Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
رَبِّي
Tuhanku
وَرَبُّكُمۡ
dan Tuhanmu
فَٱعۡبُدُوهُۚ
maka sembahlah Dia
هَٰذَا
ini
صِرَٰطٞ
jalan
مُّسۡتَقِيمٞ
lurus
وَإِنَّ
dan sesungguhnya
ٱللَّهَ
Allah
رَبِّي
Tuhanku
وَرَبُّكُمۡ
dan Tuhanmu
فَٱعۡبُدُوهُۚ
maka sembahlah Dia
هَٰذَا
ini
صِرَٰطٞ
jalan
مُّسۡتَقِيمٞ
lurus
Terjemahan
(Isa berkata,) “Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu. Sembahlah Dia! Ini adalah jalan yang lurus.”
Tafsir
(Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia) jika dibaca Anna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Udzkur, maksudnya: Ingatlah, sesungguhnya Allah dan seterusnya. Jika dibaca Kasrah yaitu Inna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Qul sebelumnya, maksudnya: Katakanlah, sesungguhnya Allah; hal ini dibuktikan oleh firman lainnya, yaitu: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka melainkan apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu, "Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabb kalian." (Q.S. Al-Maidah, 117). (ini) hal yang telah disebutkan tadi (adalah jalan) penuntun (yang lurus) yang dapat mengantarkan ke surga.
Tafsir Surat Maryam: 34-37
Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah, maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian,maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. Allah ﷻ berfirman kepada Nabi Muhammad, Rasul-Nya, bahwa kisah yang Kami ceritakan kepadamu merupakan sebagian dari kisah tentang Isa a.s. adalah kisah yang sebenarnya, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34) Yakni orang-orang yang batil dan orang-orang yang hak dari kalangan orang-orang yang beriman kepadanya dan orang-orang yang kafir kepadaNya, berbantah-bantahan mengenai kebenarannya. Karena itulah sebagian besar ulama membacanya qaulul haq dengan di-raya'-kan. Tetapi Asim dan Abdullah ibnu Amir membacanya qaulul haqqi.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa dia membacanya dengan bacaan 'isabna maryama. Penulis mengatakan Irab yang lebih jelas adalah bacaan rafa' yang diperkuat oleh firman Allah ﷻ yang berbunyi: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah: 147) Setelah Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan Isa sebagai hamba dan nabi-Nya, lalu Allah ﷻ membersihkan dari-Nya Yang Maha suci melalui firman-Nya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. (Maryam: 35) Artinya, Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh lagi zalim dan melampaui batas itu dengan kesucian yang sebesar-besarnya.
Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. (Maryam: 35) Dengan kata lain, apabila Allah menghendaki sesuatu, sesungguhnya Dia hanya berkata kepadanya; maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya itu sesuai dengan keinginan-Nya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah " (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran: 59-60) Adapun firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kalian.
Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam 36) Yaitu di antara perintah yang dianjurkan oleh Isa kepada kaumnya saat ia masih dalam ayunan ialah memberitahukan kepada mereka bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan mereka. Lalu Isa memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah ﷻ Untuk itu ia berkata: maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36) Yakni agama yang aku sampaikan kepada kalian dari Allah merupakan jalan yang lurus; Barang siapa yang mengikutinya, dibenarkan dan mendapat petunjuk.
Dan barang siapa yang menentangnya, disalahkan dan tersesat. Firman Allah ﷻ: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37) Yaitu Ahli Kitab berselisih pendapat tentang eksistensi Isa, padahal perkaranya sudah jelas dan gamblang, bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang diciptakan melalui perintah-Nya yang ditujukan kepada Maryam, dan diciptakan melalui roh ciptaan-Nya. Sebagian dari mereka yang terdiri atas orang-orang Yahudi telah sepakat mengatakannya sebagai anak zina; semoga laknat Allah menimpa mereka.
