Ayat
Terjemahan Per Kata
حَتَّىٰٓ
sehingga
إِذَا
tatkala
بَلَغَ
dia sampai
مَطۡلِعَ
tempat terbit
ٱلشَّمۡسِ
matahari
وَجَدَهَا
dan dia mendapatkannya
تَطۡلُعُ
ia terbit
عَلَىٰ
atas/pada
قَوۡمٖ
kaum
لَّمۡ
tidak
نَجۡعَل
Kami jadikan
لَّهُم
bagi mereka
مِّن
dari
دُونِهَا
selain ia (matahari)
سِتۡرٗا
menutupi/melindungi
حَتَّىٰٓ
sehingga
إِذَا
tatkala
بَلَغَ
dia sampai
مَطۡلِعَ
tempat terbit
ٱلشَّمۡسِ
matahari
وَجَدَهَا
dan dia mendapatkannya
تَطۡلُعُ
ia terbit
عَلَىٰ
atas/pada
قَوۡمٖ
kaum
لَّمۡ
tidak
نَجۡعَل
Kami jadikan
لَّهُم
bagi mereka
مِّن
dari
دُونِهَا
selain ia (matahari)
سِتۡرٗا
menutupi/melindungi
Terjemahan
Hingga ketika sampai di posisi terbitnya matahari (arah timur), dia mendapatinya terbit pada suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari (cahaya) matahari itu.
Tafsir
(Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbitnya matahari) tempat matahari terbit (dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat) mereka adalah bangsa Zunuj atau orang-orang Indian (yang Kami tidak menjadikan bagi mereka dari sinarnya) yaitu dari sinar matahari (sesuatu yang melindunginya) baik berupa pakaian atau pun atap-atap. Karena sesungguhnya tanah tempat mereka tinggal tidak dapat menopang bangunan, dan mereka hanya mempunyai tempat perlindungan berupa liang-liang, di tempat tersebut mereka masuk bila matahari terbit, dan bila matahari telah tinggi baru mereka keluar dari liang-liang itu.
Tafsir Surat Al-Kahfi: 89-91
Kemudian dia menempuh suatu jalan (lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari sekelompok umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. Demikianlah, dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala sesuatu yang ada padanya.
Allah ﷻ menceritakan bahwa kemudian Zulqarnain menempuh suatu jalan lain, ia berjalan dari sebelah bumi bagian Barat menuju ke belahan bumi bagian Timur tempat terbitnya matahari. Tersebutlah bahwa setiap kali dia menjumpai suatu umat pastilah umat itu dikalahkan dan dikuasai olehnya, lalu ia menyeru mereka untuk menyembah Allah ﷻ. Jika mereka taat kepadanya, mereka dibebaskan; dan jika mereka tidak taat, maka mereka diperangi dan semua harta serta barang milik mereka dirampas.
Dia mengambil dari setiap umat yang dikalahkannya sebagian golongan yang digunakannya untuk membantu pasukannya dalam memerangi negeri tetangga yang berdekatan dengan mereka. Di dalam kisah Israiliyat disebutkan bahwa Zulqarnain hidup selama seribu enam ratus tahun, sebagian besar usianya digunakannya untuk menjelajah minangkori ke seluruh belahan bumi, hingga sampai di belahan Timur dan Baratnya. Ketika perjalanannya sampai di tempat terbitnya matahari, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "Dia mendapati matahari itu menyinari sekelompok umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang menghalanginya dari (cahaya) matahari itu." (Al-Kahfi: 90) Maksudnya mereka tidak mempunyai rumah untuk tempat istirahatnya, dan tidak ada pepohonan yang menjadi naungan mereka dari sengatan panas matahari yang sangat panas.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka berkulit merah lagi bertubuh pendek, tempat tinggal mereka di gua-gua, sedangkan penghidupan mereka dari berburu ikan. Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Abu Silt, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan ditanya mengenai makna firman-Nya: "Yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu." (Al-Kahfi: 90) Maka Al-Hasan menjawab, "Tanah tempat tinggal mereka tidak dapat menyangga bangunan. Apabila matahari terbit, mereka masuk ke dalam air (menyelam): dan apabila matahari tenggelam, mereka keluar dan merumput sebagaimana hewan ternak." Al-Hasan mengatakan bahwa demikian itu menurut hadits Samurah.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa mereka tinggal di suatu tempat dari belahan bumi ini yang tanahnya tidak dapat menumbuhkan sesuatu pun bagi mereka. Apabila matahari terbit, mereka masuk ke dalam liang-liangnya (lubang-lubangnya); dan apabila matahari tenggelam, mereka keluar dan mencari penghidupannya.
