Ayat
Terjemahan Per Kata
فَأُلۡقِيَ
maka terlempar/tersungkur
ٱلسَّحَرَةُ
tukang sihir
سُجَّدٗا
bersujud
قَالُوٓاْ
mereka berkata
ءَامَنَّا
kami beriman
بِرَبِّ
dengan/kepada Tuhan
هَٰرُونَ
Harun
وَمُوسَىٰ
dan Musa
فَأُلۡقِيَ
maka terlempar/tersungkur
ٱلسَّحَرَةُ
tukang sihir
سُجَّدٗا
bersujud
قَالُوٓاْ
mereka berkata
ءَامَنَّا
kami beriman
بِرَبِّ
dengan/kepada Tuhan
هَٰرُونَ
Harun
وَمُوسَىٰ
dan Musa
Terjemahan
Lalu, para penyihir itu merunduk sujud seraya berkata, “Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.”
Tafsir
(Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud) yakni mereka bersujud kepada Allah ﷻ (seraya berkata, "Kami telah percaya kepada Rabb Harun dan Musa").
Tafsir Surat Taha: 65-70
(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata, "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) ataukah kami orang yang mula-mula melemparkan? Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melemparkan. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat.
Sesungguhnya apayang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata, "Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa. Allah ﷻ menceritakan perihal tukang-tukang sihir itu saat mereka berhadapan dengan Musa, bahwa mereka berkata kepada Musa: Apakah kamu yang melempar (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan? Musa berkata, "Silakan kamu sekalian melemparkan. (Thaha: 65-66) Yakni apakah kamu dahulu ataukah kami. Musa menjawab, "Kalianlah yang lebih dahulu melempar, agar kami dapat melihat apa sihir yang ditampilkan oleh kalian dan agar para penonton menyaksikan dengan mata kepala mereka perbuatan sihir kalian." Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. (Thaha: 66) Di dalam ayat yang lain disebutkan bahwa saat para ahli sihir itu melemparkan apa yang ada di tangan mereka, mereka mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mereka berkata, "Demi kekuasaan Firaun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang. (Asy-Syu'ara: 44) mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). (Al-A'raf: 116) Sedangkan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. (Thaha: 66) Demikian itu karena mereka memasukkan air raksa ke dalamnya yang menyebabkannya dapat bergerak dan bergetar serta melompat-lompat sehingga kelihatan pada pandangan mata seakan-akan tali-tali dan tongkat-tongkat para ahli sihir itu bergerak dengan sendirinya.
Padahal kenyataannya hal itu hanyalah semata-mata tipu muslihat belaka. Para ahli sihir sangat banyak jumlahnya dan masing-masing dari mereka melemparkan tongkat dan talinya sehingga lembah itu penuh dengan ular ciptaan sihir mereka, sebagian darinya bertumpang tindih dengan sebagian lainnya. Firman Allah ﷻ: Maka Musa merasa takut dalam hatinya. (Thaha: 67) Yakni Musa merasa takut bila orang-orang teperdaya oleh ilmu sihir mereka sehingga mereka terfitnah karenanya.
Hal itu terjadi sebelum Musa melemparkan tongkat yang ada di tangannya. Kemudian saat itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Musa yang memerintahkan kepadanya agar melemparkan tongkat yang ada di tangannya. Setelah tongkat itu dilemparkan, tiba-tiba ujudnya berubah menjadi ular naga yang sangat besar, berkaki, berleher, dan bertaring. Kemudian ular naga itu menelan semua yang diperbuat oleh tukang-tukang sihir sehingga tiada satu pun darinya yang tersisa.
Sedangkan para ahli sihir dan para penonton menyaksikan hal tersebut dengan mata kepala sendiri secara jelas dan gamblang. Akhirnya mukjizat dapat mengalahkan sihir, dan menanglah bukti yang di bawa oleh Musa, sedangkan kebatilan yang dibawa oleh para ahli sihir itu kalah. Allah ﷻ menceritakan kejadian ini melalui firman-Nya: Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Thaha: 69) -" ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mu'az (menurut dugaanku dia adalah As-Saig), dari Al-Hasan, dari Jundub ibnu Abdullah Al-Bajali yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila kalian menangkapnya yakni penyihir, maka bunuhlah dia oleh kalian.
Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Thaha: 69) Nabi ﷺ bersabda menjelaskannya, "Orang tukang sihir itu tidaklah beriman, di mana pun ia berada." Asal dari hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi secara mauquf dan marfu'. Setelah tukang sihir itu menyaksikan hal tersebut dengan mata kepala mereka sendiri, sedangkan mereka adalah orang-orang yang mempunyai pengalaman yang mendalam dalam ilmu sihir dan berbagai macam aliran serta jenis-jenisnya, maka mereka mengetahui dengan yakin bahwa apa yang didatangkan oleh Musa ini bukan termasuk ke dalam ilmu sihir dan tipu muslihat pandangan mata, dan bahwa hal tersebut adalah nyata dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Tiada seorang pun yang mampu melakukan demikian kecuali mendapat izin dari Tuhan yang bila menghendaki sesuatu, Dia hanya mengatakan, "Jadilah kamu," lalu terjadilah ia. Maka pada saat itu juga para ahli sihir menyungkur bersujud kepada Allah ﷻ dan mereka mengatakan, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhannya Musa dan Harun." Ibnu Abbas dan Abid ibnu Umair mengatakan bahwa para ahli sihir itu pada pagi harinya masih berstatus sebagai tukang sihir, kemudian di petang harinya mereka menjadi para syuhada yang benar-benar berbakti.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan, mereka berjumlah delapan puluh ribu orang. Al-Qasim ibnu Abu Buzzah mengatakan bahwa jumlah mereka ada tujuh puluh ribu orang. Menurut As-Saddi, jumlah mereka terdiri atas tiga puluh ribu lebih beberapa ribu orang. As-Sauri telah meriwayatkan dari Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abu Tamamah, bahwa para ahli sihir Fir'aun berjumlah sembilan belas ribu orang.
Menurut Muhammad ibnu Ishaq jumlah mereka ada lima belas ribu orang. Ka'b Al-Ahbar mengatakan bahwa jumlah mereka ada dua belas ribu orang. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnu Waqid, dari ayahnya, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa para ahli sihir Fir'aun terdiri atas tujuh puluh orang; pada pagi harinya mereka masih menjadi tukang sihir, kemudian pada petang harinya mereka menjadi syuhada (karena dihukum mati oleh Fir'aun).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Musayyab ibnu Wadih di Mekah, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak yang mengatakan, "Al-Auza'i pernah menceritakan bahwa setelah para ahli sihir menyungkur bersujud, maka ditampakkanlah surga kepada mereka sehingga mereka dapat menyaksikannya dengan mata kepala mereka sendiri." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Salam, bahwa telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah ibnu Salman, dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud. (Thaha: 70) Bahwa mereka melihat kedudukan mereka (di surga) dalam sujud mereka.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan Al-Qasim ibnu Abu Buzzah."
Setelah melihat ular-ular hasil sihir mereka ditelan oleh ular yang berasal dari tongkat Nabi Musa, lalu para penyihir itu ditiarapkan oleh rasa takut pada Allah dan kagum pada kehebatan mukjizat Nabi Musa. Mereka segera merunduk bersujud kepada Tuhan Yang Maha Esa seraya berkata, 'Kami telah percaya dan beriman kepada Tuhan Harun dan Musa. '71. Fir'aun murka melihat kekalahan dan keimanan para penyihirnya. Dia berkata, 'Wahai para penyihir, apakah kamu telah beriman kepadanya, yaitu kepada Nabi Musa, sebelum aku memberi izin kepadamu' Sesungguhnya dia itu pemimpinmu. Dia tidak lebih dari sekadar penyihir pandai yang mengajarkan sihir kepadamu. Dengan beriman, kamu telah melakukan makar dan melanggar janji setiamu kepadaku, maka sungguh, aku akan memotong tangan kanan dan kaki kiri kamu secara bersilang, dan sungguh akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma. Akan aku gantung tubuh-tubuhmu dan aku ikat kaki dan tanganmu di sana agar
orang-orang tahu hukuman bagi orang yang melanggar perintahku. Dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita, di antara aku dan Tuhan Nabi Musa, yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya. '
.
Di dalam ayat ini dikisahkan bahwa setelah Musa melemparkan tongkat yang ada di tangan kanannya, tongkat itu menjadi ular besar dan menelan semua apa yang diperbuat ahli-ahli sihir Firaun. Ahli-ahli sihir Firaun setelah melihat keagungan kejadian itu, dan mengetahui bahwa apa yang diperbuat Musa itu, bukanlah sihir, melainkan mukjizat, bukan berasal dari ilmu-ilmu sihir yang mereka ketahui, dan bukan pula tipu daya yang mereka kenal, dan itu adalah kebenaran yang tidak dapat diragukan, serta tidak ada yang dapat melakukan seperti itu, kecuali yang mempunyai kekuasaan yang apabila Dia menghendaki sesuatu, cukup mengatakan, "jadilah," maka jadilah sesuatu itu; mereka segera menyungkurkan diri, bersujud disertai ikrar bahwa mereka telah beriman kepada Tuhan seluruh alam. Tuhan Musa dan Harun.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 66
“Berkata (Musa), “Bahkan kamu sekalianlah melemparkan lebih dahulu."
