Ayat
Terjemahan Per Kata
فَنَادَىٰهَا
maka dia memanggilnya
مِن
dari
تَحۡتِهَآ
bagian bawahnya
أَلَّا
janganlah
تَحۡزَنِي
kamu bersedih hati
قَدۡ
sesungguhnya
جَعَلَ
telah menjadikan
رَبُّكِ
Tuhanmu
تَحۡتَكِ
bagian bawahmu
سَرِيّٗا
mengalir/anak sungai
فَنَادَىٰهَا
maka dia memanggilnya
مِن
dari
تَحۡتِهَآ
bagian bawahnya
أَلَّا
janganlah
تَحۡزَنِي
kamu bersedih hati
قَدۡ
sesungguhnya
جَعَلَ
telah menjadikan
رَبُّكِ
Tuhanmu
تَحۡتَكِ
bagian bawahmu
سَرِيّٗا
mengalir/anak sungai
Terjemahan
Dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih. Sungguh, Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
Tafsir
(Maka Jibril menyerunya dari tempat yang lebih rendah,) pada saat itu malaikat Jibril berada di tempat yang lebih rendah dari tempat Maryam ("Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu") yaitu sebuah sungai yang dahulunya kering kini berair kembali, berkat kekuasaan Allah.
Tafsir Surat Maryam: 24-26
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu; maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.
Sebagian ulama membaca firman-Nya: dari tempat yang rendah. (Maryam: 24) menjadi man tahtaha, yang artinya orang yang ada di tempat yang lebih rendah daripadanya. Sedangkan ulama lainnya membacanya sesuai dengan apa yang tertera di-dalam mus-haf, yakni min tahtiha, dengan mengartikan huruf min sebagai huruf jar. Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai orang yang menyeru Maryam, siapakah dia sebenarnya? Al-Aufi dan lain-lainnya telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah. (Maryam: 24) Bahwa yang menyerunya adalah malaikat Jibril, dan Isa masih belum berbicara sebelum ibunya membawanya kepada kaumnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Amr ibnu Maimun, As-Saddi, dan Qatadah, bahwa yang menyerunya adalah Malaikat Jibril a.s. Jibril memanggilnya dari lembah yang ada di tempat yang lebih rendah. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah. (Maryam: 24) Bahwa yang menyerunya adalah Isa putra Maryam. Hal yang sama dikatakan oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah, bahwa Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa yang menyerunya adalah putranya (Isa).
Pendapat ini bersumber dari salah satu di antara dua riwayat yang bersumber dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa orang yang menyerunya adalah putranya. Selanjutnya Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa tidakkah kamu mendengar firman-Nya yang mengatakan: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir di dalam kitab tafsirnya, juga oleh Ibnu Zaid. Firman Allah ﷻ: Janganlah kamu bersedih hati. (Maryam: 24) Yakni Malaikat Jibril menyerunya seraya mengatakan bahwa janganlah kamu bersedih hati.
sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam: 24) Sufyan As-Sauri dan Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Al-Barra ibnu Azib, sehubungan dengan firman-Nya: sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam: 24) Bahwa yang dimaksud dengan sariyya ialah anak-anak sungai. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, bahwa as-sariy artinya sungai. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Amr ibnu Maimun, bahwa as-sariy artinya sungai airnya dapat diminum.
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah sungai menurut bahasa Siryani, Said ibnu Jubair mengatakan sungai kecil dengan bahasa Nabti. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud ialah sungai kecil menurut bahasa Siryani. Ibrahim An-Nakha'i mengatakan sungai kecil. Qatadah mengatakan bahwa as-sariy artinya anak sungai menurut dialek penduduk Hijaz. Wahb ibnu Munabbih mengatakan, as-sariy artinya sungai kecil yang mengalir.
As-Saddi mengatakan sungai. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Hal ini telah disebutkan di dalam sebuah hadis marfu'; Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Syu'aib Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdullah Al-Babili, telah menceritakan kepada kami Ayyub ibnu Nuhaik; ia pernah mendengar Ikrimah maula (bekas budak) Ibnu Abbas mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya makna as-sariy yang disebutkan oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya, "Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu " (Maryam: 24), adalah sungai yang dikeluarkan oleh Allah untuk minum Maryam.
