Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّا
sesungguhnya Kami
نَحۡنُ
Kami
نَرِثُ
Kami mewarisi
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
وَمَنۡ
dan orang-orang
عَلَيۡهَا
diatasnya
وَإِلَيۡنَا
dan kepada Kami
يُرۡجَعُونَ
mereka dikembalikan
إِنَّا
sesungguhnya Kami
نَحۡنُ
Kami
نَرِثُ
Kami mewarisi
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
وَمَنۡ
dan orang-orang
عَلَيۡهَا
diatasnya
وَإِلَيۡنَا
dan kepada Kami
يُرۡجَعُونَ
mereka dikembalikan
Terjemahan
Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi beserta semua yang ada di atasnya dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.
Tafsir
(Sesungguhnya Kami) lafal Nahnu berfungsi sebagai Taukid atau kata pengukuh (mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di dalamnya) baik yang berakal maupun yang lainnya, yaitu dengan membinasakan mereka (dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan) pada hari kiamat untuk menerima pembalasan.
Tafsir Surat Maryam: 38-40
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata. Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan,(yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman. Sesungguhnya. Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.
Allah ﷻ berfirman menceritakan perihal orang-orang kafir kelak di hari kiamat, bahwa sesungguhnya mereka mempunyai pendengaran yang sangat terang dan penglihatan yang sangat tajam. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya: Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar. (As-Sajdah: 12), hingga akhir ayat. Dengan kata lain, mereka mengatakan hal tersebut di saat tiada sesuatu pun yang dapat memberikan manfaat kepada mereka dan tiada sesuatu pun yang dapat menolong mereka. Seandainya peristiwa yang disebutkan dalam ayat ini terjadi sebelum mereka menyaksikan azab, tentulah hal tersebut dapat memberi manfaat kepada mereka dan dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka. (Maryam: 38) Ungkapan ini merupakan ungkapan ta'ajjub yang menunjukkan makna keluarbiasaan, yakni betapa terangnya pendengaran mereka dan betapa tajamnya penglihatan mereka saat itu. pada hari mereka datang kepada Kami. (Maryam: 38) Yaitu pada hari kiamat Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini. (Maryam: 38) Yakni dalam kehidupan dunia. berada dalam kesesatan yang nyata. (Maryam: 38) Maksudnya, tidak dapat mendengar dan tidak dapat melihat serta tidak dapat berpikir; yaitu di saat hidayah datang kepada mereka, mereka tidak mau menerimanya, tidak mau pula menaatinya.
Dengan kata lain, mereka tidak memanfaatkan pendengaran, penglihatan, dan akal mereka untuk menerima hidayah. Kemudian dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam: 39) Artinya berilah peringatan kepada makhluk akan hari penyesalan. yaitu ketika segala perkara telah diputuskan. (Maryam: 39) Yakni ahli surga dan ahli neraka telah dipisahkan, dan masing-masing dimasukkan ke dalam tempat tinggalnya untuk selama-lamanya. Dan mereka dalam keadaan lalai. (Maryam: 39) Yaitu dalam kehidupan dunia mereka lalai terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka, yakni hal yang bakal menimpa mereka kelak di hari penyesalan dan kekecewaan.
dan mereka tidak (pula) beriman. (Maryam: 39) Maksudnya tidak percaya kepada hari penyesalan itu. [] [] ". ": ": ". Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Said yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila ahli surga dimasukkan ke dalam surga dan ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka, maka didatangkanlah maut yang rupanya seakan-akan seperti domba yang berbulu putih, lalu dihentikan di antara surga dan neraka.
Maka dikatakan, "Hai ahli surga, apakah kalian mengenal ini? Maka mereka mengarahkan pandangannya ke arah domba itu dan menelitinya, lalu mereka berkata, "Ya, ini adalah maut. Kemudian dikatakan, "Hai ahli neraka, apakah kalian mengenal ini? Maka mereka mengarahkan pandangannya ke arah maut dan menelitinya, kemudian mereka berkata, "Ya, inilah maut. Lalu diperintahkan agar domba itu disembelih, maka disembelihlah domba itu, lalu dikatakan, "Hai ahli surga, kekallah kalian dan tidak ada mati lagi.
