Ayat
Terjemahan Per Kata
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itulah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱشۡتَرَوُاْ
(mereka) membeli
ٱلۡحَيَوٰةَ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَا
dunia
بِٱلۡأٓخِرَةِۖ
dengan akhirat
فَلَا
maka tidak
يُخَفَّفُ
mereka diringankan
عَنۡهُمُ
dari mereka
ٱلۡعَذَابُ
siksa
وَلَا
dan tidak
هُمۡ
mereka
يُنصَرُونَ
mereka ditolong
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itulah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱشۡتَرَوُاْ
(mereka) membeli
ٱلۡحَيَوٰةَ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَا
dunia
بِٱلۡأٓخِرَةِۖ
dengan akhirat
فَلَا
maka tidak
يُخَفَّفُ
mereka diringankan
عَنۡهُمُ
dari mereka
ٱلۡعَذَابُ
siksa
وَلَا
dan tidak
هُمۡ
mereka
يُنصَرُونَ
mereka ditolong
Terjemahan
Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka, azabnya tidak akan diringankan dan mereka tidak akan ditolong.
Tafsir
(Merekalah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat) artinya lebih mengutamakan dunia daripada akhirat (maka tidaklah akan diringankan siksa terhadap mereka dan tidaklah mereka akan beroleh bantuan") untuk menghindarkan siksaan itu.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 84-86
Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari kalian (yaitu): Kalian tidak akan menumpahkan darah kalian (membunuh orang), dan kalian tidak akan mengusir diri kalian (saudara sebangsa) dari kampung halaman kalian, kemudian kalian berikrar (akan memenuhinya), sedangkan kalian mempersaksikannya. Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian (saudara kalian sebangsa) dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya, kalian bantu-membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepada kalian sebagai tawanan, kalian tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagi kalian. Apakah kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain. Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian diantara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat besar. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat. Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.
Ayat 84
Melalui ayat ini Allah ﷻ membantah orang-orang Yahudi yang ada di zaman Rasulullah ﷺ di Madinah dan mengecam tindakan mereka yang ikut berperang melibatkan diri dalam perang antara Aus dan Khazraj, karena kabilah Aus dan Khazraj yakni orang-orang Anshar dahulu di masa Jahiliah adalah penyembah berhala, dan di antara kedua belah pihak banyak terjadi peperangan. Sedangkan orang-orang Yahudi di Madinah terdiri atas tiga kabilah, yaitu Bani Qainuqa' dan Bani Nadir; keduanya adalah teman sepakta kabilah Arab Khazraj, sedangkan Bani Quraizah adalah teman sepakta kabilah Aus.
Apabila terjadi peperangan di antara kedua belah pihak, maka masing-masing berpihak kepada teman sepaktanya. Orang-orang Yahudi pun terlibat pula dalam peperangan ini hingga ia membunuh musuhnya, dan ada kalanya seorang Yahudi membunuh Yahudi lain yang berpihak kepada musuhnya. Padahal perbuatan tersebut diharamkan atas diri mereka menurut ajaran agama yang dinaskan oleh kitab Taurat mereka. Mereka mengusir musuh mereka dari kampung halamannya serta merampok semua peralatan, barang-barang, dan harta benda yang ada padanya.
Tetapi apabila perang telah berhenti dan terjadi gencatan senjata di antara kedua kabilah yang bersangkutan, masing-masing golongan dari kaum Yahudi menebus tawanan sekaumnya dari tangan musuhnya, karena mengamalkan kandungan kitab Taurat. Karena itulah maka Allah ﷻ berfirman: “Apakah kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?” (Al-Baqarah: 85). Di dalam ayat lain Allah ﷻ berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kalian (yaitu): Kalian tidak akan menumpahkan darah kalian (membunuh orang), dan kalian tidak akan mengusir diri kalian (saudara sebangsa kalian) dari kampung halaman kalian.” (Al-Baqarah: 84). Makna yang dimaksud ialah, janganlah sebagian dari kalian membunuh sebagian yang lain, jangan mengusirnya dari rumahnya, jangan pula saling membantu untuk melakukan hal tersebut. Pengertian ini sama dengan firman Allah ﷻ: “Maka bertobatlah kalian kepada Tuhan yang menjadikan kalian, dan bunuhlah diri kalian. Hal itu lebih baik bagi kalian pada sisi Tuhan yang menjadikan kalian.” (Al-Baqarah: 54) Dikatakan demikian karena orang-orang yang memeluk agama yang sama, sebagian darinya atas sebagian yang lain sama kedudukannya dengan satu orang, seperti pengertian yang terkandung di dalam sabda Nabi ﷺ berikut: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang serta silaturahmi (keakraban) mereka sama dengan satu tubuh; apabila ada salah satu anggota tubuh darinya merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh merasakan sakitnya hingga demam dan tidak dapat tidur.”
