Ayat
Terjemahan Per Kata
فَقُلۡنَا
maka Kami berkata
يَٰٓـَٔادَمُ
wahai adam
إِنَّ
sesungguhnya
هَٰذَا
ini
عَدُوّٞ
musuh
لَّكَ
bagimu
وَلِزَوۡجِكَ
dan bagi isterimu
فَلَا
maka janganlah
يُخۡرِجَنَّكُمَا
ia mengeluarkan kamu berdua
مِنَ
dari
ٱلۡجَنَّةِ
surga
فَتَشۡقَىٰٓ
maka kamu menjadi celaka
فَقُلۡنَا
maka Kami berkata
يَٰٓـَٔادَمُ
wahai adam
إِنَّ
sesungguhnya
هَٰذَا
ini
عَدُوّٞ
musuh
لَّكَ
bagimu
وَلِزَوۡجِكَ
dan bagi isterimu
فَلَا
maka janganlah
يُخۡرِجَنَّكُمَا
ia mengeluarkan kamu berdua
مِنَ
dari
ٱلۡجَنَّةِ
surga
فَتَشۡقَىٰٓ
maka kamu menjadi celaka
Terjemahan
Kemudian Kami berfirman, “Wahai Adam, sesungguhnya (Iblis) inilah musuh bagimu dan bagi istrimu. Maka, sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari surga. Kelak kamu akan menderita.
Tafsir
(Maka Kami berkata, "Hai Adam! Sesungguhnya iblis ini adalah musuh bagimu dan bagi istrimu) yakni Siti Hawa (maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi sengsara) hidup sengsara disebabkan terlebih dahulu kamu harus mencangkul, menanam, menuai, menumbuk, membuat roti dan lain sebagainya. Ungkapan sengsara di sini ditujukan hanya kepada Nabi Adam, disebabkan secara fitrah suami itu mencari nafkah buat istrinya.
Tafsir Surat Taha: 115-122
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu) dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam'. Maka mereka sujud, kecuali iblis. Ia membangkang. Maka Kami berkata, "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi sengsara. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.
Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa? Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima tobatnya dan memimpinnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinari, telah menceritakan kepada kami Asbat ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya manusia itu dinamakan insan tiada lain karena Allah telah memerintahkan kepadanya dahulu, lalu ia lupa kepada perintah-Nya." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dari Ibnu Abbas.
Mujahid mengatakan begitu pula Al-Hasan Al-Basri bahwa makna nasiya ialah meninggalkan. Firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, "Sujudlah kalian kepada Adam!" (Thaha: 116) Allah ﷻ menceritakan kemuliaan dan penghormatan yang diberikanNya kepada Adam dan keutamaan yang dianugerahkan kepadanya di atas kebanyakan makhluk-Nya dengan keutamaan yang sebenar-benarnya. Pembahasan mengenai kisah ini telah dikemukakan dalam tafsir surat Al-Baqarah, Al-A'raf, Al-Hijr, serta Al-Kahfi, dan nanti di akhir tafsir surat Shad akan disebut kisah Allah menciptakan Adam dan perintah-Nya kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam sebagai penghormatan mereka kepada Adam.
Dijelaskan pula dalam kisah itu permusuhan iblis kepada Bani Adam dan kakek moyang mereka dahulu. Karena itulah disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: maka mereka sujud, kecuali iblis. Ia membangkang. (Thaha: 116) Yaitu menolak dan sombong, tidak mau bersujud. Maka Kami berkata, "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu (Siti Hawa). (Thaha: 117) maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi sengsara. (Thaha: 117) Artinya, bersikap waspadalah kamu terhadapnya. Dia akan berusaha mengeluarkan kamu dari surga, yang akibatnya kamu akan hidup payah, lelah, dan sengsara dalam mencari rezekimu.
Karena sesungguhnya kamu sekarang di surga ini dalam kehidupan yang makmur lagi nikmat, tanpa beban dan tanpa bersusah payah. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. (Thaha: 118) Sesungguhnya disebutkan antara kelaparan dan telanjang secara bergandengan karena lapar merupakan kehinaan bagian dalam, sedangkan telanjang merupakan kehinaan bagian lahiriah (luar) dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya. (Thaha: 119) Hal ini pun merupakan dua perkara yang bertolak belakang; dahaga merupakan panas dalam, sedangkan kepanasan karena sinar matahari merupakan panas lahiriah.
