Ayat
Terjemahan Per Kata
خَٰلِدِينَ
mereka kekal
فِيهَا
didalamnya
لَا
tidak
يُخَفَّفُ
diringankan
عَنۡهُمُ
dari mereka
ٱلۡعَذَابُ
siksa
وَلَا
dan tidak
هُمۡ
mereka
يُنظَرُونَ
mereka diberi tangguh
خَٰلِدِينَ
mereka kekal
فِيهَا
didalamnya
لَا
tidak
يُخَفَّفُ
diringankan
عَنۡهُمُ
dari mereka
ٱلۡعَذَابُ
siksa
وَلَا
dan tidak
هُمۡ
mereka
يُنظَرُونَ
mereka diberi tangguh
Terjemahan
Mereka kekal di dalamnya (laknat). Tidak akan diringankan azab dari mereka, dan mereka tidak diberi penangguhan.
Tafsir
(Mereka kekal di dalamnya) maksudnya dalam kutukan atau dalam neraka sebagaimana diisyaratkan dalam kutukan itu. (Tidak diringankan siksa dari mereka) walaupun sekejap mata (dan tidak pula mereka diberi tenggang waktu) untuk mengajukan tobat atau memohon ampun. Ayat berikut diturunkan ketika mereka berkata, "Gambarkanlah kepadaku tentang Tuhanmu!".
Tafsir Surat Al-Baqarah: 159-162
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.
Kecuali mereka yang telah tobat dan melakukan perbaikan dan menerangkan (kebenaran); maka terhadap mereka itulah Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya.
Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh.
Ayat 159
Ancaman yang keras buat orang yang menyembunyikan apa yang telah disampaikan oleh rasul-rasul berupa keterangan-keterangan yang jelas yang bertujuan benar serta petunjuk yang bermanfaat bagi had manusia, sesudah dijelaskan oleh Allah ﷻ kepada hamba-hamba-Nya melalui kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya.
Abul Aliyah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Ahli Kitab. Mereka menyembunyikan sifat Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian Allah ﷻ memberitahukan bahwa segala sesuatu melaknat perbuatan mereka itu; sebagaimana halnya orang yang alim, segala sesuatu memohonkan ampun baginya, hingga ikan-ikan yang ada di air dan burung-burung yang ada di udara.
Sikap mereka (Ahli Kitab) bertentangan dengan sikap ulama. Karena itu, mereka dilaknat oleh Allah, dan segala sesuatu ikut melaknat mereka. Telah disebutkan di dalam hadits musnad melalui berbagai jalur yang satu sama lainnya saling memperkuat predikat hadits, dari Abu Hurairah dan lain-lainnya yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang ditanya mengenai suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, niscaya dia akan disumbat kelak di hari kiamat dengan tali kendali dari api neraka.”
Di dalam kitab shahih dari Abu Hurairah disebutkan bahwa ia pernah mengatakan, "Seandainya tidak ada suatu ayat dalam Kitabullah, niscaya aku tidak akan menceritakan apa pun kepada orang lain." Yang dimaksud ialah firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk.” (Al-Baqarah: 159), hingga akhir ayat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnu Muhammad, dari Al-Laits ibnu Abu Sulaim, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zazan Abu Umar, dari Al-Barra ibnu Azib yang menceritakan: Bahwa kami pernah bersama Nabi ﷺ menghadiri suatu jenazah, maka beliau ﷺ bersabda, "Sesungguhnya orang kafir akan dipukul sekali pukul di antara kedua matanya; semua makhluk hidup mendengar (jeritan)nya kecuali manusia dan jin, maka semua hewan yang mendengar suaranya melaknatnya. Yang demikian itu adalah firman Allah ﷻ, 'Mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati!' (Al-Baqarah: 159), yakni semua hewan bumi.”
Ibnu Majah meriwayatkan pula hadits ini dari Muhammad ibnus Sabah, dari Amir ibnu Muhammad dengan lafal yang sama.
‘Atha’ ibnu Abu Rabah mengatakan bahwa semua hewan, jin, dan manusia turut melaknatinya.
Mujahid mengatakan bahwa apabila bumi kekeringan (paceklik), maka semua hewan mengatakan, "Inilah akibat orang-orang yang durhaka dari Bani Adam, semoga Allah melaknat orang-orang durhaka dari Bani Adam."
Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya: “Dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (Al-Baqarah: 159) Yakni mereka dilaknati oleh para malaikat dan orang-orang mukmin. Telah disebutkan di dalam sebuah hadits bahwa orang yang alim itu dimintakan ampunan baginya oleh segala sesuatu sehingga ikan-ikan yang ada di laut pun memintakan ampunan buatnya.
Di dalam ayat ini (Al-Baqarah ayat 159) disebutkan bahwa orang yang menyembunyikan ilmu akan dilaknat oleh Allah, para malaikat, seluruh manusia, dan semua makhluk yang dapat melaknati. Mereka adalah semua makhluk yang dapat berbicara dan yang tidak dapat bicara, baik dengan lisan ataupun dengan perbuatan, jika makhluk itu termasuk yang berakal pada hari kiamat.
Ayat 160
Kemudian Allah ﷻ mengecualikan dari mereka orang-orang yang bertobat kepada-Nya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Kecuali mereka yang telah tobat dan melakukan perbaikan dan menerangkan (kebenaran).” (Al-Baqarah: 160) Yaitu mereka kembali sadar dari apa yang sebelumnya mereka lakukan dan mau memperbaiki amal perbuatannya serta menjelaskan kepada orang-orang semua apa yang sebelumnya mereka sembunyikan. “Maka terhadap mereka itulah Aku menerima tobatnya dan Aku-lah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 160) Di dalam ayat ini terkandung pengertian bahwa orang yang menyeru kepada kekufuran atau bid'ah, apabila ia bertobat kepada Allah, niscaya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya telah disebutkan bahwa umat-umat terdahulu yang melakukan perbuatan seperti itu, tobat mereka tidak diterima, karena sesungguhnya hal ini merupakan kekhususan bagi syariat Nabi pembawa tobat, yaitu Nabi pembawa rahmat; semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepadanya.
Ayat 161-162
Kemudian Allah ﷻ menceritakan keadaan orang yang kafir dan tetap pada kekafirannya hingga ia mati, melalui firman-Nya: “Mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu.” (Al-Baqarah: 161-162) Maksudnya, laknat terus mengikuti mereka sampai hari kiamat, kemudian laknat membarenginya di dalam neraka Jahannam yang tidak diringankan siksa dari mereka di dalamnya. Dengan kata lain, siksaan yang menimpa mereka tidak dikurangi, tidak pula mereka diberi tangguh; yakni tidak ada perubahan barang sesaat pun, tidak pula ada henti-hentinya, bahkan siksaan terus-menerus berlangsung terhadap dirinya.
Semoga Allah melindungi kita dari siksaan tersebut. Abul Aliyah dan Qatadah mengatakan, sesungguhnya orang kafir itu akan dihentikan di hari kiamat, lalu Allah melaknatnya, kemudian para malaikat melaknatnya, setelah itu manusia seluruhnya melaknatnya pula. Tidak ada perselisihan pendapat di kalangan ulama mengenai masalah boleh melaknat orang-orang kafir. Sesungguhnya dahulu Khalifah Umar ibnul Khattab serta para imam sesudahnya melaknati orang-orang kafir dalam doa qunut mereka dan doa lainnya. Mengenai orang kafir tertentu, ada segolongan ulama yang berpendapat tidak boleh melaknatinya, dengan alasan bahwa kita belum mengetahui khatimah (akhir) apakah yang dikehendaki oleh Allah buatnya.
Sebagian di antara ulama memperbolehkan demikian dengan berdalilkan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya.” (Al-Baqarah: 161) Segolongan ulama lainnya berpendapat, bahkan boleh melaknati orang kafir tertentu. Pendapat ini dipilih oleh Al-Faqih Abu Bakar ibnul Arabi Al-Maliki, tetapi dalil yang dijadikan pegangannya adalah sebuah hadits yang di dalamnya mengandung ke-dha’if-an (kelemahan).
Sedangkan selain Abu Bakar ibnul Arabi berdalilkan sabda Rasulullah ﷺ dalam kisah seorang lelaki pemabuk yang dihadapkan kepadanya, lalu beliau menjatuhkan hukuman berat terhadapnya dengan dicambuk berkali-kali dengan keras. Kemudian ada seorang lelaki lain yang mengatakan, "Semoga Allah melaknatinya, alangkah besar dosa yang dilakukannya." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Janganlah engkau melaknatinya, karena sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya." Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa orang yang tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya boleh dilaknati.
Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir akan mendapat empat macam pembalasan. Pertama, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya; kedua, mereka kekal di dalamnya, di dalam laknat itu, dan karenanya mereka akan masuk neraka untuk selamanya; ketiga, mereka tidak akan diringankan azabnya; dan keempat, mereka tidak diberi penangguhan sebagaimana pada saat mereka di dunia.
Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak berbilang; tidak ada tuhan yang disembah dengan hak selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Orang-orang kafir, termasuk para Ahli Kitab yang tidak bertobat, kemudian mati dalam kekafiran, mereka tetap mendapat laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam neraka, tidak akan diringankan siksaan mereka dan tidak akan ditangguhkan. Demikian nasib mereka kelak pada hari kiamat, tidak ada kesempatan lagi untuk bertobat dan mengerjakan amal saleh, dan andaikata mereka sanggup memberikan emas sebesar bumi untuk menebus kesalahan mereka, pasti tidak akan diterima Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong. (Ali 'Imran/3: 91)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 159
“Sesungguhnya, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan, dari keterangan-keterangan dan petunjuk."
Keterangan-keterangan itu ialah tentang sifat-sifat rasul akhir zaman yang akan diutus Allah itu, yaitu Nabi Muhammad ﷺ, yang demikian jelas sifat-sifatnya itu diterangkan sehingga mereka kenal sebagaimana mengenal anak mereka sendiri. Dengan menyebut keterangan-keterangan, nyatalah bahwa penjelasan ini bukan di satu tempat saja dan bukan satu kali saja, melainkan di berbagai kesempatan. Dan, yang dimaksud dengan petunjuk atau hudan ialah inti sari ajaran Nabi Musa, yang sama saja dengan inti sari ajaran Muhammad ﷺ, yaitu tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah, tiada membuatnya patung dan berhala, “Setelah Kami terangkan dianya kepada manusia di dalam Kitab." Artinya, segala keterangan dan petunjuk itu jelas tertulis di kitab Taurat itu sendiri dan sudah disampaikan kepada manusia sehingga tidak dapat disembunyikan lagi.
“Mereka itu akan dilaknat oleh Allah dan mereka pun akan dilaknat oleh orang-orang yang melaknat."
Orangyang menyembunyikan keterangan-keterangan itu adalah orang yang tidak jujur, orang-orang yang curang, yang telah melakukan korupsi atas kebenaran karena mempertahankan golongan sendiri. Orang yang se-macam itu pantaslah mendapat laknat Allah dan laknat manusia. Kecurangan terhadap ayat suci di dalam kitab-kitab Allah, hanya semata-mata untuk mempertahankan kedudukan, adalah satu kejahatan yang patut dilaknat.
Ayat yang tengah kami tafsirkan ini adalah celaan keras atas perbuatan curang terhadap kebenaran. Sebab itu, janganlah kita hanya menjuruskan perhatian kepada sebab turunnya ayat, yaitu pendeta Yahudi dan Nasrani, tetapi menjadi peringatan juga kepada kita umat Muslimin sendiri. Apabila orang-orang yang dianggap ahli tentang agama tentang Al-Qur'an dan Hadits telah bersikap pula menyembunyikan kebenaran, misalnya karena segan kepada orang yang berkuasa atau takut pengaruh akan hilang terhadap pengikut-pengikut mereka, kutuk yang terkandung dalam ayat ini pun akan menimpa mereka.
Terutama dari hal amar ma'ruf, nahi munkar, menganjur-anjurkan berbuat yang baik-baik dan mencegah dari yang mungkar, menjadi kewajibanlah bagi orang-orang yang telah dianggap ahli dalam hal agama. Lantaran itu, dalam Islam ulama mempunyai dua kewajiban, yaitu menuntut ilmu agama untuk mengajarkannya pula kepada orang yang belum tahu, sehingga diwajibkan bagi yang belum tahu itu bertanya kepadayang tahu. Kewajiban yang kedua menyampaikan atau mentablighkan. Ulama dalam Islam bukanlah hendaknya sebagai sarjana yang duduk di atas istana gading, menjauhkan diri dari bawah dan melihat-lihat saja dari atas. Lantaran itu, maju mundurnya agama di suatu negeri amat bergantung kepada aktif tidaknya ulama di tempat itu dalam menghadapi masyarakat. Kalau mereka telah menyembunyikan pula ilmu dan pengetahuan, keterangan-keterangan dan petunjuk, kutuk laknat Allah-lah yang akan menimpa dirinya. Manusia pun mengutuk pulalah sehingga kadang-kadang jika terdapat banyak maksiat di satu negeri, bertanyalah orang, “Tidakkah ada ulama di sini?"
