Ayat

Terjemahan Per Kata
وَتِلۡكَ
dan itu
ٱلۡقُرَىٰٓ
negeri
أَهۡلَكۡنَٰهُمۡ
Kami telah membinasakan mereka
لَمَّا
karena apa
ظَلَمُواْ
mereka berbuat zalim
وَجَعَلۡنَا
dan Kami telah menjadikan
لِمَهۡلِكِهِم
bagi kebinasaan mereka
مَّوۡعِدٗا
perjanjian/waktu tertentu
وَتِلۡكَ
dan itu
ٱلۡقُرَىٰٓ
negeri
أَهۡلَكۡنَٰهُمۡ
Kami telah membinasakan mereka
لَمَّا
karena apa
ظَلَمُواْ
mereka berbuat zalim
وَجَعَلۡنَا
dan Kami telah menjadikan
لِمَهۡلِكِهِم
bagi kebinasaan mereka
مَّوۡعِدٗا
perjanjian/waktu tertentu
Terjemahan

(Penduduk) negeri-negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim dan telah Kami tetapkan waktu bagi kebinasaan mereka.
Tafsir

(Dan negeri itu) yang dimaksud adalah penduduknya, seperti kaum Ad dan kaum Tsamud serta lain-lainnya (telah Kami binasakan, ketika mereka berbuat lalim) yakni kafir (dan telah Kami tetapkan bagi kebinasaan mereka) untuk membinasakan mereka. Dan menurut qiraat yang lain dibaca limahlakihim, artinya bagi tempat kebinasaan mereka (waktu tertentu).
Tafsir Surat Al-Kahfi: 57-59
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan penutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka sehingga meskipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. Dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pengampun lagi mempunyai rahmat.
Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung darinya. Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.
Allah ﷻ menyebutkan bahwa hamba Allah manakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Tuhannya, lalu dia berpaling darinya. (Al-Kahfi: 57) Yakni pura-pura melupakannya, berpaling darinya, tidak mau mendengarkannya, tidak pula mempedulikannya. "Dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangan-nya?" (Al-Kahfi: 57) Berupa amal-amal buruk dan perbuatan-perbuatan jahat. "Sesungguhnya Kami telah meletakkan di atas hati mereka." (Al-Kahfi: 57) Yaitu hati orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Allah dan melupakan perbuatan jahat dirinya. "Tutupan sehingga mereka tidak memahaminya." (Al-Kahfi :57) Yakni lapisan yang menutupi hati mereka, sehingga mereka tidak memahami Al-Qur'an ini dan keterangannya (hadits-hadits Nabi ﷺ). "Dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka." (Al-Kahfi: 57) Yaitu penyumbat yang bersifat abstrak, agar mereka tidak dapat mendengar petunjuk. "Dan meskipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya." (Al-Kahfi: 57)
Firman Allah ﷻ: "Dan Tuhanmulah Yang Maha Pengampun lagi mempunyai rahmat." (Al-Kahfi: 58) Tuhanmu, hai Muhammad, adalah Yang Maha Pengampun lagi mempunyai rahmat yang luas. "Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka." (Al-Kahfi: 58) Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan dalam firman-Nya: "Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan perbuatannya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi satu makhluk melata pun." (Fathir: 45) "Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksa-Nya." (Ar- Ra'd: 6) Ayat-ayat Al-Qur'an yang semakna cukup banyak.
Kemudian Allah menyebutkan bahwa Diri-Nya Maha Penyantun, Maha Menutupi kesalahan hamba-hamba-Nya, dan Maha Mengampuni dosa-dosa mereka. Barangkali Allah memberi petunjuk sebagian dari mereka dari kesesatan menuju ke jalan hidayah. Dan barang siapa yang masih tetap dalam kekafirannya di antara mereka, maka tinggallah menunggu suatu hari, yang pada hari itu anak-anak jadi beruban, dan wanita hamil melahirkan kandungannya dengan mendadak (karena peristiwa hari kiamat yang amat mengejutkan dan sangat mengerikan).
