Ayat
Terjemahan Per Kata
فَتَعَٰلَى
maka Maha Tinggi
ٱللَّهُ
Allah
ٱلۡمَلِكُ
Raja
ٱلۡحَقُّۗ
sebenarnya
وَلَا
dan jangan
تَعۡجَلۡ
kamu tergesa-gesa
بِٱلۡقُرۡءَانِ
dengan Al-Qur'an
مِن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يُقۡضَىٰٓ
diselesaikan/disempurnakan
إِلَيۡكَ
kepadamu
وَحۡيُهُۥۖ
mewahyukannya
وَقُل
dan katakanlah
رَّبِّ
ya Tuhanku
زِدۡنِي
tambahkanlah kepadaku
عِلۡمٗا
ilmu pengetahuan
فَتَعَٰلَى
maka Maha Tinggi
ٱللَّهُ
Allah
ٱلۡمَلِكُ
Raja
ٱلۡحَقُّۗ
sebenarnya
وَلَا
dan jangan
تَعۡجَلۡ
kamu tergesa-gesa
بِٱلۡقُرۡءَانِ
dengan Al-Qur'an
مِن
dari
قَبۡلِ
sebelum
أَن
bahwa
يُقۡضَىٰٓ
diselesaikan/disempurnakan
إِلَيۡكَ
kepadamu
وَحۡيُهُۥۖ
mewahyukannya
وَقُل
dan katakanlah
رَّبِّ
ya Tuhanku
زِدۡنِي
tambahkanlah kepadaku
عِلۡمٗا
ilmu pengetahuan
Terjemahan
Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Janganlah engkau (Nabi Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai pewahyuannya kepadamu dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”
Tafsir
(Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sesungguhnya) daripada apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik (dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap Al-Qur'an) sewaktu kamu membacanya (sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu) sebelum malaikat Jibril selesai menyampaikannya (dan katakanlah, "Ya Rabbku! Tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan") tentang Al-Qur'an, sehingga setiap kali diturunkan kepadanya Al-Qur'an, makin bertambah ilmu pengetahuannya.
Tafsir Surat Taha: 113-114
Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka. Maka Maha-tinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya; dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. Allah ﷻ berfirman, "'Mengingat hari kembali dan hari pembalasan amal baik dan amal buruk itu pasti terjadi, maka Kami turunkan Al-Qur'an sebagai pembawa berita gembira dan menyampaikan peringatan dengan bahasa Arab yang jelas lagi fasih, tiada kekeliruan dan tiada pula kesulitan padanya." dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebagian dari ancaman, agar mereka bertakwa. (Thaha: 113) Yaitu agar mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan perbuatan-perbuatan yang haram serta semua perbuatan yang fahisyah (keji).
atau (agar) Al-Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka. (Thaha: 113) Yakni menimbulkan ketaatan dan pekerjaan-pekerjaan yang mendekatkan diri mereka kepada Allah. Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. (Thaha: 114) Artinya, Mahasuci Allah, Raja yang sebenar-benarnya; janji-Nya benar, ancaman-Nya benar, rasul-rasul-Nya benar, surga benar, neraka benar (adanya), dan segala sesuatu yang datang dari-Nya adalah benar belaka. Sifat Mahaadil Allah ialah Dia tidak mengazab seseorang sebelum memberikan peringatan dan mengutus rasul-rasul-Nya dan sebagai alasanNya kepada makhluk-Nya, agar tidak ada lagi hujah dan keraguan bagi seorang pun terhadap apa yang telah diputuskan oleh-Nya kelak.