Hai ahli neraka, kekallah kalian dan tidak ada mati lagi. Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman. (Maryam: 39) Seraya berisyarat dengan tangannya, kemudian bersabda: "Ahli dunia berada dalam kelalaian (tentang itu) saat hidup di dunia." Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama dan dengan lafaz yang pengertiannya mirip dengan hadis ini.
Hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Al-Hasan ibnu Arafah. Ia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asbat ibnu Muhammad, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu dengan lafaz yang semisal. Di dalam kitab Sunan Ibnu Majah dan lain-lainnya disebutkan melalui hadis Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang semisal.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan hadis yang sama melalui Ibnu Umar. Ibnu Juraij telah meriwayatkan hadis ini, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, lalu disebutkan hadis yang semisal, hanya hadis ini diucapkan oleh Ibnu Abbas. Dan Ibnu Juraij telah meriwayatkan pula dari ayahnya; ia pernah mendengar Ubaid ibnu Umair mengatakan dalam kitab Qisas-nya bahwa maut di datangkan seakan-akan berupa hewan, lalu disembelih, sedangkan orang-orang memandangnya.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, bahwa telah menceritakan kepada kami Abuz Zar ra, dari Abdullah ibnu Mas'ud dalam kisah yang diketengahkannya, bahwa tiada suatu orang pun melainkan melihat rumah-rumah yang ada di surga dan rumah-rumah yang ada di neraka; hal ini terjadi pada hari penyesalan. Ahli neraka melihat rumah yang ada di dalam surga, lalu dikatakan kepada mereka, "Sekiranya kalian beramal kebaikan." Maka mereka merasa menyesali perbuatannya.
Dan ahli surga melihat rumah yang ada di dalam neraka, lalu dikatakan kepada mereka, "Seandainya saja Allah tidak memberikan karunia-Nya kepada kalian (tentulah kalian masuk neraka)." As-Saddi telah meriwayatkan dari Ziyad, dari Zurr ibnu Hubaisy, dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. (Maryam: 39) Apabila ahli surga telah masuk surga dan ahli neraka telah masuk neraka, maka didatangkanlah maut dalam bentuk domba yang berbulu putih dengan berbelang hitam, lalu dihentikan di antara surga dan neraka.
Kemudian terdengarlah suara seruan yang mengatakan, "Hai ahli surga, inilah maut yang mematikan manusia di dunia." Maka tiada seorang pun dari kalangan ahli surga baik surga yang tertinggi maupun surga yang terendah melainkan memandang ke arah maut yang diserupakan dengan domba itu. Kemudian suara itu menyeru lagi dan mengatakan, "Hai ahli neraka, inilah maut yang telah mematikan manusia di dunia." Maka tidak ada seorang pun dari kalangan penghuni nerakabaik yang ada di bagian atas maupun yang ada di dasarnya melainkan memandang ke arahnya.
Kemudian maut disembelih di tempat yang terletak di antara surga dan neraka. Lalu terdengar suara menyeru, "Hai ahli surga, inilah masa kekekalan untuk selama-lamanya. Hai ahli neraka, inilah masa kekekalan untuk selama-lamanya." Maka ahli surga meluap-luap kegembiraannya. Seandainya ada orang yang mati karena kegembiraan, tentulah mereka mati karena kegembiraan yang sangat. Lain halnya dengan ahli neraka, mereka sangat menyesal luar biasa.
Seandainya ada orang yang dapat mati karena menyesal, tentulah mereka semua mati karena menyesal. Yang demikian itu adalah firman Allah ﷻ: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. (Maryam: 39) Yaitu bilamana maut disembelih. Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab tafsirnya. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam:39) Al-Hasrah merupakan salah satu dari nama hari kiamat yang dibesarkan oleh Allah ﷻ untuk memperingatkan hamba-hamba-Nya.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan. (Maryam: 39) Bahwa yang dimaksud dengan 'hari penyesalan' ialah hari kiamat. Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membaca firman-Nya: supaya jangan ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah. (Az-Zumar: 56) Adapun firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan. (Maryam: 40) Allah ﷻ menyebutkan bahwa Dia adalah Yang Menciptakan makhluk, Raja Yang Mengatur segalanya, semua makhluk akan binasa, dan yang kekal hanyalah Dia Yang Mahatinggi lagi Mahasuci.
Tiada seorang pun yang disebut raja, tidak pula ada yang dapat mengatur, bahkan Dia sendirilah Yang Mewarisi semua makhluk-Nya, Yang Mahakekal sesudah mereka lagi Maha Memutuskan di antara mereka. Maka tiada seorang pun yang dianiaya barang sedikit pun, bahkan mereka tidak dianiaya dalam hal yang sekecil nyamuk pun, tidak pula dalam hal yang lebih kecil daripada itu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Hudbah ibnu Khalid Al-Qaisi telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hazm ibnu Abu Hazm Al-Qat'i, bahwa Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz pernah berkirim surat kepada Abdul Hamid ibnu Abdur Rahman (Gubernur Kufah) yang isinya sebagai berikut: "Amma ba'du (sesudah membaca hamdalah, salawat, dan salam), sesungguhnya Allah telah memastikan atas makhluk-Nya saat Dia menciptakan mereka, bahwa mereka harus mati. lalu Dia menjadikan mereka kembali kepada-Nya.
Dan Dia telah berfirman di dalam wahyu yang diturunkan-Nya yang termaktub di dalam Al-Qur'an yang benar yang Dia pelihara dengan seizin-Nya serta menyuruh para malaikatNya untuk menyaksikannya, bahwa Dia memelihara Kitab-Nya, bahwa sesungguhnya Dia mewarisi bumi dan semua orang yang ada di atasnya, dan hanya pada-Nyalah mereka dikembalikan.""
Allah adalah Pencipta segala yang ada, maka semuanya adalah milik-Nya. Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan semua yang ada di atasnya. Tidak satu pun makhluk yang berhak memilikinya. Semua ciptaan itu pun akan mati dan kemudian hanya kepada Kami mereka dikembalikan untuk menghadapi hisab. 41. Selesai dari penuturan kisah Nabi Isa, Allah beralih menceritakan kisah Nabi Ibrahim yang mengajak kaumnya bertauhid. Wahai Nabi Muhammad, dan ceritakanlah kepada umatmu kisah Ibrahim di dalam Kitab Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepadamu bahwa sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan, di mana sikap, ucapan, dan perbuatannya selalu dalam kebenaran. Dia pun seorang nabi yang diutus untuk menuntun kaumnya ke jalan Allah.
Pada ayat ini Allah menghibur Nabi Muhammad, meminta Nabi untuk tidak bersedih hati karena kaum musyrik tidak mau beriman dan selalu mendustakannya. Karena mereka kelak akan kembali kepada Allah dan akan dibalas kekafiran mereka dengan balasan yang setimpal karena Kamilah Yang Mahakuasa. Kamilah yang mewarisi bumi dan segala isinya pada hari Kiamat nanti.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
ALLAH YANG TUNGGAL
Ayat 35
“Tidaklah layak bagi Allah mempunyai anak."