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: "Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung darinya." (Al-Kahfi: 58) Maksudnya, mereka tidak bisa menemukan jalan selamat yang dapat menghindarkan mereka dari azab Allah. Firman Allah ﷻ: "Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim." (Al-Kahfi: 59) Yakni umat-umat terdahulu di masa silam telah Kami binasakan disebabkan keingkaran dan kekafiran mereka. "Dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka." (Al-Kahfi: 59) Yaitu Kami tetapkan suatu waktu tertentu yang tidak dapat ditambahi atau dikurangi.
Dengan kata lain, demikian pula halnya kalian, hai orang-orang musyrik; waspadalah kalian, kalian pasti akan tertimpa azab seperti apa yang telah menimpa mereka. Karena sesungguhnya kalian telah mendustakan rasul yang paling mulia dan nabi yang paling besar, dan keadaan kalian tidaklah lebih kuat daripada mereka bagi Kami; maka takutlah kalian kepada azab dan peringatan-peringatan-Ku.
Demikianlah azab dan siksa yang Allah timpakan kepada umatumat terdahulu. Dan penduduk negeri itu, misalnya kaum 'Ad dan kaum
Šamud, telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami
tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka. Apa yang telah terjadi
pada kaum 'Ad dan Šamud itu dapat pula terjadi bagi siapa pun yang
durhaka apabila Allah mengDan ingatlah wahai Nabi Muhammad, ketika Nabi Musa berkata kepada pembantunya yang juga muridnya, Aku tidak akan berhenti berjalan
sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan terus sampai
bertahun-tahun lamanya tanpa henti. Terdapat perbedaan pendapat
tentang siapa yang dimaksud dengan pembantu atau murid Nabi Musa
yang disebut dalam ayat ini. Menurut sebagian besar ulama, ia adalah
seorang pemuda bernama Yusya' bin Nun, ia adalah salah seorang dari
keturunan Nabi Yusuf. Ada juga yang berpendapat bahwa pemuda itu
itu adalah kemenakan Nabi Musa, yakni anak saudara perempuannya.
Demikian juga terdapat perbedaaan pendapat tentang apa yang dimaksud pertemuan dua laut pada ayat ini. Di antara pendapat itu
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua laut ialah Laut Merah
dan Laut Putih, dan tempat pertemuan itu ialah Danau at-Timsah dan
Danau Murrah, yang merupakan pertemuan antara Teluk Aqabah dan
Suez di Laut Merah.
Dalam ayat ini, Allah mengingatkan kembali negeri-negeri yang telah dibinasakan beserta penduduknya, karena tetap berbuat zalim dan kufur kepada ayat-ayat Allah, kendatipun telah diberi peringatan dan ancaman oleh para rasul yang diutus kepada mereka. Negeri-negeri beserta penduduknya itu antara lain: Madyan (negeri kaum Syuaib), hijr (negeri kaum samud), al-Ahqaf (negeri kaum 'ad), dan Sodom (negeri kaum Luth).
Kebinasaan mereka itu sengaja disebutkan kembali dengan maksud bahwa kendati Allah memiliki sifat Pengampun dan Mahaluas Rahmat-Nya, namun kalau suatu bangsa atau penduduk suatu negeri tetap berbuat zalim dan kufur kepada ayat-ayat Allah, mereka akan dihancurkan beserta negerinya.
Selain dari sifat tersebut di atas, Allah juga memiliki sifat Maha Adil. Dia akan menjatuhkan azab dan hukuman sesuai dengan tindak perbuatan hamba-Nya itu sendiri. Hal ini pun berlaku atas kaum kafir dan musyrikin Quraisy. Kalau sudah datang waktunya, maka para pemuka kaum Quraisy Mekah itu dihancurkan Tuhan, yaitu pada Perang Badar.
Peringatan ini dimaksudkan juga untuk menambah kuat dan mantap keimanan orang-orang yang sudah beriman.
MANUSIA BANYAK BANTAHAN
Ayat 54
“Dan sesungguhnya telah Kami curai-paparkan di dalam Al-Qur'an ini, untuk manusia, dari berbagai macam perumpamaan."
