Ayat
Terjemahan Per Kata
رَّبُّ
Tuhan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
فَٱعۡبُدۡهُ
maka sembahlah Dia
وَٱصۡطَبِرۡ
dan berteguh hatilah
لِعِبَٰدَتِهِۦۚ
dalam beribadat kepadaNya
هَلۡ
apakah
تَعۡلَمُ
kamu mengetahui
لَهُۥ
bagiNya/denganNya
سَمِيّٗا
sama
رَّبُّ
Tuhan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِ
dan bumi
وَمَا
dan apa
بَيۡنَهُمَا
diantara keduanya
فَٱعۡبُدۡهُ
maka sembahlah Dia
وَٱصۡطَبِرۡ
dan berteguh hatilah
لِعِبَٰدَتِهِۦۚ
dalam beribadat kepadaNya
هَلۡ
apakah
تَعۡلَمُ
kamu mengetahui
لَهُۥ
bagiNya/denganNya
سَمِيّٗا
sama
Terjemahan
(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya. Maka, sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui sesuatu yang sama dengan-Nya?
Tafsir
Dia adalah (Rabb) yang menguasai (langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) bersikap sabarlah dalam menjalankan dua perkara tersebut. (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia) yang patut disembah seperti Dia, tentu saja tidak.
Tafsir Surat Maryam: 64-65
Dan tidaklah kami (Jibril) turun kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita, dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa. Tuhan -(yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'la dan waki'.
Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Zar, dari ayahnya, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda kepada Malaikat Jibril, "Apakah gerangan yang mencegahmu untuk tidak mengunjungiku lebih banyak lagi dari biasanya?" Maka turunlah firman-Nya: Dan tidaklah kami (Jibril) turun kecuali dengan perintah Tuhanmu. (Maryam: 64), hingga akhir ayat. Imam Bukhari mengetengahkannya secara munfarid. Di dalam kitab tafsirnya ia meriwayatkan sehubungan dengan makna ayat ini melalui Abu Na'im, dari Umar ibnu Zar dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Umar ibnu Zar dengan sanad yang sama, tetapi menurut riwayat keduanya di akhir hadis terdapat tambahan, yaitu bahwa jawaban tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad ﷺ Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Malaikat Jibril tidak turun kepada Rasulullah ﷺ dalam waktu yang cukup lama. Maka Rasulullah ﷺ dirundung rasa sedih dan duka karenanya. Kemudian Malaikat Jibril datang dan mengatakan, "Hai Muhammad: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.. (Maryam: 64), hingga akhir ayat. Mujahid mengatakan bahwa Jibril tidak turun kepada Muhammad ﷺ selama dua belas malam atau kurang dari itu. Ketika Jibril turun, Nabi ﷺ berkata kepadanya, "Hai Jibril, sesungguhnya kamu membuat saya sedih, sehingga kaum musyrik mempunyai dugaan yang tidak-tidak kepada saya." Maka turunlah firman-Nya: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. (Maryam: 64), hingga akhir ayat. Mujahid mengatakan bahwa ayat ini sama maknanya dengan ayat yang terdapat di dalam surat Adh-Dhuha.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan tertahannya Malaikat Jibril. Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Jibril lama tidak turun kepada Nabi ﷺ dalam waktu empat puluh hari. Kemudian Jibril turun di suatu hari. Maka Nabi ﷺ bersabda kepadanya, "Mengapa kamu lama tidak furun kepadaku, sehingga aku rindu kepadamu." Jibril menjawab, "Bahkan aku selalu rindu kepadamu, tetapi aku menunggu perintah, lalu Allah mewahyukan kepadaku agar aku menyampaikan kepadamu firman Allah ﷻ sebagai berikut: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. (Maryam: 64), hingga akhir ayat. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim, hadis ini berpredikat garib.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Mujahid yang mengatakan bahwa utusan Allah datang lambat kepada Nabi ﷺ Kemudian Jibril datang, maka Nabi ﷺ bertanya, "Apakah gerangan yang menahanmu, hai Jibril?" Maka Jibril berkata, "Bagaimana saya datang kepada kalian, sedangkan kalian tidak memotong kuku kalian, tidak membersihkan sela-sela jari-jemari tangan dan kaki kalian, tidak mencukur kumis kalian, serta tidak bersiwak lagi?" Kemudian Jibril membacakan firman-Nya: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. (Maryam: 64), hingga akhir ayat.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim As-Suri, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abdur Rahman Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepadaku Sa'labah ibnu Muslim, dari Ubay ibnu Ka'b maula Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda bahwa Malaikat Jibril lama tidak turun kepadanya. Ketika Nabi ﷺ mengatakan hal tersebut kepada Jibril, maka Jibril menjawab: Bagaimana saya turun, sedangkan kalian tidak lagi bersiwak, tidak memotong kuku, tidak mencukur kumis, dan tidak membersihkan sela-sela jari-jemari tangan dan kaki kalian? Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abul Yaman, dari Ismail ibnu Ayyasy, dari Ibnu Abbas dengan lafaz yang semisal.