Firman Allah ﷻ: “Kemudian kalian berikrar (akan memenuhinya), sedangkan kalian mempersaksikannya.” (Al-Baqarah: 84) Yaitu kalian berikrar bahwa diri kalian telah mengetahui janji tersebut dan keabsahannya, sedangkan kalian mempersaksikannya. “Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian (saudara sebangsa) dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya.” (Al-Baqarah: 85)
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad Ibnu Abu Muhammad, dari Sa'id ibnu Jubair atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir firman-Nya: “Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian (saudara sebangsa kalian) dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya.” (Al-Baqarah: 85) hingga akhir ayat. Allah ﷻ memberitahukan kepada mereka apa yang pernah mereka lakukan sebelum itu. Di dalam kitab Taurat, Allah telah mengharamkan atas diri mereka mengalirkan darah mereka dan diwajibkan atas diri mereka menebus orang sebangsanya yang ditawan.
Mereka (Bani Israil) terdiri atas dua golongan. Salah satu golongannya adalah Bani Qainuqa', teman sepakta Kabilah Khazraj dan Nadir. Dan golongan lainnya yaitu Bani Quraizah adalah teman sepakta Kabilah Aus. Tersebutlah bahwa apabila terjadi peperangan di antara kabilah Aus dan Khazraj, Bani Qainuqa' dan Bani Nadir yang menjadi teman sepakta kabilah Khazraj memihak pada kabilah Khazraj, dan Bani Quraizah berpihak kepada kabilah Aus.
Masing-masing pihak dari kalangan orang-orang Yahudi membela teman sepaktanya, hingga mereka saling mengalirkan darah di antara sesamanya, padahal di tangan mereka ada kitab Taurat dan mereka mengetahui semua hukum dan kewajiban yang terkandung di dalamnya. Kabilah Aus dan Khazraj adalah orang-orang musyrik penyembah berhala. Mereka tidak mengenal adanya surga dan neraka, tidak pula hari berbangkit (hari kiamat). Mereka tidak mengenal adanya kitab, tidak kenal pula dengan istilah halal dan haram.
Apabila perang terhenti dan gencatan senjata terjadi, maka orang-orang Yahudi tersebut menebus tawanan perang dari kalangan mereka berdasarkan nas kitab Taurat dan sebagai pengamalannya. Maka orang-orang Bani Qainuqa' dan Bani Nadir menebus tawanan perang mereka yang ada di tangan kabilah Aus, sedangkan orang-orang Bani Quraizah menebus tawanan perang mereka yang berada di tangan kabilah Khazraj. Mereka mengajukan tuntutan terhadap apa yang telah teralirkan dari darah mereka, dan mereka membunuh orang-orang yang telah mereka bunuh dari kalangan mereka sendiri untuk membantu kaum musyrik yang ada di pihaknya.
Ayat 85
Allah ﷻ berfirman sehubungan dengan hal ini: “Apakah kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain!” (Al-Baqarah: 85). Dengan kata lain, kalian saling menebus dan saling membunuh di antara sesama kalian, padahal di dalam kitab Taurat telah disebutkan bahwa tidak boleh membunuh, tidak boleh mengusir seseorang dari kampung halamannya, tidak boleh pula membantu orang agar musyrik kepada Allah ﷻ dan penyembah berhala untuk melakukan hal itu karena mengharapkan keuntungan duniawi.
