Ayat
Terjemahan Per Kata
وَتَرَكۡنَا
dan Kami tinggalkan/biarkan
بَعۡضَهُمۡ
sebagian mereka
يَوۡمَئِذٖ
pada hari itu
يَمُوجُ
bergelombang/bercampur
فِي
dalam
بَعۡضٖۖ
sebagian yang lain
وَنُفِخَ
dan ditiup
فِي
dalam
ٱلصُّورِ
dalam sangkakala
فَجَمَعۡنَٰهُمۡ
maka/lalu Kami kumpulkan mereka
جَمۡعٗا
semuanya
وَتَرَكۡنَا
dan Kami tinggalkan/biarkan
بَعۡضَهُمۡ
sebagian mereka
يَوۡمَئِذٖ
pada hari itu
يَمُوجُ
bergelombang/bercampur
فِي
dalam
بَعۡضٖۖ
sebagian yang lain
وَنُفِخَ
dan ditiup
فِي
dalam
ٱلصُّورِ
dalam sangkakala
فَجَمَعۡنَٰهُمۡ
maka/lalu Kami kumpulkan mereka
جَمۡعٗا
semuanya
Terjemahan
Pada hari itu Kami biarkan sebagian mereka (Ya’juj dan Ma’juj) berbaur dengan sebagian yang lain. (Apabila) sangkakala ditiup (lagi), Kami benar-benar akan mengumpulkan mereka seluruhnya.
Tafsir
Selanjutnya Allah berfirman: (Kami biarkan sebagian di antara mereka pada hari itu) pada hari mereka keluar dari tembok itu (bercampur aduk dengan sebagian yang lain) mereka bercampur aduk karena saking banyaknya jumlah mereka (kemudian ditiup lagi sangkakala) untuk membangkitkan mereka menjadi hidup kembali (lalu Kami kumpulkan mereka itu) yakni seluruh makhluk pada suatu tempat di hari kiamat (semuanya).
Tafsir Surat Al-Kahfi: 97-99
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan tidak bisa (pula) melubanginya. Zulqarnain berkata: "(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar. Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk satu sama lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.
Allah ﷻ menceritakan tentang Ya-juj dan Ma-juj, bahwa sesungguhnya mereka tidak mampu naik ke atas bendungan (dinding) itu, tidak mampu pula melubangi bawahnya, maka masing-masing diungkapkan dengan bahasa yang sesuai dengan maknanya. Lalu disebutkan dalam firman-Nya: ''Maka mereka tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya.'' (Al-Kahfi: 97) Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mampu melubangi dan tidak dapat berbuat sesuatu pun terhadap dinding itu. Adapun mengenai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa: telah menceritakan kepada kami Ruh, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, telah menceritakan kepada kami Abu Rafi', dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ yang bersabda : Bahwa sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj benar-benar menggali bendungan itu setiap malam, manakala mereka hampir menembusnya, terbitlahlah sinar matahari, pemimpin mereka berkata, "Marilah kita pulang, besok kita lanjutkan lagi galian ini." Akan tetapi, pada malam berikutnya bendungan itu utuh kembali dan lebih kuat daripada semula.
Mereka terus melakukan hal itu, dan apabila Allah berkehendak mengeluarkan mereka ke masyarakat luar (manusia), dan mereka melihat sinar matahari, maka pemimpin mereka berkata. Marilah kita pulang, besok kita lanjutkan galian ini Insya Allah. Ternyata mereka mengucapkan kalimat ''Insya Allah''. Maka pada malam berikutnya saat mereka kembali, ternyata mereka menjumpai hasil galiannya tetap ada seperti saat mereka meninggalkannya.
Lalu mereka menggalinya dan berhasil menjebol bendungan itu, kemudian mereka menuju ke khalayak ramai manusia. Mereka menghirup air sehingga kering, dan manusia berlindung dari serangan mereka di benteng-bentengnya. Kemudian Ya'juj dan Ma'juj membidikkan anak-anak panah mereka ke arah langit, lalu anak-anak panah mereka jatuh kembali dengan membawa cairan seperti darah. Maka mereka berkata, "Kita berhasil mengalahkan bumi dan menang atas penduduk langit." Maka Allah menimpakan penyakit di leher-leher mereka berupa ulat, sehingga ulat-ulat itu membunuh mereka semua.