Itulah permintaan Musa kepada mereka. Biarlah mereka yang melemparkan barang-barang sihirnya lebih dahulu. Permintaan Musa itu mereka kabulkan dan mereka lemparkanlah alat-alat sihir itu, yaitu beratus utas tali, beratus potong tongkat; semuanya mereka lemparkan ke bumi."Tiba-tiba tali-tali mereka dan tongkat-tongkat mereka,"yang mereka lemparkan ke bumi itu, “terbayang kepadanya" yaitu kepada Musa.
“karena sihir mereka, seakan-akan semuanya benjolan" — atau menjalar.
Di dalam ayat 116 surah al-A'raaf juz' 9 dikatakan,
“Mereka sihir mata manusia (atau mereka sulap)." (al-A'raaf: 116)
PERTANTANGAN MUSA DENGAN AHLI SIHIR
Ayat 65
“Mereka berkata, “Hai Musa! Atau engkau yang akan melemparkan, atau kami yang terlebih dahulu."
Yaitu setelah mereka bulat kata kembali, sehabis diperingatkan bahwa pada kemenangan yang sekali ini ditentukan nasib mereka di belakang hari, akan menjadi orang-orang yang terdekat kepada sang raja jika menang, atau menjadi orang yang hina kalau
Di dalam berbagai tafsir disebutkan pula bahwa tali-tali dan tongkat-tongkat itu mereka cat dengan air cat berupa air emas atau air perak sehingga kalau kena cahaya matahari semuanya seakan-akan menjalar. Kita pun kerapkali melihat ular-ularan permainan kanak-kanak buatan Jepang yang sepintas lalu dapat menimbulkan cemas orang, karena menyangka bahwa ular betul-betul.
Ayat 67
“Maka timbullah dalam dirinya rasa kecemasan, Musa itu."
Dalam menerjemahkan ayat ini kita turuti saja susunan ayat; timbullah rasa cemas atau rasa takut dalam hatinya! Siapa? Yaitu Nabi Musa.
Ketika menafsirkan Qishshah ini yang tersebut di dalam surat al-A'raaf (Juz 16) kita telah menyatakan pendapat, bahwa mungkin ketakutan Musa itu bukan gentar untuk dirinya sendiri. Melainkan merasa takut kalau-kalau orang banyak yang menghadiri tontonan yang hebat itu akan terpengaruh melihat tali-tali dan tongkat-tongkat telah seakan-akan menjalar. Dia takut kaiau-kalau iman orang yang telah mulai beriman akan goyang kembali. Tentu saja Fir'aun sendiri telah berbesar hati karena menyangka bahwa usaha tukang-tukang sihirnya telah berhasil.
Kemudian kita lihatlah penafsiran dari Ibnu Katsir. Beliau pun menafsirkan seperti itu pula. Kata Ibnu Katsir, “Beliau takut manusia akan terpengaruh oleh sihir mereka itu dan tertipu sebelum dia melemparkan atau menjatuhkan pula apa yang dalam tangannya."
Ayat 68
“Kami pun benfinman (Yaitu Attah), “Janganlah engkau takut."
Artinya janganlah engkau takut atau cemas manusia akan terpengaruh oleh sihir yang hanya menyihir mata manusia atau menimbulkan khayat yang bukan-bukan itu.
“Sesungguhnya engkaulah yang akan paling di atas"
Semuanya itu pasti akan engkau kalahkan dan engkau akan mengatasi semuanya dan me-lebihi semuanya sehingga tidak akan berkutik lagi.
Ayat 69
“Danjatuhkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya dia akan menelan apa yang mereka perbuat."