Menurut apa yang sampai kepadaku, semua yang telah kami sebut di atas tentang perilaku orang-orang Yahudi bersama kabilah Aus dan Khazraj melatarbelakangi turunnya ayat ini. Asbat meriwayatkan dari As-Suddi, bahwa orang-orang Quraizah adalah teman sepakta kabilah Aus, sedangkan orang-orang Bani Nadir teman sepakta kabilah Khazraj. Mereka saling membunuh di dalam perang yang terjadi di antara sesama mereka.
Bani Quraizah berpihak kepada teman sepaktanya, dan Bani Nadir berpihak kepada teman sepaktanya pula. Tersebutlah bahwa Bani Nadir pernah berperang melawan Bani Quraizah dan teman sepaktanya; ternyata Bani Nadir dapat mengalahkan mereka, maka orang-orang Bani Nadir mengusir orang-orang Bani Quraizah dari tempat tinggalnya. Apabila ada orang-orang yang tertawan dari kalangan kedua belah pihak, mereka mengumpulkan tawanan tersebut, lalu saling menebus di antara sesama mereka.
Melihat kejadian tersebut orang-orang Arab mencela perbuatan mereka seraya mengatakan, "Mengapa kalian memerangi mereka, kemudian kalian menebus tawanan mereka?" Orang-orang Yahudi menjawab, "Kami telah diperintahkan untuk menebus mereka dan diharamkan atas kami memerangi mereka (sesamanya)." Orang-orang Arab bertanya, "Lalu mengapa kalian memerangi mereka?" Orang-orang Yahudi menjawab, "Kami merasa malu bila teman sepakta kami mengalami penghinaan (kekalahan)." Yang demikian itulah yang disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya: “Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh diri kalian (saudara sebangsa kalian) dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya” (Al-Baqarah: 85) hingga akhir ayat.
Asbat meriwayatkan dari As-Suddi, dari Asy-Sya'bi, bahwa ayat berikut diturunkan berkenaan dengan Qais ibnul Hatim, yaitu firman-Nya:“Kemudian kalian membunuh diri kalian sendiri dan mengusir segolongan dari kalian dari kampung halamannya” (Al-Baqarah: 85) hingga akhir ayat. Asbat meriwayatkan dari As-Suddi, dari Abdu Khair yang menceritakan kisah berikut: Kami berperang dengan Sulaiman ibnu Rabi'ah Al-Bahili di Lanjar. Kami dapat mengepung penduduknya. Akhirnya kami beroleh kemenangan atas kota tersebut, serta kami memperoleh banyak tawanan wanita. Abdullah ibnu Salam membeli seorang wanita Yahudi dengan harga tujuh ratus. Ketika ia melalui Rasul Jalut, ia turun istirahat padanya, lalu Abdullah berkata kepada pemimpin Rasul Jalut, "Wahai Rasul Jalut, maukah engkau membeli dariku seorang nenek yang ada di tanganku dari kalangan pemeluk agamamu (agama Yahudi)?" Rasul Jalut menjawab, "Ya." Abdullah ibnu Salam berkata, "Aku telah membelinya dengan harga tujuh ratus (dirham)." Pemimpin Rasul Jalut menjawab, "Aku mau memberimu keuntungan yang sama dengan modalmu itu." Abdullah ibnu Salam berkata, "Sesungguhnya aku telah bersumpah bahwa aku tidak akan menjualnya dengan harga kurang dari empat ribu (dirham)." Pemimpin Rasul Jalut menjawab, "Aku tidak memerlukannya." Abdullah ibnu Salam berkata, "Demi Allah, kamu benar-benar membelinya dariku atau kamu kafir terhadap agamamu sendiri yang kamu peluk sekarang." Selanjutnya Abdullah ibnu Salam berkata, "Mendekatlah kepadaku." Maka pemimpin itu mendekat kepadanya dan Abdullah ibnu Salam membacakan ke telinganya apa yang terkandung di dalam kitab Taurat, yaitu: "Sesungguhnya kamu tidak sekali-kali menemukan seorang budak dari kalangan Bani Israil melainkan kamu harus membelinya dan memerdekakannya." Tetapi jika mereka datang kepada kalian sebagai tawanan, kalian tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagi kalian. (Al-Baqarah: 85) Pemimpin Rasul Jalut bertanya, "Engkau Abdullah ibnu Salam?" Abdullah ibnu Salam menjawab, "Ya." Maka pemimpin Rasul Jalut datang dengan membawa uang sejumlah empat ribu (dirham), dan Abdullah ibnu Salam akhirnya menerima dua ribu saja, sedangkan yang dua ribu lagi ia kembalikan kepada orang tersebut.
