Ayat
Terjemahan Per Kata
ذَٰلِكَ
demikian
عِيسَى
Isa
ٱبۡنُ
putera
مَرۡيَمَۖ
Maryam
قَوۡلَ
perkataan
ٱلۡحَقِّ
benar
ٱلَّذِي
yang
فِيهِ
didalamnya
يَمۡتَرُونَ
mereka perselisihkan
ذَٰلِكَ
demikian
عِيسَى
Isa
ٱبۡنُ
putera
مَرۡيَمَۖ
Maryam
قَوۡلَ
perkataan
ٱلۡحَقِّ
benar
ٱلَّذِي
yang
فِيهِ
didalamnya
يَمۡتَرُونَ
mereka perselisihkan
Terjemahan
Itulah (hakikat) Isa putra Maryam, perkataan benar yang mereka ragukan.
Tafsir
(Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar) jika lafal Alqaul dibaca Rafa', berarti menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya, maksudnya, perkataan Isa bin Maryam adalah perkataan yang benar. Kalau dibaca Nashab berarti ada lafal Qultu yang diperkirakan keberadaannya sebelumnya, maksudnya Aku mengatakan perkataan yang benar (yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya) lafal Yamtaruuna berasal dari kata Al Miryah; mereka meragukan kebenarannya, mereka adalah orang-orang Nasrani; mereka mengatakan perkataan yang dusta, yaitu, "Sesungguhnya Isa itu adalah anak Allah".
Tafsir Surat Maryam: 34-37
Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah, maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian,maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. Allah ﷻ berfirman kepada Nabi Muhammad, Rasul-Nya, bahwa kisah yang Kami ceritakan kepadamu merupakan sebagian dari kisah tentang Isa a.s. adalah kisah yang sebenarnya, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34) Yakni orang-orang yang batil dan orang-orang yang hak dari kalangan orang-orang yang beriman kepadanya dan orang-orang yang kafir kepadaNya, berbantah-bantahan mengenai kebenarannya. Karena itulah sebagian besar ulama membacanya qaulul haq dengan di-raya'-kan. Tetapi Asim dan Abdullah ibnu Amir membacanya qaulul haqqi.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa dia membacanya dengan bacaan 'isabna maryama. Penulis mengatakan Irab yang lebih jelas adalah bacaan rafa' yang diperkuat oleh firman Allah ﷻ yang berbunyi: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah: 147) Setelah Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan Isa sebagai hamba dan nabi-Nya, lalu Allah ﷻ membersihkan dari-Nya Yang Maha suci melalui firman-Nya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. (Maryam: 35) Artinya, Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh lagi zalim dan melampaui batas itu dengan kesucian yang sebesar-besarnya.
Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. (Maryam: 35) Dengan kata lain, apabila Allah menghendaki sesuatu, sesungguhnya Dia hanya berkata kepadanya; maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya itu sesuai dengan keinginan-Nya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah " (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran: 59-60) Adapun firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kalian.
Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam 36) Yaitu di antara perintah yang dianjurkan oleh Isa kepada kaumnya saat ia masih dalam ayunan ialah memberitahukan kepada mereka bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan mereka. Lalu Isa memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah ﷻ Untuk itu ia berkata: maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36) Yakni agama yang aku sampaikan kepada kalian dari Allah merupakan jalan yang lurus; Barang siapa yang mengikutinya, dibenarkan dan mendapat petunjuk.
Dan barang siapa yang menentangnya, disalahkan dan tersesat. Firman Allah ﷻ: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37) Yaitu Ahli Kitab berselisih pendapat tentang eksistensi Isa, padahal perkaranya sudah jelas dan gamblang, bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang diciptakan melalui perintah-Nya yang ditujukan kepada Maryam, dan diciptakan melalui roh ciptaan-Nya. Sebagian dari mereka yang terdiri atas orang-orang Yahudi telah sepakat mengatakannya sebagai anak zina; semoga laknat Allah menimpa mereka.