Mereka mengatakan pula bahwa perkataan Isa yang masih ada dalam usia ayunan itu adalah sihir. Segolongan lainnya dari kalangan mereka mengatakan, sesungguhnya yang berbicara itu adalah Tuhan. Segolongan lainnya lagi mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Golongan lainnya lagi mengatakan, Isa adalah salah satu dari ketiga Tuhan. Dan golongan yang lainnya mengatakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Pendapat yang terakhir ini adalah pendapat yang benar sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Kisah yang semisal telah diriwayatkan melalui Amr ibnu Maimun, Ibnu Juraij, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, baik dari kalangan ulama Salaf maupun dari kalangan ujama Khalaf. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34) Bahwa kaum Bani Israil mengadakan pertemuan, lalu mereka mengemukakan empat orang yang paling alim di antara mereka sebagai juru bicara dari masing-masing kelompoknya, kemudian mereka berdebat tentang Isa ketika Isa dinaikkan.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Isa adalah tuhan yang turun ke bumi, lalu menghidupkan orang-orang yang dihidupkannya dan mematikan orang-orang yang dimatikannya, setelah itu Isa naik ke langit. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Ya'qubiyah. Pendapat tersebut ditolak oleh ke tiga orang lainnya karena di anggap dusta dan tidak benar. Kemudian orang yang kedua dari mereka berkata kepada orang yang ketiga, "Bagaimanakah pendapatmu? Kemukakanlah." Orang yang ketiga berkata bahwa Isa adalah anak Allah.
Mereka yang mengatakan demikian adalah golongan Nusturiyah. Orang yang kedua menyangkal seraya mengatakan, "Kamu dusta." Kemudian salah seorang dari dua orang lainnya berkata kepada yang lainnya, "Kemukakanlah pendapatmu tentang dia." Ia berkata bahwa Isa adalah salah satu dari tiga tuhan; Allah Tuhan yang pertama, dia tuhan kedua, dan ibunya tuhan ketiga. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Israili, raja-raja nasrani, semoga laknat Allah menimpa mereka semua.
Orang yang keempat berkata, "Kamu dusta, bahkan Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, roh yang diciptakan oleh-Nya dan diciptakan melalui firman-Nya." Mereka yang berpendapat demikian adalah orang-orang muslim. Disebutkan bahwa masing-masing dari keempat orang itu mempunyai pengikutnya sendiri-sendiri yang mendukung pendapatnya. Akhirnya mereka berperang di antara sesama mereka dan mereka beroleh kemenangan atas orang-orang muslim yang beriman bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah ﷻ Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil. (Ali Imran: 21) Qatadah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang disebut oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37) Mereka berselisih pendapat tentang Isa, akhirnya terpecahlah mereka menjadi beberapa golongan.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Urwah Ibnuz Zubair melalui sebagian ahlul 'ilmi suatu kisah yang isinya hampir sama dengan riwayat di atas. Ahli sejarah dari kalangan Ahli Kitab dan lain-lainnya telah menyebutkan bahwa Kaisar Konstantinopel pernah mempertemukan kaum Ahli Kitab dalam suatu pertemuan besar di ketiga tempat perkumpulan mereka yang terkenal di kalangan mereka.
Golongan uskup dari kalangan mereka terdiri atas dua ribu seratus tujuh puluh orang, lalu mereka berselisih pendapat tentang Isa putra Maryam dengan perselisihan yang tajam sekali. Masing-masing golongan mempunyai pendapat sendiri. Seratus orang mempunyai pendapat sendiri; begitu pula tujuh puluh orang dari mereka; lima puluh orang berpendapat berbeda dengan lainnya, dan seratus enam puluh orang mempunyai pendapat sendiri pula.
Tiada suatu pendapat pun yang disepakati oleh lebih dari tiga ratus delapan orang. Di antara mereka ada sejumlah uskup yang sepakat memegang suatu pendapat dan mempertahankannya mati-matian; pendapat ini disetujui oleh Kaisar. Kaisar adalah seorang ahli filsafat, maka golongan tersebut dijadikan sebagai pemuka agama dan didukungnya, serta mengusir golongan lainnya. Maka para uskup yang didukungnya memberikan kepada Kaisar amanat yang besar yang lebih layak disebut sebagai pengkhianatan terbesar.
