Ayat
Terjemahan Per Kata
وَسَلَٰمٌ
dan sejahtera
عَلَيۡهِ
atasnya
يَوۡمَ
pada hari
وُلِدَ
dia dilahirkan
وَيَوۡمَ
dan pada hari
يَمُوتُ
dia meninggal
وَيَوۡمَ
dan pada hari
يُبۡعَثُ
dia dibangkitkan
حَيّٗا
hidup
وَسَلَٰمٌ
dan sejahtera
عَلَيۡهِ
atasnya
يَوۡمَ
pada hari
وُلِدَ
dia dilahirkan
وَيَوۡمَ
dan pada hari
يَمُوتُ
dia meninggal
وَيَوۡمَ
dan pada hari
يُبۡعَثُ
dia dibangkitkan
حَيّٗا
hidup
Terjemahan
Kesejahteraan baginya (Yahya) pada hari dia dilahirkan, hari dia wafat, dan hari dia dibangkitkan hidup kembali.
Tafsir
(Kesejahteraan) dari Kami (terlimpahkan kepadanya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali) di saat-saat yang mengerikan yakni hari kiamat. Pada hari itu belum pernah ada pemandangan yang sengeri itu, maka Nabi Yahya selamat daripadanya.
Tafsir Surat Maryam: 10-11
Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Tuhan berfirman, "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kalian bertasbih di waktu pagi dan petang.
Ayat 10
Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal Nabi Zakaria:
"Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda’.” (Maryam: 10)
Yakni pertanda yang mengawali akan datangnya apa yang telah Engkau janjikan kepadaku, agar jiwaku tenteram dan hatiku gembira dengan apa yang Engkau janjikan.
Pertanyaan ini semakna dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim a.s. yang disitir oleh firman-Nya: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab, “Aku telah yakin, tetapi agar hatiku tenang tentram (dengan imanku).” (Al-Baqarah: 260)
Adapun firman Allah ﷻ: "Tuhan berfirman, ‘Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat’.” (Maryam: 10)
Maksudnya, hendaknya kamu menahan lisanmu jangan berbicara selama tiga malam, sedangkan kamu dalam keadaan sehat walafiat, tidak sakit dan tidak mengalami gangguan kesehatan.
Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Wahb, As-Saddi, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa lisannya kaku bukan karena sakit, bukan pula karena mengalami gangguan kesehatan.
Ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Zakaria hanya dapat membaca kitab dan bertasbih, tidak dapat berbicara dengan kaumnya kecuali dengan isyarat saja.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Selama tiga malam berturut-turut.” (Maryam: 10) Yakni sawiyyan diartikan berturut-turut.
Akan tetapi, pendapat pertama yang bersumber dari Ibnu Abbas juga yang bersumber dari jumhur ulama adalah pendapat yang paling sahih. Pendapat ini dikuatkan oleh oleh firman-Nya di dalam surat Ali Imran: “Berkata Zakaria, ‘Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku mengandung).’ Allah berfirman, ‘Tandanya bagimu adalah kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari’.” (Ali Imran: 41)
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: “Selama tiga malam, padahal kamu sehat.” (Maryam: 10) Maksudnya tidak bisu.
Hal ini menunjukkan bahwa Zakaria tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari tiga malam, kecuali hanya dengan isyarat seperti yang telah disebutkan di dalam surat Ali Imran ayat 41 tadi. Karena itulah dalam ayat surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Ayat 11
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya.” (Maryam: 11)
Yakni dari tempat ia mendapat berita gembira akan beroleh anak laki-laki.
“Lalu ia memberi isyarat kepada mereka.” (Maryam: 11)
Yakni memberi isyarat secara samar lagi cepat.
“Hendaklah kalian bertasbih di waktu pagi dan petang.” (Maryam: 11) Maksudnya, meminta dukungan dari mereka agar mereka mengikuti apa yang diperintahkan kepadanya dalam masa-masa tiga hari itu. Bantuan tasbih mereka sebagai pendukung ungkapan rasa syukurnya kepada Allah ﷻ atas karunia yang diberikan kepadanya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Lalu ia memberi isyarat kepada mereka.” (Maryam: 11) Makna auha di sini ialah asyara, yakni berisyarat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Wahb dan Qatadah.