Mereka mengatakan pula bahwa perkataan Isa yang masih ada dalam usia ayunan itu adalah sihir. Segolongan lainnya dari kalangan mereka mengatakan, sesungguhnya yang berbicara itu adalah Tuhan. Segolongan lainnya lagi mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Golongan lainnya lagi mengatakan, Isa adalah salah satu dari ketiga Tuhan. Dan golongan yang lainnya mengatakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Pendapat yang terakhir ini adalah pendapat yang benar sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Kisah yang semisal telah diriwayatkan melalui Amr ibnu Maimun, Ibnu Juraij, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, baik dari kalangan ulama Salaf maupun dari kalangan ujama Khalaf. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34) Bahwa kaum Bani Israil mengadakan pertemuan, lalu mereka mengemukakan empat orang yang paling alim di antara mereka sebagai juru bicara dari masing-masing kelompoknya, kemudian mereka berdebat tentang Isa ketika Isa dinaikkan.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Isa adalah tuhan yang turun ke bumi, lalu menghidupkan orang-orang yang dihidupkannya dan mematikan orang-orang yang dimatikannya, setelah itu Isa naik ke langit. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Ya'qubiyah. Pendapat tersebut ditolak oleh ke tiga orang lainnya karena di anggap dusta dan tidak benar. Kemudian orang yang kedua dari mereka berkata kepada orang yang ketiga, "Bagaimanakah pendapatmu? Kemukakanlah." Orang yang ketiga berkata bahwa Isa adalah anak Allah.
Mereka yang mengatakan demikian adalah golongan Nusturiyah. Orang yang kedua menyangkal seraya mengatakan, "Kamu dusta." Kemudian salah seorang dari dua orang lainnya berkata kepada yang lainnya, "Kemukakanlah pendapatmu tentang dia." Ia berkata bahwa Isa adalah salah satu dari tiga tuhan; Allah Tuhan yang pertama, dia tuhan kedua, dan ibunya tuhan ketiga. Mereka yang berpendapat demikian adalah golongan Israili, raja-raja nasrani, semoga laknat Allah menimpa mereka semua.
Orang yang keempat berkata, "Kamu dusta, bahkan Isa adalah hamba Allah, Rasul-Nya, roh yang diciptakan oleh-Nya dan diciptakan melalui firman-Nya." Mereka yang berpendapat demikian adalah orang-orang muslim. Disebutkan bahwa masing-masing dari keempat orang itu mempunyai pengikutnya sendiri-sendiri yang mendukung pendapatnya. Akhirnya mereka berperang di antara sesama mereka dan mereka beroleh kemenangan atas orang-orang muslim yang beriman bahwa Isa adalah hamba dan utusan Allah ﷻ Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil. (Ali Imran: 21) Qatadah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang disebut oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. (Maryam: 37) Mereka berselisih pendapat tentang Isa, akhirnya terpecahlah mereka menjadi beberapa golongan.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Urwah Ibnuz Zubair melalui sebagian ahlul 'ilmi suatu kisah yang isinya hampir sama dengan riwayat di atas. Ahli sejarah dari kalangan Ahli Kitab dan lain-lainnya telah menyebutkan bahwa Kaisar Konstantinopel pernah mempertemukan kaum Ahli Kitab dalam suatu pertemuan besar di ketiga tempat perkumpulan mereka yang terkenal di kalangan mereka.
Golongan uskup dari kalangan mereka terdiri atas dua ribu seratus tujuh puluh orang, lalu mereka berselisih pendapat tentang Isa putra Maryam dengan perselisihan yang tajam sekali. Masing-masing golongan mempunyai pendapat sendiri. Seratus orang mempunyai pendapat sendiri; begitu pula tujuh puluh orang dari mereka; lima puluh orang berpendapat berbeda dengan lainnya, dan seratus enam puluh orang mempunyai pendapat sendiri pula.
Tiada suatu pendapat pun yang disepakati oleh lebih dari tiga ratus delapan orang. Di antara mereka ada sejumlah uskup yang sepakat memegang suatu pendapat dan mempertahankannya mati-matian; pendapat ini disetujui oleh Kaisar. Kaisar adalah seorang ahli filsafat, maka golongan tersebut dijadikan sebagai pemuka agama dan didukungnya, serta mengusir golongan lainnya. Maka para uskup yang didukungnya memberikan kepada Kaisar amanat yang besar yang lebih layak disebut sebagai pengkhianatan terbesar.