-[] Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman Al-Mugirah ibnu Habib, dari Malik ibnu Dinar, telah menceritakan kepadaku seorang syekh dari kalangan ulama Madinah, dari Ummu Salamah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepadanya: Benahilah majelis ini untuk kami, karena sesungguhnya akan turun ke bumi seorang malaikat yang belum pernah turun sama sekali ke bumi ini. Kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di hadapan dan apa-apa yang ada di belakang kita. (Maryam: 64) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksudkan dengan apa-apa yang ada di hadapan kita ialah perkara dunia; sedangkan apa-apa yang ada di belakang kita ialah perkara akhirat.
dan apa-apa yang ada di antara keduanya. (Maryam: 64) Yakni apa-apa yang ada di antara dua tiupan sangkakala. Demikianlah menurut pendapat Abul Aliyah, Ikrimah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah menurut suatu riwayat yang bersumber dari keduanya, juga menurut As-Saddi serta Ar-Rabi' ibnu Anas. Menurut pendapat yang lain, makna mabaina aidina ialah apa-apa yang bakal terjadi menyangkut urusan akhirat, sedangkan wama khalfana artinya apa-apa yang telah lalu menyangkut urusan dunia.
Dan makna wama baina zalika artinya apa yang ada di antara dunia dan akhirat. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Qatadah, Ibnu Juraij, dan As-Sauri. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir; hanya Allah yang mengetahui kebenarannya. Firman Allah ﷻ: dan tidaklah Tuhanmu lupa. (Maryam: 64) Mujahid dan As-Saddi mengatakan makna yang dimaksud ialah Tuhanmu tidak akan melupakanmu.
Dalam keterangan yang terdahulu telah disebutkan bahwa makna ayat ini sama dengan firman-Nya: Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tiada meninggalkanmu dan tiada (pula) benci kepadamu. (Adh-Dhuha: 1-3) [] Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Muhammad ibnu AbdusSamad Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman (yakni Abul Jamahir), telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Raja ibnu Haiwah, dari ayahnya, dari Abu Darda yang me-rafa'-kan hadis ini: Apa saja yang dihalalkan Allah di dalam Kitab-Nya, maka hal itu halal; dan apa-apa yang diharamkan oleh Allah, maka hal itu haram; dan apa saja yang Allah diam terhadapnya, maka hal itu dimaafkan.
Maka terimalah kemurahan dari-Nya, karena sesungguhnya Allah tidak pernah melupakan sesuatu pun. Kemudian Abu Darda membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: dan tidaklah Tuhanmu lupa. (Maryam: 64) Adapun firman Allah ﷻ: Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi. (Maryam: 65) Yakni Yang Menciptakannya, Yang Mengaturnya, Yang Menguasainya, dan Yang Mengurusnya, tiada yang mempertanyakan apa yang di-putuskan-Nya. maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah). (Maryam: 65) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna ayat ialah,'apakah kamu mengetahui misal atau yang serupa dengan Tuhan (mu)?'.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, dan Ibnu Juraij serta lain-lainnya. Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tiada seorang pun yang bernama Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) selain Allah ﷻ sendiri Yang Mahasuci lagi Mahatinggi serta Maha suci nama-Nya."
