Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالُوٓاْ
mereka berkata
إِنۡ
sesungguhnya
هَٰذَٰنِ
dua orang ini
لَسَٰحِرَٰنِ
benar-benar keduanya ahli sihir
يُرِيدَانِ
keduanya hendak
أَن
keduanya akan
يُخۡرِجَاكُم
mengusir kamu
مِّنۡ
dari
أَرۡضِكُم
bumi/negerimu
بِسِحۡرِهِمَا
dengan sihirnya
وَيَذۡهَبَا
dan keduanya akan menghilangkan
بِطَرِيقَتِكُمُ
dengan jalan/adat kebiasaanmu
ٱلۡمُثۡلَىٰ
utama/baik
قَالُوٓاْ
mereka berkata
إِنۡ
sesungguhnya
هَٰذَٰنِ
dua orang ini
لَسَٰحِرَٰنِ
benar-benar keduanya ahli sihir
يُرِيدَانِ
keduanya hendak
أَن
keduanya akan
يُخۡرِجَاكُم
mengusir kamu
مِّنۡ
dari
أَرۡضِكُم
bumi/negerimu
بِسِحۡرِهِمَا
dengan sihirnya
وَيَذۡهَبَا
dan keduanya akan menghilangkan
بِطَرِيقَتِكُمُ
dengan jalan/adat kebiasaanmu
ٱلۡمُثۡلَىٰ
utama/baik
Terjemahan
Mereka (para penyihir) berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar penyihir yang hendak mengusirmu dari negerimu dengan sihir mereka berdua dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama.
Tafsir
(Mereka berkata) kepada diri mereka sendiri, ("Sesungguhnya dua orang ini) ungkapan Haadzaani dijadikan hujah atau alasan bagi sebagian ahli Nahwu yang menetapkan huruf Alif pada isim Tatsniyah dalam tiga keadaan. Akan tetapi menurut qiraat Abu 'Amr, lafal Haadzaani ini dibaca Haadzaini (adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian, dari negeri kalian dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama") lafal Mutslaa adalah bentuk Muannats dari lafal Amtsal; maksudnya yang mulia. Artinya, keduanya akan melenyapkan kemuliaan kalian, bila mereka berdua dibiarkan menang, kemudian kalian cenderung kepada keduanya.
Tafsir Surat Taha: 60-64
Maka Fir'aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. Berkata Musa kepada mereka, "Celakalah kalian, janganlah kalian mengadakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kalian dengan siksa. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). Mereka berkata, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama.
Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris, dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari itu. Allah ﷻ berfirman menceritakan perihal Fir'aun, bahwa setelah ia berjanji dengan Musa untuk mengadakan pertandingan di waktu dan tempat yang tertentu, Fir'aun mulai menghimpunkan semua ahli sihir dari kota-kota besar yang ada di bawah kekuasaannya. Mereka yang dihimpunnya adalah jago-jago sihir yang ada di masa itu, dan tersebutlah bahwa sihir di masa itu banyak dilakukan oleh orang-orang dan sangat laku, seperti yang diterangkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: Firaun berkata (kepada pemuka kaumnya), "Datangkanlah kepadaku semua ahli sihir yang pandai. (Yunus: 79) Kemudian dihadapkan kepada Fir'aun (semua tukang sihir).
Orang-orang berkumpul di hari yang telah dijanjikan itu yaitu hari raya mereka. Fir'aun duduk di atas singgasana kerajaannya, dan para pembesar kerajaannya duduk berbaris di sampingnya, sedangkan rakyatnya berdiri di bagian kiri dan kanannya. Musa datang dengan bertelekan pada tongkatnya bersama saudaranya, Harun. Para ahli sihir berdiri di hadapan Fir'aun dalam keadaan berbaris, sedangkan Fir'aun memberikan semangat dan membangkitkan motivasi agar mereka melakukan pekerjaannya sebaik mungkin pada hari itu.
Mereka berharap serta memohon anugerah dan hadiah dari Fir'aun, sedangkan Fir'aun menjanjikan hal itu kepada mereka (jika mereka beroleh kemenangan). Para ahli sihir itu berkata, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya: "(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang? Firaun menjawab, "Ya, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku). (Al-A'raf: 113-114) Adapun firman Allah ﷻ: Berkata Musa kepada mereka, "Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. (Thaha: 61) Maksudnya, janganlah kalian membuat ilusi terhadap orang-orang melalui perbuatan kalian, sehingga tampak di mata mereka kalian menciptakan berbagai macam hal yang tidak ada hakikatnya.