Kemudian para uskup yang didukung oleh Kaisar ini membuatkan untuk Kaisar kitab undang-undang dan menetapkan baginya hukum-hukum syariat serta membuat banyak bid'ah dan penyimpangan di dalam agama Al-Masih; mereka telah merubahnya dari aslinya. Sebagai imbalannya Kaisar Konstantinopel membangunkan buat mereka gereja-gereja yang besar di wilayah kekaisarannya; semuanya tersebar di negeri Syam, Jazirah Arabia, dan Romawi sehingga jumlah gereja di masa pemerintahannya kurang lebih dua belas ribu gereja.
Sedangkan ibu kaisar membangun tempat pembuangan sampah di tempat penyaliban yang diduga oleh orang-orang Yahudi bahwa yang disalib itu adalah Al-Masih. Mereka dusta, bahkan Allah-lah yang menaikannya ke langit. Firman Allah ﷻ: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. (Maryam: 37) Ayat ini mengandung ancaman dan peringatan yang keras terhadap orang-orang yang mendustakan Allah dan melakukan tuduhan keji serta menganggap bahwa Allah beranak.
Akan tetapi, Allah menangguhkan mereka sampai hari kiamat dan membiarkan mereka berkat sifat Penyantun-Nya dan kekuasaan-Nya untuk menyiksa mereka. Sesungguhnya Dia tidak menyegerakan orang-orang yang berbuat durhaka terhadapNya. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui salah satu hadisnya: Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan tangguh kepada orang yang zalim; tetapi apabila Dia menyiksanya, pastilah orang yang zalim itu tidak akan luput dari siksa-Nya.
Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud 102) Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Tiada seorang pun yang lebih sabar terhadap berita yang menyakitkan hatinya selain dari Allah. Sesungguhnya mereka menganggap bahwa Allah beranak, padahal Allah-lah yang memberi mereka rezeki dan kesehatan. Allah ﷻ telah berfirman: Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu). (Al-Hajj 48) Dan janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (Ibrahim: 42) Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. (Maryam: 37) Yakni hari kiamat.
Di dalam hadis sahih yang telah disepakati kesahihannya diriwayatkan melalui Ubadah ibnus Samit r.a disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: [] Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah, rasulnya, yang diciptakan melalui kalimat-Ny ayang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan dengan tiupan roh dari-Nya, dan bahwa surga itu hak dan neraka itu hak (benar ada), niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amal perbuatan yang dikerjakannya."
Demikianlah proses kelahiran Isa dan tanggapannya atas keraguan Bani Israil. Pada ayat ini, Allah lalu menerangkan kedudukannya sebagai hamba Allah. Itulah sifat dan ucapan Isa putra Maryam yang mengungkap semuanya dengan perkataan yang benar. Namun demikian, kaum Yahudi itu tetap tidak memercayainya karena menganggapnya sebagai hal yang tidak wajar dan merupakan bukti yang mereka ragukan kebenarannya, kendati semuanya merupakan fakta yang sangat nyata. 35. Sungguh mustahil dan tidak patut bagi Allah mempunyai anak. Mahasuci Dia dari kemungkinan mempunyai anak, dari segala kekurangan, dan dari butuh pada sesuatu. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu,maka Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu. Karenanya, Dia tidak memerlukan apa pun, termasuk kebutuhan terhadap
anak.
.
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Isa adalah seorang hamba Allah yang akan menjadi nabi dan akan diturunkan kepadanya Al-Kitab, yang mempunyai sifat-sifat dan akhlak yang mulia bukan sebagaimana yang dituduhkan oleh kaumnya, bukan anak zina dan bukan pula anak Allah sebagaimana yang diucapkan dan dipercayai oleh kaumnya di belakang hari. Apa yang diucapkannya sewaktu ia masih bayi dalam gendongan itulah ucapan yang benar dan tak dapat diragukan lagi meskipun kaumnya masih meragukan ucapan-ucapan itu dan menuduhnya sebagai tukang sihir. Dia bukan tukang sihir sebagaimana dikatakan orang Yahudi, bukan putra Allah sebagaimana didakwahkan oleh kaum Nasrani dan bukan pula Tuhan sebagaimana dikatakan golongan yang lain. Dia adalah hamba Allah yang akan diangkat menjadi nabi dan rasul.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MARYAM MELAHIRKAN ISA A.S.