Adam ibnu Abu Iyas meriwayatkan di dalam kitab tafsirnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far (yakni Ar-Razi), telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Anas, telah menceritakan kepada kami Abul Aliyah, bahwa Abdullah ibnu Salam pernah lewat di Rasul Jalut (bawahan daerah Kufah), sedangkan pemimpin Rasul Jalut menebus tawanan perang wanita (dari kalangan Yahudi) yang belum disetubuhi oleh pasukan Arab, dan ia tidak mau menebus tawanan wanita yang sudah digauli oleh tentara Arab.
Maka Abdullah ibnu Salam berkata, "Ingatlah, bukankah telah termaktub di dalam kitab yang ada padamu bahwa kamu harus menebus mereka semuanya (tanpa pilih kasih)?" Makna yang ditunjukkan oleh ayat dan konteksnya mengandung celaan yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi sehubungan dengan pengamalan mereka terhadap perintah kitab Taurat yang mereka yakini kesahihannya, padahal kenyataannya mereka bertentangan dengan syariat yang terkandung di dalamnya, sedangkan mereka mengetahui hal tersebut.
Ironisnya mereka mempersaksikan kebenaran dari kekeliruan tersebut. Karena itu, mereka tidak beriman kepada apa yang terkandung di dalam kitab Taurat, tidak pula terhadap penukilannya; serta tidak percaya dengan apa yang mereka sembunyikan mengenai sifat Rasulullah ﷺ, ciri khasnya, tempat diutusnya, saat munculnya dan tempat hijrahnya, serta lain-lainnya yang diberitakan oleh para nabi sebelum Nabi ﷺ muncul. Hal inilah yang disembunyikan dengan rapi di antara sesama mereka, semoga laknat Allah menimpa mereka.
Sehubungan dengan hal ini Allah ﷻ berfirman: “Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kalian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia” (Al-Baqarah: 85). Yakni disebabkan mereka menentang syariat Allah dan perintah-Nya. “dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat” (Al-Baqarah: 85) sebagai pembalasan yang setimpal terhadap perbuatan mereka yang menentang Kitabullah yang berada di tangan mereka, yakni kitab Taurat.
Ayat 86
“Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat. Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat” (Al-Baqarah: 85-86) Maksudnya, mereka lebih senang memilih kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat. “Maka tidak akan diringankan siksa mereka” (Al-Baqarah: 86) Yakni tidak pernah terhenti siksaan atas diri mereka walau hanya sesaat. “Dan mereka tidak akan ditolong” (Al-Baqarah: 86). Artinya, tiada seorang penolong pun yang dapat menyelamatkan mereka dari azab kekal yang menimpa diri mereka, dan tiada seorang pun yang dapat memberikan perlindungan kepada mereka dari siksa tersebut.
Mereka melanggar perjanjian, memutarbalikkan ayat-ayat Allah, mengimani sebagian isi Kitab Suci dan mengingkari sebagian lainnya karena mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan yang fana di dunia dengan kehidupan yang kekal di akhirat, yakni mereka teperdaya oleh gemerlap duniawi serta kesenangan hidup sementara, dan berusaha dengan berba gai cara, meskipun dengan melanggar norma, untuk memilikinya. Siksa yang mere ka dapat kan di dunia tidak berarti akan meringankan azab mereka di akhirat. Sama sekali tidak! Maka tidak akan diringankan azabnya, karena siksa akhirat tidak dapat diringankan, dan mereka tidak akan ditolong oleh siapa pun, termasuk oleh diri mereka sendiri.