Firman Allah ﷻ: Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu. (Thaha: 114) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam surat lainnya yang mengatakan: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al-Qiyamah: 16-19) Di dalam hadis sahih telah disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah ﷺ sangat bersemangat bila menerima wahyu; hal inilah yang mendorongnya menggerakkan lisannya. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Sebelum itu apabila Nabi ﷺ kedatangan Malaikat Jibril membawa wahyu, setiap kali Jibril mengatakan suatu ayat, Nabi ﷺ ikut membacanya bersama Jibril, karena keinginannya yang keras untuk menghafal Al-Qur'an dengan cepat. Maka Allah memberinya petunjuk kepada cara yang lebih mudah dan lebih ringan bagi Nabi ﷺ agar beliau tidak berat. Untuk itulah maka Allah ﷻ berfirman: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (Al-Qiyamah: 16-17) Yakni Kamilah yang akan menghimpunnya dalam dadamu, kemudian kamu dapat membacakannya kepada manusia tanpa ada sesuatu pun darinya yang terlupakan olehmu. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al-Qiyamah: 18-19) Dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu. (Thaha: 114) melainkan dengarlah dengan penuh perhatian. Apabila malaikat telah selesai membacakannya kepadamu, mulailah kamu membacanya. dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. (Thaha: 114) Maksudnya, berilah aku tambahan ilmu dari-Mu. Ibnu Uyaynah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ terus-menerus mendapat tambahan ilmu hingga Allah ﷻ mewafatkannya. Karena itulah di dalam sebuah hadis telah disebutkan: Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya secara berturut-turut, sehingga wahyu banyak diturunkan di hari-hari beliau menjelang wafatnya. Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Numair, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Sabit, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah berkata dalam doanya: Ya Allah, berilah aku manfaat melalui ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan, dan segala puji bagi Allah dalam semua keadaan.
Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini melalui Abu Kuraib, dari Abdullah ibnu Numair dengan sanad yang sama, selanjutnya Imam Turmuzi mengatakan bahwa ditinjau dari jalur periwayatannya hadis ini berpredikat garib. Al-Bazzar meriwayatkannya dari Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari Abu Asim, dari Musa ibnu Ubaidah dengan sanad yang sama, hanya di akhir hadis ditambahkan doa berikut: Dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan ahli neraka."
114. Dengan semua sifat itu, maka sesungguhnya Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan karena itu, janganlah kamu, wahai Nabi Muhammad, tergesa-gesa membaca Al-Qur'an sebelum disempurnakan pewahyuannya kepadamu agar kamu tidak salah memahami dan mengajarkannya, dan katakanlah, 'Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan yang bermanfaat. '115. Ayat-ayat berikut mengisahkan peristiwa yang terjadi pada Adam dan pembangkangan Iblis terhadap perintah Allah. Kisah ini diawali dengan peringatan Allah atas tipu daya iblis. Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu untuk menjauhi iblis yang selalu berusaha menyesatkannya. Tetapi karena iblis pandai merayu maka dia lupa akan perintah itu. Dia lalu mengikuti ajakan iblis dan terjerumus sehingga melanggar larangan Allah. Dan saat itu tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat untuk menolak rayuan iblis. '.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ ketika Jibril membacakan kepadanya beberapa ayat yang diturunkan, dia cepat-cepat membacanya kembali padahal Jibril belum selesai membacakan seluruh ayat yang akan disampaikan pada Nabi. Hal ini karena Nabi takut kalau dia tidak cepat-cepat mengulanginya, mungkin dia lupa dan tidak dapat mengingat kembali. Oleh sebab itu Allah melarangnya bertindak seperti itu, karena tindakan seperti itu mungkin akan lebih mengacaukan hafalannya sebab di waktu dia mengulangi membaca apa yang telah dibacakan kepadanya perhatiannya tertuju kepada pengulangan bacaan itu tidak kepada ayat-ayat selanjutnya yang akan dibacakan jibril padahal Allah menjamin akan memelihara Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya, jadi tidak mungkin Nabi Muhammad lupa atau dijadikan Allah lupa kalau dia mendengarkan baik-baik lebih dahulu semua ayat-ayat yang dibacakan Jibril kemudian bila Jibril telah selesai membacakan seluruhnya, barulah Nabi membacanya kembali.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah Yang Mahatinggi, Mahabesar amat Luas Ilmu-Nya yang dengan Ilmu-Nya itu Dia mengatur segala sesuatu dan membuat peraturan-peraturan yang sesuai dengan kepentingan makhluk-Nya, tidak terkecuali peraturan-peraturan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Dialah yang mengutus para nabi dan para rasul dan menurunkan kitab-kitab suci seperti Zabur, Taurat dan Injil serta Dia pulalah yang menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad ﷺ Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan berangsur-angsur bukan sekaligus sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya. Kadang-kadang diturunkan hanya beberapa ayat pendek saja atau surah yang pendek pula dan kadang-kadang diturunkan ayat-ayat yang panjang sesuai dengan keperluan dan kebutuhan pada waktu itu.