Artinya, sudah berbagai macam perumpamaan dan kias perbandingan dan misal dan cerita dikemukakan Allah di dalam Al-Qur'an ini. Sama sekali itu ialah untuk cermin perbandingan bagi manusia. Sebab manusia itu ada pikiran. Kejadian pada orang lain dapat diambilnya kias untuk dirinya. Misal-misal ini memang banyak di dalam Al-Qur'an. Sampai nyamuk yang sekecil-kecilnya, sampai pun lalat, sampai lebah, dan lawah dijadikan misal, untuk menarik perhatian manusia.
“Tetapi adalah manusia itu makhluk, yang paling banyak bantahan,"
Artinya, bahwa di dalam Allah hendak menyadarkan akal budinya dengan berbagai perumpamaan, mereka pun mencari dalih jalan keluar karena jiwa yang tidak hendak patuh. Karena perdayaan iblis. Karena hawa nafsu. Karena mengaku pintar.
Yang dimaksud di sini tentu saja manusia yang ingkar juga. Dan memang banyak juga manusia yang ingkar itu. Lalu datanglah sesal-an Allah pada ayat yang berikutnya,
Ayat 55
“Dan apakah genangan yang menghambat manusia buat beriman, seketika datang kepada mereka petunjuk?"
Begitu banyak perumpamaan telah dikeluarkan, disertai seruan yang bersifat meng-gembirakan (hosy'ran) dan kadang-kadang mengancam (nadziran), namun mereka tidak juga insaf dan mau mengikuti petunjuk yang dibawa Rasul itu? “Lalu memohon ampun kepada Tuhan mereka?" Karena kalau mereka ikuti petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah itu, ialu mereka memohon ampun atas dosa-dosa yang pernah diperbuat, niscaya mereka akan diberi ampun. Tetapi itu semua tidak mereka pedulikan!
“(Apakah) karena mereka hendak menunggu datangnya kepada mereka kehinaan (seperti) yang diderita oleh orang yang dahulu?" Apakah dengan sikap yang demikian mereka hendak menentang Allah? Meminta supaya didatangkan pula siksaan sebagaimana yang pernah diderita oleh orangyang didatangi oleh utusan-utusan Allah yang terdahulu? Karena mereka tidak percaya lalu mereka menantang?
“Ataupun datang kepada mereka itu adzab siksaan berhadap-hadapan?"
Kalau memang itu yang mereka kehendaki, adalah yang demikian itu suatu kekafiran yang sangat, yang akan membawa celaka bagi diri mereka sendiri.
Ayat 56
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa-pembawa kabar suka dan pembawa-pembawa kabar ancaman."
Di pangkal ayat ini yang kesekian kalinya diterangkan tugas rasul-rasul Allah. Mereka adalah menyampaikan petunjuk Allah itu dengan memakai dua cara. Pertama, basyiran, membawa berita yang menyukakan dan menggembirakan, bahwa jika petunjuk Allah dituruti dan dipatuhi, keselamatan jua-lah yang akan tercapai, baik di dunia apatah lagi di akhirat. Kedua, nadziran, membawa berita berisi ancaman, bahwa siapa yang tidak mau mematuhi petunjuk Allah itu, yang mengimamkan setan dan iblis dan hawa nafsu di dalam hidupnya, kecelakaan jualah yang akan menimpa diri, di dunia dan di akhirat."Tetapi telah membantah orang-orang yang tidak mau percaya itu dengan cara yang salah." Petunjuk dan bimbingan yang dibawa oleh rasul-rasul adalah kebenaran yang mutlak datang dari Allah. Membantah kebenaran adalah salah, dan caranya membantahnya pun tidak pula ada jalan lain, melainkan dengan cara yang salah pula. Melawan jalan lurus terpaksa mencari jalan bengkok. Menantang kesucian tidak dapat dengan kesucian pula, pasti dengan kekotoran.",Karena dengan begitu mereka hendak menumbangkan kebenaran." Tentu saja kebenaran itu tidak akan dapat ditumbangkan oleh kecurangan; tenaga mereka akan habis,, namun kebenaran akan tetap tegak.
“Dan mereka ambil ayat-ayat-Ku dan ancaman yang diancamkan itu menjadi olok-olok."