Di mata mereka hal tersebut adalah makhluk, padahal kenyataannya bukanlah makhluk. Dengan demikian, berarti kalian telah mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. maka Dia membinasakan kalian dengan siksa. (Thaha: 61) Yakni Allah membinasakan kalian dengan azab yang tidak meninggalkan seorang pun di antara kalian. Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan di antara mereka. (Thaha: 61-62) Menurut suatu pendapat, mereka bersengketa di antara sesama mereka; sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa ucapan yang dikemukakan oleh Musa ini bukanlah ucapan seorang penyihir, melainkan ucapan seorang nabi.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Musa adalah seorang tukang sihir, dan sebagian lainnya lagi mengatakan yang lainnya. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah ﷻ: dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (Thaha: 62) Yaitu mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka. Mereka berkata, "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir. (Thaha: 63) Menurut dialek sebagian orang Arab dibaca inna ha'zani (yakni inna tidak ber-mal atau malgiyah), sedangkan menurut qiraat yang terkenal dibaca inna hazaini. Ulama Nahu sehubungan dengan kebolehan membaca ayat ini dengan bacaan pertama telah mengemukakan analisisnya yang cukup panjang, tetapi pembahasannya bukan di kitab ini.
Makna ayat, para ahli sihir Fir'aun mengatakan di antara sesama mereka, "Tahukah kalian bahwa lelaki ini dan saudaranya (yakni Musa dan Harun) adalah dua orang tukang sihir yang ahli dalam bidang ilmu sihir. Keduanya bertujuan mengalahkan kalian dan kaum kalian pada hari ini, lalu keduanya dapat merebut hati manusia, dan kalangan awam nanti banyak yang akan mengikuti keduanya. Lalu keduanya memerangi Fir'aun dan balatentaranya.
Setelah keduanya beroleh kemenangan atas Fir'aun, maka keduanya akan mengusir kalian dari tanah air kalian ini." Firman Allah ﷻ: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yaitu dengan melalui ilmu sihirnya, keduanya dapat merebut kedudukan kalian. Karena sesungguhnya para ahli sihir disegani dan dihormati dikalangan mereka, berkat ilmu sihirnya mereka memperoleh banyak harta dan rezeki. Mereka mengatakan, "Jika kedua orang ini dapat mengalahkan kalian, binasalah kalian dan keduanya akan mengusir kalian dari negeri ini.
Karena dengan demikian hanya keduanyalah yang menguasainya tanpa kalian. Dalam hadis Ibnu Abbas yang menceritakan perihal fitnah telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yakni keduanya akan menguasai mereka di dalam negeri itu, juga menguasai penghidupannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Nu'aim ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Hasyim, dari Abdur Rahman ibnu Ishaq yang telah mendengar Asy-Sya'bi menceritakan hadis berikut dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yaitu keduanya akan merebut hati manusia untuk menyukainya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yang dimaksud dengan kedudukan utama ialah kedudukan yang terhormat, dipandang sebagai orang yang cerdas, berakal cemerlang, dan mempunyai kekuatan. Abu Saleh mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Yaitu orang-orang terhormat kalian dan orang-orang hartawan kalian. Menurut Ikrimah, artinya orang-orang terbaik kalian. Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kedudukan yang utama ialah kedudukan yang dimiliki oleh kaum Bani Israil pada masa itu, mereka adalah orang yang jumlahnya banyak, begitu pula harta bendanya.
Maka musuh Allah (Fir'aun) berkata," Keduanya bertujuan hendak merebut kedudukan yang utama itu untuk dirinya sendiri." Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kedudukan kalian yang utama. (Thaha: 63) Maksudnya, kedudukan yang sekarang kalian kuasai. Firman Allah ﷻ: Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. (Thaha: 64) Yakni berkumpullah kamu sekalian dalam satu saf, lalu lemparkanlah segala yang ada di tangan kalian dalam waktu yang bersamaan, agar mengejutkan pandangan mata dan kalian dapat mengalahkan orang ini dan saudaranya.
dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini. (Thaha: 64) di antara kami dan dia, para ahli sihir berkata, "'Adapun kita, maka raja ini (Fir'aun) telah menjanjikan kepada kita akan memberikan pemberian yang berlimpah; sedangkan orang ini apabila menang, maka ia mendapat kedudukan yang sangat besar.""
