Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَوۡ
dan sekiranya
أَنَّآ
sesungguhnya Kami
أَهۡلَكۡنَٰهُم
Kami membinasakan mereka
بِعَذَابٖ
dengan suatu azab
مِّن
dari
قَبۡلِهِۦ
sebelumnya
لَقَالُواْ
pasti mereka berkata
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
لَوۡلَآ
mengapa tidak
أَرۡسَلۡتَ
Engkau utus
إِلَيۡنَا
kepada kami
رَسُولٗا
seorang Rasul
فَنَتَّبِعَ
maka kami akan mengikuti
ءَايَٰتِكَ
ayat-ayat Engkau
مِن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
نَّذِلَّ
kami hina
وَنَخۡزَىٰ
dan kami bernoda/rendah
وَلَوۡ
dan sekiranya
أَنَّآ
sesungguhnya Kami
أَهۡلَكۡنَٰهُم
Kami membinasakan mereka
بِعَذَابٖ
dengan suatu azab
مِّن
dari
قَبۡلِهِۦ
sebelumnya
لَقَالُواْ
pasti mereka berkata
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
لَوۡلَآ
mengapa tidak
أَرۡسَلۡتَ
Engkau utus
إِلَيۡنَا
kepada kami
رَسُولٗا
seorang Rasul
فَنَتَّبِعَ
maka kami akan mengikuti
ءَايَٰتِكَ
ayat-ayat Engkau
مِن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
نَّذِلَّ
kami hina
وَنَخۡزَىٰ
dan kami bernoda/rendah
Terjemahan
Seandainya Kami binasakan mereka dengan suatu siksaan sebelum (bukti itu datang), tentulah mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami sehingga kami mengikuti ayat-ayat-Mu sebelum kami menjadi hina dan rendah?”
Tafsir
(Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum ia diutus) sebelum Rasulullah diutus (tentulah mereka berkata) di hari kiamat nanti, ("Ya Rabb kami! Mengapa tidak) (Engkau utus seorang Rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau) yang dibawa olehnya (sebelum kami menjadi hina) di hari kiamat (dan rendah?") dijebloskan ke dalam neraka Jahanam.
Tafsir Surat Taha: 133-135
Dan mereka berkata, "Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya? Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Qur'an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah? Katakanlah, "Masing-masing (kita) menanti, maka nantikanlah oleh kamu sekalian! Maka kalian kelak akan mengetahui, siapa yang mempunyai jalan yang lurus dan siapa yang telah mendapat petunjuk.
Allah ﷻ menceritakan tentang perkataan orang-orang kafir melalui firman-Nya: Mengapa tidak. (Thaha 133) Yakni mengapa Muhammad tidak mendatangkan kepada kita suatu tanda dari Tuhannya yang membenarkan bahwa ia adalah seorang utusan Allah? Maka Allah menjawab perkataan mereka melalui firman-Nya: Apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (Thaha: 133) Yaitu Al-Qur'anul Karim yang disebutkan di dalamnya kisah-kisah umat terdahulu. Al-Qur'an itu diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad seorang ummi (tidak pandai menulis) dan belum pernah belajar dari kaum Ahli Kitab.
Di antaranya disebutkan kisah-kisah orang terdahulu yang sesuai dengan apa yang termaktub di dalam kitab-kitab terdahulu yang masih asli dan benar. Karena sesungguhnya Al-Qur'an merupakan batu ujian bagi kitab-kitab terdahulu, Al-Qur'an membenarkan apa yang benar darinya, menjelaskan apa yang keliru dan yang dibuat-buat darinya (kitab-kitab terdahulu). Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan orang-orang kafir Mekah berkata, 'Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya? Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah.
Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata. Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (Al-'Ankabut: 50-51) Di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada seorang nabi pun melainkan dibekali dengan mukjizat yang dikagumi oleh orang-orang yang hidup semasa dengannya. Dan sesungguhnya mukjizat yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadaku. Maka aku berharap semoga aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya di antara mereka (para nabi lainnya) kelak di hari kiamat.
Sesungguhnya yang disebutkan dalam ayat ini hanyalah mukjizat yang paling besar yang diberikan kepada Nabi ﷺ, yaitu Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Nabi ﷺ diberi pula mukjizat-mukjizat lainnya yang tak terhitung banyaknya, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis-hadisnya. Kemudian Allah ﷻ berfirman: Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Qur'an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami? (Thaha: 134) Yakni sekiranya Kami binasakan orang-orang yang mendustakan itu sebelum Kami utus rasul yang mulia ini kepada mereka dan belum Kami turunkan kepada mereka Al-Qur'an yang agung ini, tentulah mereka akan beralasan: Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami? (Thaha: 134) sebelum Engkau binasakan kami, agar kami dapat beriman kepadanya dan mengikutinya.