Hadis ini garib sekali bila ditinjau dari jalur periwayatannya; karena Ayyub ibnu Nuhaik Al-Habli yang ada dalam sanad hadis ini menurut Abu Hatim Ar-Razi orangnya daif. Sedangkan menurut Abu Zar'ah, hadisnya munkar (tidak dapat diterima). Menurut penilaian Abul Fath Al-Azdi, hadisnya matruk (tidak terpakai). Ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan as-sariy adalah Isa a.s. Hal ini dikatakan oleh Al-Hasan, Ar-Rabi' ibnu Anas, Muhammad ibnu Abbad ibnu Ja'far.
Pendapat ini bersumber dari salah satu di antara dua riwayat yang bersumber dari Qatadah, dan pendapat Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Tetapi pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama, karena itulah disebutkan dalam firman selanjutaya: Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu. (Maryam: 25) Yakni peganglah pangkal pohon kurma itu. Menurut pendapat Ibnu Abbas, pohon kurma itu pada asalnya kering.
Menurut pendapat lainnya, pohon kurma itu berbuah. Mujahid mengatakan bahwa pohon kurma itu tidak berbuah. As-Sauri mengatakan dari Abu DaudNufai' Al-A'ma, bahwa pohon kurma itu sudah mati. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa yang dipegangnya itu adalah pohon kurma, tetapi di saat sedang tidak berbuah. Demikianlah menurut Wahb ibnu Munabbih. Allah memberikan karunia kepada Maryam dengan menyediakan di dekatnya makanan dan minuman, sebagai imbalan dari usahanya.
niscaya pohon kurma itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan dan minumlah serta bersenang hatilah kamu. (Maryam: 25-26) Yaitu tenanglah dan bersenang hatilah kamu. Amr ibnu Maimun mengatakan, bahwa tidak ada suatu makanan pun yang lebih baik bagi wanita sehabis melahirkan selain kurma muda dan kurma masak. ". ". Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Syaiban, telah menceritakan kepada kami Masrur ibnu Sa'id At-Tamimi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Amr Al-Auza'i, dari Urwah ibnu Ruwayyim, dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Muliakanlah bibi kalian dengan kurma, karena sesungguhnya kurma diciptakan dari tanah yang diciptakan darinya Adam a.s.
Tiada suatu pohon pun yang dikawinkan selain dari pohon kurma. Rasulullah ﷺ pernah bersabda pula: Berilah makan kurma muda kepada wanita kalian yang habis melahirkan, jika tidak ada maka kurma masak. Tidak ada suatu pohon pun yang paling dimuliakan oleh Allah selain dari pohon kurma yang menjadi tempat berteduh Maryam binti Imran. Hadis ini munkar sekali, tetapi Abu Ya'la telah meriwayatkannya pula dari Syaiban dengan sanad yang sama. Sebagian ulama qiraat mambaca tussaqit dengan memakai tasydid, sedangkan sebagian ulama lainnya membacanya tusaqit tanpa tasyidid.
Adapun Abu Nuhaik membacanya tasqut. Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Al-Barra, bahwa ia membacanya yusaqit, yakni pangkal pohon kurma itu merunduk. Pada garis besarnya masing-masing dari pendapat tersebut berdekatan maknanya. Firman Allah ﷻ: Jika kamu melihat seorang manusia. (Maryam 26) Yakni manakala kamu melihat seseorang. maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Bernur ah; maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. (Maryam: 26) Makna yang dimaksud ialah Maryam berisyaratkan kepadanya yang pengertiannya seperti itu, bukan mengucapkannya dengan kata-kata; agar tidak bertentangan dengan firman-Nya: maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. (Maryam: 26) Anas ibnu Malik telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 26) Yang dimaksud dengan puasa ialah diam atau puasa tidak bicara.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak. Menurut suatu riwayat dari Anas, disebutkan puasa dan tidak bicara; hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan selain keduanya. Makna yang dimaksud ialah 'mereka apabila melakukan puasa, maka menurut syariat mereka tidak boleh makan dan berbicara'. Demikianlah menurut apa yang dinaskan oleh As-Saddi, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid.
Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Harisah yang mengatakan bahwa ketika ia berada di rumah Ibnu Mas'ud, datanglah dua orang lelaki kepadanya; salah seorang dari keduanya mengucapkan salam, sedangkan yang lainnya tidak mengucapkan salam. Maka Ibnu Mas'ud bertanya, "Mengapa kamu?". Teman-temannya menjawab, "Dia telah bersumpah bahwa pada hari ini dia tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun." Maka Abdullah ibnu Mas'ud menjawab, "Berbicaralah kepada orang dan ucapkanlah salam kepada mereka.
Karena sesungguhnya wanita itu (Maryam) merasa yakin bahwa tidak akan ada seorang pun yang percaya kepadanya bahwa dirinya mengandung tanpa suami. Dimaksudkan puasanya itu sebagai alasan untuk tidak bicara dengan mereka bila ia ditanya mereka." Asar ini telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir. Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa ketika Isa berkata kepada Maryam, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya (menurut tafsir ulama yang mengatakan bahwa orang yang menyerunya adalah Isa): Janganlah kamu bersedih hati. (Maryam: 24) Maryam menjawab, "Bagaimana saya tidak sedih, sedangkan kamu ada bersama dengan saya tanpa suami, juga bukan sebagai budak wanita (yang dinikahi tuannya).
Maka dengan alasan apakah saya berhujah kepada orang-orang? Aduhai, sekiranya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan." Isa berkata kepadanya, "Sayalah yang akan menjawab mereka, kamu tidak usah bicara lagi." Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini. (Maryam: 26) Ini merupakan perkataan Isa kepada ibunya. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Wahb."
Keluhan Maryam terdengar oleh Jibril. Selang beberapa lama kemudian Maryam pun melahirkan. Maka dia, yaitu Jibril, berseru kepadanya dari tempat yang rendah, 'Wahai Maryam, janganlah engkau bersedih hati karena kondisimu ini. Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu agar kamu dapat membersihkan diri setelah melahirkan. 25. Pegang dan goyanglah sekuat tenagamu pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buahnya yang masak kepadamu agar kamu dapat memakannya.
Maka datanglah Jibril dan berseru dari suatu tempat yang rendah, "Janganlah kamu bersedih hati, karena sesungguhnya Tuhanmu telah mengalirkan sebuah anak sungai di bawahmu." Ini merupakan suatu rahmat bagi Maryam karena di tempat itu pada mulanya kering tidak ada air yang mengalir, tetapi kemudian terdapat aliran air yang bersih.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 22
“Maka Maryam pun mengandungnyalah."
Berlakulah apa yang telah diputuskan oleh Allah di dalam takdirnya, bahwa Maryam mesti mengandung. Dan memang mengandunglah dia. Kian lama kian terasa kandungannya itu. Sebagai seorang anak perawan yang saleh dan tekun kepada Ilahi, dari keluarga yang teguh percaya kepada Allah, kehamilannya itu diterimanya sebagai suatu bagian dari iman. Tetapi tidaklah semua orang akan dapat mempercayainya. Sebab semua orang tahu bahwa dia masih belum kawin. Tentu orang akan bertanya-tanya, siapa gerangan yang telah merusakkannya. Maka untuk menyelamatkan anak yang dalam kandungan itu dan menyelamatkan dirinya daripada tuduhan-tuduhan yang hina.
"Lalu dia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh."
Kata setengah riwayat tempat yang jauh itu ialah jauh dari mihrab tempat dia beribadah di masjid dalam asuhan pamannya Zakariya itu. Tempat itu ialah Desa Baitlaham (Bethlehem), yang jauhnya sekira-kira 8 mil dari Baitul Maqdis.
