Ayat
Terjemahan Per Kata
وَنَٰدَيۡنَٰهُ
dan Kami telah memanggilnya
مِن
dari
جَانِبِ
sisi/pinggir
ٱلطُّورِ
gunung Tur
ٱلۡأَيۡمَنِ
sebelah kanan
وَقَرَّبۡنَٰهُ
dan Kami telah mendekatkannya
نَجِيّٗا
munajat/dialog
وَنَٰدَيۡنَٰهُ
dan Kami telah memanggilnya
مِن
dari
جَانِبِ
sisi/pinggir
ٱلطُّورِ
gunung Tur
ٱلۡأَيۡمَنِ
sebelah kanan
وَقَرَّبۡنَٰهُ
dan Kami telah mendekatkannya
نَجِيّٗا
munajat/dialog
Terjemahan
Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan (Gunung) Tur (Sinai) dan Kami dekatkan dia untuk bermunajat (berbicara tanpa perantara).
Tafsir
(Dan Kami telah memanggilnya) melalui firman-Nya, "Hai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allah..." (Q.S. Al-Qashash, 30). (dari arah Thur) nama sebuah bukit (sebelah kanan) yakni dari sebelah kanan Nabi Musa ketika ia baru datang dari negeri Madyan (dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami waktu dia munajat) bermunajat, yaitu Allah memperdengarkan Kalam-Nya kepadanya.
Tafsir Surat Maryam: 51-53
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Musa di dalam Al-Kitab (Al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi. Dan Kami memanggilnya dari sebelah kanan Gunung Tur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. Setelah disebutkan kisah mengenai Ibrahim dan pujian kepadanya, lalu disebutkan pula mengiringinya kisah tentang orang yang telah diajak berbicara langsung oleh Allah ﷻ, yaitu Nabi Musa.
Untuk itu Allah berfirman: Dan ceritakanlah kisah Musa di dalam Al-Kitab (Al-Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih. (Maryam: l) Sebagian ulama membacanya mukhlisan, berasal dari kata ikhlas, yakni ikhlas dalam beribadah kepada Allah. As-Sauri telah meriwayatkan dari Abdul Aziz ibnu Rafi', dari Abu Lubabah yang mengatakan bahwa kaum Hawariyyin pernah bertanya kepada Isa, "Wahai Ruhullah, ceritakanlah kepada kami siapakah orang yang ikhlas kepada Allah itu?" Nabi Isa menjawab," Orang yang beramal karena Allah, tidak suka manusia memujinya." Sebagian ulama lain membacanya dengan mukhlasan yang artinya orang yang terpilih, sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain (di masamu). (Al-A'raf: 144) dan seorang rasul dan nabi. (Maryam: 51) Allah ﷻ menghimpunkan dua sifat bagi Musa a.s.
Musa termasuk salah seorang rasul yang besar dan termasuk salah seorang dari ulul 'azmi dari kalangan para rasul yang jumlahnya ada lima orang, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad; semoga salawat dan salam Allah terlimpahkan kepada mereka semua, dan kepada semua nabi. Firman Allah ﷻ: Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan Gunung Tur. (Maryam: 52) Yakni yang ada di sebelah kanan Musa saat ia pergi mencari nyala api dari api yang dilihatnya itu.
Ia melihat adanya nyala api, maka ia pergi mencarinya. Maka ia menjumpai nyala api itu berada di sebelah kanan Gunung Tur, yakni di sebelah baratnya, di tepi lembah. Lalu Allah mengajak bicara langsung dengannya dan menyerunya serta mendekatkannya, maka Musa bermunajat kepada-Nya. Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Qattan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ata ibnu Yasar, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami diwaktu dia bermunajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Nabi Musa didekatkan kepada-Nya hingga ia dapat mendengar guratan suara qalam.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abul Aliyah serta lain-lainnya, yang pada garis besarnya mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah guratan qalam yang sedang menulis kitab Taurat. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Musa dimasukkan ke langit, lalu diajak bicara secara langsung oleh Allah. Disebutkan dari Mujahid hal yang semisal.