Selanjutnya Rasulullah ﷺ bersabda: ''Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya hewan-hewan di bumi benar-benar menjadi gemuk-gemuk dan hidup senang karena daging dan darah bangkai Ya'juj dan Ma'juj.'' Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Hasan Ibnu Musa Al-Asyhab, dari Sufyan, dari Qatadah dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Azhar ibnu Marwan, dari Abdul A'la, dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah yang menceritakan bahwa Abu Rafi' pernah menceritakan hadits ini.
Imam At-Tirmidzi mengetengahkannya melalui hadis Abu Uwwanah, dari Qatadah. Kemudian ia mengatakan bahwa hadits ini garib, tidak dikenal melainkan hanya dari jalur ini, sanadnya jayyid lagi kuat. Akan tetapi, matan (teks) hadis mengandung keganjilan dalam predikat marfu'-nya, karena makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa Ya'juj dan Ma'juj, tidak mampu menaikinya dan tidak mampu pula melubanginya, mengingat kerasnya bendungan itu serta kekuatan dan kekokohannya.
Akan tetapi, hal yang mirip diriwayatkan oleh Ka'bul Ahbar, bahwa sebelum Ya'juj dan Ma'juj keluar mereka mendatangi bendungan itu lalu menggerogotinya hingga tiada yang tersisa dari tembok bendungan itu kecuali hanya sedikit. Kemudian mereka berkata, "Besok kita buka bendungan ini." Pada keesokan harinya mereka datang ke bendungan itu yang ternyata telah kembali seperti sediakala dalam keadaan utuh.
Kemudian mereka menggerogotinya lagi, hingga tiada yang tersisa kecuali hanya sedikit, lalu mereka mengatakan hal yang sama. Dan pada keesokan harinya mereka menjumpai bendungan itu seperti sediakala. Maka mereka kembali menggerogotinya dan mengatakan, "Besok kita lanjutkan lagi pekerjaan ini." Hanya kali ini mereka sadar dan akhirnya mereka mengucapkan kalimat 'Insya Allah'. Ternyata pada keesokan harinya mereka menjumpai bendungan itu dalam keadaan seperti yang mereka tinggalkan. Akhirnya mereka berhasil membukanya. Ini merupakan suatu bukti dan barangkali Abu Hurairah menerima kisah ini dari Ka'b karena dia sering duduk bersamanya dan mendengarkan kisah-kisahnya. Lalu Abu Hurairah mengetengahkan kisah ini, sehingga sebagian perawi menduga bahwa hadits ini berpredikat marfu. Hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebenarannya.
Bukti yang memperkuat pendapat kita yang menyatakan bahwa Ya'juj dan Ma'juj tidak dapat menjebol bendungan itu dan tidak dapat pula melubangi suatu bagian pun darinya, dan bahwa hadis tadi diragukan predikat marfu'-nya, adalah adanya ucapan Imam Ahmad dalam hadits lain. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Zainab binti Abu Salamah, dari Habibah binti Ummu Habibah binti Abu Sufyan dari ibunya (Ummu Habibah), dari Zainab binti Jahsy (istri Nabi ﷺ). Sufyan mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh empat orang wanita. Zainab binti Jahsy menceritakan bahwa Nabi ﷺ bangun dari tidurnya dalam keadaan berwajah merah, lalu bersabda: ''Tidak ada Tuhan selain Allah, celakalah orang-orang Arab, karena keburukan sudah dekat. Pada hari ini telah terbuka sebagian dari bendungan (yang menyekap) Ya'juj dan Ma'juj selebar ini,'' seraya memperagakannya. Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita binasa, sedangkan di kalangan kita terdapat orang-orang yang saleh?'' Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya, bila telah banyak kekacauan.'' Hadits ini sahih, Imam Bukhari dan Imam Muslim telah sepakat dengan hadits ini dalam pengetengahannya melalui riwayat Az-Zuhri. Akan tetapi, di dalam riwayat Imam Bukhari tidak disebutkan Habibah, dan hanya di dalam riwayat Imam Muslim yang disebutkan. Di dalam hadits ini terdapat banyak hal yang jarang terjadi dalam isnad-nya. Antara lain ialah riwayat Az-Zuhri dari Urwah, padahal kedua-duanya adalah Tabi'in. Hal yang jarang lainnya ialah di dalam sanad hadits ini terdapat empat orang wanita yang sebagian darinya meriwayatkan hadis ini dari sebagian yang lainnya, sedangkan mereka semuanya adalah sahabat. Dua orang wanita di antaranya adalah anak tiri Nabi ﷺ, sedangkan dua wanita lainnya adalah istri-istri Nabi ﷺ.
