Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُواْ
mereka berkata
يَٰمُوسَىٰٓ
wahai musa
إِمَّآ
apakah
أَن
bahwa
تُلۡقِيَ
kamu akan melemparkan
وَإِمَّآ
dan/atau apakah
أَن
bahwa
نَّكُونَ
kami adalah
أَوَّلَ
pertama/mula-mula
مَنۡ
orang
أَلۡقَىٰ
melemparkan
قَالُواْ
mereka berkata
يَٰمُوسَىٰٓ
wahai musa
إِمَّآ
apakah
أَن
bahwa
تُلۡقِيَ
kamu akan melemparkan
وَإِمَّآ
dan/atau apakah
أَن
bahwa
نَّكُونَ
kami adalah
أَوَّلَ
pertama/mula-mula
مَنۡ
orang
أَلۡقَىٰ
melemparkan
Terjemahan
Mereka (para penyihir) berkata, “Wahai Musa, apakah engkau yang melemparkan (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melemparkannya?”
Tafsir
(Mereka berkata, "Hai Musa!) Pilihlah (apakah kamu yang melemparkan dahulu) tongkatmu (atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?") tongkat.
Tafsir Surat Taha: 65-70
(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata, "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) ataukah kami orang yang mula-mula melemparkan? Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melemparkan. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat.
Sesungguhnya apayang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata, "Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa. Allah ﷻ menceritakan perihal tukang-tukang sihir itu saat mereka berhadapan dengan Musa, bahwa mereka berkata kepada Musa: Apakah kamu yang melempar (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan? Musa berkata, "Silakan kamu sekalian melemparkan. (Thaha: 65-66) Yakni apakah kamu dahulu ataukah kami. Musa menjawab, "Kalianlah yang lebih dahulu melempar, agar kami dapat melihat apa sihir yang ditampilkan oleh kalian dan agar para penonton menyaksikan dengan mata kepala mereka perbuatan sihir kalian." Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. (Thaha: 66) Di dalam ayat yang lain disebutkan bahwa saat para ahli sihir itu melemparkan apa yang ada di tangan mereka, mereka mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mereka berkata, "Demi kekuasaan Firaun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang. (Asy-Syu'ara: 44) mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). (Al-A'raf: 116) Sedangkan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat lantaran sihir mereka. (Thaha: 66) Demikian itu karena mereka memasukkan air raksa ke dalamnya yang menyebabkannya dapat bergerak dan bergetar serta melompat-lompat sehingga kelihatan pada pandangan mata seakan-akan tali-tali dan tongkat-tongkat para ahli sihir itu bergerak dengan sendirinya.
Padahal kenyataannya hal itu hanyalah semata-mata tipu muslihat belaka. Para ahli sihir sangat banyak jumlahnya dan masing-masing dari mereka melemparkan tongkat dan talinya sehingga lembah itu penuh dengan ular ciptaan sihir mereka, sebagian darinya bertumpang tindih dengan sebagian lainnya. Firman Allah ﷻ: Maka Musa merasa takut dalam hatinya. (Thaha: 67) Yakni Musa merasa takut bila orang-orang teperdaya oleh ilmu sihir mereka sehingga mereka terfitnah karenanya.
Hal itu terjadi sebelum Musa melemparkan tongkat yang ada di tangannya. Kemudian saat itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Musa yang memerintahkan kepadanya agar melemparkan tongkat yang ada di tangannya. Setelah tongkat itu dilemparkan, tiba-tiba ujudnya berubah menjadi ular naga yang sangat besar, berkaki, berleher, dan bertaring. Kemudian ular naga itu menelan semua yang diperbuat oleh tukang-tukang sihir sehingga tiada satu pun darinya yang tersisa.