Demikianlah yang selalu dialami oleh tiap-tiap rasul yang menegakkan kebenaran, atau orang-orang yang mengikuti jalan rasul bercita membela kebenaran dan keadilan. Musuh-musuh kebenaran itu tidak dapat membantahkan kebenaran dengan kebenaran pula. Karena jiwanya memang kosong dan mereka sombong dengan mengandalkan kekuatan yang ada pada diri me-reka, maka seruan kebenaran dan ancaman Allah mereka olok-olokkan. Mengolok-olok, mengejek, memandang enteng, mencemooh, dan mengancam akan bertindak melakukan kekerasan kepada penyeru kebenaran itu kalau dia telah terdesak dan tak dapat bertahan lagi, itulah alat-alat yang dipakai orang-orang yang tidak mau percaya, atau orang-orang yang kafir itu di setiap masa.
Ayat 57
“Dan siapakah lagi yang lebih aniaya daripada orang yang telah diperingatkan kepadanya ayat-ayat Tuhannya namun dia masih berpaling jua dari-Nya?"
Artinya, tidaklah ada aniaya yang lebih besar daripada itu; peringatan Allah sudah datang dengan cara rayuan gembira dan dengan cara ancaman, namun dia masih saja berkeras kepala."Dan lupa apa yang telah diperbuat oleh dua tangannya." Itu adalah satu aniaya paling besar, aniaya kepada dirinya sendiri, kepada hari depannya sendiri, aniaya kepada perjalanan akalnya, sebab berkacau-balau dan berperang di antara pikirannya yang bersih murni dengan hawa nafsunya yang pantang menyerah, padahal pertahanan tak ada lagi. Dia adalah menunda-nunda kekalahan. Maka oleh karena keaniayaan yang pertama itu, datanglah bertimpa-timpa hukuman Allah."Sesungguhnya telah Kami adakan pada hati mereka penutup," sehingga tidak ada lagi barang suatu kebenaran yang dapat masuk ke dalamnya."Sampai mereka tak mengerti" lagi untuk memperbedakan di antara yang benar
dengan yang salah, “dan pada telinga-telinga mereka ada tekanan berat," sehingga apa pun kebenaran yang didengarnya tidak masuk lagi ke dalam telinga itu. Sebagai pepatah orang kita, “Masuk di telinga kanan, keluar di telinga kiri"
“Dan jika engkau seru mereka kepada petunjuk, maka tidaklah mereka mau akan petunjuk itu selama-lamanya."
Perhatikanlah. Di pangkal ayat telah diterangkan bahwa menolak kebenaran adalah aniaya yang sangat besar. Maka pada lanjutan ayat diterangkan akibat dari penolakan yang pertama itu; hati tertutup, telinga tertekan, kebenaran tak masuk lagi. Itulah permulaan akibat dari aniaya.
Pukulan pertama ialah segera lupa perbuatan-perbuatan salah yang telah banyak dilakukan oleh kedua belah tangan. Sehingga kesalahan telah berturut dikerjakan setiap hari. Tiap ditanyakan, tiap mengatakan lupa, atau tidak mengaku berbuat. Atau membela diri mengatakan bahwa yang salah itu adalah benar, atau menimpakan kesalahan yang diperbuatnya sendiri ke atas pundak orang lain. Hati tertutup, telinga tertekan, kebenaran tak masuk, merasa diri masih kuat, padahal tempat sandaran sudah lama runtuh.
Dalam hati telah ada penyakit, tetapi tidak segera diobati. Kemudian penyakit itu bertambah teruk dan mendalam, sehingga apa juapunobatyangdiberikantidakmenolonglagi.
Digambarkanlah pada ayat ini betapa hebat bertahan kaum musyrikin seketika Nabi saw. mengembangkan syari'at dan seruan Ilahi. Padahal akhirnya mereka kalah juga, dan kebenaran juga yang menang. Namun ayat-ayat seperti ini selalu terasa jadi hidup apabila orang yang telah menyediakan diri menjadi penerima waris nabi-nabi, penyeru kepada kebenaran menyampaikan kembali seruan itu kepada manusia di masa kelalaiannya. Di masa orang memakai nama Islam tetapi orang telah meninggalkan petunjuknya. Seperti keadaan kaum musyrikin itu jua; mereka masih tetap mengakui Ka'bah pusat persatuan mereka, Nabi Ibrahim dan Nabi adalah nenek moyang mereka yang mengajarkan agama harif; padahal agama harif sudah tinggal nama. Karena beratus-ratus berhala telah mereka sandarkan, gantungkan, dan pakukan di sekeliling Ka'bah.