Mengenai hal ini Allah berfirman:
Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya. (al-Qiyamah/75: 16-19)
Mengenai jaminan Allah dan terpeliharanya Al-Qur'an tersebut dalam ayat:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. (al-hijr/15: 9)
Kemudian Allah menyuruh Nabi Muhammad ﷺ agar berdoa supaya Dia memberikan kepadanya tambahan ilmu. Diriwayatkan oleh at-Tirmizi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah berdoa seperti berikut:
Ya Allah. Jadikanlah ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku bermanfaat bagiku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang berguna untukku dan berikanlah kepadaku tambahan ilmu. Segala puji bagi Allah atas segala hal, aku berlindung kepada Allah dari keadaan dan segala hal yang dilakukan oleh penghuni neraka. (at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Bazzar).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
AL-QUR'AN YANG BERBAHASA ARAB
Ayat 113
“Dan seperti itulah."
Yaitu seperti ayat-ayat yang telah diturunkan sebelumnya, menguraikan keadaan yang akan dihadapi oleh tiap-tiap manusia, sejak dari hidup di dunia sampai meninggal, dan bagi kehidupan manusia di dunia itu sendiri sampai hari Kiamat yang akan dimulai dengan pendataran bumi, perataan, sehingga bukit dan gunung dan lurah yang dalam tak ada lagi. Sampai kepada ditiupnya serunai sangkakala oleh Malaikat Israfil dan seterusnya: semuanya diterangkan kepada manusia berupa wahyu, yang disuruh Rasul Allah menyampaikannya, “Telah Kami turunkan Al-Qur'an dalam bahasa Arab."
Guna itulah Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, atau lidah Arab.
Maka oleh karena Islam itu sendiri bukanlah semata-mata untuk bangsa Arab, bahkan di dalam masa empat belas abad dia telah dipeluk oleh berbagai bangsa dan suku bangsa di seluruh dunia ini, dengan sendirinya wajiblah bagi bangsa-bangsa itu mempelajari dan memperdalam pemahamannya terhadap kepada bahasa Arab itu. Dan ini pun telah berjalan merata dengan tidak ada keraguannya lagi. Berpuluh-puluh ulama Islam yang bukan berbangsa Arab telah turut memperkaya ke-susasteraan dan ilmu pengetahuan Islam yang diambilnya langsung dan dikarangnya langsung dalam bahasa Arab itu. Bahkan beberapa orang yang bukan Arab adalah ahli yang amat terkemuka dalam bahasa Arab. Yang amat terkenal di antaranya ialah Sibawaih, ahli ilmu nahu yang amat terkenal. Ulama-ulama Indonesia, yang di zaman dahulu disebutOrang Jawi pun telah mengarang ilmu agama Islam dalam bahasa Arab. Di antara beliau-beliau itu yang sangat ternama ialah Syekh Nawawiy Banten, Syekh Abdussamad Palembang, Syekh Ahmad Khathib al-Minangkabauwi, dan lain-lain.
Maka setelah datang bangsa asing yang bukan Islam menjajah negeri-negeri Islam, mulailah dimasukkan racun pendidikan, bahwa Agama Islam itu hanya untuk orang Arab, dan sukar dimengerti oleh bangsa yang bukan Arab. Sampai pula dicemoohkan Al-Qur'an itu karena orang Islam yang fanatik membacanya dengan tidak mengerti isinya.