Berikut ini masih merupakan uraian tentang pelanggaran-pelanggaran Bani Israil. Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa agar dengan membacanya, kamu selalu ingat kandungan perjanjian itu, namun kamu tetap saja melupakannya. Tidak saja menganugerahkan Taurat, Kami juga telah susulkan berturut-turut setelahnya, yakni sepeninggal Nabi Musa, dengan rasul-rasul yang silih berganti datang memperingatkan kamu dan memperbarui tuntunan agar selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti Nabi Daud, Sulaiman, hingga Yahya. Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam penjelasan-penjelasan, yakni bukti-bukti kebenaran yang sangat jelas seperti kemampuannya'atas izin Allah'mengembalikan penglihatan orang buta, menyembuhkan berbagai penyakit, menghidupkan orang mati, dan mengungkap berita-berita gaib, serta kami perkuat dia dengan Rohulkudus, yaitu malaikat Jibril, yang datang dengan wahyu-wahyu Ilahi berupa kitab Injil. Karena sikap mereka terhadap para nabi dan rasul sangat tidak wajar, maka mereka dikecam dalam bentuk pertanyaan: mengapa setiap rasul yang datang kepadamu yang diutus Allah membawa sesuatu pelajaran yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri dengan sangat angkuh, lalu sebagian kamu dustakan, seperti Nabi Isa dan Nabi Muhammad, dan sebagian kamu bunuh, seperti Nabi Zakaria dan Nabi Yahya, dan sebagian yang lain hendak kalian bunuh, seperti Nabi Muhammad' Terbayang betapa licik orang-orang Yahudi Bani Israil yang diceritakan sifat-sifatnya dalam ayat-ayat di atas. Banyak dalih yang mereka kemukakan, banyak juga kalimat bodoh yang mereka ucapkan. Dari situ dapat ditarik pelajaran bahwa kecerdasan akal seseorang tidak selalu menuntunnya kepada perilaku yang baik, terutama bila kecerdasan itu tidak disertai kemantapan iman.
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa merekalah orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menerima kehidupan dunia ini sebagai ganti kehidupan akhirat. Mereka memberi bantuan kepada sekutu-sekutu mereka yang menyembah berhala, kerena hendak mengambil keuntungan duniawi.
Pada hari kiamat mereka akan diazab dengan azab yang berat dan tidak diberi bantuan apa-apa, sebab perbuatan mereka telah mencantumkan mereka dalam golongan orang-orang celaka. Oleh karena itu tertutuplah pintu rahmat Ilahi pada mereka. Mereka tidak mendapatkan penolong yang dapat menolong mereka, dan tidak pula mendapatkan pembela yang dapat membantu mereka. Mereka tetap abadi di dalam neraka Jahanam.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 84-86
Ayat 84
“Dan (Ingatlah) tatkala Kami perbuat penjanjian dengan kamu: Tidak boleh kamu menumpahkan darah kamu."
Demikian padatnya janji itu sehingga jika ada darah tertumpah karena aniaya, tidak lain adalah darah kamu juga. Darah saudaramu adalah darah kamu sendiri, tidak boleh kamu tumpahkan, tidak boleh kamu bunuh."Dan tidak boleh kamu mengeluarkan diri-diri kamu dari kampung halaman kamu" Jika timbul sengketa dan permusuhan sehingga ada anak saudaramu yang kamu usir, itu adalah diri kamu sendiri juga. Demikianlah janji yang telah mereka ikat dengan sepengetahuan kesaksian Tuhan sendiri, “Kemudian telah ikrar kamu." Artinya, janji itu telah kamu ikrarkan akan dipegang teguh-teguh tidak akan diubah-ubah lagi.
“Dan kamu pun menyaksikan."
Artinya, pemuka-pemuka yang ada waktu itu turut menyaksikan ketika janji diperbuat Untuk mengetahui bunyi perjanjian-perjanjian ini, pokok dan uraiannya bertemu di dalam Kitab Perjanjian Lama yang bernama Kitab Ulangan. Janji termaktub dalam kitab mereka, tetapi sebagai janji yang di atas tadi juga. Termaktub dalam kitab, mereka akui kebenarannya, tetapi mereka langgar dengan semena-mena. Ini dijelaskan dalam ayat selanjutnya,
Ayat 85
“Kemudian itu kamu Mereka pun."
Artinya, di antara golongan mereka yang telah berpecah-belah dan bermusuhan."Kamu bunuh kamu dan kamu keluarkan sebagian daripada kamu dari kampung halaman mereka" Inilah yang menjadi kenyataan di antara Bani Israil sendiri di zaman Rasulullah di negeri Madinah itu.