Firman Allah ﷻ: Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"' (Thaha: 120) Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan bahwa setan merayunya dengan bujukan yang menjerumuskan. Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat pada kamu berdua. (Al-A'raf: 21) Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa Allah ﷻ telah memerintahkan kepada Adam dan istrinya untuk memakan semua buah-buahan yang ada di dalam surga, tetapi keduanya tidak boleh mendekati suatu pohon tertentu di dalam surga itu.
Iblis terus-menerus menggoda dan merayu keduanya sehingga keduanya memakan buah terlarang itu. Buah terlarang itu berasal dari pohon khuldi, yang barang siapa memakan buahnya ia akan hidup kekal dan abadi. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan kisah tentang pohon khuldi ini. Imam Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abud Dahhak, bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah menceritakan'hadis berikut dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon; bila seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun, ia masih belum menempuhnya.
Pohon itu adalah pohon khuldi. Imam Ahmad juga telah meriwayatkan hadis ini. Firman Allah ﷻ: Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya. (Thaha: 121) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnu Isykab, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Asim, dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan Adam berupa seorang lelaki yang tinggi lagi berambut lebat, seakan-akan tingginya seperti pohon kurma ydhg sangat tinggi.
Setelah Adam memakan buah terlarang itu, maka semua pakaiannya terlepas: mula-mula yang kelihatan ialah bagian auratnya. Setelah Adam melihat bahwa auratnya kelihatan, maka ia berlari di dalam taman surga, tetapi rambutnya terkait pada sebuah pohon, maka ia menarik pohon itu. Lalu Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman, 'Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku! Setelah Adam mendengar kalam Tuhan Yang Maha Pemurah, ia berkata, "Wahai Tuhanku, saya tidak lari, tetapi saya malu.
Bagaimanakah menurut Engkau jika aku bertobat dan kembali taat, apakah Engkau akan mengembalikan diriku ke dalam surga?Allah menjawab, "Ya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya, "Kemudian Adam menerima beberapa kalimat Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. (Al-Baqarah: 37 )." Di dalam sanad hadis ini terdapat inqita' (mata rantai yang terputus) antara Al-Hasan dan Ubay ibnu Ka'b, Al-Hasan tidak menerimanya langsung dari Ubay; mengenai predikat marfu hadis ini masih diragukan pula.
Firman Allah ﷻ: dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. (Thaha: 121) Mujahid mengatakan bahwa keduanya memotong dedaunan surga itu untuk pakaiannya. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Aun, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Laila, dari Al-Minhal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga. (Thaha: 121) Bahwa keduanya memetik daun-daun surga, lalu menjadikannya sebagai penutup auratnya, yaitu daun pohon Tin.
Firman Allah ﷻ: dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima tobatnya dan memimpinnya. (Thaha: 121-122) -: -" ". Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ayyub ibnun Najjar, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abu Salamah, dan Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Musa mendebat Adam, ia mengatakan kepadanya, "Engkaulah yang menyebabkan manusia dikeluarkan dari surga karena dosamu sehingga engkau membuat mereka sengsara.
Adam menjawab, "Hai Musa, engkau adalah orang yang dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung denganmu, apakah engkau mencelaku karena suatu perkara yang telah ditetapkan oleh Allah atas diriku sebelum Dia menciptakan aku? Atau sesuatuyang telah ditakdirkan oleh-Nya atas diriku sebelum Dia menciptakan aku? Rasulullah ﷺ bersabda, "Maka Adam dapat mengalahkan debat Musa." Hadis ini mempunyai berbagai jalur periwayatan di dalam kitab Sahihain dan kitab-kitab Musnad. ". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Anas ibnu Iyad, dari Al-Haris ibnu Abu Zi-ab, dari Yazid ibnu Hurmuz yang mengatakan, ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Musa dan Adam berdebat di hadapan Tuhannya, tetapi pada akhirnya Adam dapat mematahkan bantahan Musa.
Musa berkata, "Engkaulah orang yang diciptakan oleh Allah dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri dan meniupkan ke dalam tubuhmu sebagian dari roh (ciptaan)-Nya, dan Dia menyuruh para malaikat bersujud kepadamu, serta menempatkanmu di dalam surga-Nya. Kemudian engkau menurunkan manusia ke bumi karena dosamu. Adam berkata, "Engkau Musa adalah orang yang telah dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya, serta Dia telah memberikan kepadamu kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu, dan Dia mendekatkanmu untuk bermunajat (dengan-Nya).
