Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَئِنۡ
dan sungguh jika
أَتَيۡتَ
kamu mendatangkan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُوتُواْ
(mereka) diberi
ٱلۡكِتَٰبَ
Al Kitab
بِكُلِّ
dengan tiap-tiap/semua
ءَايَةٖ
ayat/keterangan
مَّا
tidak
تَبِعُواْ
mereka mengikuti
قِبۡلَتَكَۚ
kiblatmu
وَمَآ
dan tidak
أَنتَ
kamu
بِتَابِعٖ
dengan mengikuti
قِبۡلَتَهُمۡۚ
kiblat mereka
وَمَا
dan tidak
بَعۡضُهُم
sebagian mereka
بِتَابِعٖ
dengan mengikuti
قِبۡلَةَ
kiblat
بَعۡضٖۚ
sebagian yang lain
وَلَئِنِ
dan sungguh jika
ٱتَّبَعۡتَ
kamu mengikuti
أَهۡوَآءَهُم
keinginan mereka
مِّنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
مَا
apa
جَآءَكَ
datang kepadamu
مِنَ
dari
ٱلۡعِلۡمِ
ilmu pengetahuan
إِنَّكَ
sesungguhnya kamu
إِذٗا
kalau begitu
لَّمِنَ
termasuk dari/golongan
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang dzalim
وَلَئِنۡ
dan sungguh jika
أَتَيۡتَ
kamu mendatangkan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُوتُواْ
(mereka) diberi
ٱلۡكِتَٰبَ
Al Kitab
بِكُلِّ
dengan tiap-tiap/semua
ءَايَةٖ
ayat/keterangan
مَّا
tidak
تَبِعُواْ
mereka mengikuti
قِبۡلَتَكَۚ
kiblatmu
وَمَآ
dan tidak
أَنتَ
kamu
بِتَابِعٖ
dengan mengikuti
قِبۡلَتَهُمۡۚ
kiblat mereka
وَمَا
dan tidak
بَعۡضُهُم
sebagian mereka
بِتَابِعٖ
dengan mengikuti
قِبۡلَةَ
kiblat
بَعۡضٖۚ
sebagian yang lain
وَلَئِنِ
dan sungguh jika
ٱتَّبَعۡتَ
kamu mengikuti
أَهۡوَآءَهُم
keinginan mereka
مِّنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
مَا
apa
جَآءَكَ
datang kepadamu
مِنَ
dari
ٱلۡعِلۡمِ
ilmu pengetahuan
إِنَّكَ
sesungguhnya kamu
إِذٗا
kalau begitu
لَّمِنَ
termasuk dari/golongan
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang yang dzalim
Terjemahan
Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) mendatangkan ayat-ayat (keterangan) kepada orang-orang yang diberi kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu. Engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka (pun) tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Sungguh, jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim.
Tafsir
(Dan sesungguhnya jika) lam untuk sumpah (kamu datangkan kepada orang-orang yang diberi Alkitab semua bukti) atas kebenaranmu tentang soal kiblat (mereka tidak mengikuti) maksudnya tidak akan mengikuti (kiblatmu) disebabkan keingkaran (dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka). Hal ini dipastikan Allah mengingat keinginan kuat dari Nabi agar mereka masuk Islam dan keinginan kuat mereka agar Nabi ﷺ kembali berkiblat ke Baitulmakdis. (Dan sebagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain) maksudnya orang-orang Yahudi terhadap kiblat orang-orang Kristen dan sebaliknya orang-orang Kristen terhadap kiblat orang-orang Yahudi. (Dan sekiranya kamu mengikuti keinginan mereka) yang mereka ajukan dan tawarkan kepadamu (setelah datang ilmu kepadamu) maksudnya wahyu, (maka kalau begitu kamu) apabila kamu mengikuti mereka (termasuk golongan orang-orang yang aniaya).
Tafsir Surat Al-Baqarah: 145
Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sungguh jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sungguh kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.