Ayat 27
“Maka dibawanyalah anak itu kepada kaumnya seraya mendukungnya."
Jelaslah pada pangkal ayat ini, bahwa setelah anak itu lahir di tempat yang terpencil itu, belumlah ada perhatian orang. Karena belum ada manusia yang datang ke sana.
Dan badan Maryam pun telah mulai kuat, sebab air tersedia dan kurma pun sedia. Maka setelah merasa dirinya segar dan kuat, di-dukungnyalah anak itu dan dia kembali ke tempat asalnya di Baitul Maqdis itu. Sudah pasti bahwa kedatangan Maryam, yang selama ini dikenal gadis berbudi, perawan atau anak dara suci, mendukung seorang anak kecil adalah mendatangkan heboh besar. Anak siapa yang digendongnya ini. Anak siapa yang disusukannya ini. Siapa agaknya yang telah mencederai kegadisannya. Niscaya tidaklah dapat ditutup hal itu, kian lama kian membuat heboh.
“Lalu berkatalah mereka, Ya Maryam! Sesungguhnya kau telah berbuat sesuatu yang hebat."
Sesungguhnya kau telah berbuat suatu perbuatan yang hebat, ngeri dan dahsyat sekali. Karena selama ini engkau dikenal saleh, kuat memegang ajaran agama. Tiba-tiba sekarang engkau datang mendukung seorang anak yang tidak terang siapa ayahnya!
Ayat 28
“Hai saudara perempuan Harun!"
Di pangkal ayat ini Maryam dipanggilkan dengan sebutan “Hai saudara perempuan dari Harun!" Sudah terang bahwa Harun yang dimaksudkan di sini bukanlah nabi dan rasul Harun, saudara daripada Nabi Musa. Sebab jarak di antara Musa dengan Isa itu terlalu jauh sekali. Menurut setengah riwayat, jarak itu tidak kurang dari 600 tahun.
Di dalam hadits shahih Muslim ada diriwayatkan, bahwa ketika sahabat Rasulullah ﷺ yang bernama Mughirah bin Syu'bah pergi ke negeri Najran, yang menjadi pusat kegiatan kaum Nasrani (Kristen) di sebelah Selatan Tanah Arab di waktu itu, adalah orang-orang Nasrani itu menanyakan kepadanya, “Bagaimana kalian orang Islam! Kalian membaca dalam Al-Qur'an kalian “Ya ukhta Harun!" (Hai saudara perempuan Harun), padahal jarak Maryam dengan Harun itu sudah terlalu jauh." Kata Mughirah selanjutnya, “Setelah kembali ke Madinah aku tanyakan soal itu kepada Rasulullah. Lalu beliau jawab, “Mereka suka mengambil nama mereka dari nama nabi-nabi mereka dan orang-orang yang saleh sebelum mereka."
Tafsiran yang diberikan Nabi ﷺ kepada Mughirah bin Syu'bah ini sudah cukup, mele-bihi daripada berbagai tafsiran yang lain. Turun-temurun pemeluk-pemeluk agama yang saleh, baik dalam Yahudi atau dalam Nasrani atau dalam Islam, suka mengambil nama nabi-nabi atau nama orang-orang saleh untuk nama anaknya. Ingat saja nama ayah daripada Maryam ibu Isa ini. Nama ayahnya pun imran; senama dengan ayah Nabi Musa dan Nabi Harun. Saudaranya pun bernama Harun! Dan Nabi Harun memang Nabi yang terkenal lemah lembut. Bahkan sampai kepada zaman kemudian, beratus-ratus dan beribu-ribu tahun di belakang orang suka memakai nama nabi-nabi untuk nama anaknya.