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (Maryam: 52) Bahwa Musa diselamatkan karena berkat kejujurannya. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abdul Jabbar ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah Al-Harrani, dari Abu Wasil, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Amr ibnu Ma'di Kariba yang mengatakan bahwa ketika Musa didekatkan kepada Allah untuk bermunajat kepada-Nya di Bukit Tur yang terletak di semenanjung Sinai, Allah berfirman, "Hai Musa, apabila Aku ciptakan buatmu hati yang bersyukur, lisan yang selalu berzikir menyebut-Ku dan istri yang membantumu dalam kebaikan, berarti Aku tidak menyimpan sesuatu kebaikan pun darimu.
Karena barang siapa yang Aku sembunyikan hal tersebut darinya, berarti Aku tidak membukakan suatu kebaikan pun baginya." Firman Allah ﷻ: Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Dan Kami perkenankan permintaan dan syafaatnya buat saudaranya, maka Kami jadikan saudaranya itu seorang nabi. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: "Dan saudaraku Harun, dia lebih petah lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan aku.(Al-Qashash: 34) Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. (Thaha: 36) Dan firman Allah ﷻ: .
maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku. (Asy-Syu'ara: 13-14) Karena itulah maka ada sebagian ulama Salaf yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang memberikan syafaat di dunia buat seseorang dengan syafaat yang lebih besar daripada syafaat Musa buat Harun, Musa memohonkannya menjadi seorang nabi. Allah ﷻ telah berfirman Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ailah, dari Daud, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya -Harun- menjadi seorang nabi. (Maryam: 53) Bahwa Harun lebih tua daripada Musa, karenanya Musa menghendaki agar Harun pun dijadikan seorang nabi (Musa rela memberikan kenabiannya kepada saudaranya itu).
Hal yang sama disebutkan secara ta'liq (komentar) oleh Ibnu Abu Hatim, dari Ya'qub ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi dengan sanad yang sama."
Dan Kami telah memilih Nabi Musa dan memanggilnya dari sebelah kanan gunung Sinai ketika dia sedang bepergian menuju Mesir, dan saat itu Kami tetapkan dia sebagai nabi dan rasul untuk memberi peringatan kepada Fir'aun dan kaumnya. Kami dekatkan dia kepada Kami untuk menerima amanat kerasulan dan Kami ajak dia bercakap-cakap secara langsung dari balik hijab berupa api yang menyala. 53. Dan Kami telah menganugerahkan kepada Nabi Musa sebagian rahmat Kami kepadanya sesuai permintaan yang dipanjatkan kepada Kami, yaitu ketika dia memohon agar saudaranya, Harun, diizinkan untuk membantunya dalam melaksanakan tugas kerasulan. Kami tetapkan saudaranya itu menjadi seorang nabi. '.
Dalam ayat ini dijelaskan bagaimana Allah memanggil Musa a.s. dan berbicara langsung dengannya di sebelah kanan bukit Tur, yaitu sebuah bukit yang terletak di semenanjung Sinai. Ketika itu Musa sedang menuju ke Mesir dari Madyan untuk menyampaikan dakwahnya kepada Firaun. Di bukit Tursina itulah Musa diberitahukan oleh Allah bahwa dia telah diangkat menjadi rasul dan menjanjikan kepadanya bahwa dia akan menang dalam menghadapi Firaun yang zalim yang mendakwahkan dirinya sebagai Tuhan. Tuhan juga menjanjikan kepadanya akan menurunkan rahmat kepada keluarga Bani Israil dengan menurunkan kitab Taurat.
