Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Musa) berkata
إِن
jika
سَأَلۡتُكَ
aku menanyakan kepadamu
عَن
dari/tentang
شَيۡءِ
sesuatu
بَعۡدَهَا
sesudahnya
فَلَا
maka janganlah
تُصَٰحِبۡنِيۖ
kamu menjadikan aku sahabat
قَدۡ
sesungguhnya
بَلَغۡتَ
kamu telah sampai/cukup
مِن
dari
لَّدُنِّي
sisiku/kepadamu
عُذۡرٗا
beralasan
قَالَ
(Musa) berkata
إِن
jika
سَأَلۡتُكَ
aku menanyakan kepadamu
عَن
dari/tentang
شَيۡءِ
sesuatu
بَعۡدَهَا
sesudahnya
فَلَا
maka janganlah
تُصَٰحِبۡنِيۖ
kamu menjadikan aku sahabat
قَدۡ
sesungguhnya
بَلَغۡتَ
kamu telah sampai/cukup
مِن
dari
لَّدُنِّي
sisiku/kepadamu
عُذۡرٗا
beralasan
Terjemahan
Dia (Musa) berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas (yang wajar dalam) memberikan uzur (maaf) kepadaku.”
Tafsir
Oleh sebab itu maka (berkatalah Musa, "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini) sesudah kali ini (maka janganlah kamu menemani aku lagi) artinya janganlah kamu mengikuti aku lagi (sesungguhnya kamu telah cukup memberikan kepadaku) dapat dibaca Ladunii atau Ladunnii, artinya dari pihakku (udzur") alasan agar aku berpisah denganmu.
Tafsir Surat Al-Kahfi: 75-76
Khidir berkata, "Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku." Musa berkata, "Jika aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberiku uzur."
Firman Allah ﷻ: Khidir berkata,"Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku." (Al-Kahfi: 75) Jawaban ini merupakan pengukuhan terhadap syarat pertama yang telah diajukan. Karena itulah Musa mengatakan: "Jika aku bertanya lagi padamu tentang sesuatu sesudah ini." (Al-Kahfi: 76) Yakni sesudah ini jika saya menanyakan sesuatu lagi kepadamu. "Maka janganlah kamu membolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberiku uzur." (Al-Kahfi: 76) Maksudnya, kamu sudah memberi maaf kepadaku dan itu sudah cukup.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, dari Hamzah Az-Zayyat, dari Abu Ishaq, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Ubay ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ apabila menyebut seseorang, lalu beliau berdoa untuknya, maka doanya itu dimulainya untuk dirinya sendiri.
Pada suatu hari Nabi ﷺ bersabda: "Semoga rahmat Allah terlimpahkan untuk kita dan untuk Musa; seandainya dia tetap bersama temannya itu, tentulah dia akan banyak menyaksikan hal-hal yang menakjubkan. Akan tetapi, sangat disayangkan Musa mengatakan, ‘Jika aku bertanya lagi padamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu membolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberiku uzur’."
Mendengar peringatan kedua itu, Nabi Musa merasa tidak enak dan malu. Namun, karena keinginan untuk memperoleh ilmu darinya sangat kuat, dia memohon agar diberi kesempatan lagi. Dia berkata kepadanya, 'Jika aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu yang kaulakukan setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu dalam perjalanan ini. Sesungguhnya engkau sudah cukup bersabar terhadapku yang terlalu banyak bertanya dan engkau juga mau menerima alasan dariku dan memaafkan aku. '77. Permohonan Nabi Musa dikabulkan oleh hamba yang saleh itu, maka keduanya berjalan meneruskan pengembaraan hingga suatu ketika keduanya sampai di suatu negeri. Mereka datang kepada penduduk setempat dan bertanya tentang negeri itu. Rasa lapar yang mendera memaksa mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka tidak mau menjamu mereka. Karena tidak dijamu, kemudian keduanya melanjutkan perjalanan. Tidak lama sesudah itu mereka mendapatkan dinding sebuah rumah yang hampir roboh di negeri itu. Tanpa disuruh, lalu dia, hamba yang saleh itu, menegakkannya. Dengan terheran, dia, yaitu Musa, berkata kepadanya, 'Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk pekerjaan yang telah kaulakukan itu. '.
Selanjutnya Musa berkata, "Kalau sekiranya aku bertanya lagi kepadamu tentang suatu perbuatanmu yang aneh-aneh itu yang telah aku saksikan, karena aku ingin mengetahui hikmahnya bukan untuk sekedar bertanya saja. Maka jika aku bertanya sekali lagi sesudah kali ini, maka janganlah kamu mengizinkan aku menyertaimu lagi, karena kamu sudah cukup memberikan maaf kepadaku." Inilah kata-kata Musa yang penuh dengan penyesalan atas perbuatannya yang terpaksa dia akui dan insafi.