Sedangkan para ahli sihir dan para penonton menyaksikan hal tersebut dengan mata kepala sendiri secara jelas dan gamblang. Akhirnya mukjizat dapat mengalahkan sihir, dan menanglah bukti yang di bawa oleh Musa, sedangkan kebatilan yang dibawa oleh para ahli sihir itu kalah. Allah ﷻ menceritakan kejadian ini melalui firman-Nya: Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Thaha: 69) -" ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Musa Asy-Syaibani, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mu'az (menurut dugaanku dia adalah As-Saig), dari Al-Hasan, dari Jundub ibnu Abdullah Al-Bajali yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila kalian menangkapnya yakni penyihir, maka bunuhlah dia oleh kalian.
Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Thaha: 69) Nabi ﷺ bersabda menjelaskannya, "Orang tukang sihir itu tidaklah beriman, di mana pun ia berada." Asal dari hadis ini telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi secara mauquf dan marfu'. Setelah tukang sihir itu menyaksikan hal tersebut dengan mata kepala mereka sendiri, sedangkan mereka adalah orang-orang yang mempunyai pengalaman yang mendalam dalam ilmu sihir dan berbagai macam aliran serta jenis-jenisnya, maka mereka mengetahui dengan yakin bahwa apa yang didatangkan oleh Musa ini bukan termasuk ke dalam ilmu sihir dan tipu muslihat pandangan mata, dan bahwa hal tersebut adalah nyata dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Tiada seorang pun yang mampu melakukan demikian kecuali mendapat izin dari Tuhan yang bila menghendaki sesuatu, Dia hanya mengatakan, "Jadilah kamu," lalu terjadilah ia. Maka pada saat itu juga para ahli sihir menyungkur bersujud kepada Allah ﷻ dan mereka mengatakan, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhannya Musa dan Harun." Ibnu Abbas dan Abid ibnu Umair mengatakan bahwa para ahli sihir itu pada pagi harinya masih berstatus sebagai tukang sihir, kemudian di petang harinya mereka menjadi para syuhada yang benar-benar berbakti.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan, mereka berjumlah delapan puluh ribu orang. Al-Qasim ibnu Abu Buzzah mengatakan bahwa jumlah mereka ada tujuh puluh ribu orang. Menurut As-Saddi, jumlah mereka terdiri atas tiga puluh ribu lebih beberapa ribu orang. As-Sauri telah meriwayatkan dari Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abu Tamamah, bahwa para ahli sihir Fir'aun berjumlah sembilan belas ribu orang.
Menurut Muhammad ibnu Ishaq jumlah mereka ada lima belas ribu orang. Ka'b Al-Ahbar mengatakan bahwa jumlah mereka ada dua belas ribu orang. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ali ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnu Waqid, dari ayahnya, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa para ahli sihir Fir'aun terdiri atas tujuh puluh orang; pada pagi harinya mereka masih menjadi tukang sihir, kemudian pada petang harinya mereka menjadi syuhada (karena dihukum mati oleh Fir'aun).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Musayyab ibnu Wadih di Mekah, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak yang mengatakan, "Al-Auza'i pernah menceritakan bahwa setelah para ahli sihir menyungkur bersujud, maka ditampakkanlah surga kepada mereka sehingga mereka dapat menyaksikannya dengan mata kepala mereka sendiri." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Salam, bahwa telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abdullah ibnu Salman, dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud. (Thaha: 70) Bahwa mereka melihat kedudukan mereka (di surga) dalam sujud mereka.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan Al-Qasim ibnu Abu Buzzah."