Janganlah engkau takut, atau cemas atau gentar melihat perbuatan mereka itu semuanya. Walaupun tali-tali dan tongkat-tongkat itu kelihatan sepintas lalu telah seakan-akan menjalar di atas bumi, serupa ular yang bernyawa, namun semuanya itu kecil belaka, komidi dan sulap saja tidak lebih. Tetapi yang engkau pegang dengan tangan kananmu itu adalah lebih besar dan dahsyat. Semua sihir dan sulap itu akan habis ditelannya. Menurut yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsir, setelah tongkat yang dipegangnya dengan tangan kanannya itu dilemparkannya ke bumi, dia pun menjelma menjadi seekor ular besar, ular piton. Dia menjalar dengan dahsyat dan mengerikan di seluruh tanah lapang itu, mengejar dan melahap memakan sekalian tongkat, sekalian tali yang bergerak-gerak seakan-akan bernyawa tetapi tidak bernyawa itu. Kata Ibnu Katsir selanjutnya, “Sedang tukang-tukang sihir itu dan orang banyak melihat semuanya itu dengan mata kepala sendiri di siang hari bolong.
Maka berdirilah mukjizat dan jelaslah kesaksian dan tegaklah kebenaran dan tersungkur hancurlah kepalsuan sihir." Demikian Ibnu Katsir. Dan tepatlah bunyi sambungan ayat, “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu hanyalah tipu daya tukang sihir." Tipu daya tukang sihir adalah kecepatan menipunya, menyulap belaka. Orang bisa terpesona sementara, tetapi penipuan itu lambat-laun akan ketahuan juga. Pada penutup ayat berfirman Allah memberi kepastian dan tuntunan bagi manusia jadi pedoman pada tiap-tiap zaman. Firman Allah itu ialah
“Dan tidaklah akan menang tukang sihir itu dari mana pun datangnya."
Niscaya runtuh dan hancurlah tipu daya sihir bila berhadapan dengan mukjizat. Sebagai kita ketahui, arti mukjizat ialah lemah akal memikirkannya.
Dia adalah suatu kenyataan, tetapi akal jadi heran, karena tidak mengetahui sebab dan akibatnya. Karena setelah tongkat itu memakan habis segala tongkat-tongkat dan tali-tali itu, sampai bersih seluruh lapangan darinya, Nabi Musa segera mengambil tongkat itu kembali. Baru saja tersinggung ke tangan Nabi Musa, ular piton itu kembali kepada keadaannya semula, jadi tongkat Di pegang kembali oleh Musa dengan tangan kanannya, sedang beratnya tidak bertambah, padahal begitu banyak tali dan tongkat yang masuk ke dalam dirinya.
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “Setelah tukang-tukang sihir itu melihat dan menyaksikan sendiri kejadian yang amat ajaib itu, padahal mereka adalah orang-orang yang ahli belaka tentang sekalian rahasia sihir dan tipu dayanya, jalannya, dan cara-caranya, tahulah mereka sampai menjadi ilmuiyaqin bahwa yang diperlihatkan Musa itu bukanlah sihir dan bukanlah helah tipu daya. Ini adalah Kebenaran tidak dapat diragukan. Tidak ada satu manusia pun yang akan sanggup berbuat begini. Yang sanggup berbuat begini pastilah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu, yang jika disuruhnya jadi, niscaya akan terjadi. Setelah beberapa saat mereka kagum terpesona, tiba-tiba sujudlah mereka semuanya.
Inilah yang diterangkan pada ayat selanjutnya,
Ayat 70
“Maka tersungkurlah tukang-tukang sihir itu dalam keadaan bersujud."
Mereka tersungkur sujud semuanya, dengan tidak ada seorang pun yang menganjurkan. Mereka pun tersungkur sujud semuanya dengan tidak siapa pun yang kuasa melarangnya. Sujud dari karena keinsafan mereka sendiri.
“Seraya mereka berkata, “Percayatah kami kepada Tuhan Hawn dan Musa itu."
Niscaya sangatlah murka Fir'aun melihat sikap tukang-tukang sihir yang sangat diharap-kannya akan dapat mengalahkan Musa itu. Di muka satu pertemuan besar, dihadiri beribu-ribu orang, sihir mereka telah dapat di kalahkan demikian rupa. Dan mereka tunduk, sujud, mengaku kalah. Alangkah malu Fir'aun dibuatnya. Apatah lagi tukang-tukang sihir adalah orang-orang terkemuka dalam kaumnya. Kalau mereka yang mendahului sujud kepada Allah yang dipuja Musa dan Harun, tentulah orang banyak, terutama Bani Israil, akan bertambah lekat dan dekat hatinya kepada Musa, dan akan bertambah jauh Fir'aun.
Sebab itu maka kemurkaannya dicurah-kannya dengan perkataan-perkataan selanjutnya.