Hal yang mirip diriwayatkan dari Abu Hurairah pula. Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Marzuq, telah menceritakan kepada kami Muammal bin Ismail, telah menceritakan kepada kami Wahb, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang bersabda: ''Pada hari ini telah dibuka sebagian dari bendungan Ya'juj dan Ma'juj selebar ini.'' Lalu Nabi ﷺ mengisyaratkan dengan (jari-jari) tangannya menunjukkan bilangan sembilan puluh sembilan. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadits ini melalui Wahb dengan sanad yang sama.
Firman Allah ﷻ: "Zulqarnain berkata, ‘(Bendungan) ini adalah rahmat dari Tuhanku’.'' (Al-Kahfi: 98) Zulqarnain setelah membangun bendungan (dinding) itu berkata: "(Bendungan) ini adalah rahmat Tuhanku." (Al-Kahfi: 98) buat umat manusia, karena bendungan tersebut mendindingi antara mereka (manusia) dengan Ya'juj dan Ma'juj , sehingga Ya'juj dan Ma'juj tidak dapat mengacau dan merusak bumi (tempat manusia tinggal). "Maka bila telah datang janji Tuhanku." (Al-Kahfi: 98) maksudnya apabila telah dekat janji yang benar, yakni hari kiamat. "Dia akan menjadikannya hancur luluh." (Al-Kahfi: 98) Yakni rata dengan tanah. Orang-orang Arab mengatakan sehubungan dengan makna dakka, bahwa naqatun dakka' artinya unta yang tidak ada punuk pada punggungnya sehingga punggungnya rata.
Allah ﷻ berfirman dalam ayat lain: "Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh." (Al-A'raf: 143) Yaitu rata dengan tanah. Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: "Maka apabila sudah datang janji Tuhanku Dia akan menjadikannya hancur luluh." (Al-Kahfi: 98) Maksudnya, menjadi jalan seperti semula sebelum dinding itu dibangun. "Dan janji Tuhanku adalah benar." (Al-Kahfi: 98) Yakni pasti terjadi. Firman Allah ﷻ: "Kami biarkan sebagian dari mereka." (Al-Kahfi: 99) Yaitu sebagian dari manusia. "Di hari itu." (Al-Kahfi: 99) Yakni pada hari hancurnya bendungan itu, lalu Ya'juj dan Ma'juj keluar dari dinding itu menuju ke dunia manusia, maka Ya'juj dan Ma'juj datang bergelombang menyerang manusia dengan menimbulkan kerusakan pada harta benda dan menghancurkan segala sesuatu yang dimiliki manusia.
Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi sehubungan dengan makna firman-Nya: "Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk satu sama lain." (Al-Kahfi: 99) Demikian itu terjadi ketika Ya'juj dan Ma'juj keluar menuju ke dunia manusia. Hal ini terjadi sebelum hari kiamat dan sesudah peristiwa Dajjal, seperti yang akan dijelaskan nanti dalam tafsir firman Allah ﷻ yang mengatakan: "Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit)." (Al-Anbiya: 96-97) Dalam ayat ini disebutkan dalam firman-Nya: "Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk satu sama lain." (Al-Kahfi: 99) Bahwa hal ini merupakan permulaan hari kiamat, kemudian ditiup lagi sangkakala. (Al-Kahfi: 99) Yakni sesudah peristiwa itu. "Lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya." (Al-Kahfi: 99)
Ulama lain berpendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: "Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk satu sama lain." (Al-Kahfi: 99) Bahwa hal ini menceritakan tentang jin dan manusia pada hari kiamat nanti, mereka bercampur aduk dengan yang lain menjadi satu. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Humaid, dari Ya'qub Al-Qummi, dari Harun ibnu Antrah, dari seorang guru dari kalangan Bani Fazzarah sehubungan dengan makna firman-Nya: "Kami biarkan mereka di hari itu bercampuraduk satu sama lain." (Al-Kahfi: 99) Bahwa apabila jin dan manusia bercampur aduk menjadi satu, iblis berkata, "Aku akan mencari berita tentang perkara ini buat kalian." Maka iblis pergi ke arah Timur, ia menjumpai para malaikat telah menghadangnya.
Kemudian iblis pergi ke arah barat, maka ia menjumpai para malaikat yang telah menjaga bumi kawasan itu. Iblis berkata, "Tidak ada jalan." Lalu ia pergi ke arah kanan dan kiri sampai ke ujung dunia, maka ia menjumpai para malaikat menjaganya, hingga iblis berkata, "Tidak ada jalan bagiku." Ketika iblis dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba di tengah jalan muncul sesuatu seperti jaring, maka jaring itu menangkap iblis dan keturunannya. Ketika iblis dan keturunannya telah masuk ke dalam perangkap itu, tiba-tiba neraka bergejolak, dari dalamnya Allah mengeluarkan salah seorang malaikat penjaganya. Malaikat itu berkata : "Hai iblis, bukankah dahulu kamu mempunyai kedudukan di sisi Tuhanmu, bukankah kamu dulu tinggal di dalam surga?" Iblis menjawab, "Hari ini bukanlah hari celaan. Seandainya Allah memfardukan kepada diriku suatu kewajiban, niscaya aku akan menyembah-Nya dalam menunaikan kewajiban itu dengan amal ibadah yang belum pernah dilakukan oleh siapa pun dari kalangan makhluk-Nya." Malaikat penjaga neraka itu berkata, "Sesungguhnya Allah telah memfardukan kepadamu suatu kewajiban." Iblis bertanya, "Kewajiban apakah itu?" Malaikat menjawab, "Allah memerintahkan kepadamu agar masuk neraka." Maka malaikat itu mengibaskan sayapnya kepada iblis dan keturunannya, sehingga iblis dan keturunannya terlempar ke dalam neraka.
Saat itu neraka bergemuruh menggelegar dengan suara yang dahsyat; tiada seorang malaikat terdekat, dan tiada seorang nabi yang diutus pun melainkan terduduk bersedekap di atas lututnya (karena ketakutan). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim melalui hadits Ya'qub Al-Qummi dengan sanad yang sama. Kemudian ia meriwayatkannya pula melalui jalur lain, dari Ya'qub, dari Harun, dari Antrah, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: "Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk sama lain." (Al-Kahfi: 99) Bahwa makna yang dimaksud adalah jin dan manusia bercampur aduk satu sama lain menjadi satu.
Imam Tabrani mengatakan telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnul Abbas Al-Asbahani, telah menceritakan kepada kami Abu Mas'ud Ahmad ibnul Furat, telah menceritakan kepada kami Abu Daud At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Al-Mughirah ibnu Muslim, dari Abu Ishaq, dari Wahb ibnu Jabir, dari Abdullah ibnu Amr, dari Nabi ﷺ yang bersabda: "Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj dari keturunan Adam. Seandainya mereka dilepas, tentulah mereka akan membuat kerusakan di kalangan manusia terhadap penghidupannya.Tiada seorang pun dari mereka mati melainkan meninggalkan keturunannya dalam jumlah seribu atau lebih. Dan sesungguhnya di belakang mereka terdapat tiga umat (golongan), yaitu Tawil, Tayis, dan Mansak." Hadits ini berpredikat garib, bahkan munkar lagi daif.