Kian lama kian besarlah kandungan itu sehingga dekatlah bulan akan melahirkan. Dan waktu melahirkan itu pun tibalah.
Ayat 23
“Maka rasa sakit akan melahirkan memaksanya bersandar ke pangkal pokok kurma."
Dan susunan ayat dapatlah kita merasakan bahwa hidup Maryam pada waktu itu memang tersisih jauh dari kaum keluarga. Kegelisahan diri karena merasakan sakit akan beranak menyebabkan dia mencari tempat yang sunyi dan teduh. Bertemu pohon, lalu berteduhlah dia di situ menunggu waktu anak lahir. Dalam hal yang demikian pikiran berjalan juga, anak akan lahir, bapaknya tidak ada. Dia sendiri percaya bahwa ini kehendak Allah. Tetapi apakah kaumnya akan percaya? Siapa yang akan percaya? Padahal selama ini tidaklah pernah perawan mengandung tanpa laki dan anak lahir tidak terang siapa ayahnya?
“Seraya berkata, “Wahai alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini,"yaitu sebelum hal yang ganjil ini terjadi,
“Dan jadilah aku seorang yang tidak berarti, lagi dilupakan."
Tidak ada orang yang tahu, tidak ada orang yang mengenal dan tidak sampai menjadi buah mulut orang.
Memang, kalau percobaan telah memuncak demikian rupa, datang saat manusia merasakan lebih baik mati saja.
Ayat 24
“Maka menyerulah dia kepadanya dari tempat yang rendah."
Yang menyeru dari tempat yang rendah, atau dari tempat yang sangat dekat itu ialah Malaikat Jibril yang diwakilkan Allah tadi. ‘Janganlah kau bersedih hati." Segala hal yang kau lalui ini tidaklah lepas dari penjagaan Allah. Karena kelahiran putramu itu kelak adalah atas kehendak Allah semata-mata.
"Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan di dekatmu sebuah anak sungai."
Dalam susunan ayat tergambar pulalah bahwa kian dekatlah kelahiran anak itu dan kian duka nestapalah hati Maryam memikirkan hebatnya perjuangan yang akan dihadapinya.
Dan waktu yang ditunggu-tunggu itu pun datanglah! Datang lagi kesukaran baru; dia memerlukan air untuk membersihkan putra yang baru lahir dan untuk membersihkan diri sendiri. Dan sesudah anak lahir dia memerlukan makanan. Sebab dia sangat lapar. Tidak ada manusia yang akan menolong. Dan kalau pun ditakdirkan ada manusia yang akan datang, bukan pertolongan yang akan didapatnya, hanyalah penghinaan. Di saat seperti itulah Jibril datang kembali, menyampaikan pesan Allah agar dia jangan bersedih hati bersusah pikiran. Yang pertama sekali ialah soal air! Sebuah anak sungai yang kecil dan airnya jernih ada mengalir di dekatnya. Dekat sekali.
Apakah sungai kecil itu telah ada sejak sebelumnya, atau diadakan Allah di waktu itu juga, tidaklah ada keterangannya dalam urutan ayat. Cuma menurut keterangan sebuah hadits yang marfu' dirawikan oleh ath-Thabrani, yang diterima dengan sanadnya dari Ikrimah, yang didengar dari Abdullah bin
Umar, bahwa beliau ini pernah mendengar Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa sungai kecil yang disediakan buat Maryam itu ialah istimewa ditimbulkan Allah.
Ayat 25
“Dan goyangkanlah pangkal pokok kurma itu ke arahmu."
Demikianlah sabda Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril itu kepada Maryam selanjutnya. Artinya tariklah atau raihlah pohon itu, yang maksudnya ialah menggon-cangkannya.
“Niscaya pokok kurma itu akan menggugurkan kepadamu kurma yang masak ranum."
Menilik kepada bunyi ayat, ternyatalah bahwa kurma itu telah berbuah masak yang ranum. Jika ditarik-tarik batangnya itu atau digoyang-goyangkan, niscaya buah yang telah ranum itu akan jatuh. Maka banyaklah ahli-ahli tafsir mengambil sempena dari ayat ini, bahwasanya ajaran kepada Maryam ini adalah ajaran buat manusia yang beriman jua seluruhnya.