Penulis tafsir ini pernah bercakap-cakap pada kira-kira tahun 1954 dengan seorang teman bangsa Indonesia, memakai nama Islam dan lahir dalam keluarga Islam dan kampung halaman yang kuat memegang Islam, tetapi dia mendapat didikan sekolah Belanda. Dengan memakai bahasa Indonesia yang dicampur-aduk dengan bahasa Belanda, dia meremehkan bahasa Arab yang tidak dimengerti. Lalu saya jawab bahwa bagi saya sendiri dan beratus ribu bangsa Indonesia yang mendapat didikan Islam, bahasa Arab itu tidak sukar.
Sama tidak sukarnya dengan saudara belajar bahasa Belanda dari kecil, sampai saudara mencintai bahasa itu. Karena cinta saudarasudahlekatkepadabahasabangsayang mendidik saudara itu, tertanamlah kebencian saudara kepada bahasa yang telah empat belas abad menjadi bahasa kedua bagi kami, sesudah bahasa ibu kami.
Dia payah membela diri, karena anggapannya yang tadinya rendah saja kepada bahasa Arab. Mungkin dia mulai sadar bahwa jalan pikirannya itu ialah sisa didikan penjajahan, yang belum meninggalkan dirinya, walaupun negaranya telah merdeka."Dan telah Kami
terangkan di dalamnya sebahagian dari ancaman." Yaitu kecelakaan apa yang akan me-nimpa diri mereka dan adzab siksaan macam mana yang akan mereka derita jika mereka hidup di dunia bertindak semau-maunya saja. Dengan ancaman itu mereka dapat sadar “Supaya mereka berbakti," yakni bertakwa kepada Allah. Insaf bahwa hidup mereka ini bukanlah semena-mena saja. Kedatangan mereka kemari adalah atas kehendak Allah, dan hidup mereka di dunia ini adalah atas jaminan Allah. Dan setelah habis masanya di dunia ini, lalu mereka mati, mereka akan kembali kepada Allah: Kesadaran yang demikian itulah yang menyebabkan orang sudi berbakti, atau bertakwa.
“Atau dia adakan bagi mereka suatu peringatan."
Kalau isi wahyu yang pertama ialah sebagai ancaman bagi yang melanggar ketentuan Aliah agar mereka berbakti, maka isi wahyu yang lain adalah lebih mendalam lagi, yaitu supaya senantiasa ingat kepada Allah.
Ingat kepada Allah atau DzikruHah itu bukanlah semata-mata karena kena ancam saja, yang menimbulkan rasa takut akan adzab siksanya. Ingat kepada Allah melingkupi arena yang lebih luas. Ingat kepada Allah itu menimbulkan juga kerinduan hendak bertemu dengan dia (liqaak). Cinta yang mendalam (habb) dan menimbulkan pengharapan (rajaak). Ingat kepada Allah itu menimbulkan ketenteraman dalam hati dan keberanian dan kejujuran(ikhlas).
Ayat 114
“Maka Mahatinggilah Allah, Raja Yang Benar."