Begitu para penyihir berhadapan dengan Nabi Musa, mereka berkata, 'Wahai Musa! Apakah engkau yang melemparkan lebih dulu untuk menun-jukkan kemampuanmu, atau kami yang lebih dahulu melemparkan''66. Dia berkata, 'Silakan kamu melemparkan lebih dulu!' Para penyihir itu lantas melemparkan alat sihir mereka ke tengah arena, maka tiba tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya seakan-akan menjadi ular yang merayap dengan cepat, karena sihir mereka.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa setelah ahli-ahli sihir Firaun merasa telah cukup persiapannya, telah lengkap segala persediaannya, datanglah mereka ke tempat pertandingan yang telah ditentukan dengan berbaris rapi. Setelah mereka berhadapan dengan Musa, mereka memberikan pilihan agar Musa memilih, apakah Musa lebih dahulu melemparkan tongkat? Ataukah para ahli sihir yang lebih dahulu melemparkannya? Tindakan ahli-ahli sihir ini adalah satu kebijaksanaan yang mewujudkan adab yang baik dan tawadu mereka kepada Musa, seakan-akan mereka mendapat ilham dari Allah. Musa setelah berpikir sejenak lalu memilih supaya merekalah yang lebih dahulu melemparkan tongkat mereka, dengan pertimbangan bahwa kalau-kalau ahli-ahli sihir telah mendemonstrasikan sihirnya dengan kesungguhan dan kesanggupannya, pada waktu itulah nanti Allah akan memperlihatkan kekuasaan-Nya, dengan memenangkan yang hak atas yang batil, memenangkan mukjizat atas ilmu sihir dan lenyaplah sihir yang batil itu. Sesuai dengan firman Allah:
Sebenarnya Kami melemparkan yang hak (kebenaran) kepada yang batil (tidak benar) lalu yang hak itu menghancurkannya, maka seketika itu (yang batil) lenyap. (al-Anbiya`/21: 18).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
FIR'AUN MENGUMPULKAN TUKANG SIHIR
Di ayat yang akan datang ini diterangkan bagaimana sikap Fir'aun menyambut seruan Nabi Musa dan Harun itu.
Ayat 56
“Dan sesungguhnya telah Kami perlihatkan kepadanya ayat-ayat Kami semuanya."
Artinya bahwa Musa telah menjelaskan dakwah itu kepada Fir'aun menurut yang dititahkan oleh Allah. Dia telah membawakan sikap yang lemah lembut dengan harapan dia akan sadar, dia akan ingat dan timbul takutnya akan kebesaran Allah. Musa telah menjelaskan dan menyadarkan tentang Kemahakuasaan Ilahi pencipta langit dan bumi, penurunkan hujan dari langit, menyuburkan bumi. Allah telah memberi bentuk bagi masing-masing insan dengan kudrat iradatnya. Dan itu pun dikuatkan dengan mukjizat; tongkat dapat menjelma jadi ular, dan cahaya bisa memancar dari telapak tangan Musa. Tetapi Fir'aun tidak juga mau menerima.
“Namun dia masih mendustakan dan enggan."
Dia tidak mau percaya, dia tidak mau menerima. Dia masih saja yakin akan kebesaran diri dan kekuasaannya. Segala seruan yang
mencoba mengusik pendiriannya itu dipandangnya adalah memusuhi dirinya. Oleh sebab itu maka mukjizat yang dipertunjukkan Nabi Musa di hadapannya itu dipandangnya sihir belaka.
Ayat 57
“Dia berkata, Apakah engkau datang kepada kami karena hendak mengeluarkan kami dari tanah kami dengan sihir engkau, hai Musa."
Kalau kita pandangi secara modern penolakan Fir'aun ini ialah bahwa dia meng-anggap bahwa anjuran yang dibawa Nabi Musa itu terang hendak “mengeluarkan kami dari tanah kami", atau “hendak menurunkan kami dari singgasana kami", atau “hendak mencopot kami dari kekuasaan kami". Sebab kerajaan ini didirikan ialah dengan dasar menuhankan kepala negara, bahwa raja itu adalah tuhan yang mahakuasa, apa perintahnya tidak boleh ditolak, apa titahnya mesti dilaksanakan. Kalau wibawa raja yang seperti itu diganggu gugat, alamat akan runtuhlah kerajaan. Kalau diakui bahwa ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi dari kekuasaan Fir'aun, walaupun yang disebut kekuasaan tertinggi dari Yang Mahakuasa atas Alam, artinya ialah meletakkan Fir'aun sendiri di bawah kuasa itu. Dan ini tidak bisa diterima sama sekali. Barangsiapa yang menganjur-anjurkan pelajaran seperti ini berarti antipemerintah Fir'aun. Berarti musuh.