Menurut penafsiran dari Qatadah, di zaman itu ada seorang Abid dan Saleh, yang telah mengurbankan segenap hidupnya untuk beribadah kepada Allah dan berkhidmat di dalam masjid tempat shalat; namanya Harun. Maka oleh karena Maryam pun dari kecilnya telah diberikan ibunya kepada masjid untuk berkhidmat, sehingga samalah keadaannya dengan Abid yang bernama Harun itu, maka orang pun terbiasalah menyebut Maryam dengan “Saudara dari Harun", Maka dengan menyebut panggilan itu terlebih dahulu terkandunglah maksud memperingatkan kepada Maryam, bahwa orang yang semacam dia ini, yang selama ini dikenal saleh dan abid seperti Harun itu, tidaklah layak akan terjadi seperti ini. Apatah lagi, “Bukanlah ayahmu seorang yang jahat." Semua orang pun kenal akan ayahnya; seorang baik-baik, tidaklah ayahnya itu terkenal jahat, suka berlaku jahat kepada perempuan mana saja pun, atau berhubungan di luar nikah.
“Dan bukan pula ibumu seorang perempuan yang nakal"
“Baghiyya" kita terjemahkan dengan perempuan nakal yaitu perempuan lacur, yang disebut orang di zaman tafsir ini disusun perempuan tunasusila, yang berarti kekosongan budi, yang telah memperdagangkan kehormatannya. Maka ibumu, hai Maryam tidaklah dikenal termasuk golongan perempuan demikian. Sebab itu hal seperti ini, beranak padahal tidak ada suami, tidaklah pantas terjadi pada dirimu.
Di dalam surah Aali ‘Imraan kita pun telah tahu siapa “Imra atau Imrana", istri Imran, ibu Maryam. Dialah yang telah bernadzar kalau dia beroleh putra akan diserahkannya menjadi penjaga Baitul Maqdis. Kebetulan yang lahir bukan anak laki-laki, melainkan anak perempuan, namun nadzarnya itu dipenuhi juga, sehingga Maryam diasuh sejak kedinya oleh Zakariya dalam rumah suci itu. Nama ibu Maryam itu ialah Hannah atau Anna.
Itulah yang mereka desakkan kepada Maryam, apa sebab sampai terjadi hal semacam ini. Padahal Maryam dari keluarga baik-baik. Nabi Zakariya adalah suami dari kakak ibunya, dan ibunya pun seorang yang saleh, dan dia sendiri, Maryam dididik oleh seorang yang saleh pula! Dia tidak bisa menjawab dan tidaklah ada faedahnya jika dia sendiri yang menjawab. Lebih baik dia berdiam diri disertai puasa.
Ayat 29
“Maka berisyaratlah dia kepadanya."
Artinya, bahwa setelah didesak dengan bermacam-macam pertanyaan itu, sesuai dengan wahyu yang dia terima, Maryam pun mengisyaratkan tangannya kepada anak yang sedang didukungnya itu. yang berarti, “Tanyakan sajalah kepadanya!"
“Mereka pun berkata, “Bagaimana kami akan dapat bercakap dengan seorang yang masih dalam buaian, masih bayi?"
Yang tidak-tidak saja! Mana boleh dia akan dapat, menjawab pertanyaan kami? Anak kecil belum dapat bertutur?
Tiba-tiba,
Ayat 30
“Dia berkata,"
Isa al-Masih yang dalam buaian, dalam gendongan atau ayunan itu sendiri berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah!"