Setelah merenungkan nikmat dan rahmat Ilahi yang tiada tepermanai banyaknya, insaflah kita akan kelemahan kita sebagai insan dan sebagai makhluk, maka sampailah kita kepada pengakuan memang Mahatinggilah Allah itu. Tak ada rasanya kata yang cukup dan lengkap untuk mengucapkan puji-pujian atas-Nya. Syukurlah banyak diajarkannya kata-kata, dan ucapan wahyu-Nya sendiri, dengan perantaraan Rasul-Nya, bagaimana caranya memuji Dia dalam ketinggian-Nya itu. Kalau yang tidak kena-mengena dengan hakikat yang sebenarnya, karena sangat tinggi-Nya. Dan Dia adalah “Raja yang Benar" Raja yang sebenar-benar raja. Raja yang selalu berdaulat, siang dan malam, petang dan pagi. Raja di segala waktu dan raja di segala ruang. Adil hukum-Nya, teguh disiplin-Nya, kuat kuasa-Nya, agung wibawa-Nya. Dan berdiri Dia sendirinya. Hanya Dia saja yang sebenar-benar Raja. Raja yang lain hanyalah raja pinjaman sementara, berdaerah yang terbatas, bermasa yang tertentu. Bertambah tinggi pangkat dan tingkat kerajaannya, bertambah dia memerlukan bantuan dan penjaga dan pengawal. Kalau tidak, tidaklah pula dia akan dapat berbuat apa-apa. Dan mereka akan jadi raja selama rakyat masih mengakuinya. Kalau rakyat tidak mengakuinya lagi, makzullah dia dari takhtanya. Jadi raja selama dia masih hidup; setelah mati tinggallah tulang belaka; sama dengan orang lain. Maka lewatlah Raja Iskandar di dekat kuburan ayahnya, Raja Philipus. Bertemu dia di sana Diogenes, filsuf Yunani yang banyak orang menyangkanya kurang beres ingatan itu. Lalu bertanyalah Raja Iskandar, “Mengapa orang tua duduk di dekat kuburan-kuburan ini?" Diogenes menjawab, ‘Telah aku periksai tulang-tulang orang yang berkubur di sini, maka tidaklah dapat saya membedakan, mana yang tulang ayahanda Tuanku dan mana pula tulang-tulang budak-budak dan hamba sahaya pengiringnya. Karena warnanya sama saja."
Mahatinggilah Allah, Raja Yang Besar itu; yang janji-Nya benar, ancaman-Nya benar, rasul-rasul yang diutus-Nya benar, surga yang disediakan untuk yang taat benar, neraka yang disediakan buat yang durhaka pun benar, dan segala yang diatur-Nya dan difirmankan-Nya adalah benar. Dan lantaran Dia benar, Dia adalah Adil. Dia belum mengadzab sebelum rnemberi peringatan dengan mengirimkan rasul-rasul.
Raja yang Benar itulah Allah, dan dari Dia turunlah Al-Qur'an. Oleh karena hati Nabi Muhammad ﷺ bertambah sehari, bertambah juga merasa tidak dapat terpisahkan lagi dari Al-Qur'an itu, sampailah selalu dia ingin segera datang wahyu! Sedih hatinya jika Jibril terlambat datang, dan gembira dia jika ayat turun, dan bila Jibril telah membacakan satu ayat, segera disambutnya dan diulangnya, walaupun kadang-kadang belum selesai turun. Maka datanglah teguran Allah."Dan janganlah engkau tergesa-gesa dengan Al-Qur'an itu sebelum selesai kepada engkau wahyunya."
Di dalam surah al-Qiyaamah ayat 17, 18, dan 19 ada juga peringatan Allah kepada beliau semacam ini.
“Janganlah engkau gerakkan dengan dia lidah engkau, karena hendak terburu-buru dengan dia, sesungguhnya atas Kamilah mengumpulkannya dan membacakannya. Maka apabila telah Kami baca dianya maka ikutilah bacaannya. Kemudian itu, sesungguhnya atas Kami (pulalah) menjelaskannya." (aI-Qiyamah: 17-19)
Menurut keterangan dari Ibnu Abbas, Nabi ﷺ itu sangatlah harapnya akan kedatangan wahyu, dan bila Jibril datang membawa wahyu dan mulai mengajarkan kepada beliau, beliau segera saja membaca apa yang telah diterima, walaupun belum selesai. Yang demikian itu adalah karena sangat asyik dan rindu beliau kepada wahyu Ilahi itu. Maka datanglah teguran Allah, bahwa tidak perlu dia tergesa-gesa. Lebih baik tunggu wahyu itu sampai selesai turun, karena “Kamilah" kata Allah, yang memerintahkan Jibril menyampaikannya dan mengumpulkannya dalam dirimu, hai Muhammad, sampai engkau hafal di luar kepala dan menghafalkannya, setelah dibacakan dengan jelas oleh Jibril. Bilamana telah selesai Jibril membacakannya, sampai kepada cara mengucapkan dan mengeluarkan (makhraj) tiap-tiap hurufnya, ikutilah dengan baik bacaan itu. Kemudian perihal keterangan tentang isi dan maksudnya, Jibril juga yang disuruh Allah menafsirkannya.
“Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahlah bagiku ilmu."
Doa Nabi ini penting sekali artinya. Yaitu bahwa di samping wahyu yang dibawa Jibril itu. Nabi ﷺ pun disuruh selalu berdoa kepada Allah agar untuknya selalu diberi tambahan ilmu. Yaitu ilmu-ilmu yang timbul dari karena pengalaman, dari karena pergaulan dengan manusia, dari karena memegang pemerintahan, dan karena memimpin peperangan. Sehingga di samping wahyu datang juga petunjuk yang lain, seumpama mimpi atau ilham.
Berkata lbnu Uyainah, “Selalu bertambah ilmu beliau ﷺ sampai datang ajal beliau." Tersebut lagi di dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh lbnu Majah dari Abu Hurairah salah satu dari doa Nabi ﷺ,
“Ya Allah, bermanfaatlah untukku dari ilmu sang Engkau ajarkan kepadaku, dan beri aku ilmu dari apa yang memberi manfaat kepadaku, dan selalulah tambah ilmu untukku, dan segala puji-pujianlah bagi Allah dalam segala hai" (HR lbnu Majah)
Lantaran doa Nabi ﷺ agar di luar wahyu yang tersusun menjadi Al-Qur'an itu Allah memberinya pula tambahan ilmu, dapatlah kita pahamkan bahwa permohonannya itu dikabulkan Allah. Sehingga di samping wahyu
Al-Qur'an itu terdapat pula sunnah beliau yang menjadi dasar kedua dari pengambil dasar agama Islam.
Imam asy-Syaff i berkata, “Tidak ada pertikaian ahli-ahli ilmu tentang bahwa sunnah-sunnah Nabi ﷺ itu datang dari tiga bentuk.
1. Apa yang diturunkan Allah padanya dengan nash Al-Qur'an, lalu beliau ﷺ men-contohkannya menurut Al-Qur'an itu.
2. Apa yang diturunkan Allah secara ijmal (secara umum), maka sunnah Rasul ﷺ menjelaskan yang umum itu secara terperinci (tafshif).
3. Sunnah beliau sendiri yang tidak tersebut di dalam Al-Qur'an, baik secara ijmal atau secara tafshil, lalu beliau ijtihadkan sendiri, tetapi tidak keluar dari garis kehendak Al-Qur'an.
Memohon tambahan pengetahuan adalah teladan Nabi yang seyogianya dituruti oleh tiap-tiap umat Muhammad yang beriman. Karena ilmu Allah Ta'aala itu amat banyak dan amat luas. Dapat mengetahui suatu cabang ilmu akan menambah keyakinan kita akan Kebesaran Allah. Ilmu adalah pembawa manusia ke pintu iman. Nama Allah Ta'aala sendiri pun di antaranya ialah limun. Kebesaran dan keteraturan alam ini menjadi bukti atas Kemahakuasaan Allah dan luas ilmu-Nya meliputi segala. Dengan bertambahnya ilmu kita, bertambah pula yakin kita bahwa yang dapat kita ketahui hanya sejemput kecil saja. Laksana mutiara yang diempaskan ombak ke tepi pantai, kita kupas dari dalam lokan dan giwang, sedang yang dalam dasar laut, masih Allah-lah yang tahu.
Oleh sebab itu maka ahli pengetahuan yang sejati tidaklah memegang yakin suatu pendapat, bahwa itu sudah sampai pada tingkat terakhir. Sesungguhnya hasil penyelidikan yang lama bisa saja berubah karena didapat pula hasil penyelidikan yang baru, yang membuat batal atau basi hasil yang lama itu. Sebab itu tepatlah doa yang diajarkan Allah kepada Nabi itu, “Ya Tuhanku, tambahlah bagiku ilmu."