Sebagian dari mereka berkata, 'Wahai penduduk Mesir, sesungguhnya dua orang ini, yaitu Nabi Musa dan Harun, adalah penyihir yang hendak mengusirmu dari Mesir, dari negerimu dan tanah kelahiranmu, dengan menampilkan sihir mereka berdua, dan mereka juga hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama dan kamu yakini, yaitu kepercayaan yang kamu anut dan kedudukan yang kamu nikmati. 64. Karena itu, maka bersatulah menghadapi kedua orang itu. Kumpulkanlah segala tipu daya kamu, baik berupa sihir maupun yang lain, kemudian datanglah kamu semua dengan berbaris rapi dan kompak agar kita dapat mengalahkan mereka berdua, dan sesungguhnya beruntung orang yang menang pada hari ini, yaitu hari ketika kita dan mereka berdua unjuk keahlian masing-masing. '.
Di antara percakapan mereka yang dirahasiakan yang dapat dicatat ialah kalau yang ditampilkan Musa nanti betul-betul sihir, jelas mereka akan mengalahkannya. Tetapi kalau yang ditampilkannya itu mukjizat dari Allah belum tentu mereka dapat mengalahkannya. Kalau dia mengalahkan kita di dalam pertandingan nanti itu, apa boleh buat, kita menyerah saja, dan mengikuti dia." Akhirnya mereka sepakat mengatakan bahwa Musa dan Harun itu adalah ahli sihir yang sangat pandai, akan mengusir kita dari negeri kita dengan sihirnya itu, dan akan mencopot kedudukan kita yang mulia itu.
Sengaja mereka menyusun satu rumusan begitu rupa yang mengandung tiga faktor tersebut yang dapat mengakibatkan dibencinya Musa dan Harun dan hilanglah pengaruh keduanya, namun akal sehat dan pikiran waras, tidak akan menerima alasan-alasan ahli-ahli sihir, orang-orang yang mau memperkosa hak asasi seseorang dengan mengusirnya dari tempat tinggalnya, begitu juga orang-orang yang akan menghilangkan kedudukannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
FIR'AUN MENGUMPULKAN TUKANG SIHIR
Di ayat yang akan datang ini diterangkan bagaimana sikap Fir'aun menyambut seruan Nabi Musa dan Harun itu.
Ayat 56
“Dan sesungguhnya telah Kami perlihatkan kepadanya ayat-ayat Kami semuanya."
Artinya bahwa Musa telah menjelaskan dakwah itu kepada Fir'aun menurut yang dititahkan oleh Allah. Dia telah membawakan sikap yang lemah lembut dengan harapan dia akan sadar, dia akan ingat dan timbul takutnya akan kebesaran Allah. Musa telah menjelaskan dan menyadarkan tentang Kemahakuasaan Ilahi pencipta langit dan bumi, penurunkan hujan dari langit, menyuburkan bumi. Allah telah memberi bentuk bagi masing-masing insan dengan kudrat iradatnya. Dan itu pun dikuatkan dengan mukjizat; tongkat dapat menjelma jadi ular, dan cahaya bisa memancar dari telapak tangan Musa. Tetapi Fir'aun tidak juga mau menerima.
“Namun dia masih mendustakan dan enggan."
Dia tidak mau percaya, dia tidak mau menerima. Dia masih saja yakin akan kebesaran diri dan kekuasaannya. Segala seruan yang
mencoba mengusik pendiriannya itu dipandangnya adalah memusuhi dirinya. Oleh sebab itu maka mukjizat yang dipertunjukkan Nabi Musa di hadapannya itu dipandangnya sihir belaka.
Ayat 57
“Dia berkata, Apakah engkau datang kepada kami karena hendak mengeluarkan kami dari tanah kami dengan sihir engkau, hai Musa."
