Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
جَآءَكُم
datang kepadamu
مُّوسَىٰ
Musa
بِٱلۡبَيِّنَٰتِ
dengan bukti-bukti
ثُمَّ
kemudian
ٱتَّخَذۡتُمُ
kalian menjadikan
ٱلۡعِجۡلَ
anak sapi
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِۦ
sesudahnya
وَأَنتُمۡ
dan kalian
ظَٰلِمُونَ
orang-orang yang dzalim
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
جَآءَكُم
datang kepadamu
مُّوسَىٰ
Musa
بِٱلۡبَيِّنَٰتِ
dengan bukti-bukti
ثُمَّ
kemudian
ٱتَّخَذۡتُمُ
kalian menjadikan
ٱلۡعِجۡلَ
anak sapi
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِۦ
sesudahnya
وَأَنتُمۡ
dan kalian
ظَٰلِمُونَ
orang-orang yang dzalim
Terjemahan
Sungguh, Musa benar-benar telah datang kepadamu dengan bukti-bukti kebenaran. Kemudian, kamu mengambil (patung) anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian)-nya dan kamu (menjadi) orang-orang zalim.
Tafsir
(Dan sesungguhnya telah datang kepada kamu sekalian Musa dengan membawa bukti-bukti kebenaran) maksudnya mukjizat seperti tongkat, tangan dan terbelahnya lautan (kemudian kamu ambil anak sapi) sebagai sembahan (sesudahnya) maksudnya sesudah kepergiannya ke mikat (bahkan kamu adalah orang-orang yang aniaya.) Karena telah menjadikan anak sapi sebagai sembahan.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 91-92
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kepada Al-Qur'an yang diturunkan Allah," mereka berkata, "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami." Dan mereka kafir kepada Al-Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedangkan Al-Qur'an itu adalah (kitab) yang benar, yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah, "Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kalian orang-orang yang beriman?" Sesungguhnya Musa telah datang kepada kalian membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kalian jadikan anak sapi (sebagai sesembahan) sesudah kepergiannya, dan sebenarnya kalian adalah orang-orang yang zalim.
Ayat 91
Allah ﷻ berfirman, "Dan apabila dikatakan kepada mereka," yakni kepada orang-orang Yahudi dan yang semisal dengan mereka dari kalangan ahli kitab. Berimanlah kepada Al-Qur'an yang diturunkan Allah, kepada Nabi Muhammad ﷺ, percayalah kepadanya, dan ikutilah dia. Mereka berkata, "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami." Maksudnya, cukup bagi kami beriman kepada kitab Taurat dan Injil yang diturunkan kepada kami, dan kami tidak mengakui selain itu. Mereka kafir kepada Al-Qur'an yang diturunkan sesudahnya, yakni sesudah kitab-kitab tersebut.
Padahal Al-Qur'an itu adalah kitab yang benar, yang membenarkan apa yang ada pada mereka; yakni mereka mengetahui bahwa kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah kebenaran, yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Lafal musaddiqan dibaca nasab karena berfungsi sebagai hal (keterangan keadaan), yakni keadaan Al-Qur'an itu membenarkan apa yang ada pada mereka, yakni kitab Taurat dan Injil yang dipegang mereka. Dengan demikian, di dalam kalimat ini terkandung hujah yang membantah pengakuan mereka; seperti yang dijelaskan oleh firman Allah ﷻ lainnya, yaitu: “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri” (Al-Baqarah: 146). Kemudian dalam ayat selanjutnya Allah berfirman, "Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah, jika benar kalian orang-orang yang beriman?" Yakni jika kalian benar dalam pengakuan kalian yang menyatakan bahwa kalian beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada kalian, mengapa kalian membunuh para nabi yang datang kepada kalian dengan membawa apa yang membenarkan yang ada di tangan kalian? Kalian diperintahkan agar memutuskan hukum berdasarkan kitab Taurat itu dan tidak boleh mengubahnya, padahal kalian mengetahui bahwa para nabi tersebut benar. Tetapi ternyata kalian membunuh mereka karena rasa dengki, ingkar, dan takabur kalian terhadap utusan-utusan Allah. Kalian sama sekali tidak mengikuti kecuali hanya hawa nafsu kalian sendiri, pendapat kalian, dan selera kalian sendiri.