Karena Fir'aun merasa bahwa dirinya masih di puncak kekuasaan dan dia ingat bahwa Musa itu pernah hidup dalam istananya, di bawah naungan kuasanya, atau anak semang yang dia besarkan, itulah sebabnya dia bertanya berterus terang seperti itu, “Apakah maksudmu hendak mengusirku dari negeriku ini?"
Ayat 58
“Maka kami pun pasti akan mendatangkan pula kepada engkau dengan sihir semacam itu."
Di pangkal ayat ini Fir'aun menunjukkan tidak mau mengertinya akan ayat-ayat atau mukjizat tanda kebesaran Allah yang diperlihatkan Musa. Dia menyangka bahwa itu hanyalah sihir saja. Maka dia pun merasa bahwa kekuasaannya yang begitu besar akan sanggup mengalahkan sihir Musa itu. Itu sebabnya dia berkata bahwa dia pun sanggup memperlihatkan pula sihir semacam itu, bahkan dapat mengalahkan sihir Musa itu:
“Kanena itu perbuatlah di antara kami dan di antara engkau suatu perjanjian yang tidak akan kita mungkiri, tidak kami dan tidak engkau, di sesuatu tempat yang di tengah."
Ayat 59
“(Musa) menjawab, “Perjanjian dengan kamu ialah di hari raya."
Dengan jawaban demikian artinya Musa menyanggupi. Bahkan dialah yang menentukan harinyayaumoz-z/mj/j.yangarti harfiahnya ialah hari perhiasan, hari seluruh kota dihiasi dan orang dengan sendirinya akan berduyun-duyun keluar dari rumah masing-masing menyambut hari itu. Kita artikan hari raya!
“Dan bahwa dikumpulkan manusia di sepenggalah malahan naik."
Artinya Musalah sendiri yang menentukan harinya, yaitu di waktu orang ramai berhari raya. Dia pula yang menentukan saat atau waktunya, yaitu di waktu Dhuha, sepanggalah matahari naik di antara pukul delapan dan pukul sembilan pagi. Yaitu ketika manusia-manusia yang datang meramaikan Hari Raya berkerumun-kerumun itu sedang segar dan hari belum panas benar. Niscaya dengan demikian orang akan bertambah tertarik melihat pertandingan sihir itu.
Ayat 60
“Maka Fir'aun pun meninggalkan tempat itu."
Kalau Fir'aun waktu itu sedang duduk di atas singgasana dan mahligai keemasannya, dan Musa sedang berdiri berhadapan dengan dia, maka Fir'aun meninggalkan tempat itu ialah dengan segeranya dia berdiri dari kursi keemasannya itu dan undur ke ruang dalam istana. Sudah menjadi adat raja-raja sejak zaman purbakala, bahwa apabila seorang raja telah undur ke ruang dalam istana artinya majelis pun bersurai, atau bubar dan masing-masing hadirin pun sudah boleh meninggalkan ruang balairungsari tempat menjunjung duli itu."Lalu dikumpulkan tipu dayanya." Atau diaturnya siasatnya, dikumpulnya ahli-ahli bicara, orang-orang besar istana untuk mem-perkatakan bagaimana caranya siasat yang harus diatur agar sihir Musa ini dapat dikalahkan. Maka dikirimlah utusan ke segala pelosok negeri guna menjemput dan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang ternama, yang semuanya akan dikerahkan untuk menghancurkan sihir Musa itu, sampai Musa jatuh air mukanya di hadapan majelis orang banyak dan hilanglah kepercayaan orang kepadanya,
Berbagilah riwayat ahli tafsir tentang banyaknya ahli sihir yang disuruh berkumpul ke istana untuk kelaknya dengan sekali pukul menghancurkan sihir Musa itu.
“Kemudian dia pun datang!"
Artinya tidak berapa lama kemudian hari yang telah ditentukan yaitu hari raya pun datanglah dan rakyat pun telah datang pula berduyun-duyun dan tukang-tukang sihir pun telah pula berkumpul ke tempat itu saat yang ditentukan di sepenggalah matahari naik. Musa pun telah hadir dengan penuh kepercayaan kepada diri sendiri, karena percaya akan bantuan dan perlindungan Allah.