Kalau kita pandangi secara modern penolakan Fir'aun ini ialah bahwa dia meng-anggap bahwa anjuran yang dibawa Nabi Musa itu terang hendak “mengeluarkan kami dari tanah kami", atau “hendak menurunkan kami dari singgasana kami", atau “hendak mencopot kami dari kekuasaan kami". Sebab kerajaan ini didirikan ialah dengan dasar menuhankan kepala negara, bahwa raja itu adalah tuhan yang mahakuasa, apa perintahnya tidak boleh ditolak, apa titahnya mesti dilaksanakan. Kalau wibawa raja yang seperti itu diganggu gugat, alamat akan runtuhlah kerajaan. Kalau diakui bahwa ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi dari kekuasaan Fir'aun, walaupun yang disebut kekuasaan tertinggi dari Yang Mahakuasa atas Alam, artinya ialah meletakkan Fir'aun sendiri di bawah kuasa itu. Dan ini tidak bisa diterima sama sekali. Barangsiapa yang menganjur-anjurkan pelajaran seperti ini berarti antipemerintah Fir'aun. Berarti musuh.
Karena Fir'aun merasa bahwa dirinya masih di puncak kekuasaan dan dia ingat bahwa Musa itu pernah hidup dalam istananya, di bawah naungan kuasanya, atau anak semang yang dia besarkan, itulah sebabnya dia bertanya berterus terang seperti itu, “Apakah maksudmu hendak mengusirku dari negeriku ini?"
Ayat 58
“Maka kami pun pasti akan mendatangkan pula kepada engkau dengan sihir semacam itu."
Di pangkal ayat ini Fir'aun menunjukkan tidak mau mengertinya akan ayat-ayat atau mukjizat tanda kebesaran Allah yang diperlihatkan Musa. Dia menyangka bahwa itu hanyalah sihir saja. Maka dia pun merasa bahwa kekuasaannya yang begitu besar akan sanggup mengalahkan sihir Musa itu. Itu sebabnya dia berkata bahwa dia pun sanggup memperlihatkan pula sihir semacam itu, bahkan dapat mengalahkan sihir Musa itu:
“Kanena itu perbuatlah di antara kami dan di antara engkau suatu perjanjian yang tidak akan kita mungkiri, tidak kami dan tidak engkau, di sesuatu tempat yang di tengah."
Ayat 59
“(Musa) menjawab, “Perjanjian dengan kamu ialah di hari raya."
Dengan jawaban demikian artinya Musa menyanggupi. Bahkan dialah yang menentukan harinyayaumoz-z/mj/j.yangarti harfiahnya ialah hari perhiasan, hari seluruh kota dihiasi dan orang dengan sendirinya akan berduyun-duyun keluar dari rumah masing-masing menyambut hari itu. Kita artikan hari raya!
“Dan bahwa dikumpulkan manusia di sepenggalah malahan naik."
Artinya Musalah sendiri yang menentukan harinya, yaitu di waktu orang ramai berhari raya. Dia pula yang menentukan saat atau waktunya, yaitu di waktu Dhuha, sepanggalah matahari naik di antara pukul delapan dan pukul sembilan pagi. Yaitu ketika manusia-manusia yang datang meramaikan Hari Raya berkerumun-kerumun itu sedang segar dan hari belum panas benar. Niscaya dengan demikian orang akan bertambah tertarik melihat pertandingan sihir itu.
Ayat 60
“Maka Fir'aun pun meninggalkan tempat itu."
Kalau Fir'aun waktu itu sedang duduk di atas singgasana dan mahligai keemasannya, dan Musa sedang berdiri berhadapan dengan dia, maka Fir'aun meninggalkan tempat itu ialah dengan segeranya dia berdiri dari kursi keemasannya itu dan undur ke ruang dalam istana. Sudah menjadi adat raja-raja sejak zaman purbakala, bahwa apabila seorang raja telah undur ke ruang dalam istana artinya majelis pun bersurai, atau bubar dan masing-masing hadirin pun sudah boleh meninggalkan ruang balairungsari tempat menjunjung duli itu."Lalu dikumpulkan tipu dayanya." Atau diaturnya siasatnya, dikumpulnya ahli-ahli bicara, orang-orang besar istana untuk mem-perkatakan bagaimana caranya siasat yang harus diatur agar sihir Musa ini dapat dikalahkan. Maka dikirimlah utusan ke segala pelosok negeri guna menjemput dan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang ternama, yang semuanya akan dikerahkan untuk menghancurkan sihir Musa itu, sampai Musa jatuh air mukanya di hadapan majelis orang banyak dan hilanglah kepercayaan orang kepadanya,
Berbagilah riwayat ahli tafsir tentang banyaknya ahli sihir yang disuruh berkumpul ke istana untuk kelaknya dengan sekali pukul menghancurkan sihir Musa itu.