Bani Qainuqa' Yahudi membuat perjanjian persahabatan dengan Suku Aus dari Arab Madinah. Bani Quraizhah membuat pula perjanjian persahabatan dengan Suku Khazraj. Bani Nadhir akhirnya mengikat persahabatan pula dengan Suku Khazraj.
Oleh karena di antara Aus dengan Khazraj di zaman jahiliyyah bermusuhan, sampai ber-perang-perangan, maka pihak Yahudi yang berpecah itu mengambil persahabatan dengan masing-masing pihak untuk menghantam lawannya. Setelah agama Islam datang, Aus dan Khazraj bersatu kembali di bawah pimpinan Rasulullah, namun Bani Israil tetap berpecah. Setelah di zaman jahiliyyah itu pernah terjadi peperangan maka terjadilah tawan-me-nawan dan terjadi pengusiran dari kampung halaman. Terjadilah bunuh-membunuh sesama keturunan, itu sebab disebut kamu bunuh diri kamu; karena membunuh teman sedarah sama dengan membunuh diri sendiri."Berbantu-bantuan kamu atas mencelakakan mereka dengan dosa dan permusuhan." Maka, kalau orang lain berbantu-bantuan atas berbuat kebajikan dan takwa, kamu berbantu-bantuan pula, tetapi atas dosa dan permusuhan. Maka, janji yang telah kamu ikrarkan di muka Allah dan dengan penuh kesaksian itu telah kamu injak-injak sendiri."Padahal jika mereka datang kepada kamu sebagai orang-orang tawanan, kamu tebus mereka." Setelah terjadi peperangan Bani Quraizhah dengan Bani Qainuqa' yang kedua belah pihaknya bersekutu dengan kabilah Arab yang bermusuhan pula, yaitu Aus dan Khazraj, kalau ada orang Bani Israil tertawan oleh pihak Arab, segera kamu tebus mereka dari dalam tawanan. Jika ditanya mengapa ditebus? Kamu jawab, tidaklah pantas seorang keturunan darah Bani Israil menjadi tawanan. Sebab, yang demikian itu sangat hina dalam pandangan Taurat. Itulah maksud ayat, “Padahal telah diharamkan atas kamu mengeluarkan mereka" Artinya, mengapa dalam hal menebus mereka dari tawanan itu kamu kembali memegang isi Taurat? Padahal mengeluarkan mereka dari kampung halaman mereka dan memerangi mereka pun diharamkan atas kamu oleh kitab Taurat itu juga? Ketika menebus, kamu berpegang teguh pada Taurat, tetapi sebab-sebab mengapa mereka tertawan, yaitu perpecahan di antara kamu, tidak kamu ingat. Hendaknya tutuplah pangkal perpecahan sesama sendiri ini sejak bermula, jangan hanya di ujung saja memegang Taurat, sedangkan di pangkal telah bocor."Apakah kamu memercayai sebagian Kitab dan kamu kafir dengan yang sebagian (lagi)?"
Kamu tebus saudaramu dari tawanan karena beriman kepada sebagian dari isi kitab; sedangkan yang sebagian lagi, yaitu supaya jangan bunuh-membunuh dan usir-mengusir, tidak kamu jalankan. Kemudian dijelaskan Tuhanlah akibat kecelakaan bagi mereka karena memegang isi kitab dengan timpang itu, “Maka tidaklah ada ganjaran bagi orang-orang yang berbuat demikian daripada kamu, melainkan kehinaan dalam kehidupan di dunia ini." Sebab isi kitab tidak lagi kamu pegang dengan sungguh-sungguh dan janji dengan Tuhan telah kamu permurah-murah. Kehinaan akan menimpa kamu di dunia ini sebab kesatuanmu telah pecah. Tuhan mempunyai undang-undang sendiri terhadap pergaulan manusia di dunia ini. Masyarakat yang sudah seperti demikian tidak diharap akan dapat mengangkat muka lagi. Mereka akan jatuh hina. Dan dalam masa sepuluh tahun Nabi kita ﷺ di Madinah, memang satu demi satu hancur kekuatan Bani Israil itu karena salah mereka sendiri. Yang sedianya tidak akan kejadian kalau bukan kerusakan-kerusakan jiwa di kalangan mereka, “Dan pada Hari Kiamat akan dikembalikan mereka kepada sesangat-sangat adzab," karena segala janji dimungkiri, kitab suci diubah-ubah, perintah-Nya tidak dijalankan, dan di antara sesama sendiri bermusuh-musuhan.