Ayat 145
Melalui ayat ini Allah ﷻ menceritakan tentang kekufuran dan keingkaran orang-orang Yahudi serta penentangan mereka terhadap apa yang mereka ketahui mengenai diri Rasulullah ﷺ. Seandainya diberikan terhadap mereka semua dalil yang membuktikan kebenaran apa yang disampaikan kepada mereka, niscaya mereka tidak akan mengikutinya dan justru mereka hanya tetap mengikuti hawa nafsu mereka sendiri. Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.” (Yunus: 96-97) Karena itulah maka dalam ayat ini Allah ﷻ berfirman: “Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu.” (Al-Baqarah: 145)
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka.” (Al-Baqarah: 145) Ayat ini menggambarkan tentang keteguhan hati Rasulullah ﷺ dalam mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya. Sebagaimana beliau berpegang teguh kepada perintah Allah, maka sebaliknya mereka pun berpegang teguh pula kepada pendapat dan keinginan mereka sendiri.
Nabi ﷺ akan tetap berpegang teguh kepada perintah Allah dan taat kepada-Nya serta mengikuti jalan yang di-ridai-Nya, beliau tidak akan mengikuti keinginan mereka dalam semua tindak tanduknya. Tidak sekali-kali beliau pernah menghadap ke arah Baitul Maqdis yang merupakan kiblat orang-orang Yahudi, melainkan semata-mata karena perintah Allah belaka. Kemudian Allah ﷻ memperingatkan agar jangan menentang kebenaran yang telah diketahuinya, dengan cara mengikuti keinginan diri sendiri. Karena sesungguhnya orang yang mengetahui, jika ia salah dalam berhujah akan berbalik menyerangnya, haruslah bersikap lebih lurus daripada orang lain (yang tidak mengetahui hujah).
Untuk itu Allah berfirman kepada Rasul-Nya, sedangkan yang dimaksudkan adalah umatnya, yaitu: “Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 145).
Walaupun orang-orang Ahli Kitab mengetahui tentang kebenaran pemindahan kiblat, mereka tetap tidak menerima kenyataan tersebut karena kedengkian mereka terhadap Nabi Muhammad. Dan walaupun engkau, Nabi Muhammad, memberikan semua ayat, yakni keterangan, kepada orang-orang yang diberi Kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Ahli Kitab akan terus bertahan pada kiblat masing-masing: orang Yahudi bertahan dengan Baitulmakdis, dan orang Nasrani bertahan ke arah terbitnya matahari. Sebagian mereka tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Allah memperingatkan Rasulullah agar tidak mengikuti keinginan mereka. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim.
Allah menjelaskan bahwa pengetahuan orang Yahudi dan Nasrani tentang benarnya kenabian Nabi Muhammad terang benderang. Orangorang yang telah Kami beri Kitab Taurat dan Injil mengenalnya, yakni Nabi Muhammad, seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, bahkan lebih dari itu, karena anak mereka bisa jadi berasal dari hubungan dengan orang lain. Kemudian Allah membuka sifat buruk mereka yang suka menyembunyikan kebenaran hanya untuk kepentingan duniawi. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui-nya. Inilah yang menjadikan mereka dibenci Allah, yaitu mengetahui kebenaran tetapi mengingkarinya secara sengaja.
Orang yang berwatak demikian tidak dapat diharapkan bahwa mereka akan kembali kepada kebenaran. Mereka akan tetap dalam kesesatan meskipun diberi alasan dan keterangan serta bukti-bukti yang jelas. Oleh sebab itu, mereka tidak akan mau mengikuti kiblat umat Islam. Terhadap sesama mereka pun kaum Yahudi dan Nasrani tetap mempertahankan kiblatnya masing-masing. Andaikata kaum Muslimin mengikuti keinginan mereka, tentulah mereka akan termasuk orang-orang yang aniaya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 144
“Sesungguhnya, telah Kami lihat muka engkau menengadah-nengadah ke langit."