Salamah bin Kahil mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai tempat bersembunyi; apabila matahari terbit, maka sinar matahari langsung mengenai mereka. Seseorang dari mereka mempunyai dua telinga lebar, yang salah satunya digunakan untuk hamparannya, sedangkan yang lain digunakan untuk pakaiannya (selimutnya).
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: "Dia mendapati matahari itu menyinari sekelompok umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu." (Al-Kahfi: 90) Bahwa mereka adalah orang-orang Indian.
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: "Dia mendapati matahari itu menyinari sekelompok umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu." (Al-Kahfi: 90) Bahwa mereka sama sekali tidak pernah membuat bangunan apa pun diatasnya, begitu juga Zulqarnain tidak membangun suatu bangunan pun diatasnya. Apabila matahari terbit, mereka masuk ke dalam liang-liang tempat tinggalnya hingga matahari berada di tengah langit, atau mereka masuk ke dalam laut.
Demikian itu karena tanah tempat tinggal mereka tidak berbukit. Suatu ketika datanglah sejumlah pasukan ke tempat mereka, maka para penduduknya berkata kepada pasukan itu, "Janganlah kamu berada di tempat ini ketika matahari dalam keadaan terbit." Pasukan itu berkata, "Kami tidak akan meninggalkan tempat ini sampai matahari terbit, tetapi apakah tulang-tulang ini?." Para penduduk tempat itu berkata,"Ini adalah bekas bangkai suatu pasukan yang berada di tempat ini saat matahari sedang terbit, akhirnya mereka semua mati kepanasan." Ibnu Jarir melanjutkan kisahnya, bahwa akhirnya pasukan itu lari tunggang langgang meninggalkan tempat itu menuju kawasan lainnya.
Firman Allah ﷻ: "Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala sesuatu yang ada padanya." (Al-Kahfi: 91) Mujahid dan As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan khubran adalah ilmu, yakni Kami melihat semua keadaan Iskandar Zulqarnain dan menyaksikan segala perbuatan yang dilakukan oleh pasukannya, tiada satu pun keadaan mereka yang tersembunyi dari pengetahuan Kami, sekalipun mereka berada di mana-mana dan sampai di penghujung dunia, karena sesungguhnya Allah ﷻ telah berfirman dalam ayat lainnya: "Tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit." (Ali Imran: 5)"
Zulkarnain melanjutkan perjalanan hingga suatu ketika dia sampai di kawasan timur, yaitu tempat terbit matahari. Di daerah itu didapatinya matahari bersinar di atas suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari terik dan panasnya cahaya matahari itu. 91. Demikianlah kisah perjalanan Zulkarnain dan semua perilakunya, baik ketika dia menuju ke barat maupun timur. Dan sesungguhnya Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya dan diperbuatnya.
Ayat menjelaskan bahwa Zulkarnain menempuh jalan ke arah Timur. Setelah ia sampai ke pantai Afrika sebelah barat, lalu ia kembali menuju ke arah timur sehingga sampailah ia ke tempat terbitnya matahari di sekitar negeri Tiongkok di mana ia menjumpai segolongan umat manusia yang hidupnya tidak di bawah bangunan rumah dan tidak ada pula pohon-pohon menaunginya dari panasnya matahari. Mereka langsung mendapat sorotan cahaya matahari karena tidak terlindung oleh atap atau bukit-bukit yang berada di sekitarnya. Mereka pada siang hari berada dalam lubang-lubang di bawah tanah dan baru muncul di atas permukaan bumi setelah matahari terbenam, untuk mencari penghidupannya. Keadaan mereka jauh berbeda sekali dengan penghuni dunia yang lainnya, karena mereka hidupnya masih primitif dan tidak mempunyai bangunan untuk tempat tinggal.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
DZULQARNAIN (YANG EMPUNYA DUA TANDUK)
Setelah mereka tanyakan tempo hari tentang orang-orang yang berdiam di dalam gua atau ngalau, atau kahfi, ada lagi yang akan mereka tanyakan.
Ayat 83
“Dan meieka akan bertanya kepada engkau dari hal Dzydgawain."
Dzulqarnain yang berarti yang empunya dua tanduk. Mereka akan bertanya apakah artinya itu? Dan siapakah orangnya? Di mana kejadiannya dan bilakah?
“Katakanlah, “Aku akan bacakan kepada kamu darihal itu, suatu ingatan “
Artinya, bahwa pertanyaan kamu itu akan aku jawab dan aku akan membacakan atau mengulangkan kepada kamu suatu ingatan, atau satu kenangan atau suatu cerita yang tak dapat dilupakan.