Niscaya terkejutlah orang-orang itu semuanya mendengar sendiri anak yang masih dalam ayunan itu telah bercakap-cakap dengan bahasa yang fasih. Al-Qurthubi menyalinian dalam tafsirnya bahwa setelah Isa mendengar mereka berkata demikian, manakan bisa anak-anak dalam ayunan akan dapat kami ajak bercakap-cakap, tiba-tiba Isa al-Masih yang masih menyusu melepaskan mulutnya dari susu ibunya, lalu diangkatnya telunjuknya yang kanan dan berkata, “Aku ini adalah hamba Allah!" Maka percakapannya yang pertama ialah pengakuan bahwa dirinya adalah hamba Allah, mengakui memperhambakan diri kepada Allah, sebagai juga makhluk-makhluk yang lain. Lalu diteruskannya perkataannya."Dia telah memberikan al-kitab kepadaku Meskipun dia masih sekecil itu, rupanya sudah disampaikan dengan perantaraan lidahnya, bahwa untuknya telah disediakan sebuah kitab tuntunan bagi seluruh isi alam ini, yaitu kitab Injil. Lalu sambungnya pula,
“Dan Dia telah menjadikan daku seorang Nabi."
Dan katanya selanjutnya,
Ayat 31
“Dan Dia telah menjadikan daku seorang yang diberi bahagia di mana saja aku benada."
Artinya, bahwasanya di mana saja aku berada kelak dan ke mana saja aku pergi, Allah akan selalu menganugerahkan kebahagiaan bagiku dan bagi orang-orang yang percaya akan seruanku; sebab aku adalah nabi, pembawa petunjuk dari Allah.
“Dan Dia telah mewajibkan daku bershalat dan berzakat selama aku hidup."
Bershalat menyembah Allah dan berzakat, yaitu membersihkan harta bendaku daripada perangai bakhil, melainkan hendaklah bersikap murah tangan murah hati kepada sesama manusia."Selama aku hidup", aku mesti menegakkan ajaran yang demikian.
Ayat 32
“Dan Dia jadikan daku berbakti kepada ibuku."
Yakni ibu yang telah melahirkan daku, ibu yang telah banyak menderita lantaran kelahiranku yang luar biasa ini. Ibu yang saleh. Sebagai seorang putra aku akan tetap berbakti kepadanya, dan itulah salah satu ajaran yang wajib aku pegang.
“Dan Dia tidaklah menjadikan daku seorang yang sombong, seorang yang celaka."
Artinya bahwa aku akan menyampaikan semuanya ini, sebagai seorang nabi yang mem-bawa sebuah kitab suci dengan sikap lemah lembut, bukan sombong, bukan celaka, bukan durjana, bukan memaksakan paham dengan kekerasan.
Ayat 33
“Maka keselamatantah atas diriku di hari aku dilahirkan."
Janganlah sampai kekurangan suatu apa hendaknya, karena lahirku ganjil, lain dari yang lain."Dan di hari aku mati," kelak jangan sampai menjadi fitnah.
“Dan di hari aku akan dibangkitkan hidup kembali."
Yaitu di hari akhirat kelak. Karena tiap-tiap makhluk Allah akan dihidupkan kembali, kehidupan yang kekal di hari Kiamat. Sedangkan Kiamat itu sendiri artinya ialah bangun.
Maka Nabi Isa al-Masih memohonkan kepada Allah agar dia selamat dalam tiga per-gantian hidup itu. Pertama, di hari dia mulai terbuka mata menghadapi hidup di dunia. Kedua, di alam kubur selepas maut, yang dinamai juga alam barzakh. Ketiga, di hari Kiamat ketika dibangkitkan kembali.
Sekianlah perkataan Isa al-Masih yang masih dalam buaian ibunya itu. Sesudah selesai bercakap itu dia pun menyusu, kembali seperti biasa anak kecil. Demikian menurut riwayat dari al-Kalbi.
Dalam hal ini terdapat juga perselisihan penafsiran di antara ahli-ahli tafsir. Ada yang mengatakan bahwa dia bercakap demikian ialah sesudah dia besar. Kata mereka tidaklah mungkin di masa kecilnya itu dia bercakap mengatakan dia menjadi nabi diutus Allah. Kata mereka, manakan tahu anak kecil bahwa dia diutus Allah menjadi rasul. Tetapi dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, ada tersebut bahwa Rasulullah ada menjelaskan bahwa anak kecil yang masih dalam buaian yang ditakdirkan Allah dapat bercakap itu hanya tiga orang, satu di antaranya ialah Sayyidina Isa al-Masih.
Ayat 34
“Itulah dia Isa anak Maryam."