Imam Nasai telah meriwayatkan melalui hadits Syu'bah, dari An-Nu'man ibnu Salim, dari Amr ibnu Aus, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu Aus ibnu Abu Aus) secara marfu': "Sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj mempunyai kaum wanita yang mereka setubuhi sesukanya, dan mempunyai pepohonan yang mereka cangkokkan sesukanya.Tidaklah mati seseorang dari mereka melainkan meninggalkan keturunannya sebanyak seribu lebih."
Firman Allah ﷻ: "Kemudian ditiup lagi sangkakala." (Al-Kahfi: 99) As-Sur atau sangkakala sebagaimana disebutkan di dalam hadits berupa terompet yang berbentuk tanduk, dan yang ditugaskan untuk meniupnya ialah Malaikat Israfil a.s. Hadits-hadits yang menerangkan hal ini cukup banyak, sebagian darinya telah disebutkan, antara lain ialah sebuah hadits dari Atiyyah, dari Ibnu Abbas dari Abu Sa'id secara marfu' menyebutkan: "Mana mungkin saya merasa senang, sedangkan malaikat pemegang sangkakala telah meletakkan sangkakalanya ke dalam mulutnya seraya mengernyitkan dahinya menunggu perintah yang didengarnya." Lalu para sahabat bertanya," Maka apakah yang harus kami ucapkan?". Rasulullah ﷺ bersabda: "Cukuplah Allah (Penolong) bagi kita, Dia sebaik-baik Pelindung, hanya kepada Allah-lah kita bertawakal."
Firman Allah ﷻ: "Lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya." (Al-Kahfi: 99) Yakni Kami hadirkan semuanya untuk perhitungan amal perbuatan. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: "Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal’." (Al-Waqi'ah: 49-50) "Dan Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorangpun dari mereka." (Al-Kahfi: 47)"
Bila saat itu tiba, semua yang ada di bumi akan hancur, dan pada hari itu Kami biarkan mereka, yaitu Yakjuj dan Makjuj, berbaur antara satu dengan yang lain tanpa penghalang apa pun karena dinding kukuh itu telah hancur. Ketika mereka sudah bercampur baur dan sangkakala ditiup untuk yang kedua kali, akan Kami kumpulkan mereka semuanya di Padang Mahsyar, tempat pertemuan semua makhluk ketika itu. 100. Peniupan sangkakala kedua menandakan dimulainya hari kebangkitan. Pada saat itu, Yakjuj-Makjuj dan semua manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Banyak peristiwa yang terjadi setelah itu. Dan Kami perlihatkan neraka Jahanam sebagai tempat pembalasan kepada semua orang kafir tanpa terkecuali, dengan gambaran yang jelas pada hari itu agar mereka mengetahui balasan atas perbuatan mereka dahulu.
Pada hari hancurnya benteng besi itu, maka keluarlah Yakjuj dan Makjuj muncul dari belakang benteng gelombang demi gelombang, merusak tanaman dan harta benda seperti yang tersebut dalam firman Allah:
"Hingga apabila (tembok) Yakjuj dan Makjuj dibukakan dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi." (al-Anbiya`/21: 96)
Pada hari terbukanya tembok itu Kami biarkan mereka bercampur aduk dalam keadaan kacau balau, kemudian situasi itu akan mengingatkan penghuni bumi ketika ditiup sangkakala oleh malaikat Israfil pada hari Kiamat, lalu dikumpulkan mereka di padang Mahsyar untuk diadili. Sesuai dengan firman Allah:
Katakanlah, "(Ya), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian, pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu, pada hari yang sudah dimaklumi." (al-Waqi'ah/56: 49-50)
Dan firman Allah:
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (al-Kahf/18: 47).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TANDA KIAMAT TELAH DEKAT
Perhatikanlah ayat 98 sebagai perkataan yang keluar dari Dzulqarnain setelah benteng atau bendungan yang teguh itu selesai beliau bangunkan. Beliau berkata bahwa suatu waktu kelak tidak akan ada guna benteng itu lagi. Betapapun kuatnya sekarang, jika datang ketentuan Allah itu, dia akan sama rata saja dengan bumi. Artinya tidak ada lagi nilainya dari segi pertahanan, sebagaimana yang kita lihat pula pada dinding Tembok Cina yang terkenal itu, yang dikerjakan dengan tenaga manusia beribu-ribu dan bertahun-tahun dan beribu kilometer pula panjangnya.