Ayat 84
“Sesungguhnya telah Kami teguhkan dia di bumi."
Artinya ialah bahwa Kami, yaitu Allah, telah memberikan kepada orang yang bergelar Dzulqarnain itu kekuasaan yang teguh di muka bumi, yang tidak dapat digoyangkan lagi oleh musuh-musuhnya, yang boleh juga diartikan secara modern telah mempunyai pemerintahan yang stabil.
“Dan telah Kami berikan kepadanya dari tiap-tiap sesuatu akan jalannya."
Artinya, bahwa Allah telah membukakan selalu baginya pintu-pintu kekayaan, terbuka saja jalan-jalannya. Ke mana saja dia melangkah kaki atau mengatur siasat penaklukan, semuanya terbuka jalan.
Ini menandakan bahwa dia pun adalah seorang raja atau penguasa yang cerdik dan mempunyai sifat-sifat kepahlawanan yang lain.
Ayat 85
“Maka diambilnyalah suatu jalan."
Artinya, bahwa di dalam banyak jalan menuju kemenangan dan kejadian yang terbuka itu diambilnyalah satu jalan. Disusunnya satu siasat, dibuatnya satu rencana, lalu dia keluar dari dalam kota pemerintahannya dengan tentaranya yang besar.
“Sehingga bilamana telah sampai ke tempat terbenam matahari."
Ayat 86
Tegasnya ... sebelah baiat.
“Didapatinya dia terbenam di mata air yang hitam.''
Di dalam ayat ini jelas bahwa dia sampai di ujung perjalanan di sebelah barat, dia melihat ke ufuk, tampaklah matahari itu terbenam ke dalam mata air yang hitam, atau ke dalam laut yang tidak tentu lagi di mana ujungnya, sebab tidak ada lagi tanah daratan. Yang tampak hanya lautan dan bertambah terbenam matahari itu bertambah hitamlah warna laut bercampur merah darah cahaya matahari. Besar kemungkinan bahwa laut ini ialah Lautan Atlantik, yang biasa juga disebut Bahruzh Zhulumat, Lautan Gelap."Dan didapatinya di sisinya ada suatu kaum." Di tempat perhentian sebelah barat yang tak dapat perjalanan diteruskan lagi itu, karena hanya menghadapi lautan yang hitam ada rupanya suatu kaum, atau suatu penduduk. Jadi adalah rupanya tempat itu didiami manusia. Menurut Ibnu Juraij dalam tafsirnya, penduduk negeri itu adalah kira-kira 12.000 rumah tangga."‘Kami berfirman,
“Hai Dzgufawaini Baik pun engkau siksa atau engkau adakan pada mereka kebaikan."
Artinya ialah bahwa setelah Dzulqarnain masukke dalam negeri sebelah barat itu dengan balatentaranya yang besar dan penduduknya tidak mengadakan perlawanan, jatuhlah mereka ke dalam wilayah kekuasaannya. Dan kekuasaan itu telah diridhakan oleh Allah, sehingga Allah menyerahkan kepada pertimbangannya sendiri hukum apakah yang akan dilakukannya dalam negeri yang telah dikuasainya itu.
Sebagai seorang penguasa yang telah menang dan dapat menguasai, sikap apakah yang akan diambilnya terhadap kepada bangsa yang telah ditaklukkannya.
Terserah kepadanya, baik bangsa yang kalah itu akan disiksanya atau dia akan berlaku baik kepada mereka. Kalau dia seorang penakluk yang bijaksana, niscaya dia akan menaburkan kasih sayang kepada bangsa taklukkan itu. Tetapi kalau dia seorang penguasa yang mabuk oleh kemenangan sehingga lupa akan pertolongan Allah kepadanya, tentu akan diperlihatkannya kerakusan yang akan menimbulkan benci orang yang telah ditaklukkan itu.
“Dia berkata." Artinya Dzulqarnain menjawab apa yang dipersilakan Allah kepadanya itu.
Ayat 87
“Adapun siapa yang aniaya, maka akan kami siksalah dia."
Dengan penjawaban yang begini ternyata Dzulqarnain penakluk yang akan berlaku adil kepada rakyat yang dia taklukkan. Lebih dahulu akan diadakan pemeriksaan. Maka yang bersalah akan dihukum, akan disiksa dengan siksaan yang pantas menurut hukum dunia,
“Kemudian dikembalikan dia kepada Tuhannya, lalu diadzab-nya dia dengan adzab yang sengsara."