Maka berapa lamakah menurutmu Allah telah menulis kitab Taurat sebelum aku diciptakan? Musa menjawab, "Empatpuluh tahun sebelumnya. Adam berkata, "Apakah engkau menjumpai padanya (kitab Taurat), bahwa Adam durhaka kepada Tuhannya, sehingga sesatlah ia? Musa menjawab, "Ya. Adam berkata, "Mengapa engkau mencelaku karena aku telah mengerjakan suatu perbuatan yang telah ditakdirkan oleh Allah aku harus melakukannya pada waktu empat puluh tahun sebelum Dia menciptakan aku?" Rasulullah ﷺ bersabda, bahwa akhirnya Adam dapat mengalahkan hujah Musa. Al-Haris mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Hurmuz dengan lafaz yang semisal melalui Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ"
117. Untuk memperingatkan Adam tentang penolakan iblis, kemudian Kami berfirman, 'Wahai Adam! Sungguh iblis ini adalah musuh nyata bagimu dan bagi istrimu. Maka, sekali-kali janganlah sampai dia berhasil menggelincirkan dan mengeluarkan kamu berdua dari surga. Ketahuilah, hal itulah yang menyebabkan kamu menjadi celaka. 118-119. Wahai Adam, sungguh, ada jaminan untukmu di surga sana bahwa engkau tidak akan kelaparan di dalamnya. Allah telah menyediakan bagimu di sana buah-buahan dan makanan lain. Dan kamu di surga itu juga tidak akan telanjang karena Allah telah menyiapkan pakaian untukmu. Dan sungguh, di surga sana engkau tidak akan merasa dahaga karena ada mata air yang selalu memancarkan air yang jernih di sana. Dan di sana tidak pula kamu akan ditimpa panas matahari di dalamnya karena rimbunnya dedaunan dari beragam pepohonan di sana. '.
Karena Iblis tidak mau sujud kepada Adam disebabkan kesombongannya dan iri hati atas kemuliaan dan kehormatan yang diberikan kepada Adam. Allah menegaskan kepadanya bahwa Iblis itu adalah musuhnya dan musuh istrinya. Oleh sebab itu ia harus berhati-hati dan waspada terhadap tindak tanduknya, janganlah sekali-kali ia mengikuti bujuk rayunya yang mungkin berupa nasehat atau anjuran. Tidak ada tujuannya kecuali menimpakan musibah atau malapetaka kepadanya. Jika ia teperdaya dengan mulut manisnya yang bila diikutinya mungkin akan menyebabkan Adam terusir dari surga yang penuh rahmat dan karunia-Nya. Bila hal ini terjadi tentulah Iblis akan tertawa gembira sedangkan Adam akan menderita kehidupan yang berat di dunia, di mana dia harus berjuang dan bekerja keras untuk kelangsungan hidupnya sedang di dalam surga dia hidup serba cukup tak ada kekurangan satu apapun, semua keinginannya dengan mudah tercapai dan terlaksana.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
ADAM DAN ISTRINYA KENA PERDAYAAN IBLIS
Ayat 115
“Dan sesungguhnya telah Kami beri suatu janji kepada Adam dari sebelum ini."
Yaitu bahwa sebelum keturunan manusia ini berkembang, sebelum syariat diturunkan dan nabi-nabi diutus, Allah telah mendatangkan perintah kepada Adam, dan Adam pun telah berjanji akan mematuhi perintah itu, bahwa Adam diizinkan berdiam di dalam surga, memakan apa yang disukainya (seperti tersebut juga dalam surah al-Baqarah ayat 35), tetapi ada semacam buah-buahan yang tidak boleh dimakannya.
“Maka lupalah dia dan tidaklah Kami dapati padanya satu kesengajaan."
Dia lupa akan janji itu karena pandainya setan merayunya, sebagaimana akan diterangkan kelak pada ayat yang seterusnya. Dan dibela lagi hamba-Nya yang bernama Adam itu oleh Allah bahwa pelanggaran itu terjadi hanyalah karena lupa, bukan karena suatu kesengajaan.
Lalu dijelaskan Allah pula pada ayat berikutnya apa sebab maka Adam sampai lupa akan janjinya dengan Allah itu. Sebabnya ialah karena ada musuh yang memperdayakannya, sampai dia lupa.
Ayat 116
“Dan (ingatlah) tatkala Kami katakan kepada malaikat-malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam."