Artinya, kalau kita berpikir dengan pikiran yang teratur dan memakai akal yang sehat, tidaklah layak dan tidaklah akan terupa pada akal itu bahwa Allah akan ada anak-Nya."Mahasuci Dia." Bersihlah kiranya Allah dari apa yang dikira-kirakan oleh akal yang kacau itu. Allah Yang Mahakuasa. Yang Awwal tidak ada permulaan. Yang Akhir tidak berkesudahan, bersihlah daripada kemungkinan beranak. Karena anak adalah keturunan! Dan yang perlu kepada keturunan itu ialah manusia atau binatang bernyawa yang lain, yang hidupnya terbatas; lahir ke dunia, lalu kemudiannya mati! Dia cemas akan meninggal dunia padahal keturunan tidak ada. Sedang Allah adalah hidup! Hidup terus, yang dahulu dari segala yang ada, dan tetap ada setelah segala sesuatu musnah kelak. Demikian tinggi dan mutlak kekuasaannya sehingga,
“Apabila Dia menetapkan suatu perkara,
Dia hanya berkata, “Jadilah!" Maka dia pun terjadi."
Allah yang demikian besar dan agung kekuasaannya, yang dengan satu ucapan saja me-nyuruh terjadi, sesuatu pun terjadi, apa perlunya mempunyai anak? Apakah orang yang menyangka bahwa Allah itu telah tua, dan dia tidak sekuasa dahulu lagi untuk menyuruhkan sesuatu terjadi, sehingga sesuatu itu tidak terjadi. Lalu perlu anaknya yang masih segar buat melanjutkan atau menyambung kekuasaan itu?
Kejadian Isa al-Masih itu pun demikianlah halnya. Allah memerintahkan supaya Isa al-Masih terjadi dalam kandungan Maryam, dengan tidak melalui yang terbiasa, yaitu percampuran mani laki-laki dengan mani perempuan. Allah perintahkan supaya dia terjadi dalam kandungan, maka dia pun terjadilah, menjadi manusia yang lengkap.
Di dalam surah Aali Tmraan ayat 59 (lihat Juz 3) pun sudah dijelaskan, bahwasanya perumpamaan kejadian Isa itu di sisi Allah sama saja dengan kejadian Adam; sama Dia jadikan dari tanah, kemudian Dia berkata, “Jadilah!", maka dia pun terjadi.
Kemudian datanglah ayat 36 yang berbunyi,
Ayat 36
“Dan sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu."
Ayat ini adalah menceritakan ucapan dari Isa al-Masih kembali. Apakah ucapan ini memang sambungan dari ucapan beliau seketika masih dalam ayunan itu, atau ucapan beliau yang seterusnya kemudian hari, dalam rangka perjuangan beliau mengajak umat manusia kepada tauhid tidaklah penting kita ketahui. Karena memang seruan sekalian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah itu memang demikian, yaitu menyeru manusia agar menyembah, berbakti dan beribadah kepada Allah belaka."Maka sembahlah Dia," memperhambakan diri kepadanya saja, tidak mempersekutukan Dia dengan yang lain.
“Inilah Jalan yang lurus."
Inilah jalan yang lurus, karena jalan itu hanya satu. Inilah yang sesuai dengan akal yang sehat. Kalau hendak menuju titik yang satu, jalannya dari pangkal, yang cepat sampai ialah satu pula. Garis paralel (dua sejajar) tidaklah sampai kepada titik yang satu. Maka barangsiapa yang menempuh satu jalan, menuju kepada satu titik, akan sampailah dia dengan selamat kepada yang dituju. Tetapi barangsiapa yang bercabang pikiran sejak semula, sampai kepada akhir perjalanan pun akan tetap bersimpang-siur. Sebagaimana pepatah yang terkenal dari orang Melayu, “Kayu yang berjupang tidak dapat ditancapkan ke bumi".
Ayat 37
“Maka berselisihlah golongan-golongan itu di antara mereka."
Berbagailah perselisihan ahlul kitab tentang kelahiran Nabi Isa itu, sejak dahulu sampai sekarang. Sampai sebagai telah kita sebutkan di atas tadi saja negeri Romawi, Kaisar Costantin mengumpulkan pendeta-pendeta yang disuruh musyawarah bersama-sama, yang banyaknya sampai 2.170. Macam-macamlah pendapat yang keluar; segolongan berkata bahwa di antara Allah dengan al-Masih seibarat persatuan api dengan besi ketika sudah sangat panas. Sebagian berkata bahwa di antara Allah bersatu dengan al-Masih laksana lautan dengan ombak, 100 berkata lain, 70 berkata lain pula. 50 berbeda pula dengan yang 100 dan dengan yang 70, dan yang 160 lain pula. Akhirnya terdapatlah yang sepaham hanya 300 orang, ditambah dengan 8 orang yang mula-mulanya ragu-ragu. Dan Kaisar Costantin mendengarkan mereka itu berbincang dengan sangat hati-hati. Sedang baginda adalah seorang saja yang masih melekat dalam dirinya paham agama orang Romawi Kuno, dan banyak terpengaruh oleh filsafat. Lalu akhirnya mengambil pendirian yang condong kepada yang 300 itu, yaitu bahwa Tuhan itu terdiri dari tiga oknum: Allah Bapak, Allah Putra (itulah Isa al-Masih) dan Allah Ruhul Qudus, yang kadang-kadang merupakan dirinya sebagai burung merpati. Tiga oknum itu, meskipun tiga hendaklah dipercayai bahwa dia itu sebenarnya adalah satu jua.
Diputuskanlah yang demikian dengan kehendak saja, menjadi dekrit!
Lalu dikeluarkanlah peraturan, diperbuat berbagai undang-undang dan beberapa ke-tentuan untuk melindungi kepercayaan yang telah diputuskan itu. Penganutnya yang 300 orang mendapat perlindungan saja, yang lainnya diusir atau dikucilkan, artinya bahwa keputusan kesajaan menentukan bahwa orang yang melanggar keputusan itu keluar dari lingkungan Kristen. Maka tidaklah boleh yang lain lagi berpendirian lain dari pendirian yang telah diputuskan oleh Kaisar tersebut.
Maka seluruh negeri Syam (Mesopotamia), Asia Kecil dan negeri-negeri orang Romawi ikutlah kepada ajaran yang diputuskan itu. Di zaman Kaisar tersebut berdirilah tidak kurang daripada 12.000 gereja. Dan Ibu dari Kaisar Costantin sendiri, Ratu Helena, mendirikan sebuah tempat pemujaan di puncak Golgota, bukit tempat Nabi Isa al-Masih hendak disalib orang Yahudi atas izin dari Kesajaan Romawi itu. Penyaliban Nabi Isa itulah yang dijadikan pokok asasi kepercayaan Kristen, yang kata mereka ialah karena hendak menebus dosa seluruh manusia, yang dipusakai oleh manusia dari nenek moyangnya Adam, yang berdosa karena memakan buah yang terlarang itu! Padahal tidaklah Isa al-Masih meninggal di atas kayu palang (salib), tidaklah beliau mati dalam kehinaan, melainkan diangkatkan Allah derajat beliau lebih tinggi.
Sampai kepada zaman modern kita ini perselisihan segala golongan Kristen tentang kepercayaan kepada Isa al-Masih itu bukanlah berkurang dan mereda, bahkan bertambah centang-parenang, kocar-kacir. Masing-masing gereja lain kepercayaannya dan lain cara pemujaannya. Ada Orthodoks dan ada Katolik Roma, dan ada pula Katolik Yunani; semuanya dihitung sebagai orde yang lama. Dan ada puia Protestan, pelawan dan penantang kuasa Paus Katolik dan menegakkan gereja sendiri. Sedang mereka ini pun terbagilah kepada tidak kurang dari 200 macam gereja dan sekte.
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir dari persaksian hari yang hebat itu kelak."
Ujung ayat ini membayangkan bahwa akan datanglah sesuatu zaman, bahwa kebenaran dari pokok kepercayaan ini akan diuji oleh pergantian masa. Kian lama kian naiklah kecerdasan manusia, maka kian lama kian hilanglah pamor dari kepercayaan yang tidak masuk akal itu. Sehingga banyaklah orang yang melawan dan menantangnya. Banyaklah orang yang membelakangi agama, karena menyangka bahwa ajaran agama tidak lain daripada ajaran yang bodoh tak masuk akal. Lebih-lebih dalam abad keduapuluh ini, sehingga di Eropa dan Amerika sendiri kian mundurlah perhatian orang kepada agama seperti itu, bahkan orang lebih suka hidup dalam kesesatan karena muak dan bosan. Maka kelihatanlah peradaban dunia sekarang ini telah terlepas sama sekali kendalinya dari tangan agama yang selama ini disangka jadi anutan dari bangsa-bangsa itu, padahal telah lama mereka belakangi. Dan di akhirat kelak akan diperhitungkanlah ajaran yang sama sekali bukan berasal dari Allah dan bukan dari ajaran Isa al-Masih itu di hadapan Allah, sebagaimana tersebut di akhir surah al-Maa'idah, ayat 116 sampai 120. (Tafsir Juz 7), Maka tersebutlah dalam sebuah hadits yang shahih, diterima riwayatnya dari sahabat Rasulullah ﷺ yang bernama Ubadah bin Shamit, disampaikan oleh Bukhari dan Muslim (Muttafaq ‘alaihi) demikian bunyinya,
“Barangsiapa yang nailc saksi bahwa “Tidak ada suatu Tuhan pun melainkan Allah, yang berdin sendiri-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-ldya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya dan kalimat-Nya yang didatangkan-Nya kepada Maryam, dan Ruh dari-Nya, dan bahwa surga itu adalah benar dan neraka pun adalah benar'' akan dimasukkan dia oleh Allah ke surga dengan amal yang ada padanya." (HR Bukhari dan Muslim)
Ayat 38
“Alangkah terang mereka mendengar dan melihat, pada hari mereka akan datang kepada Kami itu."
Artinya, bahwasanya pada hari mereka datang menghadap ke hadapan Mahkamah Agung Ilahi itu pendengaran mereka menjadi sangat nyaring dan penglihatan mereka menjadi sangatlah terang; sehingga bunyi detik sedikit halus pun kedengaran dan barang yang kecil tersembunyi pun tampak dengan jelas. Sebagaimana tersebut juga pada ayat 22 dan surah Qaaf, bahwasanya meskipun di kala hidup di dunia semua dipandang enteng dan diremehkan belaka, dipandang perkara kecil, namun kelak akan datang masanya, di hadapan Mahkamah Ilahi, segala penghalang penglihatan itu akan dibukakan oleh Allah, sehingga penglihatan mata itu jadi sangat tajam. Maka kelihatanlah segala kesalahan masa lampau sampai kepada yang sekecil-kecilnya. Artinya bahwa berpikir menjadi sehat! Yang salah, terang salah! Yang benar, terang benar. Tetapi apalah hendak dikata, keadaan tidak dapat dibalikkan ke belakang lagi.
“Namun orang-orang yang aniaya pada hari sekarang pun, di dalam kesesalan yang nyata."
Arti lengkap dari ayat ini ialah bahwa mereka akan tahu sendiri kelak, sebab pendengaran tidak akan ada yang menutup lagi dan penglihatan tidak ada yang menghambat, bahwa pendirian mereka tidaklah benar! Tidaklah masuk dalam akal yang waras dan pikiran yang teratur, yang bebas dari pengaruh kepercayaan turunan, bahwa Allah itu beranak. Tidaklah tersembunyi bagi pendengaran dan penglihatan, bahwa mustahil Allah itu beranak. Tetapi pada masa sekarang, di atas dunia ini, kepercayaan yang salah itu, yang berlawan dengan pikiran mereka yang sehat, sebab itu sama artinya dengan mendustai diri sendiri, sama artinya dengan aniaya, mereka pertahankan juga kepercayaan yang salah itu. Malahan di zaman sekarang ini mereka hamburkan uang berjuta-juta dolar dan mengunjungi seluruh dunia yang telah beragama, menipu ataupun membujuk, bahkan tidak kurang dengan kekerasan senjata, agar orang turut pula mengatur kepercayaan yang nyata sesatnya itu.
Ayat 39
“Dan ancamkanlah kepada mereka hari penyesalan itu."
Lebih baiklah engkau beri peringatan dari sekarang, ya utusan-Ku, demikian firman Allah kepada utusan-Nya, Muhammad ﷺ bahwa akan datang masanya kelak mereka akan menyesal, pada hari yang penyesalan tidak ada gunanya lagi."Ketika telah diputuskan perkara." Menurut suatu riwayat dari Abdullah bin Mas'ud, sebenarnya bagi setiap orang yang mendurhakai Allah dan kufur itu, sudah disediakan rumah buat mereka dalam surga. Tetapi karena kedurhakaan kepada Allah, rumah itu tak sempat mereka diami, karena mereka dimasukkan ke dalam neraka. Alangkah menyesal! Maka setelah perkara diputuskan bahwa orang itu akan dimasukkan ke dalam neraka, bahwasanya rumah telah disediakan buat dia di surga itu diterangkan juga kepadanya. Apa sebabnya jadi demikian? Ujung ayat mengatakan,
“Karena mereka lalai dan mereka tidak beriman."
Selama di dunia ini.
Maka tersebutlah di dalam beberapa hadits yang shahih, ada yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dan ada pula yang dirawikan oleh Imam Ahmad bahwa setelah ahli surga dimasukkan ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka dibawalah ke tengah-tengah makhluk Allah yang bernama maut, menyerupai seekor domba besar muda, lalu ditegakkan ke tengah-tengah di antara surga dan neraka itu, sehingga melihatlah sekalian mata kepadanya, baik yang dalam surga ataupun yang dalam neraka. Lalu ditanyai kepada penduduk surga, “Kenalkah kalian siapa dan apa ini?" Semuanya mengangkat kepala dan melihat dan semuanya pun tahulah; itulah el-maut. Ditanyai pula penduduk neraka. Mereka pun mengangkat kepala bersama dan me-nengok dan semuanya pun menjawab bahwa itu el-maut. Maka el-maut itu pun disembelih. Lalu difirmankan kepada penduduk surga, “Kekallah kalian dalam surga dan maut tidak
ada lagi!" Dan kepada penduduk neraka pun dikatakan, “Kekallah kalian di dalamnya, dan maut tidak ada lagi" Lalu Rasulullah membaca ayat 39 ini."Dan ancamkanlah kepada mereka hari penyesalan itu, ketika telah diputuskan perkara, karena mereka lalai dan mereka tidak beriman!" Lalu Rasulullah memberi isyarat dengan tangannya menyambung bicaranya, ‘Ahli dunia telah dilalaikan oleh dunianya."
Tersebutlah pula dalam suatu tafsiran dari Ibnu Abbas yang selalu diulang-ulangkan kepada kami ketika menafsirkan ayat ini, oleh guru kami Syekh Abdulkarim Amrullah bahwa di hari penyesalan itu bukan saja orang yang berbuat kebajikan yang merasa menyesal. Bahkan orang yang berbuat baik pun merasa menyesal, melihat betapa besar ganjaran dan pahala yang diberikan Allah! Dia menyesali diri mengapa hanya sekian saja yang dikerjakannya, padahal kalau dia mau, dia sedianya sanggup berbuat baik lebih banyak dari itu.
Kemudian, sebagai penutup dari bagian ini, berfirman Allah,
Ayat 40
“Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan siapa pun yang ada di atasnya."
Amatlah dalam pangkal ayat ini untuk kita perhatikan. Sudah nyata bahwa seluruh alam ini Allah yang punya, Dia yang Kuasa, dan bumi tempat kita hidup itu termasuk satu di antaranya yang dikuasai mutlak oleh Allah itu. Maka berfirman Allah, seperti tersebut di dalam surah al-Baqarah ayat 29, “Dialah yang telah menjadikan untuk kamu apa saja yang ada di bumi ini semua."
Maka bolehlah kita ambil faedah sekuat tenaga kita dari bumi dan segala isi yang ada padanya itu. Bekerjalah, berusahalah. Maka di dalam ayat ini diperingatkanlah bahwa semua yang bernyawa di muka bumi ini akan mati, dan segala harta yang bekas diambil faedahnya itu kembali kepada yang empunya semula dan yang empunya sejati. Kita hanya dapat mengambil faedahnya saja. Tidak ada yang dapat kita punyai sendiri, bahkan diri kita sendiri pun dan nyawa kita sendiri pun.
Dikatakan dalam ayat ini dengan tegas bahwa bumi itu diwariskan kembali kepada Allah, dan siapa yang ada di atasnya pun diwariskan kepada-Nya jua. Sehingga anak kandung kita, ayah kandung kita, segala keluarga yang bertali darah dengan kita, jika kita meninggalkan dunia ini, tetaplah Allah yang mewarisinya kembali. Di ujung ayat dipertegas.
“Dan kepada Kamilah mereka akan dikembalikan."
“Kembali!" Itulah hal yang sebenarnya. Kembali ialah kepada pangkalan yang semula. Sejauh-jauh berjalan, namun akhirnya kembali ke sana juga. Dari Allah kita datang, dengan kehendak Allah kita datang ke dunia ini, dengan perlindungan dan jaminan Allah kita diberi kesempatan hidup di sini, maka kita meneruskan perjalanan, sampai berhenti di akhir hidup, yang bernama maut. Maka kembalilah kita kepada-Nya.
Asal kita mengingat keadaan yang sebenarnya, manakan terasa canggung dalam hidup? Asal jiwa kita dilepaskan dan penipuan diri kita sendiri, yang menyangka kuasa padahal kuasa pinjaman. Menyangka kaya, padahal kaya karena belas kasihan sementara dan Allah, tidaklah akan sampai tersesat kita dalam perjalanan hidup ini.
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Dialah saja Pencipta dan Penguasa dan Yang Berhak penuh bertasharruf, berbuat sekehendak hati atas alam ini. Dan bahwa makhluk ini seluruhnya akan musnah; dan yang kekal dan suci sendirinya hanya Dia! Tidaklah seorang pun makhluk insani ini yang berhak mengatakan kuasa di sini atau ber-tasharruf, berbuat sekehendak hati. Bahkan Allah yang mewarisi ini semuanya, yang kekal sesudahnya dan yang kuasa atasnya. Sebab itu tidaklah seorang jua pun yang teraniaya di sini, baik setimbangan sayap nyamuk atau seberat zarrah (atom)."
Berkata Ibnu Abi Hatim, bahwa Hadbah bin Khatid al-Qisi, menyebutkan, bahwa dia menerima berita dari Hazm bin Abu Hazm al-Qath'i. Dia ini berkata,
Berkirim suratlah Umar bin Abdul Aziz kepada Abdulhamid bin Abdurrahman, Walinya di negeri Kaufah, demikian di antara isinya."Amma Ba'du. Sesungguhnya Allah telah menuliskan untuk seluruh makhluk-Nya ini seketika mereka Dia ciptakan, bahwa mereka mesti mati. Maka Dia pun menjadi akhir perjalan hidup mereka ialah penuju Dia. Dan Dia bersabda di dalam kitab-Nya Yang Benar, yang dipelihara-Nya dalam ilmu-Nya dan disaksikan oleh maiaikat-malaikat-Nya."Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan siapa pun yang ada di dalamnya, dan kepada Kamilah mereka akan dikembalikan."
Maka bilamana telah kita ingat semuanya ini, bersedia-sedialah kita terus menerima panggilan pulang kembali itu dengan perlengkapan yang telah dipesankan kepada kita dengan perantaraan nabi-nabi dan rasul-rasul.