Nada yang sama disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman selanjutnya: lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah. (Thaha: 134) Allah ﷻ menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang mendustakan, lagi membangkang dan mengingkari-Nya, selamanya mereka tidak akan beriman. meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 97) Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Al-An'am: 155) Sampai dengan firman-Nya: disebabkan mereka selalu berpaling. (Al-An'am: 157) Juga firman Allah ﷻ: Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah, sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). (Fathir: 42), hingga akhir ayat.
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat, pastilah mereka beriman kepadanya. (Al-An'am: 109), hingga akhir ayat berikutnya. Kemudian Allah ﷻ berfirman: Katakanlah. (Thaha: 135) hai Muhammad, kepada orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu serta terus-menerus dalam kekafiran dan keingkarannya: Masing-masing (kita) menanti. (Thaha: 135) Yakni antara kami dan kalian sama-sama menanti. maka nantikanlah oleh kamu sekalian. (Thaha: 135) Maksudnya, tunggulah saatnya oleh kamu sekalian. Maka kalian kelak akan mengetahui siapa yang mempunyai jalan yang lurus. (Thaha: 135) Yang dimaksud dengan as-siratus sawiyyu ialah jalan yang lurus. dan siapa yang telah mendapat petunjuk. (Thaha: 135) Yaitu mendapat bimbingan ke jalan yang benar dan jalan keberhasilan.
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya. (Al-Furqan: 42) Dan firman Allah ﷻ lainnya yang mengatakan: Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 26) Demikianlah akhir dari tafsir surat Thaha, segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya. Berikutnya insya Allah menyusul tafsir surat Al-Anbiya, segala puji bagi Allah. [Ini adalah akhir juz 16]"
134. Demikianlah sikap orang kafir. Dan kalau mereka Kami binasakan dengan suatu siksaan sebelumnya, yakni sebelum Kami turunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad, tentulah mereka di akhirat nanti berkata, 'Ya Tuhan kami, mengapa di dunia dulu tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami untuk mengingatkan kami sehingga kami mengikuti ayat-ayat-Mu sebelum kami menjadi hina akibat siksa ini dan rendah karena kedurhakaan kami''135. Wahai Nabi Muhammad, tanda keengganan orang kafir mengikuti petunjuk Allah telah jelas. Karena itu, katakanlah kepada mereka, 'Masing-masing dari kita, yaitu umat beriman di satu pihak dan kaum kafir di pihak lain, menanti apa yang akan dilakukan Allah kelak. Jika demikian, maka nantikanlah ketetapan Allah itu olehmu! Dan kelak ketika keputusan-Nya datang, kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang menempuh jalan yang lurus dan siapa yang telah terhindar dari kesesatan dengan mendapat petunjuk dari Allah Yang Mahabenar. '.
Ayat ini menerangkan bahwa andaikata Allah membinasakan mereka sebelum mengutus Nabi Muhammad kepada mereka, mereka akan mengatakan pada hari Kiamat, bahwa Allah tidak mengutus kepada mereka seorang rasul yang akan diikuti ajaran-ajarannya sehingga mereka menjadi orang-orang yang beriman sebelum menemui hari perhitungan ini. Oleh sebab itu Allah tidak membinasakan mereka seperti umat-umat yang dahulu agar tidak ada alasan bagi mereka ketika menghadapi hari Perhitungan pada hari Kiamat. Karena Allah telah mengutus kepada mereka rasul yang akan menerangkan kepada mereka ayat-ayat Allah. Kemudian terserah kepada mereka apakah mereka akan mengikuti petunjuk-petunjuk Allah ataukah mereka akan tetap dalam kekafiran dan selalu menghina dan memperolok-olokan Muhammad ﷺ
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 133
“Dan mereka berkala, Alangkah baiknya kalau dia bawakan kepada kita suatu tanda dari Tuhannya."
Artinya bahwa mereka meminta supaya Nabi ﷺ membuktikan bahwa dia memang Utusan Allah dengan membawakan atau mengemukakan suatu tanda, atau suatu mukjizat. Mereka rupanya telah mendengar terutama dari berita wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi ﷺ juga, bahwa nabi-nabi yang terdahulu darinya membawakan mukjizat, Musa membelah laut dengan tongkat, memukul batu granit gunung dengan tongkat itu juga, lalu keluar air. Nabi Shalih menunjukkan mukjizat dengan datangnya seekor unta. Nabi Isa menyembuhkan orang sakit kusta. Nabi Yusuf menerka makanan yang masih belum datang untuk ransum orang dalam penjara. Nabi Harun tidak hangus dimakan api. Sekarang engkau Muhammad, mengatakan engkau nabi pula. Mana mukjizatmu? Alangkah baiknya kalau mukjizat itu engkau bawakan pula. Maka datanglah sambungan ayat, sebagai peringatan dari Allah,
“Bukankah telah datang kepada mereka keterangan yang ada dalam catatan-catatan yang dulu-dulu?"
Artinya, tidakkah kalian renungkan? Yang turun ini, yaitu wahyu yang turun ini, bukankah satu mukjizat yang nyata? Di dalam shuhuf nabi-nabi yang terdahulu ada tersebut beberapa hal-ihwal. Shuhuf itu artinya catatan-catatan. Ada 5 tujuan Ibrahim, ada ShuhufMusa. Dia adalah laksana brosur di samping kitab yang tersusun tebal, seperti Taurat. Dan shuhuf itu mengandung beberapa catatan tentang hukum, tuntunan hidup. Dan satu pun tidak ada yang sampai ke tangan bangsa Arab itu di zaman jahiliyyah. Sekarang tiba-tiba datang wahyu Ilahi, isinya memperjelas isi shuhuf tersebut, sedang Nabi yang menerimanya adalah seorang yang ummi, tidak pandai menulis, tidak pandai membaca, tidak pernah belajar. Kalian-kalian suka mempergunakan pikiran yang waras, yang cerdas, bukan yang dipengaruhi hawa nafsu dan kebencian, niscaya kalian akan mengaku bahwa Al-Qur'an ini adalah mukjizat yang mengawasi akan segala mukjizat.
Bukankah ahli-ahli syair mereka, ahli-ahli pidato, orang-orang bijak yang pernah mengeluarkan kata hikmah bersayap, mengakui bahwa kata wahyu yang disampaikan kepada Muhammad ini adalah mengandung al-Vjaazl Yang berarti melemahkan orang buat menirunya, baik dahulu, bahkan sampai kepada zaman kita sekarang ini?
Tuan Muhammad al-Mubarak, salah seorang Guru Besar di Kuliah Syarfah di Universitas Saudi Arabia di Mekah, pernah mengatakan, “Sedangkan kami orang Arab sendiri, yang mengetahui kesusastraan bahasa ini sampai mendalam, tidaklah kuasa menyusun kata dalam bahasa Arab juga yang dapat mengatasi susunan kata Al-Qur'an."
Mukjizat artinya ialah kejadian yang melemahkan. Al-i'jaaz sama artinya dengan mukjizat, sama-sama berarti melemahkan. Tetapi Nabi ﷺ telah bersabda dengan tegas:
“Tidak ada seorang nabi pun melainkan telah diberikan kepadanya dari berbagai tanda (mukjizat), yang tidak juga percaya kepada yang seumpamanya itu manusia. Tetapi yang diberikan kepadaku, tidak lain ialah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku. Maka aku mengharap bahwa akulah yang akan mempunyai lebih banyak pengikut kelak di hari Kiamat.'' (HR Bukhari dan Muslim)
Tegasnya bahwa mukjizat nabi-nabi yang dahulu itu hanya tinggal jadi berita sejarah. Sedang Al-Qur'an sebagai mukjizat Muhammad ﷺ tetap ada dan selalu boleh diuji.
Ayat 134
“Dan kalau kiranya Kami binasakan mereka dengan satu siksa dari sebelumnya, niscaya mereka akan berkata: “Ya Tuhan kami! Mengapa tidak Engkau utus kepada kami seorang rasul?"
Artinya ialah penyesalan yang akan timbul dari orang-orang yang mendustakan Utusan Allah itu jika mereka diadzab lebih dahulu, karena kesalahan mereka, karena perbuatan mereka yang keji dan tidak berkenan di sisi Allah, padahal Allah belum mengirim utusan kepada mereka untuk memberitahukan dan memimpinkan kepada mereka, mana yang baik yang akan dikerjakan dan mana pula yang buruk yang mesti dijauhi. Niscaya mereka akan menyesali Allah dan berkata: “Kami sudah diadzab saja, padahal kami belum diberi petunjuk. Belum ada Engkau utus kepada kami seorang yang akan mengajarkan kepada kami mana yang benar. Sehendaknya jangan kami diadzab terlebih dahulu. Utuslah dahulu kepada kami seorang rasul, sebelum kami diadzab: “Agar kami ikut ayat-ayat-Mu," kami laksanakan perintah Engkau, ya Allah dan kami hentikan mana yang dilarang: “Sebelum kami jadi hina," karena mendapat kemurkaan Allah.
“Dan kami jadi rendah."
Menderita adzab di dalam neraka yang disediakan buat orang yang tidak menjalani hidupnya melalui jalan Allah yang lurus.
Oleh sebab itu tidaklah Allah tiba-tiba menyiksa orang saja lantaran bersalah, padahal belum diberitahukan oleh Allah dengan perantaran utusannya mana dia yang salah itu.
Ayat inilah satu di antara beberapa ayat yang jadi pokok perselisihan pendapat di antara Madzhab Ahlus Sunnah atau Madzhab Salaf dengan Kaum Mu'tazilah. Menurut Kaum Mu'tazilah, yang buruk dan yang baik itu telah sedia diketahui oleh manusia semata-mata dengan akalnya, meskipun syariat belum datang. Tetapi Madzhab Ahlus Sunnah yang dipelopori oleh Abui Hasan al-Asy'ari dan Abui Manshur al-Maturidi menantang pendapat Mu'tazilah itu dan mengatakan yang buruk dan baik ditentukan oleh Allah. Mungkin dalam hal yang ringan akal dapat mengetahui perbedaan yang buruk dengan yang baik, namun yang demikian itu belumlah dijamin kekukuhannya. Karena mungkin ada yang baik menurut suatu kaum, tetapi buruk pada pandangan kaum yang lain. Atau mungkin ada yang buruk pada suatu masa, dipandang baik di masa yang lain. Sedang buruk dan baik setelah ditentukan Allah dengan wahyu menetaplah dia dalam ukuran kemanusiaan dan bilamana ditimbang -timbang kembali dengan akal, ternyata kemudian bahwa buruk dan baik yang dituntunkan oleh Allah dengan wahyu itulah yang lebih sesuai dengan akal yang murni. Dan dalam hal sesuainya ketentuan wahyu dengan akal yang murni itu, kembali pula terdapat persamaan pendapat di antara Ahlus Sunnah dan Mu'tazilah.
Ayat 135
“Katakanlah: “Semuanya pada menunggu, maka kamu pun menunggulah."
Artinya: Hendaklah katakan kepada mereka itu semuanya, orang-orang yang selalu menantang dan tidak mau percaya itu, yang selalu mencari berbagai dalih buat mendustakan: Katakan kepada mereka bahwa semua kita ini adalah menunggu perkembangan kebenaran ini, mana di antara kita ini kedua belah pihak yang berdiri di pihak yang benar. Keadaan ini tidaklah tetap seperti ini saja. Masa berjalan, waktu beredar, keadaan tidaklah begitu ke begitu saja. Marilah kita tunggu bersama di mana letaknya kebenaran.
“Maka kamu pun menunggulah!" Tunggulah apakah penyembahan kalian kepada berhala itu akan tetap dapat kalian pertahankan. Dan adat istiadat pusaka yang salah dari nenek moyang itu sehingga masa manakah akan dapat dipelihara dan ditegakkan: “Maka akan kamu ketahuilah kelak siapa yang empunya jalan yang lurus," menuju kebenaran, menuju keridhaan Allah, yang sesuai dengan akal murni dan suara hati sanubari.
“Dan siapa yang mendapat petunjuk."
Yaitu petunjuk dari Allah sendiri, sehingga sampai kepada yang dituju dalam garis per-jalanan yang lurus tadi dengan selamat tiada kurang suatu apa.
Tentu kita teringat akan ayat 6 dari surah al-Faatihah, yang disebut juga Ibu dari al-Kitab", yaitu Al-Qur'an. Setiap hari di dalam melakukan shalat, shalat menyembah Allah kita membaca al-Faatihah, yang ayat keenamnya kita memohon kepada Allah agar ditunjuki jalan yang lurus, “Ash-Shirathal Mustaqim".
Dan tentu kita ingat pula ayat 2, dari surah al-Baqarah, jaminan Allah bahwa “Kitab inilah yang tidak ada keragu-raguan lagi padanya, menjadi satu petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa".
Selesai Tafsir dari surah Thaahaa.