“Kemudian dia pun datang!"
Artinya tidak berapa lama kemudian hari yang telah ditentukan yaitu hari raya pun datanglah dan rakyat pun telah datang pula berduyun-duyun dan tukang-tukang sihir pun telah pula berkumpul ke tempat itu saat yang ditentukan di sepenggalah matahari naik. Musa pun telah hadir dengan penuh kepercayaan kepada diri sendiri, karena percaya akan bantuan dan perlindungan Allah.
Setelah berhadap-hadapan antara Musa dan tukang-tukang sihir itu, di hadapan Fir'aun yang duduk di atas singgasananya:
Ayat 61
“Berkata Musa kepada mereka, “Celaka kamu! Janganlah kamu mengada-adakan atas Allah suatu kedustaan niscaya kamu dicelakakan-Nya dengan adzab."
Mulai saja berhadapan Musa telah menunjukkan kelebihan dan ketinggian jiwanya karena kedatangannya adalah atas perintah dan utusan dari Allah. Kalian ini akan celaka semua, katanya. Karena sihir apa pun yang akan kalian keluarkan, semuanya itu adalah kebohongan dan kepalsuan belaka. Kalau ini akan kalian teruskan, pastilah adzab siksaan Allah akan menimpa diri kalian semuanya. Seakan-akan dia berkata, bahwa kalian akan sia-sia menantang dan melawan saya. Saya ini bersikap adalah atas kehendak Allah, padahal kalian hanyalah hamba sahaya, budak-budak dan orang-orang suruhan dari Fir'aun.
“Dan sesungguhnya sangat rugilah orang yang suka mengada-ada."
Akan rugi harta, rugi tenaga, karena pasti tidak berhasil dan pasti kalah berhadapan dengan kudrat iradat Allah ﷻ
Ayat 62
“Maka benbantah-bantahanlah mereka di antara mereka tentang unusan mereka itu."
Artinya, bahwa setelah mendengar perkataan Nabi Musa yang lantang, terus terang, dan penuh keyakinan itu, timbullah perbantahan di antara tukang-tukang sihir itu sendiri. Menjadi bukti bahwa tidaklah semua mereka yakin benar akan sekas sihirnya. Mungkin telah ada di antara mereka yang sebanyak itu yang telah mendengar berita bahwa tongkat Musa dapat menjelma menjadi ular dan menjalar di tanah dengan menggeleng-geleng yang menimbulkan takut. Dan mungkin pula ada di antara mereka yang telah mendengar bahwa jika telapak tangan kanan Musa dimasukkannya ke dalam ketiak kirinya dan dikeluarkannya kembali dia akan memancarkan sinar cahaya yang ajaib. Sebab itu maka timbul perbantahan di antara mereka, akan diteruskan jugakah melawan Musa ini.
“Dan mereka merahasiakan pencakupan."
Seakan-akan dapatlah kita lihat dalam mata khayat kita apa yang diungkapkan dalam ayat ini. Setelah mendengar teguran Musa yang begitu jelas dan yakin, mereka timbul ragu. Mereka pecah pikiran sesama sendiri, sehingga timbul perbantahan. Tetapi karena Musa hadir Fir'aun pun menyaksikan, perbantahan terpaksa tidak keras-keras, malahan sambil berbisik-bisik, setengah rahasia. Dan dapat kita khayatkan juga bahwa orang banyak yang telah berduyun berkumpul pun hening melihat peristiwa itu.
Akhirnya dapatlah mereka dipersatukan kembali dengan peringatan beberapa orang di antara mereka, yaitu orang-orang yang terdekat kepada Fir'aun atau orang-orang yang ditugaskan oleh Fir'aun buat membujuk mereka. Di dalam surat al-A'raaf ayat 114 dan surat asy-Syu'araa' ayat 42 ada dijelaskan janji bujukan untuk mereka asal mau melawan sihir Musa itu, bahwa mereka akan dijadikan “al-Muqarrabin" yaitu orang-orang yang terdekat ke istana.