Kemudian para uskup yang didukung oleh Kaisar ini membuatkan untuk Kaisar kitab undang-undang dan menetapkan baginya hukum-hukum syariat serta membuat banyak bid'ah dan penyimpangan di dalam agama Al-Masih; mereka telah merubahnya dari aslinya. Sebagai imbalannya Kaisar Konstantinopel membangunkan buat mereka gereja-gereja yang besar di wilayah kekaisarannya; semuanya tersebar di negeri Syam, Jazirah Arabia, dan Romawi sehingga jumlah gereja di masa pemerintahannya kurang lebih dua belas ribu gereja.
Sedangkan ibu kaisar membangun tempat pembuangan sampah di tempat penyaliban yang diduga oleh orang-orang Yahudi bahwa yang disalib itu adalah Al-Masih. Mereka dusta, bahkan Allah-lah yang menaikannya ke langit. Firman Allah ﷻ: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. (Maryam: 37) Ayat ini mengandung ancaman dan peringatan yang keras terhadap orang-orang yang mendustakan Allah dan melakukan tuduhan keji serta menganggap bahwa Allah beranak.
Akan tetapi, Allah menangguhkan mereka sampai hari kiamat dan membiarkan mereka berkat sifat Penyantun-Nya dan kekuasaan-Nya untuk menyiksa mereka. Sesungguhnya Dia tidak menyegerakan orang-orang yang berbuat durhaka terhadapNya. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui salah satu hadisnya: Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan tangguh kepada orang yang zalim; tetapi apabila Dia menyiksanya, pastilah orang yang zalim itu tidak akan luput dari siksa-Nya.
Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud 102) Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Tiada seorang pun yang lebih sabar terhadap berita yang menyakitkan hatinya selain dari Allah. Sesungguhnya mereka menganggap bahwa Allah beranak, padahal Allah-lah yang memberi mereka rezeki dan kesehatan. Allah ﷻ telah berfirman: Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj 48) Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42) Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. (Maryam: 37) Yakni hari kiamat.
Di dalam hadis sahih yang telah disepakati kesahihannya diriwayatkan melalui Ubadah ibnus Samit r.a disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: [] Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah, rasulnya, yang diciptakan melalui kalimat-Ny ayang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya, dan bahwa surga itu hak dan neraka itu hak (benar ada), niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal perbuatan yang dikerjakannya."
Nabi Isa menegaskan bahwa Allah tidak memerlukan anak, 'Dan sesungguhnya Allah Yang Maha Esa itu tidak mempunyai anak. Dia adalah Tuhanku Yang memelihara dan merahmatiku, dan Dia adalah juga Tuhanmu dan Tuhan semua makhluk. Maka, sembahlah Dia. Ketahuilah bahwa ini adalah jalan yang lurus dan telah Allah wahyukan kepada para nabi-Nya. '37. Keterangan yang dikemukakan oleh Nabi Isa sangat jelas, namun Bani Israil tetap ingkar. Maka, berawal dari sikap ini berselisihlah golongan-golongan yang ada di antara mereka, yaitu antara Yahudi dan Nasrani, tentang Isa dan Maryam. Akibat keingkaran itu maka celakalah orang-orang kafir, termasuk mereka yang mempertuhankan Isa, pada waktu menyaksikan hari yang agung, yaitu hari pembalasan.
Pada ayat ini Allah menerangkan lagi ucapan Isa di waktu dia masih bayi dalam buaian di samping ucapan-ucapannya pada ayat 30-33 Surah ini yaitu, "Bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyembah-Nya." Isa menegaskan kepada kaumnya bahwa dia hanya hamba Allah seperti mereka juga meskipun dia dilahirkan dengan cara yang luar biasa tanpa bapak. Hal ini tidak menunjukkan bahwa dia adalah putra Allah, atau dia adalah Tuhan yang patut disembah. Dia hanya manusia biasa diciptakan Allah. Oleh sebab itu dia mengajak kaumnya supaya menyembah Allah Yang menciptakannya dan menciptakan semua makhluk. Yang patut mereka sembah hanyalah Allah Pencipta segala sesuatu.