Di dalam syari'at Islam, kita dilarang oleh Allah bersujud kepada siapa pun jua, kecuali kepada Allah sahaja. Jika kita menghormat kepada orang yang patut dihormati, (tahiyyah), cukuplah dengan merundukkan kepala sedikit, jangan sampai batas ruku'. Sedangkan batas ruku' lagi haram, apatah lagi sujud. Tetapi malaikat disuruh sujud, menimbulkan kepada kita dua kesan. Pertama mereka adalah melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah sendiri. Kalau Allah sendiri yang memerintahkan, walaupun Adam itu makhluk jua, salahlah malaikat kalau sujud itu tidak mereka laksanakan. Kesan kedua ialah bahwa kita tidak boleh lupa bahwa malaikat itu adalah bangsa Nur, atau cahaya. Dalam ayat-ayat yang lain Allah mengatakan bahwa segala isi langit dan isi bumi, sampai kepada gunung-gunung dan kayu di hutan, sujud kepada Allah. Tentu saja sujud menurut cara dan kemungkinan masing-masing. Karena yang dimaksud dengan sujud ialah ketundukan dan kepatuhan.
Ayat-ayattentangperintahkepadamalaikat supaya sujud kepada Adam ini diceritakan di dalam Al-Qur'an sampai tujuh kali.
1. Surah al-Baqarah (Madinyah) ayat 30 sampai 38.
2. Surah al-A'raaf (Makkiyah) ayat 11 sampai 27.
3. Surah al-Hijr (Makkiyah) ayat 28 sampai 43.
4. Surah al-Israa' (Makkiyah) ayat 61 sampai 65.
5. Surah al-Kahf (Makkiyah) ayat 50 sampai 51.
6. Surah Thaahaa (Makkiyah) ayat 115 sampai 123.
7. Surah Shaad (Makkiyah) ayat 71 sampai 85.
Sampai tujuh kali kisah ini diulang-ulang dalam Ai-Qur'an dan yang paling banyak wahyu mengenai ini diturunkan di Mekah. Hikmahnya ialah untuk menanamkan dalam jiwa manusia bahwa manusia ini, sebagai keturunan dari Adam, telah lebih dimuliakan oleh Allah, diangkat dan diangkut mereka di darat dan di laut, diberi mereka rezeki yang baik-baik dan dilebihkan mereka daripada kebanyakan makhluk di muka bumi ini, sampai pun kepada manusia pertama itu malaikat-malaikat diperintahkan sujud. (Ini tersebut di dalam surah al-Israa' ayat 70). Dan diulang-utangkan kisah ini sampai tujuh kali, supaya mengertilah manusia bahwa dalam kedudukannya yang mulia di sisi Allah itu, mereka mempunyai musuh yang besar turun-temurun yang selalu hendak memerdayakan mereka, yaitu Iblis. Agar mereka selalu awas dan menjaga diri. Ituiah sebabnya maka di ujung ayat 116 ini ditegaskan,
“Maka bensujudlah nteneka semuanya yaitu malaikat-malaikat itu, “kecuali Iblis; Dia enggan."
Di surah ini tidak diterangkan apa sebab Iblis itu enggan. Di dalam surah al-Baqarah ayat 34 diterangkan sebabnya. “Dia enggan dan menyombongkan diri." Alasan yang menyebabkan dia sombong dijelaskan pula di dalam surah al-A'raaf, ayat 12, “Saya lebih mulia daripada dia; Engkau jadikan aku dari api dan Engkau jadikan dia dari tanah." Demikian juga alasan kesombongannya yang diterangkan Allah pada surah al-Hijr ayat 33, “Aku tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau jadikan dari tanah kering, dari tempaan tanah hitam yang berubah bau."
Ayat 117
“Maka berkatalah Kami, “Hai Adam! Sesungguhnya dia ini adalah musuhmu dan musuh bagi istrimu"
Keengganan dari Iblis melakukan perintah Allah untuk bersujud itu telah jelas yang menjadi sebabnya, yaitu kesombongan. Dan kesombongan itu tidaklah akan berhenti hingga itu saja. Dia akan menimbulkan akibat lebih jauh, yaitu benci dan dengki. Oleh karena sombong yang mengakibatkan benci dan dengki itu, dia akan berusaha melampiaskan nafsu benci dan dengkinya dengan berbagai cara. Sebab itu maka lawan yang dipandangnya rendah dari dia itu akan dimusuhinya. Inilah yang diperingatkan Allah kepada Adam, sebagai manusia pertama datang ke dunia, manusia yang belum berpengalaman.