Mujahid telah mengatakan dalam suatu riwayat yang bersumber dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: “Lalu ia memberi isyarat kepada mereka.” (Maryam: 11) Yakni Zakaria menulis di tanah kepada mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi.
Karena sifat terpujinya itu, Yahya didoakan agar keselamatan dan kesejahteraan selalu diperuntukkan bagi dirinya serta terhindar dari keburukan dan kekurangan pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali di Padang Mahsyar setelah hari kebangkitan kelak. 16. Beralih dari kisah Nabi Yahya, Allah lalu berbicara tentang kisah Maryam. Wahai Nabi Muhammad, 'Ingatkan dan ceritakanlah kisah Maryam binti Imran yang terdapat di dalam Kitab Al-Qur'an. Kisahkan kepada mereka ketika dia bersungguh-sungguh ingin mengasingkan diri dari keluarganya, bahkan dari semua manusia, untuk memperoleh ketenangan dalam beribadah, menuju ke suatu tempat yang terletak di sebelah timur Baitulmakdis. '.
Allah menerangkan pahala kebajikan Nabi Yahya itu karena ketaatan dan kesalehannya, keselamatan, kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan ke dunia, dan pada hari ia wafat meninggalkan dunia yang fana ini serta pada hari ia dibangkitkan hidup lagi pada hari Kiamat. Disebutkannya tiga peristiwa ini, karena setiap manusia pada ketiga masa itu sangat membutuhkan rahmat dan karunia Tuhan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
NABI YAHYA A.S.
Pemimpin atau penggarti dan anak yang amat dirindukan oleh Nabi Zakariya telah tua itu pun lahirlah.
Ayat 12
“Wahai Yahya! Peganglah kitab ini dengan teguh"
Peganglah kitab itu, yaitu kitab Taurat yang diturunkan kepada Musa dan nabi-nabi Bani lsrail yang sesudah Musa diwajibkan meneruskan dan memegang teguh isi kitab itu, tidak akan mengubahnya melainkan meneruskannya. Isa al-Masih sendiri pun pernah menyatakan bahwa satu titik pun dari hukum Taurat itu tidaklah akan di ubahnya. Pegang teguh artinya pegang dengan sesungguhnya. Kata Zaid bin Aslam; pegang teguh arti pelajari baik-baik ialu amalkan dan kerjakan, ikuti dengan setia apa yang diperintahkannya, jauhi dengan patuh apa yang dilarangnya.
“Dan Kami betikan kepadanya hukum sedang dia lagi kanak-kanak."
Artinya, masih kanak-kanak lagi, nainun pikirannya sudah mulai matang. Sehingga suatu riwayat yang disampaikan oleh Ma'mar suatu hari sesamanya kanak-kanak mengajaknya bermain-main, dia telah menolak dengan katanya, “Bukan untuk bermain-main saya dijadikan Tuhan."
Ayat 13
“Dan rahmat yang langsung dari Kami."
Artinya bahwa ditumbuhkanlah pribadi budak kecil itu dengan rahmat belas kasihan dan cinta berlimpah-limpah dari Allah. Az-Zamakhsyari mengartikan bahwa rasa cinta kasih yang meliputi Nabi Zakariya dan istrinya dan putranya, Yahya, itu menyebabkan hidup mereka dalam rumah tangga penuh dengan nikmat ruhari."Dan kesucian" dari dosa. Bertumbuh pribadi Yahya itu dalam kesuburan, berbuat perbuatan yang baik dan terpuji dan memberi berkat kepada manusia sekelilingnya. Tidak mendapat celaan dari sesama manusia karena tidak ada perangainya yang menimbulkan benci orang.
“Dan adalah dia seorang yang bertakwa."
Karena sifat ketakwaannya itu tidaklah dia pernah berbuat perbuatan yang diberici oleh Allah, melainkan tekunlah dia beribadah kepada Allah, walaupun usianya masih muda, menurut ajaran kitab Taurat yang dipegangnya teguh.
Ayat 14
“Dan khidmat kepada kedua ibu-bapaknya."