Selanjutnya Isa menerangkan kepada mereka, bahwa manusia sepatutnya menyembah Allah bukan menyembah setan dan berhala. Inilah jalan yang lurus yang akan membawa mereka pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ini pula jalan yang ditunjukkan oleh nabi-nabi sebelum dia. Barangsiapa yang menempuh jalan itu ia akan berbahagia dan barangsiapa yang menempuh jalan selain itu akan sesat dan celaka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
ALLAH YANG TUNGGAL
Ayat 35
“Tidaklah layak bagi Allah mempunyai anak."
Artinya, kalau kita berpikir dengan pikiran yang teratur dan memakai akal yang sehat, tidaklah layak dan tidaklah akan terupa pada akal itu bahwa Allah akan ada anak-Nya."Mahasuci Dia." Bersihlah kiranya Allah dari apa yang dikira-kirakan oleh akal yang kacau itu. Allah Yang Mahakuasa. Yang Awwal tidak ada permulaan. Yang Akhir tidak berkesudahan, bersihlah daripada kemungkinan beranak. Karena anak adalah keturunan! Dan yang perlu kepada keturunan itu ialah manusia atau binatang bernyawa yang lain, yang hidupnya terbatas; lahir ke dunia, lalu kemudiannya mati! Dia cemas akan meninggal dunia padahal keturunan tidak ada. Sedang Allah adalah hidup! Hidup terus, yang dahulu dari segala yang ada, dan tetap ada setelah segala sesuatu musnah kelak. Demikian tinggi dan mutlak kekuasaannya sehingga,
“Apabila Dia menetapkan suatu perkara,
Dia hanya berkata, “Jadilah!" Maka dia pun terjadi."
Allah yang demikian besar dan agung kekuasaannya, yang dengan satu ucapan saja me-nyuruh terjadi, sesuatu pun terjadi, apa perlunya mempunyai anak? Apakah orang yang menyangka bahwa Allah itu telah tua, dan dia tidak sekuasa dahulu lagi untuk menyuruhkan sesuatu terjadi, sehingga sesuatu itu tidak terjadi. Lalu perlu anaknya yang masih segar buat melanjutkan atau menyambung kekuasaan itu?
Kejadian Isa al-Masih itu pun demikianlah halnya. Allah memerintahkan supaya Isa al-Masih terjadi dalam kandungan Maryam, dengan tidak melalui yang terbiasa, yaitu percampuran mani laki-laki dengan mani perempuan. Allah perintahkan supaya dia terjadi dalam kandungan, maka dia pun terjadilah, menjadi manusia yang lengkap.
Di dalam surah Aali Tmraan ayat 59 (lihat Juz 3) pun sudah dijelaskan, bahwasanya perumpamaan kejadian Isa itu di sisi Allah sama saja dengan kejadian Adam; sama Dia jadikan dari tanah, kemudian Dia berkata, “Jadilah!", maka dia pun terjadi.
Kemudian datanglah ayat 36 yang berbunyi,
Ayat 36
“Dan sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kamu."
Ayat ini adalah menceritakan ucapan dari Isa al-Masih kembali. Apakah ucapan ini memang sambungan dari ucapan beliau seketika masih dalam ayunan itu, atau ucapan beliau yang seterusnya kemudian hari, dalam rangka perjuangan beliau mengajak umat manusia kepada tauhid tidaklah penting kita ketahui. Karena memang seruan sekalian nabi-nabi dan rasul-rasul Allah itu memang demikian, yaitu menyeru manusia agar menyembah, berbakti dan beribadah kepada Allah belaka."Maka sembahlah Dia," memperhambakan diri kepadanya saja, tidak mempersekutukan Dia dengan yang lain.
“Inilah Jalan yang lurus."
Inilah jalan yang lurus, karena jalan itu hanya satu. Inilah yang sesuai dengan akal yang sehat. Kalau hendak menuju titik yang satu, jalannya dari pangkal, yang cepat sampai ialah satu pula. Garis paralel (dua sejajar) tidaklah sampai kepada titik yang satu. Maka barangsiapa yang menempuh satu jalan, menuju kepada satu titik, akan sampailah dia dengan selamat kepada yang dituju. Tetapi barangsiapa yang bercabang pikiran sejak semula, sampai kepada akhir perjalanan pun akan tetap bersimpang-siur. Sebagaimana pepatah yang terkenal dari orang Melayu, “Kayu yang berjupang tidak dapat ditancapkan ke bumi".