Sekarang hanya jadi sejarah belaka. Karena Tanah Tiongkok yang besar tidak akan dapat dipertahankan lagi dengan benteng seperti demikian, dari sangat majunya alat-alat penyerbuan perang di darat, di laut, dan di udara.
Demikianlah seterusnya yang akan kejadian di antara manusia, zaman demi zaman.
Ayat 99
“Maka Kami tinggalkan sebagian dari mereka pada hari itu menggelombang kepada yang sebagian."
Di sini terdapat kalimat yamuju terambil dari kata mauj, yaitu gelombang atau ombak. Allah telah memilih kalimat itu untuk menempatkan bagaimana keadaan manusia di akhir zaman. Batas-batas kepulauan, benua, dan tanah dan kian lama kian hilang dari bertambahnya kemajuan alat-alat pengangkutan. Tidakada satu negeri lagi yang dapat mempertahankan darah keturunan, atau suku dan saka. Kadang-kadang bergelombanglah suatu bangsa berpindah, memboyong dari satu negeri ke lain negeri. Baik karena desakan hidup, mencari tempat kediaman yang subur, seperti selalu terjadi dalam sejarah, ataupun penyerbuan dari sebab peperangan. Ingat saja seperti gelombang besar masuknya tentara Napoleon 800.000 banyaknya, ketika Penyerangan Moskow pada abad kesembilan belas. Ingat saja peperangan-peperangan besar yang terjadi sesudah abad kedua puluh ini dua kali. Kadang-kadang berjuta manusia menggelombang ke atas manusia yang lain. Ada yang terdesak kalah, ada yang habis terhimpit.
Dalam abad kedua puluh ini saja dapatlah kita perhatikan, “Sebagian mereka di hari itu bergelombang ke atas sebagian yang lain" Sehingga gelisahlah dunia ini, beradu, berjumpa, dan berjumpak! Berkonfrontasi. Dan sehari ke sehari kita sebagai manusia yang berakal merasakan betapa hebatnya kegelisahan yang menimpa dunia di masa ini. Setiap waktu dipelopori oleh negara yang besar-besar, orang bersedia akan perang! Akan bergelombang berombak lagi!
“Dan akan ditiup serunai sangkakala" Sesudah entah berapa tahun berhanyut-hanyut, berombak bergelombang, yang sebagian hendak menindas yang lain, bergelombang di atas gelombangnya, maka akan berbunyilah serunai sangkakala. Terompet panggilan atau Sirene pemberitahuan bahwa Kiamat itu telah dekat masanya!
“Maka Kami himpunkanlah mereka sebenar-benar berhimpun."
Berapa lama lagikah masanya itu? Seorang pun tidak ada yang dapat menjawabnya, wa-lau Nabi sekalipun! Sebab ukuran waktu bagi Allah lain dengan ukuran waktu bagi kita. Kita mengukur waktu dengan patokan Bumi mengelilingi matahari 24 jam sehari semalam, yang dikumpul menjadi perhitungan bulan dan tahun, sedang kekuasaan Allah meliputi kepada beribu warga matahari lagi, bahkan ada yang lebih besar dari matahari kita.
Berkumpul sebenar-benar berkumpul, artinya tidak ada yang akan ke-tinggalan dan tidak akan ada perbedaan penghargaan. Karena semua manusia sama di sisi Allah. Cuma di atas dunia ini juga manusia yang kerapkali meminta keistimewaan penghargaan. Maka ketika akan menghadapi perhitungan dan penelitian amal, akan samalah segala orang, tidak ada yang mendapat kekecualian.