Menurut riwayat Ibnu Majah, setiap akan shalat, beliau menghadapkan wajah ke langit, yang diketahui oleh Tuhan bahwa hati beliau amat rindu jika kiblat itu dialihkan ke Ka'bah. Tiap-tiap malaikat Jibril turun dari langit atau naik kembali ke langit selalu Rasulullah mengikutinya dengan pandangannya, menunggu-nunggu bilakah agaknya akan datang perintah Allah tentang peralihan kiblat itu, sampai turun ayat ini, “Sesungguhnya, telah Kami lihat muka engkau menengadah-nengadah ke langit," sampai kepada akhir ayat, “Maka, Kami palingkanlah engkau kepada kiblat yang engkau ingini!' Suatu keinginan yang timbul sebagai suatu risalah yang beliau bawa ke dunia ini, yaitu menyempurnakan ajaran agama yang dibawa Nabi Ibrahim. Sebab, wadin ghairi dzi zarin atau lembah yang tidak ditumbuhi tumbuhan di dekat rumah Allah yang suci itu adalah pokok tempat bertolak pertama dari Nabi Ibrahim seketika beliau memulai risalahnya. Rumah itulah yang beliau jadikan pusat pertama dari seluruh masjid tempat menyembah Allah Yang Tunggal."Sebab itu, palingkanlah muka engkau ke pihak Masjidil Haram."
Dengan perintah pada ayat ini maka mulai saat itu beralihlah kiblat dari Baitul Maqdis (rumah suci) yang di Palestina (Qudus), yang didirikan oleh Nabi Sulaiman, ke Masjidil Haram yang didirikan oleh Nabi Ibrahim, nenek moyang Sulaiman dan nenek moyang Muhammad ﷺ yang berdiri di Mekah."Dan di mana saja kamu semuanya berada palingkanlah muka kamu ke pihaknya." Dalam suku kata perintah pertama disebutlah engkau yaitu perintah pertama kepada Nabi Muhammad ﷺ Dan, dalam lanjutan perintah tersebutlah kamu, yaitu perintah kepada seluruh umat Nabi Muhammad yang tadi telah disebut keistimewaannya, yaitu ummatan wasathan, umat jalan tengah. Di kedua perintah itu disebut syathr yang kami artikan pihak atau dapat juga disebut jurusan. Artinya, mulai sekarang alihkan kiblat kamu ke jurusan Masjidil Haram."Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab mengetahui bahwasanya itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka." Artinya, orang-orang Ahlul Kitab Yahudi dan Nasrani, terutama orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah, ketika ayat ini turun sudah mengetahui bahwa memang dari Ka'bah itu Nabi Ibrahim sebagai nenek moyang bangsa Syam (Semit) yang menurunkan Bani Israil dan Bani Ismail memulai perjuangannya mendirikan tauhid, kepercayaan tentang keesaan Allah. Kalau mereka kembali kepada pokok asal yaitu sejarah perkawinan Ibrahim dengan Hajar dan beliau membawa Hajar ke tempat suci itu, yang dengan beberapa kerat roti dan satu qirbat air sampai Hajar tersesat di Bersyeba, sampai Malaikat Jibril datang membujuk Hajar dan mencegahnya dari rasa takut, sebab budak yang dalam kandungannya itu akan dijadikan Allah suatu bangsa yang besar; kalau semuanya itu mereka ingat kembali dan itu tertulis di dalam kitab mereka sendiri (Kitab Kejadian, Pasal 21, dari ayat 13 sampai ayat 21), niscaya mereka tidaklah akan heran jika Nabi Muhammad ﷺ diperintahkan mengembalikan kiblat kepada asalnya karena mereka memang sudah mengetahui bahwa di sanalah tempatnya. Di ayat 21 Kejadian, Pasal 21 disebutkan nama tempat itu, yaitu Paran. Pembaca kitab Taurat tahu bahwa Paran itu adalah Mekah al-Mukarramah,
Lalu, Allah berfirman pada ujung ayat,
“Dan tidaklah Allah melengahkan dari apapun yang kamu amalkan."
Artinya, kesediaan dan kesetiaan kamu segera mengalihkan kiblat karena perintah Allah telah datang, tidaklah dilengah atau diabaikan oleh Allah, bahkan sangat dihargai. Ini karena pelaksanaan perintah Allah dengan segera adalah tanda dari iman yang teguh.
Kemudian, datang lanjutan ayat seterusnya.
Ayat 145
Dan, meskipun engkau berikan kepada orang-orang yang diberi kitab itu dengan tiap-tiap ketenangan, tidaklah Mereka akan mengikuti kiblat engkau itu."