Ayat 37
“Maka berselisihlah golongan-golongan itu di antara mereka."
Berbagailah perselisihan ahlul kitab tentang kelahiran Nabi Isa itu, sejak dahulu sampai sekarang. Sampai sebagai telah kita sebutkan di atas tadi saja negeri Romawi, Kaisar Costantin mengumpulkan pendeta-pendeta yang disuruh musyawarah bersama-sama, yang banyaknya sampai 2.170. Macam-macamlah pendapat yang keluar; segolongan berkata bahwa di antara Allah dengan al-Masih seibarat persatuan api dengan besi ketika sudah sangat panas. Sebagian berkata bahwa di antara Allah bersatu dengan al-Masih laksana lautan dengan ombak, 100 berkata lain, 70 berkata lain pula. 50 berbeda pula dengan yang 100 dan dengan yang 70, dan yang 160 lain pula. Akhirnya terdapatlah yang sepaham hanya 300 orang, ditambah dengan 8 orang yang mula-mulanya ragu-ragu. Dan Kaisar Costantin mendengarkan mereka itu berbincang dengan sangat hati-hati. Sedang baginda adalah seorang saja yang masih melekat dalam dirinya paham agama orang Romawi Kuno, dan banyak terpengaruh oleh filsafat. Lalu akhirnya mengambil pendirian yang condong kepada yang 300 itu, yaitu bahwa Tuhan itu terdiri dari tiga oknum: Allah Bapak, Allah Putra (itulah Isa al-Masih) dan Allah Ruhul Qudus, yang kadang-kadang merupakan dirinya sebagai burung merpati. Tiga oknum itu, meskipun tiga hendaklah dipercayai bahwa dia itu sebenarnya adalah satu jua.
Diputuskanlah yang demikian dengan kehendak saja, menjadi dekrit!
Lalu dikeluarkanlah peraturan, diperbuat berbagai undang-undang dan beberapa ke-tentuan untuk melindungi kepercayaan yang telah diputuskan itu. Penganutnya yang 300 orang mendapat perlindungan saja, yang lainnya diusir atau dikucilkan, artinya bahwa keputusan kesajaan menentukan bahwa orang yang melanggar keputusan itu keluar dari lingkungan Kristen. Maka tidaklah boleh yang lain lagi berpendirian lain dari pendirian yang telah diputuskan oleh Kaisar tersebut.
Maka seluruh negeri Syam (Mesopotamia), Asia Kecil dan negeri-negeri orang Romawi ikutlah kepada ajaran yang diputuskan itu. Di zaman Kaisar tersebut berdirilah tidak kurang daripada 12.000 gereja. Dan Ibu dari Kaisar Costantin sendiri, Ratu Helena, mendirikan sebuah tempat pemujaan di puncak Golgota, bukit tempat Nabi Isa al-Masih hendak disalib orang Yahudi atas izin dari Kesajaan Romawi itu. Penyaliban Nabi Isa itulah yang dijadikan pokok asasi kepercayaan Kristen, yang kata mereka ialah karena hendak menebus dosa seluruh manusia, yang dipusakai oleh manusia dari nenek moyangnya Adam, yang berdosa karena memakan buah yang terlarang itu! Padahal tidaklah Isa al-Masih meninggal di atas kayu palang (salib), tidaklah beliau mati dalam kehinaan, melainkan diangkatkan Allah derajat beliau lebih tinggi.
Sampai kepada zaman modern kita ini perselisihan segala golongan Kristen tentang kepercayaan kepada Isa al-Masih itu bukanlah berkurang dan mereda, bahkan bertambah centang-parenang, kocar-kacir. Masing-masing gereja lain kepercayaannya dan lain cara pemujaannya. Ada Orthodoks dan ada Katolik Roma, dan ada pula Katolik Yunani; semuanya dihitung sebagai orde yang lama. Dan ada puia Protestan, pelawan dan penantang kuasa Paus Katolik dan menegakkan gereja sendiri. Sedang mereka ini pun terbagilah kepada tidak kurang dari 200 macam gereja dan sekte.