Ayat 100
“Dan Kami pentunjukkan nenaka Jahannam pada hari itu kepada orang-orang yang kafir sejelas-jelasnya."
Sebelum dimasukkan ke dalamnya, kepada orang-orang kafir itu telah dipertunjukkan lebih dahulu neraka Jahannain itu, tetapi mereka akan disiksa, sehingga menambah kengerian dan ketakutan. Cobalah pikirkan sendiri, jika dimisalkan sementara hidup di atas dunia ini, kepada orang yang akan dihukum gantung telah diperlihatkan lebih dahulu alat-alat penghukum yang tak dapat tidak mesti dinaikinya.
Di sini dijelaskan lagi siapakah orang-orang yang dikatakan kafir itu?
Ayat 101
“(Yaitu) orang-orang yang mata mereka tertutup dart memerhatikan peringatan-Ku."
Meskipun mata itu nyalang dan banyak yang dapat dilihat di sekeliling dirinya peringatan dari Allah tentang nasib buruk orang yang tidak mau mengacuhkan bimbingan Allah, atau kebahagiaan hidup dan ketenteraman jiwa orang yang taat kepada Allah, matanya tertutup dari itu. Dia tidak melihat itu, dia tidak memedulikan.
“Dan adalah mereka tidak sanggup mendengar."
Tidak sanggup mendengar artinya bahwa tiap-tiap dibicarakan orang di hadapannya suatu seruan kebenaran, tidak sanggup telinganya mendengarkan, karena hidupnya telah terpukau oleh nafsu-nafsu yang jahat, sampai itu dia merasa berat akan meninggalkan kejahatan itu. Sebab dia merasa lebih baik jangan didengarkan saja seruan-seruan orang kepada Kebenaran itu. Seumpama seorang diajak mendengarkan ajaran-ajaran agama dia tidak mau menuruti ajakan itu karena dia takut kata-kata guru yang mengajar itu akan menyindir dirinya saja. Atau mengancam akan masuk neraka barangsiapa yang melanggar perintah Aliah. Sehingga ada mereka yang mencela ahli-ahli dakwah itu, katanya tidak pandai menarik hati orang, hanya mengancam saja. Padahal yang disampaikan itu bukanlah kehendak orang yang mengatakan itu, melainkan seruan Allah jua, namun telinganya tidak sanggup mendengarkannya, dia takut dikritik.
Ayat 102
“Apakah menyangka orang-orang yang kafir Itu bahwa boleh mereka mengambil hamba-hamba-Ku, selain Aku, menjadi pelindung."
Pangkal ayat ini bersifat pertanyaan yang mengandung peningkaran. Tidak seorang pun selain dari Allah yang akan dapat melindungi manusia di segala waktu dan di segala tempat.
Tidak di dunia dan apatah lagi di akhirat. Ketika itu manusia akan berhadapan dengan Allah, akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan di kala hidup di dunia. Maka segala berhala, segala manusia yang dipuja-puja atau barang benda yang dijadikan pujaan dan persembahan selain dari Allah, tidak ada satu pun yang dapat melindungi pada waktu itu. Semuanya menjadi kecil tidak ada arti di hadapan kekuasaan mutlak Allah.
“Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam untuk orang-orang yang kafir menjadi kediaman."
Kalau di dalam ayat 100 di atas tadi diterangkan bahwa Jahannam baru akan diper-tunjukkan saja, maka dalam ayat 102 ini Jahannam tidak lagi semata-mata dipertunjukkan, sebab pemeriksaan sudah bertambah dekat selesai dan orang yang bersangkutan sendiri pun sudah kian merasa jelas ke mana mereka akan dikirim. Kediamannya sudah disediakan, Jahannam!
Ayat 103
“Katakanlah, Sukakah kamu, Kami beritahukan kepada kamu yang serugi-rugi amalan?"
Yaitu amalan atau usaha yang menghabiskan tenaga, padahal hasilnya tidak ada, bahkan mengecewakan dan merugikan.