Diriwayatkan dalam suatu hadis yang sahih bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda tentang keadaan Nabi Musa itu sebagai berikut:
Semoga Allah memberi rahmat kepada kita dan kepada Musa. Seandainya beliau sabar pada sahabatnya (Khidir), tentu beliau banyak menyaksikan keajaiban tentang ilmu hakikat, tetapi karena beliau merasa malu untuk menghadapi celaan lagi dari sahabatnya (Khidir), maka beliau berkata, "Kalau aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu menemani aku. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberi maaf kepadaku." (Riwayat Muslim dari Ubay bin Ka'ab).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 74
“Maka keduanya pun meneruskan perjalanannya."
Maka tersebutlah dalam riwayat Ibnu Abbas bahwa perjalanan itu mereka teruskan, sehingga berjumpa dengan anak muda-muda bermain-main. Di antara anak-anak muda yang sedang banyak bermain bersuka ria itu, kelihatan oleh guru itu seorang di antara mereka."Sehingga apabila keduanya bertemu seorang anak muda, maka dibunuhnyalah (anak muda) itu."
Di dalam ayat ini terdapat kalimatghulam, yang kita artikan dengan anak muda. Kalau pengertian ini tidak tepat, boleh juga kita sebut anak kecil.
Rupanya setelah kelihatan olehnya anak itu, terus, dengan tidak bersibanyak tanya lagi anak itu dibunuhnya mati! Tentu sekali lagi Musa tercengang, Musa yang lekas meluap. Musa yang selamanya tidak dapat menahan hati melihat perbuatan yang di luar garis,"Dia pun bertanya, Adakah patut engkau bunuh satu jiwa yang masih bersih." Satu jiwa anak kecil yang masih suci bersih dan belum berdosan, “Dengan tidak ada sebab dia membunuh orang." Karena hukuman bunuh hanya dapat dilakukan kepada seseorang yang membunuh orang lain, sebagai utang nyawa bayar nyawa. Dan dengan terus terang Musa menyatakan tantangan atas perbuatan itu dengan katanya, “Sungguh engkau telah berbuat suatu perbuatan yang mungkar."
“Dia menjawab,
Ayat 75
“Bukankah sudah aku katakan kepadamu."
Sejak semula engkau menyatakan ingin menggabungkan diri dengan daku telah aku katakan,
“Bahwa sesungguhnya engkau bersama aku tidaklah akan sabar"
Maka teringatlah Musa kembali akan janjinya sejak semula, lalu,
Ayat 76
“Dia berkata, “jika aku bentanya lagi kepada engkau tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah engkau berteman dengan daku lagi."
Sudah bersalah aku pada pertanyaan yang pertama, sekarang sekali lagi aku bersalah, karena bertanya padahal aku sendiri telah berjanji harus sabar jangan banyak bertanya. Lantaran itu,
“Telah cukuplah engkau dari pihak aku ini memberikan ... "
Artinya, tahu sendirilah Musa bahwa kalau dia berbuat kesalahan memungkiri janjinya sekali lagi, sudahlah sepatutnya jika dia tidak dibawa serta lagi. Uzur yang diberikan guru itu kepadanya sampai tiga kali sudahlah sampai pada cukup.
Ayat 77
“Maka keduanya pun menenuskan penjalanan, sehingga sampailah keduanya kepada penduduk suatu kampung."
Mungkin sekali perjalanan itu sudah sangat jauh, sedang persediaan makanan tidak ada lagi. Sebab itu mereka keduanya sudah sangat lapar."Mereka keduanya meminta diberi jamuan makan kepada penduduk negeri itu." Berbuat baiklah kepada kami, hai isi kampung, karena adalah musafir tengah dalam perjalanan jauh, bermurah hatilah memberi kami makanan, moga-moga Allah memberikan gantinya berhpat-ganda bagi tuan di sini.'Tetap; mereka tidak mau menjamu keduanya." Kasar benarlah rupanya budi penduduk negeri itu, bakhil dan kedekut. Sampai hati membiarkan musafir kelaparan."Lalu keduanya mendapati di kampung itu sebuah dinding yang hendak roboh." Dinding dari bekas sebuah rumah: “Lalu ditegakkannya." Artinya dinding rumah yang hendak roboh di kampung penduduknya bakhil itu dengan segera ditumpilkan oleh Guru tersebut, sehingga tegak kembali. Heran lagi Musa melihat perbuatan gurunya itu, kita sudah lapar, orang tidak ada yang sudi menjamu,
“Berkata dia, “Jika engkau mau bolehlah engkau mengambil upah dari pembuatanmu itu."
jika engkau minta upahnya, sekurangnya dengan makanan untuk kita berdua hilanglah kelaparan kita.
Musa telah lupa lagi akan janjinya!
Ayat 78
“Dia berkata, “Inilah perpisahan di antara aku dengan engkau."
Selesailah sampai di sini. Kita sudah mesti berpisah. Engkau diikat oleh janjimu sendiri, jika bertanya lagi sekali, aku tidak akan membawamu serta lagi dalam perjalanan ini. Tetapi sungguhpun demikian tidaklah akan aku biarkan saja pertanyaanmu itu tidak terjawab.
“Akan aku beritakan kepada engkau anti perbuatan yang engkau terhadapnya itu tak dapat saban"
Akan aku terangkan semuanya kepada engkau.