Ayat 160
“Kecuali orang-orang yang bertobat"
Tobat artinya, kembali, yaitu kembali kepada jalan yang benar. Karena jalan menyembunyikan kebenaran itu adalah jalan yang sesat."Dan berbuat perbaikan ." Maka, langkah yang salah selama ini diperbaiki kembali lalu mereka jelaskan kebenaran dan tidak ada yang disembunyi-sembunyikan lagi. Atau mana-mana keadaan yang salah dalam masyarakat segera diperbaiki, sediakan seluruh waktu buat ishlah."Dan mereka yang memberikan penjelasan" Terangkan keadaan yang sebenar-benarnya, jangan lagi berbelok-belok karena kedustaan tidaklah dapat dipertahankan lama."Maka mereka itulah yang akan Aku beri tobat atas mereka" Inilah penegasan dari Allah bahwa apabila orang telah kembali ke jalan yang benar, telah insaf, dan keinsafan itu dituruti dengan kegiatan menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang telah keruh, memperbaiki yang telah rusak, dan tidak bosan-bosan memberikan penjelasan, segeralah Allah akan memberikan tobatnya. Segeralah pula keadaan akan berubah sebab yang berubah itu ialah orang yang bersalah sendiri.
“Dan Aku adalah Pemberi tobat, lagi Penyayang,"
Apabila orang telah insaf akan kesalahannya itu dan segera dia berbalik ke jalan yang benar, Allah pun cepatlah menerima tobatnya. Kelalaian yang sudah-sudah segera diampuni. Allah pun Penyayang; niscaya akan diberi-Nya pimpinan, bimbingan, dan bantuan kepada orang yang telah mulai menempuh jalan yang benar itu.
Ayat 161
“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mau percaya."
Padahal, segala keterangan telah diterimanya dan dia masih berkeras kepala mempertahankan yang salah serta tidak mau beranjak darinya, “dan mati, padahal mereka masih di dalam kufur" sehingga kesempatan yang selalu diluangkan Allah bagi mereka itu tidak mereka pergunakan,
“Mereka itu, atas Mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya."
Kebenaran sudah datang, tetapi masih saja tidak mau menerima. Alasan buat menariknya tidak ada selain dari keras kepala atau ta'ashshub, mempertahankan yang salah. Niscaya kutuk laknatnya yang akan menimpa mereka terus-menerus. Sebenarnya kutuk dari Allah saja pun sudah cukup; tetapi oleh karena kebenaran Allah itu turut juga dipertahankan oleh Malaikat, yang selalu menyembah Allah dan menyucikan-Nya, tentu terganggulah perasaan Malaikat melihat kebenaran disanggah. Tidak pelak lagi, Malaikat itu pun mengutuk. Umumnya manusia pun menghendaki kebenaran dan tidak menyenangi kecurangan serta kekerasan kepala. Niscaya manusia pun turut mengutuk pula. Maka, laknat Allah dan malaikat serta manusia itu akan didapatnya terus-menerus.
Ayat 162
“Kekal Mereka di dalamnya."
Kekal dalam kutukan walaupun telah hancur tulangnya dalam kubur. Ingatlah nama-nama seperti Fir'aun, Karun, Haman, dan Abu Lahab yang tersebut dalam Al-Qur'an, walaupun telah beribu tahun mereka mati, kutuk Allah dan kutuk malaikat serta kutuk manusia masih mereka terima. Bahkan jika timbul manusia lain membawakan kekufuran sebagaimana mereka, terkenang lagi orang akan mereka dan mengutuk lagi, “Orang ini seperti Fir'aun! Orang ini jahat seperti Abu Lahab." Dan sebagainya."Tidak akan diringankan adzab atas mereka," yaitu adzab akhirat di samping kutukan di dunia.
“Dan tidaklah Mereka akan dipedulikan."
Akan dibiarkan mereka berlarut-larut dalam siksaan akhirat.
Di dalam permulaan surah al-Baqarah sudah juga diterangkan tentang kufur atau orang kafir. Puncak