Setelah berhadap-hadapan antara Musa dan tukang-tukang sihir itu, di hadapan Fir'aun yang duduk di atas singgasananya:
Ayat 61
“Berkata Musa kepada mereka, “Celaka kamu! Janganlah kamu mengada-adakan atas Allah suatu kedustaan niscaya kamu dicelakakan-Nya dengan adzab."
Mulai saja berhadapan Musa telah menunjukkan kelebihan dan ketinggian jiwanya karena kedatangannya adalah atas perintah dan utusan dari Allah. Kalian ini akan celaka semua, katanya. Karena sihir apa pun yang akan kalian keluarkan, semuanya itu adalah kebohongan dan kepalsuan belaka. Kalau ini akan kalian teruskan, pastilah adzab siksaan Allah akan menimpa diri kalian semuanya. Seakan-akan dia berkata, bahwa kalian akan sia-sia menantang dan melawan saya. Saya ini bersikap adalah atas kehendak Allah, padahal kalian hanyalah hamba sahaya, budak-budak dan orang-orang suruhan dari Fir'aun.
“Dan sesungguhnya sangat rugilah orang yang suka mengada-ada."
Akan rugi harta, rugi tenaga, karena pasti tidak berhasil dan pasti kalah berhadapan dengan kudrat iradat Allah ﷻ
Ayat 62
“Maka benbantah-bantahanlah mereka di antara mereka tentang unusan mereka itu."
Artinya, bahwa setelah mendengar perkataan Nabi Musa yang lantang, terus terang, dan penuh keyakinan itu, timbullah perbantahan di antara tukang-tukang sihir itu sendiri. Menjadi bukti bahwa tidaklah semua mereka yakin benar akan sekas sihirnya. Mungkin telah ada di antara mereka yang sebanyak itu yang telah mendengar berita bahwa tongkat Musa dapat menjelma menjadi ular dan menjalar di tanah dengan menggeleng-geleng yang menimbulkan takut. Dan mungkin pula ada di antara mereka yang telah mendengar bahwa jika telapak tangan kanan Musa dimasukkannya ke dalam ketiak kirinya dan dikeluarkannya kembali dia akan memancarkan sinar cahaya yang ajaib. Sebab itu maka timbul perbantahan di antara mereka, akan diteruskan jugakah melawan Musa ini.
“Dan mereka merahasiakan pencakupan."
Seakan-akan dapatlah kita lihat dalam mata khayat kita apa yang diungkapkan dalam ayat ini. Setelah mendengar teguran Musa yang begitu jelas dan yakin, mereka timbul ragu. Mereka pecah pikiran sesama sendiri, sehingga timbul perbantahan. Tetapi karena Musa hadir Fir'aun pun menyaksikan, perbantahan terpaksa tidak keras-keras, malahan sambil berbisik-bisik, setengah rahasia. Dan dapat kita khayatkan juga bahwa orang banyak yang telah berduyun berkumpul pun hening melihat peristiwa itu.
Akhirnya dapatlah mereka dipersatukan kembali dengan peringatan beberapa orang di antara mereka, yaitu orang-orang yang terdekat kepada Fir'aun atau orang-orang yang ditugaskan oleh Fir'aun buat membujuk mereka. Di dalam surat al-A'raaf ayat 114 dan surat asy-Syu'araa' ayat 42 ada dijelaskan janji bujukan untuk mereka asal mau melawan sihir Musa itu, bahwa mereka akan dijadikan “al-Muqarrabin" yaitu orang-orang yang terdekat ke istana.