Ayat 104
"(Yaitu) orang-orang yang sesat usahanya di kata hidup di dunia, padahal mereka menyangka bahwa mereka telah mengerjakan yang baik."
Tenaga sudah habis, padahal sejak semula telah sesat memilih jalan. Allah telah menunjukkan dan memimpinkan jalan yang lurus dan bahagia, mereka tidak mau menempuh jalan itu. Mereka membuat jalan sendiri semaunya. Mereka mendahulukan kehendak hati sendiri dan mengabaikan dan tidak mengacuhkan tuntunan Allah. Akhirnya bertemulah sebagai pepatah, “Arang habis besi binasa, tukang mengembus payah saja."
Ayat 105
“Mereka itulah orang-orang yang tidak percaya kepada ayat-ayat Allah, mereka dan kepada pertemuan dengan Dia."
Ayat-ayat Allah, baik yang berupa tanda-tanda kebesaran Ilahi ataupun yang berupa perintah, tidak mereka acuhkan. Mereka mengambil tindakan sendiri tanpa memperhatikan bimbingan Allah, dan tidak terbuka dalam perbuatan mereka kepercayaan mereka bahwa sesudah hidup yang sekarang mereka pasti berhadapan dengan Allah untuk mempertanggungjawabkan amalannya."Maka gugurlah amalan-amalan mereka."
Di sini terdapat perkataan habithat yang kita artikan gugur dan dalam bahasa yang popular di Minangkabau ialah melepas hawa.
Arti habithat ialah laksana perut yang gembung besar karena masuk angin. Kelihatan sepintas lalu perutnya besar karena kenyang, padahal isinya hanya angin! Serupa dengan orang yang ditimpa penyakit busung lapar. Maka gugurlah amalan yang tidak mempunyai rencana yang diridhai oleh Allah! Perut gembung isinya tak ada. Akhirnya jadi penyakit. Angin keluar, dan perut yang buncit jadi kempis dan yang keluar itu sangatlah busuknya!
“Seraya tidak akan Kami adakan bagi mereka pertimbangan di hari Kiamat."
Sudah pasti begitulah jadinya. Yaitu tidak akan ada amalannya yang patut masuk timbangan di hari Kiamat, karena amalan itu hanya besar bungkus tak berisi. Tidak ada vang penting buat dimasukkan ke dalam mizan (timbangan), tidak ada harganya!
Inilah yang tersebut di dalam sebuah hadits yang dirawikan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,
“Dari Abu Hurairah, Berkata dia, berkata Nabi ﷺ, “Sesungguhnya akan datanglah seorang laki-laki besar dan gemuk di hari Kiamat itu kelak namun berat timbangannya di sisi Allah tidaklah sampai seberat sehelai sayap nyamuk." (HR Bukhari dan Muslim)
Ayat 106
“Demikianlah jadinya! Ganjaran mereka itu ialah Jahannam dart sebab apa yang telah mereka kafirkan itu."
Kalau di ayat 100 Jahannam baru dipertunjukkan dan di ayat 102 Jahannam sudah disediakan maka di ayat 106 Jahannam sudah dijadikan ganjaran yang tidak dapat mereka elakkan lagi. Karena segala sesuatu sejak pemeriksaan yang pertama dijalankan dengan saksama dan adil.
“Dan mereka telah mengambil ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku jadi olok-olok."
Mengolok-olokkan ayat-ayat Allah dan rasul-rasul Allah adalah karena kesombongan dan tidak tahu diri, menyangka bahwa hidup itu hanyalah apa yang dihadapi sekarang, tidak ada pegangan dan tidak ada ingatan akan hari esok.
Maka sangatlah penting rentetan ayat-ayat ini menjadi perhatian kita. Yang selalu mencelakakan kita di dalam hidup ini ialah karena tidak tahu diri itu. Karena kesombongan dan tidak mengukur kekuatan, karena tidak mengambil pengajaran dari sesama manusia yang gagal dalam hidup karena kesalahannya. Padahal nanti datanglah penyesalan pada saat yang nasi sudah jadi bubur.