Ayat 63
“Mereka berkata, Tidak lain kedua orang ini hanyalah dua tukang sihir yang hendak mengusir kamu dari tanah kamu dengan sihir keduanya"
Inilah salah satu siasat yang dipakai oleh Fir'aun dan kaki tangan kekuasaannya buat melumpuhkan lawannya. Dibuatnya fitnah dan ditafsirkan dengan cara yang lain. Tidak dibuka-buka dan tidak hendak dipedulikan apa maksud yang sejati dari kedatangan utusan Allah yang bernama Musa dan Harun itu. Disebarkan saja berita bahwa keduanya adalah tukang sihir dengan maksud tertentu. Yaitu hendak mengusir kamu dari tanah kamu, atau dari tanah air kamu.
“Dan keduanya hendak melenyapkan cara hidup kamu yang utama."
Ditanamkanlah rasa kebencian kepada kedua utusan Allah itu. Hendak mengusir kamu dari tanah kamu, artinya hendak merebut kekuasaan dari tangan kamu. Padahal yang di-“kamu"-kan itu belumlah pernah selamanya menikmati hidup mewah di atas tanahnya. Yang mewah hanya Fir'aun dengan para pembantunya. Dikatakan pula bahwa kedua tukang sihir itu hendak melenyapkan cara hidup kamu yang utama. Yaitu bahwa kalau Fir'aun yang berkuasa, kalian boleh berkehendak hati, tidak ada yang akan terlarang, asal kalian taat setia kepada Fir'aun. Tetapi kalau sihir kedua orang ini yang menang, sudah banyak yang akan dilarang. Bermegah-megah tidak boleh lagi. Berharta banyak tidak boleh lagi.
Ayat 64
“Sebab itu kumpulkanlah segala tipu daya kamu."
Kumpulkan segala kepandaian segala sihir, segala mantra-mantra, segala kepandaian dan kelicikan, kumpulkan semuanya jadi satu."Dan datanglah dengan berbaris." Artinya hendaklah serentak mengambil sikap, jangan berpecah dan bertindak sendiri-sendiri, dan sekali-kali jangan ada yang ragu menghadapi kedua tukang sihir ini. Maju serentak
“Dan sesungguhnya akan berbahagialah pada hari ini barangsiapa yang menang."
Perkataan ini pun telah menunjukkan bahwa pihak istana telah mengerti juga bahwa hari ini memanglah hari yang menentukan. Barangsiapa yang menang dalam pertandingan sihir ini, di hari ini, menanglah dia buat seterusnya, dan kalau kalah, hancurlah buat seterusnya. Tetapi Fir'aun dan orang-orang besarnya yakin benar bahwa merekalah yang akan menang!
Manakah boleh tujuh puluh dua tukang sihir (menurut riwayat dari Ibnu Abbas, yaitu jumlah yang paling sedikit dari beberapa riwayat. Sedang Ibnu al-Munkadir 80.000 banyaknya). Mana boleh dua orang akan menang menghadapi tujuh puluh dua orang pilihan yang didatangkan dari seluruh negeri? Sebab itu Fir'aun memperhitungkan bahwa kemenangan di hari ini adalah kebahagiaan yang selanjutnya. Pertama Kerajaan Fir'aun tidak dapat ditumbangkan oleh sihir dua orang dari Bani Israil yang terhina. Dan kemenangan bagi tukang-tukang sihir itu sendiri pribadi, ialah bahwa mereka akan diberikan kedudukan yang mulia, menjadi orang-orang yang terdekat ke istana!
Ayat 65
“Mereka berkata, “Hai Musa! Atau engkau yang akan melemparkan, atau kami yang terlebih dahulu."
Yaitu setelah mereka bulat kata kembali, sehabis diperingatkan bahwa pada kemenangan yang sekali ini ditentukan nasib mereka di belakang hari, akan menjadi orang-orang yang terdekat kepada sang raja jika menang, atau menjadi orang yang hina kalau
Di dalam berbagai tafsir disebutkan pula bahwa tali-tali dan tongkat-tongkat itu mereka cat dengan air cat berupa air emas atau air perak sehingga kalau kena cahaya matahari semuanya seakan-akan menjalar. Kita pun kerapkali melihat ular-ularan permainan kanak-kanak buatan Jepang yang sepintas lalu dapat menimbulkan cemas orang, karena menyangka bahwa ular betul-betul.