Allah menerangkan pula bahwa Dia telah mendekatkan Musa kepada-Nya di waktu berbicara itu dengan arti memuliakannya dan memilihnya sebagai Rasul-Nya seakan-akan Musa di waktu itu dekat kepada Tuhan sebagaimana dekatnya seorang raja di waktu berbicara dengan menterinya. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana caranya Tuhan berbicara langsung dengan Musa. Apakah Musa benar-benar mendengar suara ataukah Musa hanya merasa bahwa dia telah berada di alam rohani yang tinggi seakan-akan mendengar wahyu Ilahi. Kita tidak dapat mengetahui bagaimana kejadian yang sebenarnya, semua itu harus kita serahkan kepada Allah Yang Mahakuasa. Kewajiban kita sebagai orang mukmin hanya mempercayainya, karena hal itu dikisahkan di dalam Al-Qur'an.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MUSA BERBICARA DENGAN ALLAH
Ayat 51
“Dan ingatlah di dalam Kitab dari hal Musa."
Setelah selesai memperingatkan dari hal Ibrahim dan perselisihan pendapatnya dengan ayahnya karena berlainan aqidah, dan setelah dibayangkan pula bagaimana keyakinan seorang rasul Allah sekali-kali tidak mengubah rasa hormat dan khidmatnya kepada orang tuanya, maka sekarang Allah menyuruh Nabi-Nya pula, Muhammad ﷺ memperingati pula dari hal Nabi Musa.
“Sesungguhnya dia adalah orang pilihan dan adalah dia rasul lagi nabi."
Dia adalah orang pilihan, atau seorang yang mempunyai keistimewaan sendiri, gagah perkasa, pemimpin, menganjur yang tidak mengenal bosan dan gagah berani. Dikatakan dia orang pilihan, karena memang istimewalah Musa itu di antara rasul-rasul dan nabi-nabi. Namanya tersebut di dalam Al-Qur'an sampai lebih dari 300 kali. Menjadi tinggilah keistimewaan itu sebab dia pun diangkat Allah menjadi rasul-Nya, menjadi utusan-Nya kepada Bani Israil, disertai jabatan nabi. Menerima wahyu dari Ilahi.
Telah diceritakan di dalam Al-Qur'an pada surah-surah yang lain bahwa Musa telah dipanggil menghadap Allah ke atas Gunung Thursina, di lembah yang bernama Thuwa Yang Suci. Pertama tatkala dia akan pulang kembali ke negeri Mesir dari pembuangan di Madyan, kedua ketika dia telah selamat menyeberangkan Bani Israil melalui Lautan Qulzum dengan membelah laut, dari Mesir. Lalu dia dipanggil buat menyampaikan perintah Allah yang bernama Taurat. Dikatakan dalam ayat-ayat itu (al-Qashash ayat 29, Thaahaa ayat 10, an-Naml ayat 7, an-Nazi'aat ayat 16, al-A'raafayatl42) dan lain-lain bahwa beliau melihat api di gunung, lalu beliau naik ke gunung itu. Sampai di sana kedengaranlah olehnya seruan Allah kepadanya. Di surah al-A'raaf, pada pertemuan yang kedua kali Musa memohon hendak melihat wajah Allah yang sebenarnya, tetapi Allah menyatakan kepadanya bahwa dia tidak akan dapat melihat wajah Allah, hanya akan melihat bukti adanya Allah saja, yaitu dengan hancurnya sebuah gunung, lalu Musa pingsan melihat keajaiban besar itu.
Dikatakan di dalam ayat ini bahwa Musa dipanggil di pinggir gunung yang sebelah kanan. Tentu kita pun maklum bahwa gunung tidaklah mempunyai kanan dan kiri. Maka yang dimaksud dengan kanan di sini ialah yang sebelah kanan Musa. Maka dikatakanlah di ujung ayat,
“Dan Kami dekatkan dia untuk bercakap."
Di dalam surah an-Nisaa' ayat 164 Allah menjelaskan.
“Dan Allah telah bercakap kepada Musa sebenar-benar bercakap." (an-Nisaa': 164)
Ayat 52
“Dan telah Kami panggil dia dari pinggir gunung sebelah kanan."