Demikianlah kelahirannya ke dunia, tidak lebih tidak kurang. Allah menakdirkan kelahirannya demikian. Dihantarkan guliga dirinya oleh malaikat, kepada ibunya, perawan yang suci, yang dipuji Allah kesalehannya dan dibersihkan Allah pendidikannya."Perkataan yang benar" dan yang selainnya adalah khayatan manusia yang payah buat dipertanggungjawabkan.
Maka tidaklah benar kalau dikatakan bahwa Adam dan Hawa berdosa karena memakan buah kayu yang terlarang, lalu Allah “bingung" bagaimana akan menghukum Adam yang telah berdosa itu. Akan dihukum, padahal Allah bersifat kasih dan sayang. Akan dibiarkan saja, padahal Allah bersifat adil, pasti menghukum yang bersalah. Setelah beribu tahun kebingungan, lalu Allah mendapat “jalan keluar" lalu Dia sendiri memutuskan datang ke dunia, menjelma ke dalam diri Maryam Perawan Suci, bermukim di sana 9 bulan, lalu lahir; maka itu putra sulung Allah.
Itu adalah khayatan, dan tidaklah benar!
“Yang hal-ihwal itu telah mereka perselisihkan."
Mereka berselisih. Ada yang mengatakan bahwa Isa al-Masih itu adalah satu dari tiga oknum yang berpadu, yang menjadi satu sama dengan tiga dan tiga sama dengan satu. Itulah Tuhan Bapak, yaitu Allah. Tuhan Putra, yaitu al-Masih dan Tuhan Ruh Suci.
Setengah di antara mereka mengatakan Yesus itu adalah mempunyai dua tabiat; Lahut (Ketuhanan) dan Nasut (Kemanusiaan).
Perselisihan yang lebih hebat lagi ialah bahwa orang Yahudi tidak mau mengakui kenabiannya, malahan ada yang tidak mempercayai kekuasaan Allah menciptakan Isa al-Masih lahir ke dunia menurut jalan yang di luar dari biasa, lalu dikatakannya al-Masih itu anak yang lahir karena perzinaan. Ada pula yang menuduhnya seorang pandai sihir.
Ada pula yang mengatakan bahwa Isa al-Masih itu adalah putra dari Yusuf. Tukang Kayu, yang setelah al-Masih lahir kawin dengan Maryam.
Menurut riwayat pula dari Abdurrazzaq, yang diterimanya dari Ma'mar, dari Qatadah; adalah empat macam perselisihan mereka itu tentang Isa al-Masih. Satu golongan mengatakan; Isa itulah Allah, turun ke bumi, menghidupkan yang hidup mematikan yang mati, kemudian dia pun naik kembali ke langit. Inilah pegangan dari kaum Yaiqubiyah (jacobin).
Yang kedua berkata, “Dia itu adalah anak Allah." Inilah kepercayaan kaum Nastouriyah.
Yang ketiga, “Isa itu adalah yang ketiga dari yang bertiga. Dia Allah, dia anak Allah dan dia Ruhul Qudus."
Ada juga yang mempercayai bahwa oknum yang ketiga itu ialah ibunya, Maryam!
Tetapi yang dijadikan keputusan atas kehendak Kaisar Costantin di Rapat (konsili) di Nicea ialah trinitas Allah Bapak, Allah Putra dan Allah Ruhul Qudus, yang satu di dalam tiga dan tiga di dalam satu.
Satu hal yang jadi bukti bahwa kitab Injil yang ada sekarang bukan lagi yang turun kepada Isa al-Masih, dan yang ditulis oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes itu bukan wahyu, ialah tidak terdapatnya pada keempat kitab itu tentang Nabi Isa al-Masih bercakap-cakap membersihkan ibunya daripada tuduhan-tuduhan yang bukan-bukan itu, dan pengakuan bahwa dia akan menjadi Nabi dan mendapat kiriman Kitab (Injil) dari Allah. Keterangan yang jelas ini hanya ada dalam Al-Qur'an. Itulah sebabnya maka sekalian orientalis yang mengadakan studi terhadap Islam, tidak ada memberi komentar tentang berita yang penting ini.