Makna ayat ini sama dengan firman-Nya: “Apakah setiap datang kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginan kalian, lalu kalian menjadi sombong; sehingga beberapa orang (di antara rasul-rasul itu) kalian dustakan dan beberapa orang (yang lain dari mereka) kalian bunuh” (Al-Baqarah: 87). As-Suddi mengatakan sehubungan dengan ayat berikut, bahwa Allah mencela perbuatan mereka melalui firman-Nya: “Katakanlah, mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kalian orang-orang yang beriman?” (Al-Baqarah: 91). Menurut Abu Ja'far ibnu Jarir, makna ayat ini adalah seperti berikut: Katakanlah wahai Muhammad kepada orang-orang Yahudi Bani Israil bila telah kamu katakan kepada mereka, "Berimanlah kepada Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah." Lalu mereka menjawab, "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami." Katakanlah, "Mengapa kalian membunuh para nabi, wahai orang-orang Yahudi, jika kalian adalah orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan oleh Allah? Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian membunuh mereka melalui Al-Kitab (Taurat) yang diturunkan kepada kalian. Bahkan kitab kalian memerintahkan kepada kalian untuk mengikuti para nabi, taat, dan percaya kepada mereka." Kalimat ayat ini mengandung makna penolakan dari Allah terhadap perkataan mereka (orang-orang Yahudi) yang menyatakan bahwa mereka hanya beriman kepada kitab yang diturunkan kepada mereka; sekaligus sebagai celaan terhadap sikap mereka yang demikian itu.
Ayat 92
"Sesungguhnya Musa telah datang kepada kalian membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat)," (Al-Baqarah: 92) yakni tanda-tanda yang jelas dan bukti-bukti yang tak bisa dipungkiri lagi. Semuanya menunjukkan bahwa Nabi Musa a.s. adalah utusan Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Tanda-tanda yang jelas itu berupa banjir, belalang, kutu busuk, katak, darah, tongkat, tangan Nabi Musa a.s., terbelahnya laut, awan menaungi mereka, manna dan salwa, batu, dan lain sebagainya di antara mukjizat-mukjizat yang mereka saksikan sendiri dengan mata kepala mereka. "Kemudian kalian jadikan anak sapi (sebagai sembahan)," (Al-Baqarah: 92) yakni kalian menjadikannya sebagai sembahan selain dari Allah di hari-hari Nabi Musa a.s. mengalami kesibukan.
Firman Allah ﷻ, "Sesudah (kepergian)nya," (Al-Baqarah: 92) yakni sesudah Nabi Musa a.s. pergi meninggalkan kalian menuju Bukit Tur untuk bermunajat kepada Allah ﷻ. Kelakuan mereka saat itu diterangkan oleh firman-Nya: “Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke Gunung Tur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara” (Al-A'raf: 148).
"Dan sebenarnya kalian adalah orang-orang yang zalim," (Al-Baqarah: 92) yakni kalian adalah orang-orang yang zalim karena perbuatan kalian yang menyembah anak lembu itu, sedangkan kalian mengetahui bahwa tiada yang wajib disembah kecuali hanya Allahﷻ, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya yang lain, yaitu: “Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata, "Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi" (Al-A'raf: 149).
Berikut adalah argumen lain untuk membantah orang-orang Yahudi yang mengaku beriman kepada kitab yang diturunkan kepada mereka. Dan sungguh, Musa telah datang kepada mu dengan bukti-bukti yang sangat jelas tentang kebenaran yang dia ajarkan, seperti turunnya al-mann dan as-salwa', terpancarnya air dari batu, berubahnya tongkat menjadi ular, dan lain-lain. Meski begitu, kamu tidak menerimanya dengan baik, bahkan kemudian kamu mengambil patung anak sapi sebagai sembahan setelah kepergian-nya meninggalkan kamu untuk sementara waktu menuju Bukit Tursina, dan kamu menjadi orang-orang zalim karena kamu tetap melakukan hal itu, meskipun kamu tahu itu salahDan ingatlah ketika Kami mengambil janji kamu, wahai Bani Israil, dan Kami angkat gunung Sinai di atasmu seraya berfirman, 'Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu melalui Nabi Musa, yakni prinsip-prinsip ajaran agama dan rinciannya, dan dengarkanlah serta perkenankanlah apa yang diperintahkan kepada kamu!' Mereka menjawab, Kami mendengarkan dengan telinga kami, tetapi kami tidak menaati dan tidak pula mau mengamalkannya. Bukannya segera melaksanakan perintah, mereka justru bersegera melakukan kedurhakaan. Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu kecintaan menyembah patung anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh kepercayaanmu kepa damu, yang kamu anggap telah menghiasi jiwa kamu, jika kamu orang-orang beriman kepada Taurat.
Di antara keingkaran orang-orang Yahudi yang sangat menonjol ialah keingkaran mereka terhadap nikmat Allah, yaitu bahwa Nabi Musa a.s. telah didatangkan Allah dengan membawa ajaran Tauhid dan mukjizat seperti terbelahnya lautan dan anugerah Tuhan berupa "mann" dan "salwa." Kemudian Bani Israil mengingkari jalan yang benar dan berbuat durhaka dengan menyembah anak-sapi yang dibuat oleh Samiri. Perbuatan mereka itu zalim, sebab mereka melakukan sesuatu yang tercela. Seharusnya mereka menyampaikan kepada manusia bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 92-96
Ayat 92
“Dan sesungguhnya telah datang kepada kamu Musa dengan keterangan-keterangan."