Maka tidaklah perlu kita bicarakan panjang lebar bagaimana beliau Nabi Musa itu bercakap dengan Allah, atau Allah bercakap dengan dia. Mempunyai huruf-hurufkah percakapan Allah itu dan mempunyai suara? Apakah suara dan huruf itu termasuk zat Allah atau sifat-Nya? Tidaklah layak kita memperkatakan hal itu, sebab akal kita tidaklah akan sampai ke sana. Sedangkan manusia dengan alat-alat modern telah dapat menyampaikan pikiran dari si anu kepada si fulan yang sangat jauh jarak tempatnya dengan tidak memakai huruf dan suara, apatah lagi Allah Yang Mahakuasa, yang telah menjadikan Adam langsung dari tanah, dan menjadikan tubuh Hawa langsung dari tubuh Adam dan menjadikan Isa tidak dengan perantaraan bapak, dan menghilangkan kemandulan istri Ibrahim dan istri Zakariya.
Allah berfirman bahwa Nabi Musa di waktu itu didekatkan oleh Allah kepada-Nya, untuk diajak bercakap.
Kita pun percaya akan firman Allah itu, dengan tidak mengorek lagi bagaimana pen-dekatan itu. Karena memang sudah terang bahwa nabi-nabi dan rasul itu memanglah orang-orang yang Mushthafa; orang-orang yang terpilih di antara sekalian hamba Allah.
Ayat 53
"Dan Kami karuniakan kepadanya, dari rahmat Kami, saudaranya Harun, seorang Nabi."
Di dalam surah Thaahaa, ayat 29 sampai 32 jelaslah bahwa ketika tugas berat itu telah dipikulkan Allah kepada Musa, untuk pergi kepada Fir'aun menyampaikan dakwah Ilahi, Musa pun telah memohonkan agar dia diberi pembantu. Dan Musa sendiri telah menentukan yang diharapnya jadi pembantu itu, yaitu saudara kandungnya sendiri, abangnya, Harun. Yaitu untuk memperkuat kedudukannya dan supaya bertanggung jawab. Karena meskipun Musa itu seorang yang gagah berani, ada pula kelemahannya, yaitu tidaklah dia pandai berlemah lembut pada perkara-perkara yang memerlukan lemah lembut berhadapan dengan seorang raja yang telah merasa dirinya besar dan agung sama dengan Allah. Maka dalam ayat 53 surah Maryam ini dijelaskan Allah-lah bahwa pengangkatan Harun menjadi nabi di samping Musa, ialah karena memperkenankan permohonan Musa; rahmat dari Allah kepadanya.
Sebagaimana kita terangkan di atas, kisah perjuangan Musa ini telah banyak disebut di dalam Al-Qur'an; baik dalam surah-surah yang diturunkan di Mekah ataupun pada surah-surah yang diturunkan di Madinah. Karena memang perjuangan nabi-nabi yang terdahulu yang banyak menyerupai perjuangan Muhammad ﷺ ialah perjuangan Musa. Di dalam tiga ayat surah Maryam ini (51-53) hanya diterangkan sedikit saja, tetapi dalam sekali apa yang dapat kita ambil dari dalamnya. Yaitu bagaimana pun gagah perkasa Musa, kuat dan teguh badannya, ruhari dan jasmani, namun dia sendiri pun merasakan sendiri betapa perlunya ada seorang yang mendampinginya. Dan tabiat lemah lembut, mengurangi tekanan kekerasan Musa hanya ada pada saudaranya, Harun. Dan itu pun dapat kita rasakan seketika Musa sendiri naik darah kepada saudaranya itu. Karena sepeninggal Musa pergi menghadap Ilahi 40 hari di sebelah kanan Gunung Thur di Wadi Thuwa itu, Bani Israil telah dapat disesatkan oleh tipuan Samiri. Harun tidak ada upaya melarang dengan kekerasan, bahkan dia nyaris dibunuh orang. Dan setelah Musa pulang ditariknya janggut Harun dan ubun-ubunnya dengan marah. Harun menyambut dengan lemah lembutnya, “Hai anak ibuku, janganlah kau tarik janggutku dan kepalaku!" (Thaahaa: 94). Karena sambutan Harun yang demikian jatuhlah tangan Musa, dan sebagaimana kebiasaan beliau, beliau pun segera menyesal.
Namun demikian, ayat 53 tetap mengagungkan Harun, “Dia adalah nabi."