Tetapi sungguhpun begitu tantangan mereka, sehingga pada ayat 6 dari surah ini yang telah termaktub terlebih dahulu dinyatakan bahwa nyaris rasanya Nabi Muhammad saw. menghancurlumatkan dirinya sendiri melihat keras hati kaumnya karena tak mau menerima kebenaran; sungguhpun demikian, namun Allah tetap pemurah.
Ayat 58
“Dan Tuhan engkau adalah Maha Pengampun dan Yang Empunya Belas kasihan."
Dia Maha Pengampun, Rahmat-Nya luas meliputi langit dan bumi. Tidaklah semata-mata jahat manusia itu. Dari sangat pemurahnya Allah dijadikan-Nya di dalam masyarakat manusia itu ada yang baik dan ada yang jahat. Bahkan di dalam diri orang seorang pun demikian halnya. Yang jahat bukanlah semata-mata dia jahat. Dasar yang baik pasti tetap ada. Satu di antara pembuktian Pemurah dan Rahmat Ilahi ialah, “Kalau Dia hendak menyiksa mereka lantaran apa yang mereka usahakan itu, niscaya diiepaskan-Nya adzab itu." Namun Allah Yang Pemurah, Allah yang mewajibkan atas diri-Nya sendiri dengan sifat Rahmat, belas kasihan, tidaklah segera menjatuhkan hukuman. Bahkan diberinya kesempatan terlebih dahulu, diberinya tempo yang agak senggang, moga-moga pikiran yang jernih yang ada dalam diri hamba-Nya itu dapat menang di atas hawa nafsu yang kacau. Allah mempunyai juga sifat-sifat hilm, menahan murka. Ghafur, memberi ampun bagi yang mefnohon ampun. Sehingga walaupun dosa telah bertumpuk sampai ke puncak langit, kalau datang memohon ampun dengan sungguh, akan segera diberinya ampun. Malahan kadang-kadang suatu kesalahan yang diperbuat manusia dengan rahasia, Allah akan turut menutup rahasia itu dan tidak terbuka sampai dia tobat. Rahasia itu hanya akan terbuka kalau yang bersangkutan sendiri yang membocorkannya.
Kesempatan untuk suru (tobat) ke jalan yang benar selalu terbuka.
“Akan tetapi untuk mereka ada suatu waktu yang tententu, yang mereka sekali-kali tidak akan ada tempat berlindung darinya."
Tentu saja kesempatan yang diberikan itu ada batasnya. Luasnya tentu ada tepi. Pan-jangnya tentu ada ujung. Kalau bukan demikian tentu Allah tidak bijaksana, dan mustahil Allah tidak bijaksana. Kalau batas waktu itu telah datang, tidak juga berinsaf diri, tunggulah ketentuan Allah. Kalau ketentuan itu tiba, tidak seorang pun dapat membela, dan tidak satu tempat pun akan dapat dijadikan perlindungan.
Ayat 59
“Dan akan negeri-ngeri itu."
Artinya, dan ingatlah akan negeri-negeri itu, yang telah banyak Kami beritakan dalam ayat-ayat yang Kami turunkan. Negeri Madyan, Tsamud, ‘Ad, Sadum dan Gamurah, dan negeri Fir'aun, dan lain-lain, “Telah Kami binasakan mereka tatkala mereka telah berlaku zalim."
Kami ulang-ulangi kisah yang benar-benar telah pernah kejadian itu untuk kamu ketahui bahwa di segala waktu Kami pun dapat perbuat demikian. Di samping Kami Pemurah dan mempunyai sifat Rahmat Belas Kasihan, Kami pun melakukan keadilan Kami mengadzab orang yang bersalah.
“Dan untuk membinasakan itu, telah Kami adakan satu saat yang tertentu."