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir dari persaksian hari yang hebat itu kelak."
Ujung ayat ini membayangkan bahwa akan datanglah sesuatu zaman, bahwa kebenaran dari pokok kepercayaan ini akan diuji oleh pergantian masa. Kian lama kian naiklah kecerdasan manusia, maka kian lama kian hilanglah pamor dari kepercayaan yang tidak masuk akal itu. Sehingga banyaklah orang yang melawan dan menantangnya. Banyaklah orang yang membelakangi agama, karena menyangka bahwa ajaran agama tidak lain daripada ajaran yang bodoh tak masuk akal. Lebih-lebih dalam abad keduapuluh ini, sehingga di Eropa dan Amerika sendiri kian mundurlah perhatian orang kepada agama seperti itu, bahkan orang lebih suka hidup dalam kesesatan karena muak dan bosan. Maka kelihatanlah peradaban dunia sekarang ini telah terlepas sama sekali kendalinya dari tangan agama yang selama ini disangka jadi anutan dari bangsa-bangsa itu, padahal telah lama mereka belakangi. Dan di akhirat kelak akan diperhitungkanlah ajaran yang sama sekali bukan berasal dari Allah dan bukan dari ajaran Isa al-Masih itu di hadapan Allah, sebagaimana tersebut di akhir surah al-Maa'idah, ayat 116 sampai 120. (Tafsir Juz 7), Maka tersebutlah dalam sebuah hadits yang shahih, diterima riwayatnya dari sahabat Rasulullah ﷺ yang bernama Ubadah bin Shamit, disampaikan oleh Bukhari dan Muslim (Muttafaq ‘alaihi) demikian bunyinya,
“Barangsiapa yang nailc saksi bahwa “Tidak ada suatu Tuhan pun melainkan Allah, yang berdin sendiri-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-ldya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya dan kalimat-Nya yang didatangkan-Nya kepada Maryam, dan Ruh dari-Nya, dan bahwa surga itu adalah benar dan neraka pun adalah benar'' akan dimasukkan dia oleh Allah ke surga dengan amal yang ada padanya." (HR Bukhari dan Muslim)
Ayat 38
“Alangkah terang mereka mendengar dan melihat, pada hari mereka akan datang kepada Kami itu."
Artinya, bahwasanya pada hari mereka datang menghadap ke hadapan Mahkamah Agung Ilahi itu pendengaran mereka menjadi sangat nyaring dan penglihatan mereka menjadi sangatlah terang; sehingga bunyi detik sedikit halus pun kedengaran dan barang yang kecil tersembunyi pun tampak dengan jelas. Sebagaimana tersebut juga pada ayat 22 dan surah Qaaf, bahwasanya meskipun di kala hidup di dunia semua dipandang enteng dan diremehkan belaka, dipandang perkara kecil, namun kelak akan datang masanya, di hadapan Mahkamah Ilahi, segala penghalang penglihatan itu akan dibukakan oleh Allah, sehingga penglihatan mata itu jadi sangat tajam. Maka kelihatanlah segala kesalahan masa lampau sampai kepada yang sekecil-kecilnya. Artinya bahwa berpikir menjadi sehat! Yang salah, terang salah! Yang benar, terang benar. Tetapi apalah hendak dikata, keadaan tidak dapat dibalikkan ke belakang lagi.
“Namun orang-orang yang aniaya pada hari sekarang pun, di dalam kesesalan yang nyata."
Arti lengkap dari ayat ini ialah bahwa mereka akan tahu sendiri kelak, sebab pendengaran tidak akan ada yang menutup lagi dan penglihatan tidak ada yang menghambat, bahwa pendirian mereka tidaklah benar! Tidaklah masuk dalam akal yang waras dan pikiran yang teratur, yang bebas dari pengaruh kepercayaan turunan, bahwa Allah itu beranak. Tidaklah tersembunyi bagi pendengaran dan penglihatan, bahwa mustahil Allah itu beranak. Tetapi pada masa sekarang, di atas dunia ini, kepercayaan yang salah itu, yang berlawan dengan pikiran mereka yang sehat, sebab itu sama artinya dengan mendustai diri sendiri, sama artinya dengan aniaya, mereka pertahankan juga kepercayaan yang salah itu. Malahan di zaman sekarang ini mereka hamburkan uang berjuta-juta dolar dan mengunjungi seluruh dunia yang telah beragama, menipu ataupun membujuk, bahkan tidak kurang dengan kekerasan senjata, agar orang turut pula mengatur kepercayaan yang nyata sesatnya itu.