Berapa banyak dia mempertunjukkan kepada kamu mukjizat kebesaran Allah. Meskipun hal itu ditujukan kebanyakannya kepada Fir'aun, kamu tentu dapat mengambil iktibar dan kejadian-kejadian itu."Kemudian kamu ambil (kamu sembah) anak lembu sesudah itu" Itukah bukti bahwa kamu hanya beriman kepada yang diturunkan kepada kamu?
“Adalah kamu orang-orang yang aniaya."
Yaitu, menganiaya dirimu sendiri karena kamu dibebaskan dari tindasan Fir'aun yang menyembah berhala, oleh Allah Yang Maha-tunggal, padahal kamu sembah lagi berhala anak lembu setelah kamu diselamatkan. Itulah satu aniaya besar terhadap diri sendiri.
Ayat 93
“Dan (Ingatlah) tatkala Kami ambil perjanjian kamu, dan Kami angkatkan gunung di atas kamu. Lalu Kami firmankan, ‘Ambillah apa yang Kami datangkan kepada kamu dengan sungguh-sungguh dan dengarkanlah.'"
Dengarkanlah segala ajaran yang disampaikan kepada kamu dengan perantaraan rasul Kami Musa dan Harun. Tetapi apa sambutan kamu atas perjanjian itu, perjanjian yang sampai mengancam kamu akan mengimpitmu dengan gunung? “Mereka berkata, ‘Telah kami dengarkan dan kami durhakai.'" Begitulah sambutan kamu atas perjanjian dan perintah Tuhan. Meskipun mulut tidak berkata begitu, perbuatanmu menjawab begitu. Pengaruh apa yang telah masuk ke hatimu sehingga sampai kamu berani mendurhakai sampai sedemikian rupa? Sebabnya ialah, “Dan menyelusuplah ke dalam hati mereka anak lembu itu lantaran kekafiran mereka" Artinya pengaruh penyem-bahan kepada berhala anak lembu itu sudah sangat meresap ke dalam hati mereka, sehingga walaupun telah diancam akan diimpit gunung, walaupun telah diperintah supaya setia kepada hukum Taurat dengan sungguh-sungguh, namun pengaruh anak lembu itu belum lagi kikis dari dalam hatinya.
“Katakanlah—wahai utusan Kami, “Alangkah buruknya apa yang disuruhkan oleh iman kamu itu, kalau memang kamu beriman."
Kalau memang kamu beriman kepada syari'at yang diturunkan kepada Musa, padahal terbukti ancaman runtuh gunung tidak mengubah perangaimu dan perintah memegang Taurat sungguh-sungguh dengan nyata-nyata kamu durhakai, memang amat buruklah pengaruh dari apa yang kamu katakan beriman itu.
Tadi, mereka menganggap Bani Israil adalah kaum yang diistimewakan Allah. Di akhirat, mereka pun akan mendapat tempat yang lebih mulia daripada tempat segala bangsa dan kaum di seluruh dunia. Mereka adalah kaum yang andal, dipilih Tuhan buat melebihi segala bangsa di dunia dan di akhirat. Kalau memang demikian keyakinan kamu,
Ayat 94
“Katakanlah—wahai utusan Kami, jika memang untuk kamu negeri akhirat itu, di sisi Allah sudah ditentukan, tidak ada bagi orang-orang lain, maka cobalah minta mati itu jika kamu memang orang-orang yang benar."
Karena orang yang sudah yakin bahwa dia telah disediakan tempat yang mulia di akhirat, melebihi segala manusia di dunia ini, apalah artinya dunia. Bukankah orang lain takut menghadapi maut karena keyakinan itu. Keberanian menghadapi maut adalah bukti yang terang atas adanya keyakinan itu.
Sebelum mereka menjawab, sudah nyata akan jawabannya. Mereka tidak berani menghadapi maut.
Ayat 95
“Sekali-kali mereka tidak akan meminta mati"
Mendengar sebutan mati saja, mereka sudah takut. Mengapa demikian? “Tersebab apa yang telah didahului oleh tangan mereka." Artinya, dosa sudah terlalu banyak diperbuat di dunia ini dan hati sangat lekat kepada dunia. Sebab itu, timbullah takut mereka kepada mati.
“Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim."
Allah Maha Mengetahui akan gerak-gerik orang-orang yang berlaku aniaya dengan melanggar segala perintah yang ditentukan Tuhan.