Dialah Tuhan yang telah menciptakan segala yang ada, menguasai langit dan bumi, dan mengatur serta memelihara segala yang ada di antara keduanya. Maka, sembahlah Dia karena hanya Dia yang layak disembah, dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya karena hanya Dia yang layak menjadi tujuan ibadah. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu di alam semesta ini yang setara atau yang sama dengan-Nya, baik sebagai pencipta maupun sebagai sembahan'66. Menerangkan sikap orang-orang yang tidak beriman pada hari kebangkitan, Allah berfirman, 'Dan orang kafir itu, meski mengetahui adanya akhirat, tetap saja berkata, 'Betulkah apabila aku telah mati, dikuburkan, dan tulang belulangku hancur, kelak aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan dari kubur dan hidup kembali' Hal ini mustahil terjadi. '.
Bagaimana mungkin Tuhan akan bersifat lalai dan lupa padahal Dialah yang memiliki dan mengurus serta mengendalikan semua yang ada di langit dan di bumi dan semua yang ada di antara keduanya. Allah Yang Mahakuasa dan Mahabijaksana sekali-kali tidak akan lalai atau lupa mengurus dan mengatur semua makhluk-Nya. Oleh sebab itu jangan sampai Rasul menyangka bahwa Allah telah murka kepadanya dengan terlambatnya wahyu. Semua itu berlaku sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Rasul diperintahkan untuk menunggu dengan sabar dan terus beribadah kepada-Nya walau apapun ocehan yang diucapkan oleh kaum musyrik itu. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa tidak ada sesuatu yang dapat menyamai-Nya karena itu kepada-Nyalah manusia harus berserah diri, patuh dan taat mengerjakan perintah-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 65
“Tuhan bagi semua langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya."
Artinya Dialah Yang Menciptakan. Dialah yang mengatur semuanya dan Dia pula Yang Mahakuasa dan segala keputusan-Nya tidaklah dapat dibantah dan diubah, “Maka
(69) Kemudian itu pastilah akan Kami renggutkan dari tiap-tiap golongan, siapakah di antara mereka yang terhadap kepada Allah Pengasih, sangat durhaka.
(70) Dan Kami sungguh lebih tahu siapa orang-orang yang lebih pantas dibakar ke dalam neraka itu.
“Dan berkata manusia." (Yaitu manusia yang masih ada keraguan tentang akan adanya hari berbangkit, hari Kiamat kelak, meskipun mereka tidak akan ragu lagi bahwa Kekuasaan atas alam hanya satu saja).
Ayat 66
“Apakah apabila aku telah mati, aku akan dikeluarkan, kembali dalam keadaan hidup?"
Mereka bertanya demikian itu karena akan dihidupkan kembali itu belum masuk dalam pi-kiran mereka. Lalu datanglah pertanyaan Allah pada ayat yang selanjutnya, yang isinya pun me-nyuruh berpikir lanjut. Bunyi pertanyaan,
Ayat 67
“Apakah manusia tidak ingat, bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya sebelumnya, padahal dia tidak ada sama sekali."
Artinya, sebelum dia menanyakan apakah dia akan dihidupkan kembali sesudah mati, cobalah ingat apakah dahulu dari ini, atau sebelum dia menanyakan ini dia sebagai manusia telah ada di dunia? Bukankah dahulunya mereka tidak ada, kemudian baru ada karena diadakan? Dan kemudian akan datang masanya dia tidak ada lagi, artinya mati? Siapakah yang mengadakan dari tidak ada? Siapakah yang menghidupkan? Siapakah yang mematikan? Tentulah yang berbuat itu semuanya ialah Yang Mahakuasa, kekuasaan yang tidak berbatas. Kalau Yang Mahakuasa itu sanggup mengadakan dari tidak ada, kemudian meniadakan kembali, mengapa akan mustahil baginya mengadakan atau menghidupkannya pula kembali?