Ayat 39
“Dan ancamkanlah kepada mereka hari penyesalan itu."
Lebih baiklah engkau beri peringatan dari sekarang, ya utusan-Ku, demikian firman Allah kepada utusan-Nya, Muhammad ﷺ bahwa akan datang masanya kelak mereka akan menyesal, pada hari yang penyesalan tidak ada gunanya lagi."Ketika telah diputuskan perkara." Menurut suatu riwayat dari Abdullah bin Mas'ud, sebenarnya bagi setiap orang yang mendurhakai Allah dan kufur itu, sudah disediakan rumah buat mereka dalam surga. Tetapi karena kedurhakaan kepada Allah, rumah itu tak sempat mereka diami, karena mereka dimasukkan ke dalam neraka. Alangkah menyesal! Maka setelah perkara diputuskan bahwa orang itu akan dimasukkan ke dalam neraka, bahwasanya rumah telah disediakan buat dia di surga itu diterangkan juga kepadanya. Apa sebabnya jadi demikian? Ujung ayat mengatakan,
“Karena mereka lalai dan mereka tidak beriman."
Selama di dunia ini.
Maka tersebutlah di dalam beberapa hadits yang shahih, ada yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dan ada pula yang dirawikan oleh Imam Ahmad bahwa setelah ahli surga dimasukkan ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka dibawalah ke tengah-tengah makhluk Allah yang bernama maut, menyerupai seekor domba besar muda, lalu ditegakkan ke tengah-tengah di antara surga dan neraka itu, sehingga melihatlah sekalian mata kepadanya, baik yang dalam surga ataupun yang dalam neraka. Lalu ditanyai kepada penduduk surga, “Kenalkah kalian siapa dan apa ini?" Semuanya mengangkat kepala dan melihat dan semuanya pun tahulah; itulah el-maut. Ditanyai pula penduduk neraka. Mereka pun mengangkat kepala bersama dan me-nengok dan semuanya pun menjawab bahwa itu el-maut. Maka el-maut itu pun disembelih. Lalu difirmankan kepada penduduk surga, “Kekallah kalian dalam surga dan maut tidak
ada lagi!" Dan kepada penduduk neraka pun dikatakan, “Kekallah kalian di dalamnya, dan maut tidak ada lagi" Lalu Rasulullah membaca ayat 39 ini."Dan ancamkanlah kepada mereka hari penyesalan itu, ketika telah diputuskan perkara, karena mereka lalai dan mereka tidak beriman!" Lalu Rasulullah memberi isyarat dengan tangannya menyambung bicaranya, ‘Ahli dunia telah dilalaikan oleh dunianya."
Tersebutlah pula dalam suatu tafsiran dari Ibnu Abbas yang selalu diulang-ulangkan kepada kami ketika menafsirkan ayat ini, oleh guru kami Syekh Abdulkarim Amrullah bahwa di hari penyesalan itu bukan saja orang yang berbuat kebajikan yang merasa menyesal. Bahkan orang yang berbuat baik pun merasa menyesal, melihat betapa besar ganjaran dan pahala yang diberikan Allah! Dia menyesali diri mengapa hanya sekian saja yang dikerjakannya, padahal kalau dia mau, dia sedianya sanggup berbuat baik lebih banyak dari itu.
Kemudian, sebagai penutup dari bagian ini, berfirman Allah,
Ayat 40
“Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan siapa pun yang ada di atasnya."