Meskipun mereka telah mengetahui sebab-sebab peralihan kiblat itu, mereka tidaklah mau mengikut kamu sebab mereka telah mempertahankan golongan, bukan mempertahankan kebenaran."Dan engkau pun tidaklah akan mengikuti kiblat mereka," sebab perintah Allah sudah datang menyuruh alihkan kiblat.
Niscaya Nabi Muhammad ﷺ Dan, umatnya tidaklah akan mengikut kiblat pemeluk agama yang lain sebab Allah telah menentukan kepadanya kiblat Masjidil Haram dengan wahyu, “Dan tidaklah yang sebagian mereka akan mengikut kiblat yang sebagian" Orang Yahudi tidaklah hendak mengikut kiblat orang Nasrani dan orang Nasrani pun tidaklah akan mengikut kiblat orang Yahudi.
“Dan jikalau engkau perturutkan kemauan-kemauan Mereka sesudah datang kepada engkau sebagian dari pengetahuan, sesungguhnya adalah engkau di masa itu dari orang-orang yang aniaya."
Artinya, garis yang akan beliau lalui sebagai seorang rasul, terutama berkenaan dengan kiblat, telah terang, yaitu kembali menghadap kepada rumah suci yang telah didirikan oleh Nabi Ibrahim, Kalau menurut kemauan Yahudi hendaklah kembalikan ke Baitul Maqdis, niscaya ini tidak akan diperhatikan walaupun telah banyak sanggahan atau gerutu yang mereka sampaikan. Seorang rasul sebagai pemimpin umatnya tidak mempunyai pendirian yang ragu. Bagaimana Nabi Muhammad ﷺ akan ragu, padahal peralihan kiblat itu adalah pengharapan dari beliau sendiri. Yang dituju dengan ujung ayat ini adalah sekadar penguatkan hati beliau dalam perjuangan yang maha hebat itu, untuk diberikan teladan kepada umat beliau buat sepanjang masa.
Bagaimana kemauan dan hawa nafsu mereka akan diperturutkan? Padahal mereka sendiri pun telah tahu bahwa dia inilah, Nabi Muhammad ﷺ, nabi yang ditunggu-tunggu itu. Dijelaskan pada ayat yang selanjutnya,
Ayat 146
“(orang-orang yang diberi kepada Mereka kitab, mengenallah mereka akan dia sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka (sendiri)."
Baik dalam wahyu yang disampaikan oleh Nabi Musa maupun wahyu yang disampaikan oleh Nabi Isa al-Masih, demikian juga wahyu yang disampaikan kepada nabi yang lain, seumpama Yesaya, disebutkan bahwa akan datang nabi itu. Tanda-tandanya pun akan disebutkan dan dari kaum mana dia akan timbul pun akan disebutkan, sehingga mereka mengenalnya sebagaimana mengenai anak mereka sendiri. Akan tetapi, mereka memungkiri itu, Artinya, mereka tafsirkan isi ayat kitab suci mereka kepada maksud yang lain: memang seorang nabi akan datang, tetapi bukan Muhammad ini!
“Dan sesungguhnya sebagian dari Mereka, Mereka sembunyikan kebenaran, padahal Mereka mengetahui."
Inilah sebab terutama mengapa tidak akan dapat kecocokan. Inilah soal yang terutama mengapa soal kiblat menjadikan heboh mereka. Sebagian dari mereka telah sengaja menyembunyikan kebenaran: ayat-ayat yang menyebutkan tentang kedatangan rasul penutup itu sampai sekarang ada dalam kitab-kitab mereka itu, tetapi kalau ditanyakan kepada mereka, tidak mau mereka berterus terang mengakui kebenaran.
Akan tetapi, Allah berfirman dengan tegas,
Ayat 147
“Kebenaran adalah dari Tuhan engkau maka sekali-kali janganlah engkau termasuk dari orang-orang yang ragu."
Tegasnya, memang engkaulah rasul itu. Betapapun mereka menyembunyikan kebenaran, tetapi kebenaran datang dari Allah. Tidak ada satu kekuatan dalam dunia ini yang dapat menghalangi atau menyembunyikan kebenaran itu.