Dail jawaban yang ini pun ternyata bahwa Dzulqarnain ini ternyata seorang yang ber-agama. Tentu saja agamanya itu agama kesatuan turun-temurun yang telah dibawa oleh para rasul dan nabi, yaitu percaya bahwa di samping hukum dunia yang fana ini ada lagi hukum yang akan.diterima dan sisi Allah sendiri di akhirat. Dan penaksiran ini pun dikuatkan oleh jawabannya selanjutnya,
Ayat 88
“Dan adapun barangsiapa yang beriman dan benamat saleh, maka untuknya adalah ganjalan yang baik."
Dengan ini Dzulqarnain menjanjikan bahwa akan menghargai kejujuran dan jasa-jasa yang baik pada rakyatnya itu dan dia tidak akan berlaku aniaya,
“Dan akan Kami kolakan kepadanya, dan apa yang akan Kami penintahkan dengan kata-kata yang mudah."
Ini pun menunjukkan satu siasat yang tinggi. Bahwa kalau rakyatnya itu jujur, tunduk kepada perintah, penguasa pun mesti berlaku adil dan kasih kepada mereka. Yang berjasa hendaklah dihargai. Orang-orang yang beriman, hendaklah digalakkan dalam imannya, dan hendaklah penguasa menunjukkan sukacitanya jika rakyatnya berbuat amal yang saleh, atau karya yang berfaedah, baik untuk dirinya ataupun untuk masyarakatnya. Di samping itu jika menjatuhkan suatu perintah hendaklah dengan perkataan yang mudah dipahamkan oleh rakyat, jangan perintah yang membingungkan, apatah lagi perintah yang tidak akan dapat dipikul terlalu memberati.
Ayat 89
“Kemudian diambilnya (pula) satu jalan (lain)."
Artinya, setelah selesai Dzulqarnain menaklukkan negeri yang sebelah barat, tempat matahari terbenam ke dalam lautan yang kelam itu, baginda pun kembali ke pusat ke-rajaannya, lalu mengatur rencana baru pula, atau menempuh jalan yang baru pula. Berangkat lagi diiringkan oleh tentaranya yang gagah perkasa, menuju ke jurusan lain.
Ayat 90
“Sehingga apabila telah sampai ke tempat terbil matahari"
Di pangkal ayat ini jelaslah bahwa perjalanan yang baginda tuju sekarang ialah ke sebelah timur, sesudah dahulu ke sebelah barat."Didapatinya dia terbit pada suatu kaum." Melihat apa yang diuraikan dalam ayat ini terang sekali bahwa ujung perjalanan ke timur itu tertunduk ke satu negeri. Nyatalah bahwa negeri itu bukan lagi terletak di pinggir lautan, sebagai yang baginda dapati di barat dahulu. Mungkin negeri sebelah timur itu berlatar belakang padang pasir yang amat luas dan kering yang sudah sukar buat ditempuh manusia. Baginda terhenti hingga di situ; lalu ditaklukkannya pula negeri itu. Disebutkan di ujung ayat iklim negeri itu.
“Yang tidak Kami adakan untuk mereka satu perlindungan pun dari dia."
Tidak ada satu perlindungan pun dari matahari. Sebab itu jelaslah bahwa hawa udara negeri itu amat panas dan latar belakang negeri itu padang pasir. Sebab ketika matahari naik tak ada suatu yang melindungi mereka. Seumpama gunung, mungkin tempat ini di sebelah timur Afrika. Mungkin juga penduduk di sana belum mengenal pakaian sehingga tidak terlindung badan mereka dari cahaya matahari.
Negeri itu pun ditaklukkan pula, dijalankan hukum yang adil, yang bersalah melanggar perintah raja atau mengacaukan keamanan masyarakat, atau tidak tunduk kepada yang berkuasa akan dihukum dengan berat. Yang berjasa dan beriman, beramal saleh berbuat baik mendapat pula penghargaan yang setimpal, sebagaimana yang baginda jalankan peraturannya di negeri sebelah barat tempat matahari terbenam ke laut yang kelam itu.
Maka berfirmanlah Allah tentang kebijaksanaan pemerintahan Dzulqarnain itu pada ayat selanjutnya, “Demikianlah!" Yaitu demikianlah yang telah dilakukan oleh Dzulqarnain di dalam ia menaklukkan negeri, baik ke jurusan barat atau ke jurusan timur.
Ayat 91
“Demikianlah, sesungguhnya pengetahuan Kami telah meliputi segala yang ada padanya itu"
Ayat 91 ini memberikan isyarat bahwa kebijaksanaan Dzulqarnain dalam menaklukkan suatu negeri itu adalah dalam pengetahuan Allah, atau mendapat restu dari Allah.