Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَمَّا
dan tatkala
بَرَزُواْ
(mereka) telah nampak
لِجَالُوتَ
bagi/kepada Jalut
وَجُنُودِهِۦ
dan tentaranya
قَالُواْ
mereka berkata/berdoa
رَبَّنَآ
ya Tuhan kami
أَفۡرِغۡ
tuangkanlah
عَلَيۡنَا
atas kami
صَبۡرٗا
kesabaran
وَثَبِّتۡ
dan kokohkanlah
أَقۡدَامَنَا
tapak kaki/pendirian kami
وَٱنصُرۡنَا
dan tolonglah kami
عَلَى
atas/terhadap
ٱلۡقَوۡمِ
kaum
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
وَلَمَّا
dan tatkala
بَرَزُواْ
(mereka) telah nampak
لِجَالُوتَ
bagi/kepada Jalut
وَجُنُودِهِۦ
dan tentaranya
قَالُواْ
mereka berkata/berdoa
رَبَّنَآ
ya Tuhan kami
أَفۡرِغۡ
tuangkanlah
عَلَيۡنَا
atas kami
صَبۡرٗا
kesabaran
وَثَبِّتۡ
dan kokohkanlah
أَقۡدَامَنَا
tapak kaki/pendirian kami
وَٱنصُرۡنَا
dan tolonglah kami
عَلَى
atas/terhadap
ٱلۡقَوۡمِ
kaum
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
Terjemahan
Ketika mereka maju melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.”
Tafsir
(Dan tatkala mereka tampil untuk memerangi Jalut bersama tentaranya) artinya telah berbaris dan siap sedia untuk bertempur, (mereka berdoa, "Ya Tuhan kami! Tuangkanlah) atau limpahkanlah (kepada kami kesabaran, teguhkanlah pendirian kami) dengan memperkokoh hati kami untuk berjuang, (dan bantulah kami terhadap orang-orang kafir").
Tafsir Surat Al-Baqarah: 250-252
Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, mereka pun berdoa, "Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami melawan orang-orang kafir."
Mereka (tentara Talut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Talut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.
Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan benar dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.
Ayat 250
Ketika tentara yang beriman yang berjumlah sedikit di bawah pimpinan Talut berhadap-hadapan dengan bala tentara Jalut yang berjumlah sangat besar itu, maka bala tentara Talut berdoa:
“Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran ke atas diri kami.” (Al-Baqarah: 250) Yakni curahkanlah kepada kami kesabaran dari sisi-Mu.
“Dan kokohkanlah pendirian kami.” (Al-Baqarah: 250) Yaitu dalam menghadapi musuh-musuh kami itu, dan jauhkanlah kami dari sifat pengecut dan lemah.
“Dan tolonglah kami melawan orang-orang kafir.” (Al-Baqarah:250)
Ayat 251
Firman Allah ﷻ: “Mereka (tentara Talut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah.” (Al-Baqarah: 251)
Maksudnya, mereka dapat mengalahkan dan menaklukkan musuhnya berkat pertolongan Allah yang diturunkan kepada mereka.
“Dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut.” (Al-Baqarah: 251)
Disebutkan di dalam kisah israiliyat bahwa Daud membunuh Jalut dengan katapel yang ada di tangannya; ia membidiknya dengan katapel itu dan mengenainya hingga Jalut terbunuh. Sebelum itu Talut menjanjikan kepada Daud, bahwa jika Daud dapat membunuh Jalut, maka ia akan menikahkan Daud dengan anak perempuannya dan membagi-bagi kesenangan bersamanya serta berserikat dengannya dalam semua urusan.
Maka Talut menunaikan janjinya itu kepada Daud. Setelah itu kekuasaan pindah ke tangan Daud a.s. di samping kenabian yang dianugerahkan Allah kepadanya. Karena itulah disebutkan di dalam firman-Nya:
“Kemudian Allah memberikan kepadanya kekuasaan.” (Al-Baqarah: 251) Yakni yang tadi dipegang oleh Talut, kini beralih ke tangan Daud a.s.
“Dan hikmah.” (Al-Baqarah: 251) Yang dimaksud dengan hikmah ialah kenabian, sesudah Syamuel.
“Dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Baqarah: 251) Yaitu segala sesuatu yang dikehendaki Allah berupa ilmu yang khusus diberikan kepadanya.
Kemudian dalam firman selanjutnya Allah ﷻ berfirman: “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.” (Al-Baqarah: 251) Yakni seandainya Allah tidak membela suatu kaum dari keganasan kaum yang lain seperti pembelaan-Nya kepada kaum Bani Israil melalui perang mereka bersama Talut dan didukung oleh Daud a.s., niscaya kaum Bani Israil akan binasa.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya: “Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja; dan rumah-rumah ibadat orang Yahudi serta masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (Al-Hajj: 40), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir mengatakan: Telah menceritakan kepadaku Abu Humaid Al-Himsi salah seorang dari kalangan Banil Mugirah), telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Riff ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Suqah, dari Wabrah ibnu Abdur Rahman, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah benar-benar menolak wabah (penyakit) melalui seorang muslim yang saleh terhadap seratus keluarga dari kalangan para tetangganya.”
Kemudian Ibnu Umar membacakan firman-Nya: “Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.” (Al-Baqarah: 251)
Sanad hadits ini dha’if, mengingat Yahya ibnu Sa'id yang dikenal dengan sebutan 'Ibnul Attar Al-Himsi' ini orangnya dha’if sekali.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abu Humaid Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah benar-benar akan memberikan kebaikan berkat kebaikan seorang lelaki muslim kepada anaknya, cucunya, keluarganya, dan para ahli bait yang tinggal di sekitarnya. Dan mereka masih tetap berada dalam pemeliharaan Allah ﷻ selagi lelaki yang muslim itu berada di antara mereka.”
Hadits ini pun dha’if lagi gharib karena alasan yang telah lalu tadi.
Abu Bakar ibnu Mardawaih mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ismail ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abus Siman, dari Sauban tentang sebuah hadits marfu, yaitu: “Masih tetap berada di antara kalian tujuh orang, berkat keberadaan mereka kalian mendapat pertolongan, berkat keberadaan mereka kalian mendapat hujan, dan berkat keberadaan mereka kalian diberi rezeki hingga datang perintah Allah (yakni hari kiamat).”
Ibnu Mardawaih meriwayatkan pula: Telah menceritakan pula kepada kami Muhammad ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Jarir ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'az, yaitu Nahar ibnu Mu'az ibnu Usman Al-Laisi, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbah, telah menceritakan kepadaku Umar Al-Bazzar, dari Anbasah Al-Khawwas, dari Qatadah, dari Abu Qilabah, dari Abul Asy'as As-San'ani, dari Ubadah ibnus Samit yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Wali Abdal di kalangan umatku ada tiga puluh orang, berkat mereka kalian diberi rezeki, berkat mereka kalian diberi hujan, dan berkat mereka kalian mendapat pertolongan.” Qatadah mengatakan, "Sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga Al-Hasan (Al-Basri) adalah salah seorang dari mereka."
Firman Allah Swt: “Tetapi Allah mempunyai karunia atas semesta alam.” (Al-Baqarah: 251)
Yakni Dialah yang memberikan karunia dan rahmat kepada mereka; dengan sebagian di antara mereka, maka tertolaklah keganasan sebagian yang lain. Bagi-Nyalah keputusan, hikmah, dan hujah atas makhluk-Nya dalam semua perbuatan dan ucapan-Nya.
Ayat 252
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Itu adalah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepadamu dengan benar dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.” (Al-Baqarah: 252)
Yaitu ayat-ayat Allah yang Kami ceritakan kepadamu ini yang menceritakan perihal orang-orang yang telah Kami sebutkan di dalamnya merupakan kebenaran, yakni kejadian yang sesungguhnya dan sesuai dengan apa yang ada di dalam isi kitab kaum Bani Israil dan telah diketahui oleh semua ulama mereka.
“Dan sesungguhnya kamu.” (Al-Baqarah: 252) Khitab atau pembicaraan ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
“Benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.” (Al-Baqarah: 252) Ungkapan ayat ini mengandung makna taukid (pengukuhan) dan mengandung qasam (sumpah).
Dan ketika saat yang mencekam semakin dekat, mereka, yakni kelompok kecil namun didukung keimanan yang kuat, terus maju untuk melawan Jalut dan tentaranya, meski mereka tahu benar kekuatan mereka tidak sebanding dengan kekuatan tentara Jalut. Untuk menguatkan mental, mereka berdoa, Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami untuk menghadapi situasi yang berat ini; kukuhkanlah langkah kami di medan perang ini; dan tolonglah kami untuk menghadapi dan mengalahkan orang-orang kafir. Cerita ini memberi kita beberapa pelajaran dalam menghadapi situasi yang berat dan sulit. Pertama, berani menghadapi dengan penuh kesabaran. Kedua, mempersiapkan apa saja yang memungkinkan untuk memantapkan langkah. Ketiga, berdoa untuk menguatkan mental. Maka mereka mampu mengalahkannya, yakni Jalut dan tentaranya, dengan izin Allah, dan bahkan seorang pemuda bernama Dawud yang bergabung dengan tentara Talut berhasil membunuh Jalut. Kemudian Allah memberinya, Dawud, dua anugerah yang belum pernah diberikan kepada rasul-rasul sebelumnya, yaitu kerajaan dan hikmah agar bisa membawa maslahat, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki, seperti membuat baju besi dan memahami bahasa burung. Dan kalau Allah tidak melindungi melalui kekuasaan dan kehendak-Nya kepada sebagian manusia dengan memunculkan kekuatan penyeimbang bagi sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini, karena mereka akan bertindak semenamena dan menindas yang lemah. Tetapi Allah mempu-nyai karunia yang dilimpahkan-Nya atas seluruh alam, yakni apabila kezaliman merajalela, Allah akan memunculkan kekuatan yang mengimbanginya.
Ketika raja thalut beserta tentaranya telah berhadap-hadapan dengan raja Jalut dan tentaranya, dan menyaksikan betapa banyaknya jumlah musuh dan perlengkapan yang serba sempurna, mereka berdoa kepada Allah agar dilimpahkan iman ke dalam hati mereka, sabar dan tawakal pada Allah dan agar Allah menolong mereka mengalahkan musuh-musuhnya yang menyembah berhala itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah Thalut menerima jabatan raja dan ketua-ketua Bani Israil pun telah menerima apa yang disampaikan oleh Nabi Samuel itu, mulailah Thalut memegang pimpinan dan menguji tanda kesetiaan kaumnya, Bani lsrai) itu, kepada perintahnya.
Ayat 249
“Maka, tatkala telah berangkat Thalut dengan tentaranya,"
Hendak berperang dengan orang Palestina, “berkatalah dia, ‘Sesungguhnya, Allah akan menguji kamu dengan satu sungai!" Dalam perjalanan kita ini kelak kita bertemu lalu menyeberangi sebuah sungai. Menurut ahli-ahli tafsir ialah Sungai Jordan."Maka, barangsiapayang minum darinya, tidaklah dia dari golonganku. Dan, barangsiapa yang tidak mengecapnya, sesungguhnya dia itulah dari golonganku kecuali barangsiapa yang men-ceduksatu cedukan dengan tangannya
Inilah satu perintah harian yang mengandung ujian. Barangsiapa yang tidak minum sama sekali, itulah yang dipandang tentara setia, termasuk golongan yang dipercaya dari Raja Thalut. Siapa yang minum dipandang bukanlah pengikut yang setia kecuali yang meminum hanya seceduk telapak tangan. Yang meminum seceduk telapak tangan ini boleh juga dimasukkan pengikut, tetapi mutu kedudukannya tentu tidak sama dengan yang tidak minum sama sekali. Thalut mengatakan bahwa bertemu sungai ini benar-benar satu ujian dari Allah. Karena di dalam perjalanan jauh dengan satu angkatan perang, baik siang maupun malam, bertemulah air jernih mengalir, jaranglah orang yang dapat menahan selera. Akan tetapi, kalau orang setia kepada pimpinan, perintah itulah yang akan dilaksanakannya walaupun haus akan ditahannya.
Akan tetapi, oleh karena sudah terbiasa mengabaikan perintah dan memandang enteng disiplin, terjadilah pelanggaran, tidak dituruti perintah itu dengan sepenuhnya, “Maka, minumlah mereka darinya kecuali sedikit dari antara mereka!'
Ini satu ujian yang akan berbekas nanti kepada semangat berperang.
“Maka, setelah mereka menyeberanginya, dia dan orang-orang yang beriman sertanya," baik yang tidak minum sedikit juga maupun
yang minum sepuas-puasnya, menyeberanglah dari sungai itu."Berkatalah mereka, ‘Sesungguhnya, tidaklah ada kesanggupan bagi kami hari ini terhadap Jalut dan tentaranya!" Rupanya sesampai di seberang sungai sudah kelihatan tentara musuh orang Palestina itu di bawah pimpinan kepala perang mereka yang bernama Jalut. Amat banyak tentara mereka, berlipat ganda lebih banyak dari tentara Bani Israil. Sebagian besar dari pengikut Thalut sudah merasa payah; di antaranya ialah payah karena terlalu banyak minum di hari panas, sudah hendak berhenti saja. Apatah lagi melihat musuh amat banyak dari jauh. Mereka telah menerima salah satu akibat dan ujian kesetiaan pimpinan mereka."Berkata orang-orang yang percaya bahwa mereka akan menemui Allah." Mereka itu ialah orang-orang yang ketika diuji tadi telah lulus dari ujian taat setia kepada pemimpin mereka.
“Berapa banyak golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan ijin Allah. Dan, sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang sabar."
Niscaya yang berkata begini ialah yang berperang mempunyai tujuan, yaitu percaya bahwa kalau mereka mati di dalam mempertahankan jalan Allah, mereka akan menemui Allah. Bagi mereka, ketakutan tidak ada. Bahkan mati karena mempertahankan keyakinan dan iman adalah mati yang mulia. Pengikut-pengikut yang seperti inilah yang dikehendaki Thalut sebagai raja atau kepala perang. Mereka itu pun berkeyakinan bahwa meskipun bilangan musuh berlipat ganda dan pihak kita hanya sedikit, yang penting bukanlah banyak dan sedikitnya bilangan, melainkan teguhnya keyakinan dan baiknya pimpinan. Mungkin, memang banyak orang Palestina, tetapi pimpinannya tidak teguh. Mereka tidak mempunyai pimpinan seperti Thalut. Kemudian, mereka pun menekankan bahwasanya di dalam menghadapi musuh, sabarlah yang penting, yaitu teguh hati di dalam penyerbuan dan teguh pula ketika bertahan, dan jangan pencemas. Mungkin golongan yang berkata itu telah melihat tanda-tanda bahwa pihak musuh sombong karena banyak bilangan dan selama ini telah berkali-kali mengalahkan Bani Israil.
Mereka yang karena keteguhan semangat dari golongan yang sedikit itu, yang tidak minum ketika menyeberang sungai atau minum hanya seceduk, dan mendapat kepercayaan pula dari Raja Thalut, diberi baginda gelar kehormatan “golonganku". Si penakut-penakut yang lain tadi pun pulihlah semangat mereka kembali. Mereka pun turutlah kepada suara yang kuat iman, itu buat terus tampil ke muka berhadapan dengan musuh.
Ayat 250
“Dan tatkala mereka berhadap-hadapan dengan Thalut dan tentaranya itu, berkatalah meneka, ‘Ya, Tuhan kami! Tumpahkantah kepada kami kesabaran dan teguhkanlah kaki kami, dan tolonglah kami di dalam menghadapi orang yang kafir."
Di saat yang penting dan genting itu, mereka dengan semangat baja telah melindungi diri kepada Tuhan, memohon dikuatkan dan dilimpahkan kepada mereka kesabaran, langan sampai beranjak kaki buat mundur walaupun setapak di dalam menghadapi musuh, sampai menang dengan pertolongan Tuhan
Bani Israil di bawah pimpinan raja mereka Thalut, karena kesabaran dan keteguhan hati, sebab kuatnya keyakinan atas sucinya apa yang mereka perjuangkan, ditambah lagi dengan kesetiaan dan ketaatan mereka kepada komando raja mereka,
Ayat 251
“Maka, dapatlah mereka mengalahkan mereka itu dengan izin Allah,"
Yakni, dapatlah tentara Palestina di bawah pimpinan jalut itu mereka kalahkan sebab Allah yang mengizinkan. Diizinkan oleh Allah karena mereka berperang dengan sungguh-sungguh, dengan sabar dan benar-benar menyerah diri kepada Tuhan, dan bersedia mati, agar bertemu dengan Tuhan."Seraya membunuhlah Dawud akan jalut." Dalam peperangan itulah muncul seorang anak yang masih sangat muda bernama Dawud bin Esai, yang tadinya tidak diperhatikan karena hanya seorang anak kecil penggembala kambing, masih berat baginya memikul pedang karena kecilnya. Akan tetapi, pimpinan perang Palestina yang bernama Jalut (orang Kristen menyebutnya Goliat) yang tubuhnya sangat besar telah dibunuh oleh Dawud dengan satu kepintaran melemparkan batu dengan pelanting, tepat kena kepala orang itu dan pecah. Setelah musuh itu mati, kepalanya dikerat oleh Dawud dan dibawanya menghadap Raja Thalut. Maka, timbullah kasih sayang Thalut kepada anak itu, sampai diangkatnya jadi menantunya. Dan, dialah kelak, pemuda Dawud ini, yang akan timbul bintangnya menjadi raja Bani Israil setelah mundur nama Thalut."Dan diberikan Allah kepadanya kerajaan dan hikmah"
Kerajaan: itulah takhta Dawud yang terkenal, raja merangkap nabi yang telah membawa Bani Israil ke puncak kemegahan.
Hikmah: ialah karena kepadanya diturunkan sebuah Zabur atau Mazmur untuk memuja Allah yang penuh dengan kata-kata hikmah, “Dan diajarkan-Nya kepadanya apa yang Dia kehendaki" Di antara ajaran Allah yang terpenting kepadanya ialah kepandaiannya membuat pakaian-pakaian baju besi untuk berperang. Di samping kepandaian beliau membuat pakaian perang dari besi, beliau pun pandai menabuh kecapi yang bila tiba masanya beliau pergunakan untuk menyanyikan nama Allah Yang Kudus. Maka, berfirmanlah Tuhan selanjutnya,
“Dan kalau bukanlah ada pertahanan Allah terhadap manusia yang sebagian mereka dengan yang sebagian, sesungguhnya telah utsaklah bumi. Akan tetapi, Allah mempunyai karunia atas seluruh alam."
Kemenangan Bani Israil kembali, yang beberapa tahun lamanya telah ditindas oleh orang Palestina, adalah hal yang telah demikian sewajarnya dalam pergaulan hidup. Kehidupan di dunia ini adalah pertarungan si kuat dengan si lemah. Kalau si lemah tidak bertahan, dia akan hancur oleh si kuat. Ayat ini menegaskan hal itu dengan tepat sekali. Apa yang dinamai orang sekarang “perjuangan untuk hidup" atau struggle for life sudah ada sejak zaman purba dan diakui adanya oleh Al-Qur'an. Ayat ini dan beberapa ayat yang lain menegaskan.
Maka, apabila si kuat hendak berleluasa menindas, ditakdirkan Tuhan timbul rasa pertahanan diri pada yang lemah. Dalam Kongres Muhammadiyah di Bukittinggi tahun 1930, guru dan ayah penulis, Dr. Syekh Abdulkarim Amrullah, mengatakan, “Sedangkan cacing dipijakkan lagi menggeleong, ko-nonlah manusia." (Inilah salah satu perkataan beliau yang dicatat pemerintah penjajah yang menyebabkan beliau dibuang dari Sumatra Barat dan diasingkan ke Sukabumi di tahun 1941) Maka kalau si lemah tidak mempunyai semangat bertahan, niscaya rusaklah bumi ini dan musnah umat manusia, sebagaimana musnahnya binatang-binatang purbakala sebelum sejarah yang ditemukan orang rangka-rangkanya setelah terbenam berjuta-juta tahun. Maka, bagi manusia ini, Tuhan menakdirkan adanya imbangan kekuatan, ada pergelaran naik dan pergelaran turun. Dan, oleh karena manusia itu pun berakal, dapat jugalah dengan akalnya itu mereka memikirkan bahwa tidaklah satu golongan dapat hidup tenteram dengan sebab kekuatannya kalau tidak dia menenggang yang lemah.
Ayat ini pun memberikan bahan pemikiran bagi kita dalam merenungkan pergaulan hidup manusia dahulu dan sekarang, di dalam merenungkan sejarah kehidupan manusia di dalam dunia ini, “Dan kalau bukanlah ada pertahanan Allah terhadap manusia,yang sebagian mereka dengan yang sebagian, sesungguhnya telah rusaklah bumi." Telah lamalah bumi rusak. Dirusakkan oleh manusia-manusia zalim dan bernafsu angkara murka, yang me-rasa dirinya sudah sangat kuat lalu berbuat leluasa dan sewenang-wenang.
Di dalam sejarah yang diriwayatkan oleh ayat ini terdapatlah betapa besarnya kerusakan yang dibawakan oleh Jalut pemimpin Palestina, menindas dan menginjak-injak Bani Israil. Untuk melawannya, Bani Israil perlu mempunyai raja atau pemimpin baru yang bersemangat, yang mempunyai syarat-syarat sebagai pemimpin. Akan tetapi, perang keputusan ditentukan oleh suatu hal yang tidak termasuk taksiran manusia. Kekalahan bangsa Palestina akhirnya bukan ditentukan oleh Thalut, melainkan oleh seorang anak kecil bernama Dawud. Dengan batu berajut dilemparnya jalut dari jauh sehingga pecah kepalanya. Siapa yang menyangka bahwa Jalut yang gagah perkasa, yang tubuhnya tegap tinggi besar itu, akan kalah oleh seorang budak kecil?
Maka, datanglah lanjutan ayat,
Ayat 252
“yang demikian itu adalah ayat-ayat Allah; Kami cenitakan dia kepada engkau dengan benar."
Cerita yang dikisahkan ini adalah cerita yang benar-benar pernah terjadi. Bukan suatu dongeng untuk pengenakkan bicara. Bukan misalnya sebagai cerita “Sri Rama" atau “Ramayana" yang mengisahkan bahwa tentara kera di bawah pimpinan Hanoman dapat mengalahkan Rahwana dengan tentara dan kekuatan yang besar. Kemudian, datanglah penutup ayat,
“Dan sesungguhnya engkau adalah seorang di antara orang-orang yang diutus."
Dengan ujung ayat ini, berartilah bahwa Nabi Muhammad ﷺ diberi peringatan oleh Tuhan memimpin umat manusia, hendaklah beliau mengambil i'tibar dan pengajaran dari cerita yang benar ini bahwa betapa pun kelihatan lemahnya bilangan pengikut beliau dibandingkan dengan kekuatan musuh yang ada di sekeliling, tetapi selalu kejadian bahwa golongan yang kecil akhirnya kelak dapat mengalahkan golongan yang besar dengan izin Allah.