Ayat 63
“Mereka berkata, Tidak lain kedua orang ini hanyalah dua tukang sihir yang hendak mengusir kamu dari tanah kamu dengan sihir keduanya"
Inilah salah satu siasat yang dipakai oleh Fir'aun dan kaki tangan kekuasaannya buat melumpuhkan lawannya. Dibuatnya fitnah dan ditafsirkan dengan cara yang lain. Tidak dibuka-buka dan tidak hendak dipedulikan apa maksud yang sejati dari kedatangan utusan Allah yang bernama Musa dan Harun itu. Disebarkan saja berita bahwa keduanya adalah tukang sihir dengan maksud tertentu. Yaitu hendak mengusir kamu dari tanah kamu, atau dari tanah air kamu.
“Dan keduanya hendak melenyapkan cara hidup kamu yang utama."
Ditanamkanlah rasa kebencian kepada kedua utusan Allah itu. Hendak mengusir kamu dari tanah kamu, artinya hendak merebut kekuasaan dari tangan kamu. Padahal yang di-“kamu"-kan itu belumlah pernah selamanya menikmati hidup mewah di atas tanahnya. Yang mewah hanya Fir'aun dengan para pembantunya. Dikatakan pula bahwa kedua tukang sihir itu hendak melenyapkan cara hidup kamu yang utama. Yaitu bahwa kalau Fir'aun yang berkuasa, kalian boleh berkehendak hati, tidak ada yang akan terlarang, asal kalian taat setia kepada Fir'aun. Tetapi kalau sihir kedua orang ini yang menang, sudah banyak yang akan dilarang. Bermegah-megah tidak boleh lagi. Berharta banyak tidak boleh lagi.
Ayat 64
“Sebab itu kumpulkanlah segala tipu daya kamu."
Kumpulkan segala kepandaian segala sihir, segala mantra-mantra, segala kepandaian dan kelicikan, kumpulkan semuanya jadi satu."Dan datanglah dengan berbaris." Artinya hendaklah serentak mengambil sikap, jangan berpecah dan bertindak sendiri-sendiri, dan sekali-kali jangan ada yang ragu menghadapi kedua tukang sihir ini. Maju serentak
“Dan sesungguhnya akan berbahagialah pada hari ini barangsiapa yang menang."
Perkataan ini pun telah menunjukkan bahwa pihak istana telah mengerti juga bahwa hari ini memanglah hari yang menentukan. Barangsiapa yang menang dalam pertandingan sihir ini, di hari ini, menanglah dia buat seterusnya, dan kalau kalah, hancurlah buat seterusnya. Tetapi Fir'aun dan orang-orang besarnya yakin benar bahwa merekalah yang akan menang!
Manakah boleh tujuh puluh dua tukang sihir (menurut riwayat dari Ibnu Abbas, yaitu jumlah yang paling sedikit dari beberapa riwayat. Sedang Ibnu al-Munkadir 80.000 banyaknya). Mana boleh dua orang akan menang menghadapi tujuh puluh dua orang pilihan yang didatangkan dari seluruh negeri? Sebab itu Fir'aun memperhitungkan bahwa kemenangan di hari ini adalah kebahagiaan yang selanjutnya. Pertama Kerajaan Fir'aun tidak dapat ditumbangkan oleh sihir dua orang dari Bani Israil yang terhina. Dan kemenangan bagi tukang-tukang sihir itu sendiri pribadi, ialah bahwa mereka akan diberikan kedudukan yang mulia, menjadi orang-orang yang terdekat ke istana!
Ayat 65
“Mereka berkata, “Hai Musa! Atau engkau yang akan melemparkan, atau kami yang terlebih dahulu."
Yaitu setelah mereka bulat kata kembali, sehabis diperingatkan bahwa pada kemenangan yang sekali ini ditentukan nasib mereka di belakang hari, akan menjadi orang-orang yang terdekat kepada sang raja jika menang, atau menjadi orang yang hina kalau
Di dalam berbagai tafsir disebutkan pula bahwa tali-tali dan tongkat-tongkat itu mereka cat dengan air cat berupa air emas atau air perak sehingga kalau kena cahaya matahari semuanya seakan-akan menjalar. Kita pun kerapkali melihat ular-ularan permainan kanak-kanak buatan Jepang yang sepintas lalu dapat menimbulkan cemas orang, karena menyangka bahwa ular betul-betul.