Ayat
Terjemahan Per Kata
يَٰيَحۡيَىٰ
Hai Yahya
خُذِ
ambillah
ٱلۡكِتَٰبَ
Kitab
بِقُوَّةٖۖ
dengan kuat/sungguh-sungguh
وَءَاتَيۡنَٰهُ
dan Kami telah memberikan kepadanya
ٱلۡحُكۡمَ
hikmah
صَبِيّٗا
kanak-kanak
يَٰيَحۡيَىٰ
Hai Yahya
خُذِ
ambillah
ٱلۡكِتَٰبَ
Kitab
بِقُوَّةٖۖ
dengan kuat/sungguh-sungguh
وَءَاتَيۡنَٰهُ
dan Kami telah memberikan kepadanya
ٱلۡحُكۡمَ
hikmah
صَبِيّٗا
kanak-kanak
Terjemahan
(Allah berfirman,) “Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Kami menganugerahkan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.
Tafsir
(Hai Yahya! Ambillah Kitab itu) yakni kitab Taurat (dengan sungguh-sungguh) secara sungguh-sungguh. (Dan Kami berikan kepadanya hikmah) kenabian (selagi ia masih kanak-kanak) sewaktu berumur tiga tahun.
Tafsir Surat Maryam: 10-11
Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” Tuhan berfirman, "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kalian bertasbih di waktu pagi dan petang.
Ayat 10
Allah ﷻ berfirman, menceritakan perihal Nabi Zakaria:
"Zakaria berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda’.” (Maryam: 10)
Yakni pertanda yang mengawali akan datangnya apa yang telah Engkau janjikan kepadaku, agar jiwaku tenteram dan hatiku gembira dengan apa yang Engkau janjikan.
Pertanyaan ini semakna dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim a.s. yang disitir oleh firman-Nya: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab, “Aku telah yakin, tetapi agar hatiku tenang tentram (dengan imanku).” (Al-Baqarah: 260)
Adapun firman Allah ﷻ: "Tuhan berfirman, ‘Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat’.” (Maryam: 10)
Maksudnya, hendaknya kamu menahan lisanmu jangan berbicara selama tiga malam, sedangkan kamu dalam keadaan sehat walafiat, tidak sakit dan tidak mengalami gangguan kesehatan.
Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Wahb, As-Saddi, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa lisannya kaku bukan karena sakit, bukan pula karena mengalami gangguan kesehatan.
Ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Zakaria hanya dapat membaca kitab dan bertasbih, tidak dapat berbicara dengan kaumnya kecuali dengan isyarat saja.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Selama tiga malam berturut-turut.” (Maryam: 10) Yakni sawiyyan diartikan berturut-turut.
Akan tetapi, pendapat pertama yang bersumber dari Ibnu Abbas juga yang bersumber dari jumhur ulama adalah pendapat yang paling sahih. Pendapat ini dikuatkan oleh oleh firman-Nya di dalam surat Ali Imran: “Berkata Zakaria, ‘Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku mengandung).’ Allah berfirman, ‘Tandanya bagimu adalah kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari’.” (Ali Imran: 41)
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: “Selama tiga malam, padahal kamu sehat.” (Maryam: 10) Maksudnya tidak bisu.
Hal ini menunjukkan bahwa Zakaria tidak berbicara dengan manusia selama tiga hari tiga malam, kecuali hanya dengan isyarat seperti yang telah disebutkan di dalam surat Ali Imran ayat 41 tadi. Karena itulah dalam ayat surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Ayat 11
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya.” (Maryam: 11)
Yakni dari tempat ia mendapat berita gembira akan beroleh anak laki-laki.
“Lalu ia memberi isyarat kepada mereka.” (Maryam: 11)
Yakni memberi isyarat secara samar lagi cepat.
“Hendaklah kalian bertasbih di waktu pagi dan petang.” (Maryam: 11) Maksudnya, meminta dukungan dari mereka agar mereka mengikuti apa yang diperintahkan kepadanya dalam masa-masa tiga hari itu. Bantuan tasbih mereka sebagai pendukung ungkapan rasa syukurnya kepada Allah ﷻ atas karunia yang diberikan kepadanya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Lalu ia memberi isyarat kepada mereka.” (Maryam: 11) Makna auha di sini ialah asyara, yakni berisyarat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Wahb dan Qatadah.
Mujahid telah mengatakan dalam suatu riwayat yang bersumber dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: “Lalu ia memberi isyarat kepada mereka.” (Maryam: 11) Yakni Zakaria menulis di tanah kepada mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh As-Saddi.