Itulah peringatan Allah yang pertama kepada Adam, dan akan menjadi perbandingan terus-menerus bagi manusia selama berada dalam dunia ini. Yaitu bahwa Iblis sejak semula telah menyatakan sikap kesombongan, yang berarti bahwa dia akan memusuhi terus-menerus. Dikatakan kepada Adam bahwa Iblis itu akan menjadi musuhnya dan musuh istrinya. Artinya ialah bahwa Iblis akan jadi musuh segala manusia, laki-laki dan perempuan. Yang permusuhan itu telah tumbuh sejak semula, supaya dia awas. Maka diperingatkan Allah selanjutnya."Maka janganlah (sampai) dia keluarkan kalian keduanya dari dalam surga “ yaitu dengan segala macam tipu dan daya, bujuk dan rajlu, sehingga engkau lupa atau
lalai akan janjimu dengan Allah, lalu karena tipu dayanya itu engkau tercampak dari surga ini:
“Karena engkau akan sengsara dibuatnya."
Kalau kiranya engkau sampai tercampak keluar dari dalam surga, engkau akan sengsara, hidupmu akan sukar. Dalam surga ini engkau banyak mendapat karunia dari Allah.
Ayat 118
“Sesungguhnya kaiunianya untuk engkau, bahwa engkau tidak merasakan lapar di dalamnya."
Engkau tidak merasa kekurangan makanan, dan engkau di surga tidak akan berpayah-payah menanam. Apa makanan yang engkau kehendaki akan senantiasa sedia.
“Dan tidak pula akan bertelanjang."
sebab kain baju dicukupkan, yang teramat indah-indahnya, sebagai pakaian penduduk surga.
Ayat 119
“Dan sesungguhnya engkau tidak akan haus padanya."
Bagaimana akan merasa haus, sedang air senantiasa sedia berlimpah-limpah, dari mata-mata air dan sungai-sungai yang airnya jernih dan sejuk?
“Dan tidak akan merasa kepanasan."
Bagaimana pula akan merasa kepanasan, sedangkan cahaya matahari menjadi sejuk dan nyaman karena rimbunnya daun-daun kayu, bahkan saking rimbunnya daun-daun kayu itu, matahari pun tidak sampai kelihatan, (surah al-Insaan ayat 13).
Itulah peringatan Allah kepada Adam agar dia dan istrinya berhati-hati. Sebab sejak Iblis dengan secara terang-terangan menolak tidak mau sujud itu, permusuhan kedua pihak telah terjalin.
Akhirnya apa yang diperingatkan Allah itu terjadi. Ayat selanjutnya menyebutkan,
Ayat 120
“Maka mewaswaskan setan kepadanya."
Kata waswas kita salinkan dalam aslinya, karena kalimat itu pun telah terpakai dalam bahasa Indonesia, berkat pengaruh Islam. Misalnya, “Waswas hatiku melepaskan anakku belayar!'', maksudnya ada suara keengganan dalam hatinya yang tidak terkatakan. Maka menyelinaplah Iblis ke dalam hati Adam, memasukkan waswas, atau suara-suara yang dapat menimbulkan ragu. Kemudian lanjutan ayat menjelaskan apa waswas yang dimasukkan oleh Iblis itu.
“Dia berkata, “Hai Adam! Sudikah engkau, aku tunjukkan kepada engkau atas sesuatu pohon yang kekal dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
Khayat kita dapat saja menggambarkan bahwa di dalam Taman Firdaus itu nenek kita Adam telah merasai nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, lalu berkelilinglah beliau bersama istrinya, yang hadits ﷺ telah menyebutkan namanya, yaitu Hawa. Dalam pesiar-pesiar itu bertemulah pohon yang terlarang dimakan buahnya itu. Sudahlah wajar kita timbul pertanyaan dalam hati, apalah gerangan sebabnya maka buah kayu ini tidak boleh dimakan? Apakah rahasianya? Di sinilah Iblis memasukkan waswasnya, bahwa kalau dimakan buah kayu itu timbullah khuld, artinya kekal selama-lamanya. Mau dimakan buah kayu ini dapatlah kerajaan dan kemegahan yang tidak akan putus.
Dapat pulalah kita khayatkan bahwa manusia pertama belumlah banyak pengalaman, meskipun pengetahuan secara teori sudah banyak diajarkan.
Seketika menafsirkan ayat ini dalam surah al-A'raaf, al-Qurthubi menyatakan bahwa Adam itu adalah seorang yang beriman kepada
Allah. Dan biasanya orang yang beriman itu terlalu amat jujur, sehingga karena jujurnya mudahlah dia tertipu. Sedang orang-orang yang durjana dan durhaka mudah sekali menipu. Lalu al-Qurthubi menyalinkan sebuah hadits Rasulullah ﷺ yang dirawikan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah,
“Orang yang beriman itu terlalu jujur (hingga mudah tertipu) dan budi pekertinya mulia. Dan orang yang durjana pintar sekali menipu." (HR Imam Ahmad)
Di satu hadits riwayat yang lain kata durjana (fajir) itu disebut “al-Muna'iq".