Amatlah dalam pangkal ayat ini untuk kita perhatikan. Sudah nyata bahwa seluruh alam ini Allah yang punya, Dia yang Kuasa, dan bumi tempat kita hidup itu termasuk satu di antaranya yang dikuasai mutlak oleh Allah itu. Maka berfirman Allah, seperti tersebut di dalam surah al-Baqarah ayat 29, “Dialah yang telah menjadikan untuk kamu apa saja yang ada di bumi ini semua."
Maka bolehlah kita ambil faedah sekuat tenaga kita dari bumi dan segala isi yang ada padanya itu. Bekerjalah, berusahalah. Maka di dalam ayat ini diperingatkanlah bahwa semua yang bernyawa di muka bumi ini akan mati, dan segala harta yang bekas diambil faedahnya itu kembali kepada yang empunya semula dan yang empunya sejati. Kita hanya dapat mengambil faedahnya saja. Tidak ada yang dapat kita punyai sendiri, bahkan diri kita sendiri pun dan nyawa kita sendiri pun.
Dikatakan dalam ayat ini dengan tegas bahwa bumi itu diwariskan kembali kepada Allah, dan siapa yang ada di atasnya pun diwariskan kepada-Nya jua. Sehingga anak kandung kita, ayah kandung kita, segala keluarga yang bertali darah dengan kita, jika kita meninggalkan dunia ini, tetaplah Allah yang mewarisinya kembali. Di ujung ayat dipertegas.
“Dan kepada Kamilah mereka akan dikembalikan."
“Kembali!" Itulah hal yang sebenarnya. Kembali ialah kepada pangkalan yang semula. Sejauh-jauh berjalan, namun akhirnya kembali ke sana juga. Dari Allah kita datang, dengan kehendak Allah kita datang ke dunia ini, dengan perlindungan dan jaminan Allah kita diberi kesempatan hidup di sini, maka kita meneruskan perjalanan, sampai berhenti di akhir hidup, yang bernama maut. Maka kembalilah kita kepada-Nya.
Asal kita mengingat keadaan yang sebenarnya, manakan terasa canggung dalam hidup? Asal jiwa kita dilepaskan dan penipuan diri kita sendiri, yang menyangka kuasa padahal kuasa pinjaman. Menyangka kaya, padahal kaya karena belas kasihan sementara dan Allah, tidaklah akan sampai tersesat kita dalam perjalanan hidup ini.
Berkata Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa Dialah saja Pencipta dan Penguasa dan Yang Berhak penuh bertasharruf, berbuat sekehendak hati atas alam ini. Dan bahwa makhluk ini seluruhnya akan musnah; dan yang kekal dan suci sendirinya hanya Dia! Tidaklah seorang pun makhluk insani ini yang berhak mengatakan kuasa di sini atau ber-tasharruf, berbuat sekehendak hati. Bahkan Allah yang mewarisi ini semuanya, yang kekal sesudahnya dan yang kuasa atasnya. Sebab itu tidaklah seorang jua pun yang teraniaya di sini, baik setimbangan sayap nyamuk atau seberat zarrah (atom)."
Berkata Ibnu Abi Hatim, bahwa Hadbah bin Khatid al-Qisi, menyebutkan, bahwa dia menerima berita dari Hazm bin Abu Hazm al-Qath'i. Dia ini berkata,
Berkirim suratlah Umar bin Abdul Aziz kepada Abdulhamid bin Abdurrahman, Walinya di negeri Kaufah, demikian di antara isinya."Amma Ba'du. Sesungguhnya Allah telah menuliskan untuk seluruh makhluk-Nya ini seketika mereka Dia ciptakan, bahwa mereka mesti mati. Maka Dia pun menjadi akhir perjalan hidup mereka ialah penuju Dia. Dan Dia bersabda di dalam kitab-Nya Yang Benar, yang dipelihara-Nya dalam ilmu-Nya dan disaksikan oleh maiaikat-malaikat-Nya."Sesungguhnya Kamilah yang mewarisi bumi dan siapa pun yang ada di dalamnya, dan kepada Kamilah mereka akan dikembalikan."
Maka bilamana telah kita ingat semuanya ini, bersedia-sedialah kita terus menerima panggilan pulang kembali itu dengan perlengkapan yang telah dipesankan kepada kita dengan perantaraan nabi-nabi dan rasul-rasul.