Ini pun sifat baik yang utama pada diri Nabi Yahya itu. Di samping jiwanya yang suci bersih dan takwa kepada Allah, diisinya pula syarat hidup yang penting, yaitu hormat dan bakti kepada kedua orang tua. Sehingga terobatlah hati kedua orang tua itu di zaman tuanya, mendapat putra yang amat diharapkan. Baktinya kepada kedua orang tuanya itu diperingatkan oleh Allah, karena banyak terdapat anak yang sangat diharapkan, apatah lagi anak tunggal satu-satunya, oleh karena sangat dimanjakan orang tuanya dia pun menjadi mangkak, sombong dan menyakiti hati orang tua. Ini dibayangkan Allah dalam kisah Nabi Khidhir membawa Nabi Musa mengembara, lalu bertemu dengan seorang anak kecil. Lalu anak itu dibunuh oleh Nabi Khidhir, sehingga Musa tercengang dan bertanya, mengapa Khidhir berbuat begitu. Kemudian diterangkan oleh Khidhir, “Adapun anak kecil itu, kedua ibu-bapaknya adalah orang yang beriman. Tetapi kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua ibu-bapaknya itu kepada kesesatan dan kekafiran “
Maka khidmat kepada orang tua ini pun adalah sebagian dari hidup Nabi Yahya. Di-tambah lagi dengan keterangan Allah.
“Dan tidaklah dia itu sombong dan tidak durhaka."
Bukan dia sombong mengangkat diri. Sebab dia diutus Allah untuk memimpin manusia. Pemimpin sejati, terutama pemimpin dengan tuntunan nubuwwah tidaklah sombong, melainkan rendah hati; lemah lembut sikapnya, memerhatikan kesusahan orang dan menunjukkan jalan yang benar. Dan bukan pula dia perbuat maksiat mendurhakai Allah.
Kemudian datanglah pujian amat tinggi dan Allah untuknya.
Ayat 15
“Dan selamat sejahteralah atasnya di hari dia dilahirkan."
Telah kita ketahui bagaimanalah suasana ibunya yang telah tua itu ketika mengandungnya dan ketika melahirkannya. Kadang-kadang ditimpa susahlah perempuan melahirkan anak. Ada-ada saja hambatannya. Apatah lagi orang tua seperti ini. Namun kelahiran itu selamat."Dan di hari dia meninggal" Tersebutlah di dalam riwayat dan kisah nabi-nabi, dan tersebut juga dalam catatan kitab Perjanjian Lama, kitab-kitab Injil Matius dan Lukas dan Markus, bahwa kematian Yahya anak Zakariya itu adalah karena kezaliman Saja Herodus,yang jatuh cinta kepada anak tirinya,yangdidapatinya ketika saja itu mengawini ibunya. Setelah anak itu bertambah besar dan bertambah cartik saja itu jatuh hati kepadanya dan anak itu pun mau saja jadi istri dari bapak tirinya. Tetapi Yahya yang memegang teguh hukum Taurat tetap menganggap perbuatan itu haram. Meskipun dia telah dimasukkan ke dalam penjara, lalu dikirim utusan saja menemuinya untuk meminta perubahan fatwanya, namun dia tidak mau mengubah hukum dan keyakinan. Mendengar kekerasan hatinya itu, perempuan muda yang bercintaan dengan ayah tirinya itu meminta supaya kepala Yahya dihidangkan di atas talam emas di hadapannya, tanda saja memang mencintainya. Maka Nabi Yahya pun dipotonglah lehernya dalam tahanan. Ayat ini mengatakan bahwa selamat di hari matinya. Artinya kematian beliau adalah kematian yang mulia, kematian seorang syahid dan dia tidak ragu-ragu menempuh kematian itu. Dia tidak bimbang. Sebab itu maka matinya selamat.
“Dan di hari dia akan dibangkitkan hidup kembali."
Inilah pedoman dan pokok kepercayaan yang kedua bagi orang yang beragama. Yaitu sesudah yang pertama mempercayai adanya Allah, yang kedua ialah percaya bahwa sesudah mati kelak, akan datang masanya kita dihidupkan Allah kembali. Itulah Yaumul-Qiyamah (Hari Kiamat).
Maka Yahya akan bangkit kelak dari kehidupan alam kubur ke dalam alam akhirat dengan selamat sejahtera, karena hidupnya yang mulia, suci bersih takwa hormat kepada kedua ibu-bapak dan mati dalam keadaan syahid karena berpegang teguh kepada ajaran Allah.