“Dan tidaklah Allah tengah daripada apa yang kamu kerjakan."
Peringatan di ujung ayat ini adalah bayangan dari Tuhan terhadap mereka tentang nasib yang akan mereka terima lantaran segala kesalahan itu. Bani Nadhir kesudahannya diusir habis (surah al-Hasyr), Bani Quraizhah disapu bersih (surah al-Ahzaab) karena meng-khianati janji dengan Rasulullah dan Benteng Khaibar dimusnahkan.
Ayat 86
“Mereka itulah orang-orang yang telah memberi kehidupan dunia di Akhirat."
Alangkah tepat ungkapan ini! Untuk merebut hidup dan kemegahan dunia yang fana, kedudukan pendeta-pendeta, ketinggian dalam pandangan masyarakat pengikut yang bodoh-bodoh, mereka lemparkan isi Taurat mereka oleh karena kalau dituruti isi Taurat pegangan itu sebenar-benarnya niscaya mereka terpaksa menerima Al-Qur'an dan mengakui Nabi ﷺ. Kalau isi Taurat dan Al-Qur'an itu mereka ikuti, selamAllah mereka dunia dan akhirat.
Apalah lagi di akhirat Tetapi mereka tidak mau menerima kebahagiaan akhirat itu, untuk mempertahankan kemegahan dunia. Akhirnya akhirat tidak dapat, dunia yang dipertahankan itu hilang pula dari tangan."Maka tidaklah akan diringankan bagi mereka siksaan itu!' Baik siksaan dunia dengan kekalahan mereka yang berturut-turut, sehingga akhirnya di zaman Khalifah Umar bin Khaththab, sisa-sisa mereka yang tinggal pun disapu bersih, tidak boleh seorang jua pun tinggal di Jazirah Arab. Padahal tidaklah mereka dipaksa sekali juga masuk Islam, bahkan mereka diberi kehormatan sebagai “Ahlul Kitab". Di akhirat pun niscaya adzab itu tidak juga akan diringankan,
“Dan tidaklah Mereka akan ditolong."
Penolong yang sebenarnya di dalam kesusahan manusia hanyalah Tuhan. Tetapi kalau Tuhan yang didurhakai, siapa orang lain yang akan sanggup menolong?
Dan kalau kita pikirkan lagi, orang Yahudi di seluruh dunia di zaman sekarang hanyalah kira-kira 15 juta banyaknya, sedangkan kaum Muslimin menurut catatan setengah pencatat telah mencatat jumlah sampai 500 juta. Tersebar di seluruh tanah yang penting di Timur dan tersebar di mana-mana di dunia. Berapa kali pula mereka telah berpecah sesama sendiri? Bukankah ketika orang Islam dikeluarkan dari Spanyol habis-habisan setelah kekalahan Kerajaan bani Ahmar di Granada, tidak ada orang Islam dari negeri lain yang sungguh-sungguh membela? Bukankah peperangan hebat terjadi tiga ratus tahun yang lalu di antara Kerajaan Islam Turki dan Kerajaan Islam Persia (Iran) karena pertentangan madzhab pada lahirnya dan perebutan tanah kuasa pada batinnya? Dan di saat-saat itu pulalah mulai berkembang penjajahan negara-negara Barat kepada negara-negara Islam.
Moga-moga ayat yang dimulai untuk orang Bani Israil ini yang tinggal tertulis untuk kita, menjadi iktibar dan perbandingan bagi kita. Karena hukum perjalanan sejarah di dunia ini telah diatur oleh Allah dalam satu aturan yang adil, sebagaimana yang banyak ditulis oleh seorang ahli filsafat sejarah Islam sendiri Aliamah Ibnu Khaldun.
Moga-moga kita bangkit kembali dengan berpedoman kepada Al-Qur'an.