Artinya, meskipun buah itu telah ranum, dan meskipun Allah telah menyediakan air sungai kecil yang jernih airnya dan mengalir selalu, namun Maryam, atau seorang yang beriman tidaklah boleh berdiam diri saja. Jangan hanya menunggu, bahkan goncang-kanlah pohon itu supaya buahnya jatuh. Takdir dan pertolongan yang telah disediakan Allah hendaklah juga disertai oleh usaha (kasoh) dari manusia itu sendiri.
Ayat 26
“Maka makanlah dan minumlah dan senangkanlah hatimu."
Tidak ada lagi yang patut engkau susahkan; air sudah sedia dengan mengalirnya air sungai. Makanan pun telah sedia, asalkan engkau suka saja menggoyang-goyangkan pohon kurma itu niscaya makanan itu akan jatuh ke hadapanmu. Sebab itu makanlah buah kurma yang jatuh berapa saja engkau kehendaki dan minumlah air jernih yang selalu mengalir itu dan tenangkanlah pikiran.
“Wa Qarrii ‘ainan" kita artikan tenangkanlah hatimu. Kalau menurut arti harfiahnya ialah tenangkanlah matamu! Karena memang orang yang sedang gelisah mengesan kepada penglihatan matanya yang liar, karena marah. Atau sayu karena bersedih hati. Dan apabila pikiran orang telah tenang, itu pun mengesan kepada penglihatan matanya yang tenang."Maka jika engkau melihat ada manusia agak seorang," karena tempat ini tidaklah akan selalu tersembunyi dari mata manusia. Pasti akan ada orang yang tahu, ataupun akan ada orang yang mencari ke mana agaknya anak dara yang saleh itu menyembunyikan dirinya, karena sudah lama tidak tampak di tempat beribadah yang biasa. Maka kalau ada orang datang, tentu akan banyaklah selidiknya mengenai hal engkau ini. Sebab itu,
“Katakanlah, Sesungguhnya aku telah bernadzar di hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih, maka sekali-kali tidaklah aku akan bercakap-cakap, sejak hari ini, dengan seorang manusia pun."
Maka jika ada orang datang, panjang selidiknya, banyak tanyanya, janganlah dijawab dengan perkataan, melainkan beri saja isyarat dengan tangan, bahwa mulai hari ini aku tidak boleh bercakap sepatah jua pun. Sebab aku telah berjanji bernadzar dengan Allah tidak akan bercakap-cakap.
Menurut suatu riwayat dari Anas bin Malik, selain dari berdiam diri, Maryam pun memulai puasanya pada hari itu.
Inilah suatu tawakal yang sebesar-besarnya. Sebab memang kalau pertanyaan datang, lalu Maryam menjawab, hanya pertengkaran saja yang akan timbul. Orang tidak juga akan percaya bahwa dia mengandung dan melahirkan anak adalah atas kehendak kudrat iradat Allah semata-mata, di luar daripada kebiasaan yang berlaku.
Kedatangan Malaikat Jibril membawa wahyu ini, baik ketika Allah menyampaikan ketentuan bahwa Maryam akan diberi putra, atau ketika Jibril datang ketika putra akan lahir menyatakan anak sungai telah sedia dan kurma akan mengeluarkan buah, menyebabkan banyak di antara ulama berpendapat bahwa Maryam ibu Isa al-Masih itu adalah Nabiyah (Nabi perempuan). Dan dikatakan juga oleh setengah ulama bahwa Ibu Nabi Musa pun adalah seorang Nabiyah juga. Karena dia pun beroleh wahyu seketika diperintahkan menghanyutkan putranya (Musa bin Imran) dalam sebuah peti, ke dalam Sungai Nil, sehingga dipungut oleh putri Fir'aun.
Tetapi ini adalah masalah khilafiyah jua adanya.