Sebab itu maka Adam telah menjadi korban dari sangat kejujurannya.
Ayat 121
“Lalu makanlah keduanya dari (pohon itu)."
Artinya, karena sangat cerdik dan pintarnya iblis, memasukkan rayuan dan bujuk cumbunya, tertipulah beliau keduanya, sehingga telanjurlah beliau keduanya, suami-istri, memakan buah itu. Apa akibatnya? “Maka jadi jelaslah dari keduanya kemaluan keduanya." Tegasnya baru saja buah itu masuk ke dalam mulut, atau ditelan, tiba-tiba tanggallah pakaian-pakaian surga yang mereka pakai dengan sendirinya. Tidak mau lekat di tubuh lagi. Tubuh yang tadinya masih bersih, sekarang telah dikotori oleh suatu kesalahan, yang tadinya tidak disadari. Mulai waktu itu timbullah rasa malu atas aurat yang telah terbuka, kemaluan yang telah bersimbah, “Dan segeralah keduanya menutup (aurat) keduanya dengan daun-daunan dari surga."
Dalam ayat ini tergambarlah betapa rasa malu Adam karena terbuka aurat atau kemaluan itu, sehingga keduanya segera mengambil apa saja daun-daunan dalam surga yang dapat menutupi aurat itu jangan sampai kelihatan, karena yang bernama kain atau sutra tidak mau lekat lagi pada tubuh.
Lalu datanglah ujung ayat menyatakan keadaan yang telah terjadi,
“Maka durhakalah Adam kepada Tuhannya dan tersesatlah dia."
Di ujung ayat ini ditegaskanlah hal yang sebenarnya. Dengan sebab memakan buah yang dalam janji sejak semula dilarang Allah mendekatinya, dengan sendirinya Adam melanggar janji dengan Allah. Melanggar janji adalah suatu kesalahan. Itu tidak dapat diragui lagi. Kalau itu tidak dipandang salah, tentu tidak ada keadilan. Tetapi sejak semula sudah dikatakan, yaitu pada ayat 115 di atas tadi, Dia lupa, dan Allah membuktikan bahwa tidak terdapat padanya kesengajaan buat melanggar. Dia jujur, dia terbujuk, dia tertipu dan dirayu oleh mulut manis dan oleh waswas yang dimasukkan oleh Iblis, musuhnya. Meskipun Allah telah memperingatkan bahaya Iblis itu, maka sebagai seorang yang beriman dia terlalu jujur. Kejujurannya itulah yang menyebabkan dia tertipu.
Tetapi setelah baju yang lekat di badan tanggal dengan sendirinya, dia menyesal. Baru waktu itu dia insaf akan kecelakaan yang telah diperingatkan Allah kalau dia tertipu oleh Iblis itu.
Nabi kita Muhammad ﷺ pernah pula mengatakan pada sebuah hadits yang shahih bahwa orang yang beriman itu memandang suatu kesalahannya, bagaimana kecil sekalipun, rasanya laksana duduk di kaki sebuah gunung; takut gunung itu akan menimpa dirinya. Dosa bagaimana kecilnya pun, dianggap oleh orang yang beriman sebesar gunung.
Adam dan istrinya menyesal atas kesalahannya itu. Dia memohonkan ampun kepada Allah. Di dalam ayat 37 dari surah al-Baqarah dinyatakan bahwa Allah mengajarkan kepada Adam bagaimana caranya memohonkan ampun itu. Setelah dibacanya kalimat-kalimat
memohonkan ampun itu dengan segala ketulusan hatinya, Allah pun memberi ampun kepadanya. Di dalam ayat 23 dari surat al-A'raaf diterangkan lagi oleh Allah kalimat-kalimat yang Allah ajarkan itu,
“Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami! Kami telah aniaya kepada diri kami sendiri, dan jika tidaklah Engkau beri ampun akan kami dan tidak Engkau belas kasihan kepada kami, niscaya jadilah kami termasuk orang-orang yang rugi." (al-A'raaf: 23)
Dan permohonannya dikabulkan oleh Allah; dia dan istrinya diberi ampun, diberi tobat. Karena memang Allah itu mempunyai sifat yang sangat belas kasih kepada hamba-Nya. Bukan itu saja, bahkan kepercayaan Allah akan hamba-Nya tidaklah berkurang dan maksud Allah hendak mengangkat khalifah-Nya di muka bumi tetap tidak berubah. Dan orang yang akan jadi khalifah itu ialah Adam dan keturunannya. Sebab itu maka lanjutan ayat jelas sekali.
Ayat 122
“Kemudian itu Tuhannya memilih dia."
Berlakulah ilmu Allah Yang Mahatinggi, bahwa manusia itu dibikin oleh Allah pada sebaik-baik dan seindah-indah bentuk. Baik bentuk tubuh (khalq), ataupun bentuk batin atau jiwa (khulq). Manusia dilambangkan dengan Adam sebagai nenek moyangnya telah dipilih di antara seluruh makhluk Ilahi."Maka Tuhan memberi tobat kepadanya." Tegasnya bahwa kesalahannya karena memakan buah yang terlarang itu telah diampuni. Kesalahan yang sekali atau yang pertama, dalam permulaan hidup itu tidaklah akan diambil berat oleh Allah dan memang itulah yang makan pada akal yang sehat, yang menjadi sifat dari Allah sebagai Fencipta dan Penguasa Mahatinggi dari seluruh alam. Selanjutnya, sesudah dia terpilih dan sesudah kesalahannya diberi tobat."Dan membelinya petunjuk."
Ayat 123
“Berfirman Tuhan, ‘Turunlah kalian keduanya darinya."
Disebut ihbitha yang bermakna “turunlah kalian keduanya". Karena surga itu ialah tempat yang dianggap tinggi dan bumi dianggap rendah. Surga dianggap di alam Alam Jabarut dan bumi adalah alam Nasut. Mereka keduanya disuruh turun ke sana. Dan turun ke sana itu bukan hukuman karena bersalah sebab kesalahan makan buah sudah diampuni, malahan Adam tetap orang yang terpilih. Disuruh turun ke bumi ialah melaksanakan kehendak Ilahi menjadi khalifah di muka bumi, (lihat al-Baqarah ayat 30). Di sini kita merasakan kebesaran Allah dengan sepenuh arti kalimat. Di sini kita bertemu pula inti dari aqidah Islam tentang Adam dan perbedaan aqidah kita itu dengan aqidah Kristen, yang menegakkan kepercayaan bahwa Adam itu berdosa terus menerus, karena memakan buah itu, dan dosa itu terus jadi warisnya turun-temurun. Lalu Allah mengirim putranya “yang tunggal" Yesus Kristus untuk menebus dosa itu dengan mati di kayu salib. Selama kita belum percaya bahwa Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa manusia, dan Yesus itu sendiri pada hakikatnya ialah Allah itu sendiri yang menjelma jadi anaknya, maka kita masih berdosa. Dasar kepercayaan seperti ini menimbulkan serba kekacauan dalam pikiran. Mengapa dikatakan Allah itu Kasih, kalau hanya karena seorang nenek makan buah terlarang lalu dosa memakan itu jadi waris buat selama -lamanya? Dan mengapa kepada orang yang telah mengakui bahwa Yesus (Isa al-Masih) telah datang menebus dosa manusia, masih juga selalu dikatakan bahwa mereka berdosa?
Sekarang kita kembali kepada kelanjutan ayat. Pada kelanjutannya itu disebutkan sebagai sambungannya, “Sekaliannya1.", yakni turunlah kalian berdua dari dalam surga itu, ditambah dengan kalimat “sekaliannya". Sebab yang disuruh keluar itu menjadi bukan mereka berdua suami istri saja, tetapi ada satu lagi, yaitu Iblis yang jadi musuhnya itu. Dia pun disuruh keluar dari tempat itu, menjadi sudah bertiga. Kepada Iblis perintah keluar ini ditegaskan pada ayat yang lain, yaitu surah al-A'raaf ayat 18,
“Keluarlah engkau dari surga itu, dalam keadaan terhina, lagi terhalau." (al-A'raaf: 18)
Dengan mempertalikan ayat yang satu dengan ayatyang lain, dapatlah kita memahami bahwa turunnya kedua pihak itu dari dalam surga jauh berbeda. Adam dengan diiringikan oleh istrinya, sebagai orang yang terpilih dan telah diberi tobat dan diberi pula petunjuk, adalah turun ke bumi buat melaksanakan tugas. Sedang Iblis disuruh keluar dari dalam surga adalah dalam keadaan terhina dan terhalau.
Kemudian itu Allah memberi peringatan kepada Adam."Dalam keadaan yang setengah kamu jadi musuh bagiyang setengah."
i adalah peringatan yang kedua kali, dari yang pertama di ayat 117 di atas, yang mula diperingatkan oleh Allah setelah nyata bahwa Iblis tidak mau sujud kepada Adam. Tetapi sesudah peringatan betapa hebatnya permusuhan itu, Allah memberikan alat peneguhan hati bagi Adam."Maka jika datang kepada kamu petunjuk dariku," perkataan ini telah mengandung janji pula dari Allah bahwa selama Adam dan keturunannya melakukan tugas di dunia itu, Allah akan mendatangkan petunjuknya. Allah akan mengirimkan wahyu-Nya.
“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku itu, maka tidaklah dia akan tersesat, dan tidaklah dia akan celaka."
Betapapun hebatnya dan besarnya pertentangan dan permusuhan di antara manusia yang melaksanakan tugas yang dipikulkan Ilahi di atas bumi, dengan Iblis dan keturunannya serta kaki tangannya yang diusir keluar dari surga itu dalam keadaan terhina dan terhalau, namun Allah tidaklah akan membiarkan saja hamba-hamba-Nya yang telah ditugaskannya itu menjadi mangsa korban dari musuhnya. Di dalam surah al-Qiyaamah, ayat 36, Allah pun telah berfirman,
“Apakah manusia menyangka bahwa dia akan dibiarkan percuma?" (al-Qiyamaah: 36)
Niscaya tidaklah akan dibiarkan saja oleh Allah makhluk-Nya yang dipilih-Nya itu memikul beban seberat itu, dengan tidak ada petunjuk dan bimbingan.
Di uju ng ayat dikatakan bahwa barangsiapa yang mengikuti petunjuk itu tidaklah dia akan tersesat. Yaitu dalam perjalanan hidup di dunia ini. Sebab yang akan menyesatkan perjalanan hidup di dunia itu, terutama ialah Iblis tadi dengan segala macam bujuk rayunya. Dan dikatakan pula bahwa jika petunjuk itu diikut tidaklah akan celaka. Jika di dunia telah tersesat, niscaya di akhirat akan celaka, mendapat adzab siksaan dari Allah.
Ibnu Abbas menjelaskan bahwa barangsiapa yang bersungguh-sungguh membaca dan memerhatikan Al-Qur'an tidaklah dia akan tersesat di dunia ini dan tidak pula dia akan celaka di akhirat.
Suatu hal yang patut kita perhatikan dalam susunan ayat yang mengandung kisah Nabi Adam dan istrinya dengan Iblis ini, sekali lagi bertemu satu pokok lagi dari aqidah Islam mengenai kedudukan orang perempuan. Cobalah perhatikan kembali dari ayat 115 sampai kepada ayat 123 tampaklah tang-gungjawab terletak pada pundak Adam yang dikatakan lupa akan janjinya dan diakui oleh Allah bahwa perbuatan itu bukan kesengajaan, ialah Adam. Yang diberi peringatan utama oleh Allah bahwa Iblis adalah musuhnya dan musuh istrinya, ialah Adam. Yang dirayu dan ditimbulkan waswas dalam hatinya oleh Iblis, ialah Adam. Sejak ayat 115 sampai ayat 120 masih Adam yang jelas sekali bertanggung jawab atas kesalahan itu semua. Di ayat 121 baru dinyatakan bahwa istri telah turut makan, menurut suaminya. Tetapi di akhir ayat 121 kembali dijelaskan bahwa dosa ini terletak di atas pundak Adam.
Berbeda sekali dari apa yang tertulis dalam Perjanjian Lama, yang disebut sebagai sisa dari kitab Taurat, yaitu kitab Kejadian Pasal 3, bahwa yang lebih dahulu teperdaya ialah Hawa, tegasnya perempuan. Suaminya, Adam, turut makan karena diajak oleh istrinya. Dan seketika Allah menanyakan kepada Adam, mengapa dilanggar janji itu, dipikulkannya salah kepada istrinya, dilepaskannya tanggung jawab dari pundaknya. Maka sahut Adam, “Adapun perempuan yang telah Allah karuniakan kepadaku itu, ia itu memberikan daku pohon itu, lalu kumakan." (Kejadian 3; 12).
Sebab itu memandang rendah derajat perempuan adalah satu dasar yang dalam sekali dalam kepercayaan Kristen. Jika datang berontak perempuan modern terhadap agama Kristen, ialah karena tidak mau menerima penghinaan ini.
Tentunya seorang yang dianggap orang suci dalam agama Kristen berkata, “Kalau bukanlah Adam mendurhakai Tuhannya, niscaya hiduplah dia dalam kesucian dan akan tetap berkembang biak juga jenis manusia di dunia ini dengan jalan lain, bukan dengan jalan yang keji sebagai perbuatan binatang ini." (Maksud beliau; bersetubuh!).