penyucian diri. Karena dengan demikianlah insan menjadi bersih dari sekalian pengaruh yang membelenggu jiwanya.
Ada ahli tafsir yang mengatakan ketiga ayat yang di belakang ini (74 sampai 76) adalah firman Allah yang terasing. Tetapi penafsir ini sepaham dengan Sayyid Quthub dalam Fi Zhilalil Al-Qur'an, bahwa kata-kata ini masih rentetan dari tumpahan rasa hati ahli-ahli sihir itu tatkala mereka telah mendengar ucapan hukuman mati dari mulut Fir'aun. Mereka tidak merasa takut sedikit jua pun lagi kepada Fir'aun. Mereka telah memandang Fir'aun itu sangat kecil. Ucapan-ucapan ini adalah ilham Allah kepada mereka, hati mereka diterangkan Allah. Karena mungkin kepercayaan akan adzab hari Kiamat itu telah ada juga dalam jiwa mereka selama ini, cuma takut menyatakannya. Sekarang tersebab iman, sebab-sebab buat takut itu tidak ada lagi.
Maka menanglah mukjizat ilahi atas sihir buatan manusia. Akhirnya menang pulalah iman atas hati tukang sihir yang tadinya kafir itu. Dan di hadapan majelis yang besar itu kelihatanlah dengan jelasnya oleh mata manusia yang berakal bahwa kekufuran telah mulai kalah.
Akan hal ahli-ahli sihir itu, langsunglah mereka menjalani hukuman. Namun kesan kematian-kematian mereka telah jadi salah satu sebab yang penting dari keruntuhan Daulat Fir'aun. lbnu Abbas mengatakan tentang mereka, “Pagi-pagi jadi tukang sihir. Petang hari jadi syuhada."