Ini pun dapAllah menjadi iktibar bagi kita bagaimana suasana dan perbedaan semangat Bani Israil dengan kaum Muslimin di masa itu. Muhajirinnya dan Ansharnya. Muhajirin dan Anshar yakin akan kebenaran agama me-reka. Mereka yakin bahwa syari'at yang mereka anut ini adalah benar dan mereka berani mempertahankannya dengan jiwa-raga mereka. Semuanya bersedia mati untuk itu. Mereka berani! Sebab mati bagi mereka adalah syahid, yaitu kesaksian atas adanya kebenaran Tuhan, Bukan karena mereka merasa bahwa kalau telah mengakui Islam dengan sendirinya mereka mendapat tempat di akhirat kelak. Malahan di akhir surah Aali ‘Imraan kelak akan berjumpa permohonan orang Mukmin agar mereka diberi tempat istimewa di sisi Allah di akhirat, tetapi Tuhan dengar terang-terang menyampaikan jawaban bahwa tempat istimewa di sisi Allah tidaklah akan diberikan kalau mereka belum berani menderita disakiti pada jalan-Ku, diusir dari rumah tangga dan kampung-halaman karena menegakkan cita agama. Berani berperang, membunuh dan terbunuh.16
Kesediaan mati karena iman adalah ujian yang penting bagi seorang yang mengaku dirinya Mukmin. Sebagaimana kata ahli,
“Mati adalah bukti cinta yang sejati."
Ayat 96
“Dan sesungguhnya akan engkau dapati Mereka itulah yang seloba-loba manusia terhadap hidup."
Meskipun mereka mengaku beriman kepada kitab wahyu yang diturunkan Tuhan."Dan lebih dari orang-orang yang musyrikin!" Orang-orang yang musyrikin menyembah berhala lebih berani mempertahankan berhala mereka walaupun pendirian itu tidak benar. Sebab mereka yakin pula bahwa dengan runtuhnya berhala itu artinya ialah keruntuhan bagi kemegahan mereka dan nenek moyang mereka. Tetapi Bani Israil yang mereka pertahankan apa? Yang mereka tuju apa? Yang mereka tuju ialah kemegahan hidup, mengumpul harta benda sebanyak-banyaknya walaupun dengan menernakkan uang (riba). Menguasai ekonomi setempat dan memeras keringat orang yang lemah. Oleh sebab itu, “Ingin setiap orang dari mereka jikalau diberi umur seribu tahun." Oleh karena terikatnya hati kepada dunia, tidak lagi ingat kepada mati. Meskipun lidah tidak mengatakan ingin hidup seribu tahun, tetapi kesan dari sikap dan perbuatan menunjukkan demikian. Karena mengejar kegagahan dunia, persediaan untuk akhirat tidak mereka acuhkan.
Akan tetapi, ada juga orang berpendapat bahwa kerakusan orang Yahudi, mencari kekayaan sebanyak-banyaknya sehingga mengesankan ingin hidup seribu tahun, adalah karena di dalam kitab Taurat sendiri tidak dibentangkan hal akhirat. Pada hemat kita, meskipun dalam kitab Taurat yang sekarang itu memang tidak disinggung banyak dari hal hidup sesudah mati, namun dalam hati sanubari manusia yang beriman mesti juga ada kesan tentang akhirat. Pelajaran Budha pun tidak banyak menyinggung soal akhirat, tetapi kaum pemeluk Budha tidak serakus orang Yahudi akan harta. Keduanya itu kita hitung ialah pada umumnya, “Padahal tidaklah akan menunda-nundanya dan adzab panjang umur itu." Penundaan mati, perpanjangan umur tidaklah akan dapat menunda dari adzab. Betapapun panjangnya umur, namun akhirnya mesti mati. Janganlah disebut sebagai kata yang tinggi, yaitu seribu tahun, sedangkan sehingga usia seratus tahun saja pun jasmani telah mulai lemah dan ruhani telah mulai tidak berdaya, dan akhirnya mati juga. Bertambah panjang umur, kalau tidak ada amal, artinya hanya menambah banyak jumlah dosa yang akan diperkirakan di hadapan Tuhan raja.
TepAllah apa yang diungkapkan oleh penyair Indonesia yang terkenal Almarhum Khairil Anwar bahwa “hidup hanyalah menunda kekalahan" Namun kekalahan pasti datang.
“Demi Allah adalah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan."
Ke mana pun akan menyembunyikan diri, teropong penglihatan Tuhan tidak lepas dari diri mereka. Dan semuanya kelak akan diperhitungkan di hadapan hadirat Allah dengan saksama. Kebohongan, iman yang pura-pura, kerakusan kepada dunia, membanggakan diri, tetapi takut mati, semuanya itu adalah keruntuhan jiwa yang akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan.