Ayat
Terjemahan Per Kata
فَلَمَّا
maka tatkala
فَصَلَ
keluar
طَالُوتُ
Talut
بِٱلۡجُنُودِ
dengan tentaranya
قَالَ
ia berkata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
مُبۡتَلِيكُم
Dia menguji kamu
بِنَهَرٖ
dengan sungai
فَمَن
maka barang siapa
شَرِبَ
dia meminum
مِنۡهُ
daripadanya
فَلَيۡسَ
maka bukanlah dia
مِنِّي
dariku
وَمَن
dan siapa
لَّمۡ
tidak
يَطۡعَمۡهُ
dia merasakannya
فَإِنَّهُۥ
maka sesungguhnya dia
مِنِّيٓ
dariku
إِلَّا
kecuali
مَنِ
orang
ٱغۡتَرَفَ
menciduk
غُرۡفَةَۢ
seciduk
بِيَدِهِۦۚ
dengan tangannya
فَشَرِبُواْ
maka mereka meminum
مِنۡهُ
daripadanya
إِلَّا
kecuali
قَلِيلٗا
sedikit/beberapa
مِّنۡهُمۡۚ
diantara
فَلَمَّا
maka tatkala
جَاوَزَهُۥ
mereka menyeberangi
هُوَ
dia
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
مَعَهُۥ
bersama dia
قَالُواْ
mereka berkata
لَا
tidak
طَاقَةَ
kuat/sanggup
لَنَا
bagi kami
ٱلۡيَوۡمَ
hari
بِجَالُوتَ
dengan Jalut
وَجُنُودِهِۦۚ
dan tentaranya
قَالَ
berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَظُنُّونَ
(mereka) mengira
أَنَّهُم
bahwa mereka
مُّلَٰقُواْ
(mereka) menemui
ٱللَّهِ
Allah
كَم
berapa banyak
مِّن
dari
فِئَةٖ
golongan
قَلِيلَةٍ
yang sedikit
غَلَبَتۡ
telah mengalahkan
فِئَةٗ
golongan
كَثِيرَةَۢ
yang banyak
بِإِذۡنِ
dengan izin
ٱللَّهِۗ
Allah
وَٱللَّهُ
dan Allah
مَعَ
beserta
ٱلصَّـٰبِرِينَ
orang-orang yang sabar
فَلَمَّا
maka tatkala
فَصَلَ
keluar
طَالُوتُ
Talut
بِٱلۡجُنُودِ
dengan tentaranya
قَالَ
ia berkata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
مُبۡتَلِيكُم
Dia menguji kamu
بِنَهَرٖ
dengan sungai
فَمَن
maka barang siapa
شَرِبَ
dia meminum
مِنۡهُ
daripadanya
فَلَيۡسَ
maka bukanlah dia
مِنِّي
dariku
وَمَن
dan siapa
لَّمۡ
tidak
يَطۡعَمۡهُ
dia merasakannya
فَإِنَّهُۥ
maka sesungguhnya dia
مِنِّيٓ
dariku
إِلَّا
kecuali
مَنِ
orang
ٱغۡتَرَفَ
menciduk
غُرۡفَةَۢ
seciduk
بِيَدِهِۦۚ
dengan tangannya
فَشَرِبُواْ
maka mereka meminum
مِنۡهُ
daripadanya
إِلَّا
kecuali
قَلِيلٗا
sedikit/beberapa
مِّنۡهُمۡۚ
diantara
فَلَمَّا
maka tatkala
جَاوَزَهُۥ
mereka menyeberangi
هُوَ
dia
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
مَعَهُۥ
bersama dia
قَالُواْ
mereka berkata
لَا
tidak
طَاقَةَ
kuat/sanggup
لَنَا
bagi kami
ٱلۡيَوۡمَ
hari
بِجَالُوتَ
dengan Jalut
وَجُنُودِهِۦۚ
dan tentaranya
قَالَ
berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَظُنُّونَ
(mereka) mengira
أَنَّهُم
bahwa mereka
مُّلَٰقُواْ
(mereka) menemui
ٱللَّهِ
Allah
كَم
berapa banyak
مِّن
dari
فِئَةٖ
golongan
قَلِيلَةٍ
yang sedikit
غَلَبَتۡ
telah mengalahkan
فِئَةٗ
golongan
كَثِيرَةَۢ
yang banyak
بِإِذۡنِ
dengan izin
ٱللَّهِۗ
Allah
وَٱللَّهُ
dan Allah
مَعَ
beserta
ٱلصَّـٰبِرِينَ
orang-orang yang sabar
Terjemahan
Maka, ketika Talut keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.” Akan tetapi, mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Allah bersama orang-orang yang sabar.
Tafsir
(Maka tatkala keluar) artinya berangkat (Thalut bersama tentaranya) dari Baitulmakdis, sedang ketika itu hari amat panas hingga mereka meminta kepadanya agar diberi air, (maka jawabnya, "Sesungguhnya Allah akan mencoba kamu) atau menguji kamu (dengan sebuah sungai) terletak antara Yordania dan Palestina, agar jelas siapa di antara kamu yang taat dan siapa pula yang durhaka. "Maka barang siapa di antara kamu (meminumnya), maksudnya meminum airnya (maka tidaklah ia dari golonganku) bukan pengikut-pengikutku. (Barang siapa yang tidak merasainya) artinya tidak meminumnya, (kecuali orang yang hanya meneguk satu tegukan saja, maka ia adalah pengikutku) 'ghurfah' dengan baris di atas atau di depan (dengan tangannya) mencukupkan dengan sebanyak itu dan tidak menambahnya lagi, maka ia termasuk golonganku. (Maka mereka meminumnya) banyak-banyak ketika bertemu dengan anak sungai itu, (kecuali beberapa orang di antara mereka). Mereka ini mencukupkan satu tegukan tangan mereka, yakni untuk mereka minum dan untuk hewan-hewan mereka. Jumlah mereka tiga ratus dan beberapa belas orang (Tatkala ia telah melewati anak sungai itu, yakni Thalut dengan orang-orang yang beriman bersamanya) yakni mereka yang mencukupkan satu tegukan (mereka pun berkata) maksudnya yang minum secara banyak tadi, ("Tak ada kesanggupan) atau daya dan kekuatan (kami sekarang ini untuk menghadapi Jalut dan tentaranya") maksudnya untuk berperang dengan mereka. Mereka jadi pengecut dan tidak jadi menyeberangi sungai itu. (Berkatalah orang-orang yang menyangka), artinya meyakini (bahwa mereka akan menemui Allah), yakni di hari berbangkit, mereka itulah yang berhasil menyeberangi sungai: ("Berapa banyaknya), artinya amat banyak terjadi (golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah) serta kehendak-Nya (Dan Allah beserta orang-orang yang sabar") dengan bantuan dan pertolongan-Nya.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 249
Maka tatkala Talut keluar membawa tentaranya, ia berkata, "Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kalian meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tidak meminumnya, kecuali hanya mencedok secedok tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Talut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata, "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
Ayat 249
Melalui ayat ini Allah menceritakan perihal Talut Raja kaum Bani Israil ketika keluar bersama bala tentaranya dan orang-orang yang taat kepadanya dari kalangan kaum Bani Israil. Menurut As-Suddi, jumlah mereka adalah delapan puluh ribu orang tentara. Talut berkata kepada mereka yang disitir oleh firman-Nya: “Sesungguhnya Allah akan menguji kalian dengan suatu sungai.” (Al-Baqarah: 249) Yakni Allah akan menguji kesetiaan kalian dengan sebuah sungai.
Menurut Ibnu Abbas, sungai tersebut terletak di antara negeri Yordania dan negeri Palestina, yaitu sebuah sungai yang dikenal dengan nama Syari'ah.
“Maka siapa di antara kalian meminum airnya, ia bukanlah pengikutku.” (Al-Baqarah: 249) Artinya, janganlah ia menemaniku sejak hari ini menuju ke arah ini.
“Dan barang siapa tidak meminumnya, kecuali hanya mencedok secedok tangan, maka ia adalah pengikutku.” (Al-Baqarah: 249) Yakni tidak mengapa baginya.
Selanjutnya Allah berfirman: “Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.” (Al-Baqarah: 249) Ibnu Juraij mengatakan, "Menurut Ibnu Abbas, barang siapa yang mencedok air dari sungai itu dengan hanya secedok tangannya, maka ia akan kenyang; dan barang siapa yang meminumnya, maka ia tidak kenyang dan tetap dahaga." Hal yang sama dikatakan oleh As-Suddi, dari Abu Malik,dari Ibnu Abbas; dikatakan pula oleh Qatadah dan Ibnu Syauzab.
As-Suddi mengatakan bahwa jumlah pasukan Talut terdiri atas delapan puluh ribu orang tentara. Yang meminum air sungai itu adalah tujuh puluh enam ribu orang, sehingga yang tersisa hanyalah empat ribu orang.
Telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui jalur Israil dan Sufyan Ats-Tsauri serta Mis'ar ibnu Kidam, dari Abu Ishaq As-Subai'i, dari Al-Barra ibnu Azib yang menceritakan bahwa kami menceritakan sahabat-sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang ikut dalam Perang Badar adalah tiga ratus lebih belasan orang, sesuai dengan jumlah sahabat Talut yang ikut bersamanya menyeberangi sungai. Tiada yang menyeberangi sungai itu bersama Talut melainkan hanya orang yang mukmin. Imam Al-Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal dari Abdullah ibnu Raja, dari Israil ibnu Yunus, dari Abu Ishaq, dari kakeknya, dari Al-Barra.
Firman Allah : Maka tatkala Talut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata, "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." (Al-Baqarah: 249) Yakni mereka mengundurkan dirinya, tidak mau menghadapi musuh karena jumlah musuh itu jauh lebih banyak.
Maka para ulama dan orang-orang yang ahli perang membangkitkan semangat mereka, bahwa janji Allah itu benar, dan sesungguhnya kemenangan itu dari sisi Allah, bukan karena banyaknya bilangan, bukan pula karena perlengkapan senjata. Karena itulah disebutkan di dalam firman selanjutnya: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 249)
Setelah membuktikan sendiri kelayakan Talut sebagai pemimpin melalui keberadaan Tabut, akhirnya mereka mau mengikuti perintahnya. Maka ketika Talut membawa bala tentaranya untuk berangkat perang, sebelumnya dia memberi pengarahan seraya berkata, Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai yang kamu seberangi. Maka barang siapa meminum airnya, dia bukanlah pengikutku; dan barang siapa tidak meminumnya maka dia adalah pengikutku, kecuali menciduk seciduk dengan tangan, sekadar untuk menghilangkan dahaga. Tetapi kebanyakan mereka ternyata meminumnya dengan penuh keserakahan karena tidak mampu menahan nafsu minum, kecuali sebagian kecil di antara mereka yang kuat sehingga hanya meminumnya sedikit. Maka, ketika dia, Talut, dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka yang banyak minum dari sungai itu berkata, Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya. Sementara itu, mereka yang minum air sungai sekadarnya dan meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, Betapa banyak kelompok kecil yang didukung oleh kekuatan fisik dan memiliki keimanan yang kuat mampu mengalahkan kelompok besar lagi kuat dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar dengan memberi mereka pertolongan. Ini menunjukkan bahwa tenggelam dalam hal-hal duniawi dan menuruti hawa nafsu hanya akan melemahkan mental seseorang. Akibatnya, ia tidak mampu bersikap disiplin dalam menaati aturan, menegakkan kebenaran, dan melawan kebatilan Dan ketika saat yang mencekam semakin dekat, mereka, yakni kelompok kecil namun didukung keimanan yang kuat, terus maju untuk melawan Jalut dan tentaranya, meski mereka tahu benar kekuatan mereka tidak sebanding dengan kekuatan tentara Jalut. Untuk menguatkan mental, mereka berdoa, Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami untuk menghadapi situasi yang berat ini; kukuhkanlah langkah kami di medan perang ini; dan tolonglah kami untuk menghadapi dan mengalahkan orang-orang kafir. Cerita ini memberi kita beberapa pelajaran dalam menghadapi situasi yang berat dan sulit. Pertama, berani menghadapi dengan penuh kesabaran. Kedua, mempersiapkan apa saja yang memungkinkan untuk memantapkan langkah. Ketiga, berdoa untuk menguatkan mental.
Tatkala raja thalut keluar membawa tentaranya berperang melawan orang-orang Amalik, beliau memberi petunjuk lebih dahulu tentang peristiwa-peristiwa yang akan dialami, yaitu bahwa mereka nanti akan diuji oleh Allah dengan sebuah sungai yang mengalir di padang pasir. Beliau memperingatkan bahwa sungai itu bukan sungai biasa tetapi sungai untuk menguji mereka siapa yang teguh imannya dan siapa yang akan tergoda. Beliau berkata, "Siapa minum dari air sungai itu, maka bukanlah ia termasuk pengikutku, dan siapa yang tidak minum, maka ia adalah pengikutku, kecuali jika minum sekadar seciduk tangan saja." Diriwayatkan bahwa ketika Bani Israil melihat Tabut telah kembali, mereka tidak ragu-ragu lagi bahwa mereka akan mendapat kemenangan, karena itu mereka segera mempersiapkan tentara untuk berperang. Atas petunjuk dari raja thalut maka yang boleh ikut perang itu hanyalah laki-laki yang masih muda dan sehat badannya, tidak diperkenankan seorang yang sedang membangun rumah tetapi belum selesai atau seorang pedagang yang sedang sibuk mengurus perniagaannya dan tidak pula laki-laki yang mempunyai utang dan tidak pula pengantin yang belum berkumpul dengan istrinya. Dengan seleksi demikian maka raja thalut dapat menghimpun 80.000 tentara yang dapat diandalkan untuk berperang. Oleh karena pada waktu mereka berangkat itu adalah musim panas dan penjalanan amat jauh melalui padang pasir, maka mereka mohon agar di tengah perjalanan diberi kesempatan minum dari sungai. Sebagian besar tentara itu tidak menghiraukan peringatan raja thalut. Mereka minum sepuas hati dari air sungai itu dan ada pula yang minum hanya seciduk tangan, dan sedikit sekali yang tidak minum sama sekali.
Ketika raja thalut dan orang-orang yang beriman telah menyeberangi sungai itu untuk melangsungkan jihad fi sabilillah, maka berkatalah orang-orang yang telah minum itu, "Kami tidak sanggup pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Jalut itu adalah seorang yang besar tubuhnya dan menjadi raja bagi orang-orang Amalik.
Ucapan demikian itu tidak menakutkan tentara thalut yang beriman yang berkeyakinan akan menemui Allah pada hari Kiamat dengan penuh keteguhan hati. Mereka berkata, "Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak, dengan izin Allah. Sebab Allah menyertai orang-orang yang sabar dengan pertolongannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah Thalut menerima jabatan raja dan ketua-ketua Bani Israil pun telah menerima apa yang disampaikan oleh Nabi Samuel itu, mulailah Thalut memegang pimpinan dan menguji tanda kesetiaan kaumnya, Bani lsrai) itu, kepada perintahnya.
Ayat 249
“Maka, tatkala telah berangkat Thalut dengan tentaranya,"
Hendak berperang dengan orang Palestina, “berkatalah dia, ‘Sesungguhnya, Allah akan menguji kamu dengan satu sungai!" Dalam perjalanan kita ini kelak kita bertemu lalu menyeberangi sebuah sungai. Menurut ahli-ahli tafsir ialah Sungai Jordan."Maka, barangsiapayang minum darinya, tidaklah dia dari golonganku. Dan, barangsiapa yang tidak mengecapnya, sesungguhnya dia itulah dari golonganku kecuali barangsiapa yang men-ceduksatu cedukan dengan tangannya
Inilah satu perintah harian yang mengandung ujian. Barangsiapa yang tidak minum sama sekali, itulah yang dipandang tentara setia, termasuk golongan yang dipercaya dari Raja Thalut. Siapa yang minum dipandang bukanlah pengikut yang setia kecuali yang meminum hanya seceduk telapak tangan. Yang meminum seceduk telapak tangan ini boleh juga dimasukkan pengikut, tetapi mutu kedudukannya tentu tidak sama dengan yang tidak minum sama sekali. Thalut mengatakan bahwa bertemu sungai ini benar-benar satu ujian dari Allah. Karena di dalam perjalanan jauh dengan satu angkatan perang, baik siang maupun malam, bertemulah air jernih mengalir, jaranglah orang yang dapat menahan selera. Akan tetapi, kalau orang setia kepada pimpinan, perintah itulah yang akan dilaksanakannya walaupun haus akan ditahannya.
Akan tetapi, oleh karena sudah terbiasa mengabaikan perintah dan memandang enteng disiplin, terjadilah pelanggaran, tidak dituruti perintah itu dengan sepenuhnya, “Maka, minumlah mereka darinya kecuali sedikit dari antara mereka!'
Ini satu ujian yang akan berbekas nanti kepada semangat berperang.
“Maka, setelah mereka menyeberanginya, dia dan orang-orang yang beriman sertanya," baik yang tidak minum sedikit juga maupun
yang minum sepuas-puasnya, menyeberanglah dari sungai itu."Berkatalah mereka, ‘Sesungguhnya, tidaklah ada kesanggupan bagi kami hari ini terhadap Jalut dan tentaranya!" Rupanya sesampai di seberang sungai sudah kelihatan tentara musuh orang Palestina itu di bawah pimpinan kepala perang mereka yang bernama Jalut. Amat banyak tentara mereka, berlipat ganda lebih banyak dari tentara Bani Israil. Sebagian besar dari pengikut Thalut sudah merasa payah; di antaranya ialah payah karena terlalu banyak minum di hari panas, sudah hendak berhenti saja. Apatah lagi melihat musuh amat banyak dari jauh. Mereka telah menerima salah satu akibat dan ujian kesetiaan pimpinan mereka."Berkata orang-orang yang percaya bahwa mereka akan menemui Allah." Mereka itu ialah orang-orang yang ketika diuji tadi telah lulus dari ujian taat setia kepada pemimpin mereka.
“Berapa banyak golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan ijin Allah. Dan, sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang sabar."
Niscaya yang berkata begini ialah yang berperang mempunyai tujuan, yaitu percaya bahwa kalau mereka mati di dalam mempertahankan jalan Allah, mereka akan menemui Allah. Bagi mereka, ketakutan tidak ada. Bahkan mati karena mempertahankan keyakinan dan iman adalah mati yang mulia. Pengikut-pengikut yang seperti inilah yang dikehendaki Thalut sebagai raja atau kepala perang. Mereka itu pun berkeyakinan bahwa meskipun bilangan musuh berlipat ganda dan pihak kita hanya sedikit, yang penting bukanlah banyak dan sedikitnya bilangan, melainkan teguhnya keyakinan dan baiknya pimpinan. Mungkin, memang banyak orang Palestina, tetapi pimpinannya tidak teguh. Mereka tidak mempunyai pimpinan seperti Thalut. Kemudian, mereka pun menekankan bahwasanya di dalam menghadapi musuh, sabarlah yang penting, yaitu teguh hati di dalam penyerbuan dan teguh pula ketika bertahan, dan jangan pencemas. Mungkin golongan yang berkata itu telah melihat tanda-tanda bahwa pihak musuh sombong karena banyak bilangan dan selama ini telah berkali-kali mengalahkan Bani Israil.
Mereka yang karena keteguhan semangat dari golongan yang sedikit itu, yang tidak minum ketika menyeberang sungai atau minum hanya seceduk, dan mendapat kepercayaan pula dari Raja Thalut, diberi baginda gelar kehormatan “golonganku". Si penakut-penakut yang lain tadi pun pulihlah semangat mereka kembali. Mereka pun turutlah kepada suara yang kuat iman, itu buat terus tampil ke muka berhadapan dengan musuh.
Ayat 250
“Dan tatkala mereka berhadap-hadapan dengan Thalut dan tentaranya itu, berkatalah meneka, ‘Ya, Tuhan kami! Tumpahkantah kepada kami kesabaran dan teguhkanlah kaki kami, dan tolonglah kami di dalam menghadapi orang yang kafir."
Di saat yang penting dan genting itu, mereka dengan semangat baja telah melindungi diri kepada Tuhan, memohon dikuatkan dan dilimpahkan kepada mereka kesabaran, langan sampai beranjak kaki buat mundur walaupun setapak di dalam menghadapi musuh, sampai menang dengan pertolongan Tuhan
Bani Israil di bawah pimpinan raja mereka Thalut, karena kesabaran dan keteguhan hati, sebab kuatnya keyakinan atas sucinya apa yang mereka perjuangkan, ditambah lagi dengan kesetiaan dan ketaatan mereka kepada komando raja mereka,
Ayat 251
“Maka, dapatlah mereka mengalahkan mereka itu dengan izin Allah,"
Yakni, dapatlah tentara Palestina di bawah pimpinan jalut itu mereka kalahkan sebab Allah yang mengizinkan. Diizinkan oleh Allah karena mereka berperang dengan sungguh-sungguh, dengan sabar dan benar-benar menyerah diri kepada Tuhan, dan bersedia mati, agar bertemu dengan Tuhan."Seraya membunuhlah Dawud akan jalut." Dalam peperangan itulah muncul seorang anak yang masih sangat muda bernama Dawud bin Esai, yang tadinya tidak diperhatikan karena hanya seorang anak kecil penggembala kambing, masih berat baginya memikul pedang karena kecilnya. Akan tetapi, pimpinan perang Palestina yang bernama Jalut (orang Kristen menyebutnya Goliat) yang tubuhnya sangat besar telah dibunuh oleh Dawud dengan satu kepintaran melemparkan batu dengan pelanting, tepat kena kepala orang itu dan pecah. Setelah musuh itu mati, kepalanya dikerat oleh Dawud dan dibawanya menghadap Raja Thalut. Maka, timbullah kasih sayang Thalut kepada anak itu, sampai diangkatnya jadi menantunya. Dan, dialah kelak, pemuda Dawud ini, yang akan timbul bintangnya menjadi raja Bani Israil setelah mundur nama Thalut."Dan diberikan Allah kepadanya kerajaan dan hikmah"
Kerajaan: itulah takhta Dawud yang terkenal, raja merangkap nabi yang telah membawa Bani Israil ke puncak kemegahan.
Hikmah: ialah karena kepadanya diturunkan sebuah Zabur atau Mazmur untuk memuja Allah yang penuh dengan kata-kata hikmah, “Dan diajarkan-Nya kepadanya apa yang Dia kehendaki" Di antara ajaran Allah yang terpenting kepadanya ialah kepandaiannya membuat pakaian-pakaian baju besi untuk berperang. Di samping kepandaian beliau membuat pakaian perang dari besi, beliau pun pandai menabuh kecapi yang bila tiba masanya beliau pergunakan untuk menyanyikan nama Allah Yang Kudus. Maka, berfirmanlah Tuhan selanjutnya,
“Dan kalau bukanlah ada pertahanan Allah terhadap manusia yang sebagian mereka dengan yang sebagian, sesungguhnya telah utsaklah bumi. Akan tetapi, Allah mempunyai karunia atas seluruh alam."
Kemenangan Bani Israil kembali, yang beberapa tahun lamanya telah ditindas oleh orang Palestina, adalah hal yang telah demikian sewajarnya dalam pergaulan hidup. Kehidupan di dunia ini adalah pertarungan si kuat dengan si lemah. Kalau si lemah tidak bertahan, dia akan hancur oleh si kuat. Ayat ini menegaskan hal itu dengan tepat sekali. Apa yang dinamai orang sekarang “perjuangan untuk hidup" atau struggle for life sudah ada sejak zaman purba dan diakui adanya oleh Al-Qur'an. Ayat ini dan beberapa ayat yang lain menegaskan.
Maka, apabila si kuat hendak berleluasa menindas, ditakdirkan Tuhan timbul rasa pertahanan diri pada yang lemah. Dalam Kongres Muhammadiyah di Bukittinggi tahun 1930, guru dan ayah penulis, Dr. Syekh Abdulkarim Amrullah, mengatakan, “Sedangkan cacing dipijakkan lagi menggeleong, ko-nonlah manusia." (Inilah salah satu perkataan beliau yang dicatat pemerintah penjajah yang menyebabkan beliau dibuang dari Sumatra Barat dan diasingkan ke Sukabumi di tahun 1941) Maka kalau si lemah tidak mempunyai semangat bertahan, niscaya rusaklah bumi ini dan musnah umat manusia, sebagaimana musnahnya binatang-binatang purbakala sebelum sejarah yang ditemukan orang rangka-rangkanya setelah terbenam berjuta-juta tahun. Maka, bagi manusia ini, Tuhan menakdirkan adanya imbangan kekuatan, ada pergelaran naik dan pergelaran turun. Dan, oleh karena manusia itu pun berakal, dapat jugalah dengan akalnya itu mereka memikirkan bahwa tidaklah satu golongan dapat hidup tenteram dengan sebab kekuatannya kalau tidak dia menenggang yang lemah.
Ayat ini pun memberikan bahan pemikiran bagi kita dalam merenungkan pergaulan hidup manusia dahulu dan sekarang, di dalam merenungkan sejarah kehidupan manusia di dalam dunia ini, “Dan kalau bukanlah ada pertahanan Allah terhadap manusia,yang sebagian mereka dengan yang sebagian, sesungguhnya telah rusaklah bumi." Telah lamalah bumi rusak. Dirusakkan oleh manusia-manusia zalim dan bernafsu angkara murka, yang me-rasa dirinya sudah sangat kuat lalu berbuat leluasa dan sewenang-wenang.
Di dalam sejarah yang diriwayatkan oleh ayat ini terdapatlah betapa besarnya kerusakan yang dibawakan oleh Jalut pemimpin Palestina, menindas dan menginjak-injak Bani Israil. Untuk melawannya, Bani Israil perlu mempunyai raja atau pemimpin baru yang bersemangat, yang mempunyai syarat-syarat sebagai pemimpin. Akan tetapi, perang keputusan ditentukan oleh suatu hal yang tidak termasuk taksiran manusia. Kekalahan bangsa Palestina akhirnya bukan ditentukan oleh Thalut, melainkan oleh seorang anak kecil bernama Dawud. Dengan batu berajut dilemparnya jalut dari jauh sehingga pecah kepalanya. Siapa yang menyangka bahwa Jalut yang gagah perkasa, yang tubuhnya tegap tinggi besar itu, akan kalah oleh seorang budak kecil?
Maka, datanglah lanjutan ayat,
Ayat 252
“yang demikian itu adalah ayat-ayat Allah; Kami cenitakan dia kepada engkau dengan benar."
Cerita yang dikisahkan ini adalah cerita yang benar-benar pernah terjadi. Bukan suatu dongeng untuk pengenakkan bicara. Bukan misalnya sebagai cerita “Sri Rama" atau “Ramayana" yang mengisahkan bahwa tentara kera di bawah pimpinan Hanoman dapat mengalahkan Rahwana dengan tentara dan kekuatan yang besar. Kemudian, datanglah penutup ayat,
“Dan sesungguhnya engkau adalah seorang di antara orang-orang yang diutus."
Dengan ujung ayat ini, berartilah bahwa Nabi Muhammad ﷺ diberi peringatan oleh Tuhan memimpin umat manusia, hendaklah beliau mengambil i'tibar dan pengajaran dari cerita yang benar ini bahwa betapa pun kelihatan lemahnya bilangan pengikut beliau dibandingkan dengan kekuatan musuh yang ada di sekeliling, tetapi selalu kejadian bahwa golongan yang kecil akhirnya kelak dapat mengalahkan golongan yang besar dengan izin Allah.