Ayat 68
“Maka Demi Tuhan engkau,"
Maka bersumpahlah Allah kembali di atas nama-Nya sendiri menyatakan bahwa kebangkitan sesudah mati itu adalah pasti."Sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama setan." Mereka akan dihidupkan kembali di hari Kiamat bersama-sama dengan setan-setan yang telah menimbulkan keraguan dalam hati mereka akan hari yang Akhir itu.
“Kemudian akan Kami hadirkan mereka di sekeliling Jahannam dalam keadaan berlutut."
Digambarkan di sini bahwa orang-orang yang ingkar akan kehidupan sesudah mati itu dikumpulkan bersama setan-setan yang memengaruhi jalan pikiran mereka selama hidup di dunia, bahwa mereka bersama-sama dihadirkan di hadapan neraka Jahannam. Meskipun hukum belum putus, karena pada waktu itu baru hari Mahsyar, hari pengumpulan, namun orang-orang yang bersalah itu sudah tidak sanggup lagi mengangkat muka, melainkan tunduk berlutut semuanya karena hebat dahsyatnya hari itu, karena makhluk sedang dihadapkan ke muka pengadilan, untuk diperiksa, ditimbang dan dikeluarkan keputusannya kelak.
Ayat 69
“Kemudian itu pastilah akan Kami renggutkan dari tiap-tiap golongan siapakah di antara mereka yang terhadap kepada Allah Pengasih, sangat durhaka."
Ayat 69 ini lebih menjelaskan lagi ayatyang sebelumnya. Mulanya semua dikumpulkan bersama-sama setan-setan pendaya itu, di hadirkan di sekeliling Jahannam. Semua berlutut ketakutan; barangkali suara yang mem-basa pun ada di dalam golongan itu; moga-moga Allah menyelamatkan kita. Sesudah itu maka diadakanlah pemeriksaan pertama, guna menyisihkan dari tiap-tiap golongan, mana yang lebih besar perkaranya. Memang kehidupan di dunia ini terdiri dari berbagai golongan, berbagai pekerjaan. Ada golongan saudagar, ada golongan petani, ada golongan pemegang kekuasaan dan sebagainya. Disisihkan, siapakah di antara mereka yang paling durhaka kepada Allah Pengasih.
Di dalam ayat ini disebut salah satu nama Allah, yaitu ar-Rahman, yang berarti Allah Pengasih, yang menilik nama itu saja menjadi jelas tidak pantas hamba Allah yang dikasihi Allah dengan merata itu mendurhakai-Nya.
Ayat 70
"Dan Kami sungguh lebih tahu siapa orang-orang yang lebih pantas dibakal ke dalam neraka itu."
Maka terdapatlah kelak orang-orang yang pada masa hidup di dunia ini tidak kita sangka, karena menurut pengetahuan kita dia adalah orang baik, orang taat. Padahal ada urusannya yang tersembunyi di hadapan mata orang banyak, padahal tidak tersembunyi dari mata Allah. Kita sangka dia akan ke surga, rupanya dibenam ke dalam neraka.
Sebagai contoh marilah kita perhatikan hadits ini,
“Dari Abu Zaid, L/samah bin Zaid bin HaritsaK (r.a. bergelar juga orang yang dicintai oleh Rasulullah ﷺ), berkata dia, “Saya pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Dibawa seorang laki-laki di hari Kiamat lalu dilemparkan ke dalam neraka, maka terbusailah isi perutnya, lalu diputar-putarkan dia seperti keledai memutarkan kincir. Maka berkerumunlah penduduk neraka kepadanya, lalu bertanya, “Bukankah engkau mi dahulu menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah berbuat yang munkar?" Dia menjawab, “Benar demikian, aku menyuruh berbuat yang ma'ruf, tetapi aku sendiri tidak pernah mengerjakan. Dan aku melarang berbuat munkar, tetapi aku sendiri mengerjakan." (HR Bukhari dan Muslim)