Usai menjelaskan tanda-tanda yang meyakinkan Nabi Zakaria tentang anugerah berupa anak yang diberi nama Yahya, pada ayat ini Allah beralih menguraikan kejadian setelah anak ini dewasa. Allah berfirman, 'Wahai Yahya! Ambillah dan pelajarilah Kitab Taurat itu. Pahami kandungannya dan laksanakan tuntunannya dengan sungguh-sungguh. ' Kami telah mengajarinya isi Taurat dan Kami berikan hikmah kepadanya selagi dia masih kanak-kanak, sehingga saat dewasa ia telah paham betul Kitab itu dan tidak pernah lalai dalam melaksanakannya. 13. Selain pemahaman tentang kandungan Taurat, Kami jadikan pula dia pemuda yang santun dan memiliki rasa kasih sayang kepada sesama. Inilah anugerah dari Kami dan Kami jadikan dia orang yang bersih dari dosa. Dan dia pun seorang yang bertakwa dan taat pada aturan-aturan Allah.
Allah memerintahkan kepada Yahya supaya mengambil kitab Taurat yang merupakan nikmat terbesar dari Allah kepada Bani Israil dengan penuh perhatian dan sungguh-sungguh dan mengamalkan isinya dengan tulus ikhlas. Kemudian Allah mengungkapkan sifat-sifat Nabi Yahya yang sangat terpuji yang patut ditiru oleh sekalian pengikutnya. Di antaranya, Allah telah memberikan kepadanya hikmah dan pengertian yang sangat mendalam tentang agama dan kegairahan untuk mengamalkan segala amal kebaikan walaupun ketika itu Yahya masih sangat muda. Diriwayatkan bahwa beliau pernah dikerumuni oleh anak-anak sebayanya dan diajak supaya main bersama-sama, lalu beliau menjawab, "Kita ini diciptakan Tuhan bukan untuk bermain-main. Marilah ikut bersama saya salat.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
NABI YAHYA A.S.
Pemimpin atau penggarti dan anak yang amat dirindukan oleh Nabi Zakariya telah tua itu pun lahirlah.
Ayat 12
“Wahai Yahya! Peganglah kitab ini dengan teguh"
Peganglah kitab itu, yaitu kitab Taurat yang diturunkan kepada Musa dan nabi-nabi Bani lsrail yang sesudah Musa diwajibkan meneruskan dan memegang teguh isi kitab itu, tidak akan mengubahnya melainkan meneruskannya. Isa al-Masih sendiri pun pernah menyatakan bahwa satu titik pun dari hukum Taurat itu tidaklah akan di ubahnya. Pegang teguh artinya pegang dengan sesungguhnya. Kata Zaid bin Aslam; pegang teguh arti pelajari baik-baik ialu amalkan dan kerjakan, ikuti dengan setia apa yang diperintahkannya, jauhi dengan patuh apa yang dilarangnya.
“Dan Kami betikan kepadanya hukum sedang dia lagi kanak-kanak."
Artinya, masih kanak-kanak lagi, nainun pikirannya sudah mulai matang. Sehingga suatu riwayat yang disampaikan oleh Ma'mar suatu hari sesamanya kanak-kanak mengajaknya bermain-main, dia telah menolak dengan katanya, “Bukan untuk bermain-main saya dijadikan Tuhan."
Ayat 13
“Dan rahmat yang langsung dari Kami."
Artinya bahwa ditumbuhkanlah pribadi budak kecil itu dengan rahmat belas kasihan dan cinta berlimpah-limpah dari Allah. Az-Zamakhsyari mengartikan bahwa rasa cinta kasih yang meliputi Nabi Zakariya dan istrinya dan putranya, Yahya, itu menyebabkan hidup mereka dalam rumah tangga penuh dengan nikmat ruhari."Dan kesucian" dari dosa. Bertumbuh pribadi Yahya itu dalam kesuburan, berbuat perbuatan yang baik dan terpuji dan memberi berkat kepada manusia sekelilingnya. Tidak mendapat celaan dari sesama manusia karena tidak ada perangainya yang menimbulkan benci orang.
“Dan adalah dia seorang yang bertakwa."
Karena sifat ketakwaannya itu tidaklah dia pernah berbuat perbuatan yang diberici oleh Allah, melainkan tekunlah dia beribadah kepada Allah, walaupun usianya masih muda, menurut ajaran kitab Taurat yang dipegangnya teguh.
Ayat 14
“Dan khidmat kepada kedua ibu-bapaknya."
Ini pun sifat baik yang utama pada diri Nabi Yahya itu. Di samping jiwanya yang suci bersih dan takwa kepada Allah, diisinya pula syarat hidup yang penting, yaitu hormat dan bakti kepada kedua orang tua. Sehingga terobatlah hati kedua orang tua itu di zaman tuanya, mendapat putra yang amat diharapkan. Baktinya kepada kedua orang tuanya itu diperingatkan oleh Allah, karena banyak terdapat anak yang sangat diharapkan, apatah lagi anak tunggal satu-satunya, oleh karena sangat dimanjakan orang tuanya dia pun menjadi mangkak, sombong dan menyakiti hati orang tua. Ini dibayangkan Allah dalam kisah Nabi Khidhir membawa Nabi Musa mengembara, lalu bertemu dengan seorang anak kecil. Lalu anak itu dibunuh oleh Nabi Khidhir, sehingga Musa tercengang dan bertanya, mengapa Khidhir berbuat begitu. Kemudian diterangkan oleh Khidhir, “Adapun anak kecil itu, kedua ibu-bapaknya adalah orang yang beriman. Tetapi kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua ibu-bapaknya itu kepada kesesatan dan kekafiran “
Maka khidmat kepada orang tua ini pun adalah sebagian dari hidup Nabi Yahya. Di-tambah lagi dengan keterangan Allah.
“Dan tidaklah dia itu sombong dan tidak durhaka."
Bukan dia sombong mengangkat diri. Sebab dia diutus Allah untuk memimpin manusia. Pemimpin sejati, terutama pemimpin dengan tuntunan nubuwwah tidaklah sombong, melainkan rendah hati; lemah lembut sikapnya, memerhatikan kesusahan orang dan menunjukkan jalan yang benar. Dan bukan pula dia perbuat maksiat mendurhakai Allah.
Kemudian datanglah pujian amat tinggi dan Allah untuknya.
Ayat 15
“Dan selamat sejahteralah atasnya di hari dia dilahirkan."
Telah kita ketahui bagaimanalah suasana ibunya yang telah tua itu ketika mengandungnya dan ketika melahirkannya. Kadang-kadang ditimpa susahlah perempuan melahirkan anak. Ada-ada saja hambatannya. Apatah lagi orang tua seperti ini. Namun kelahiran itu selamat."Dan di hari dia meninggal" Tersebutlah di dalam riwayat dan kisah nabi-nabi, dan tersebut juga dalam catatan kitab Perjanjian Lama, kitab-kitab Injil Matius dan Lukas dan Markus, bahwa kematian Yahya anak Zakariya itu adalah karena kezaliman Saja Herodus,yang jatuh cinta kepada anak tirinya,yangdidapatinya ketika saja itu mengawini ibunya. Setelah anak itu bertambah besar dan bertambah cartik saja itu jatuh hati kepadanya dan anak itu pun mau saja jadi istri dari bapak tirinya. Tetapi Yahya yang memegang teguh hukum Taurat tetap menganggap perbuatan itu haram. Meskipun dia telah dimasukkan ke dalam penjara, lalu dikirim utusan saja menemuinya untuk meminta perubahan fatwanya, namun dia tidak mau mengubah hukum dan keyakinan. Mendengar kekerasan hatinya itu, perempuan muda yang bercintaan dengan ayah tirinya itu meminta supaya kepala Yahya dihidangkan di atas talam emas di hadapannya, tanda saja memang mencintainya. Maka Nabi Yahya pun dipotonglah lehernya dalam tahanan. Ayat ini mengatakan bahwa selamat di hari matinya. Artinya kematian beliau adalah kematian yang mulia, kematian seorang syahid dan dia tidak ragu-ragu menempuh kematian itu. Dia tidak bimbang. Sebab itu maka matinya selamat.
“Dan di hari dia akan dibangkitkan hidup kembali."
Inilah pedoman dan pokok kepercayaan yang kedua bagi orang yang beragama. Yaitu sesudah yang pertama mempercayai adanya Allah, yang kedua ialah percaya bahwa sesudah mati kelak, akan datang masanya kita dihidupkan Allah kembali. Itulah Yaumul-Qiyamah (Hari Kiamat).
Maka Yahya akan bangkit kelak dari kehidupan alam kubur ke dalam alam akhirat dengan selamat sejahtera, karena hidupnya yang mulia, suci bersih takwa hormat kepada kedua ibu-bapak dan mati dalam keadaan syahid karena berpegang teguh kepada ajaran Allah.








