Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
صَرَّفۡنَا
Kami telah mengulang-ulang
فِي
di dalam
هَٰذَا
ini
ٱلۡقُرۡءَانِ
Al Qur'an
لِلنَّاسِ
bagi manusia
مِن
dari
كُلِّ
setiap
مَثَلٖۚ
perumpamaan
وَكَانَ
dan adalah
ٱلۡإِنسَٰنُ
manusia
أَكۡثَرَ
paling banyak
شَيۡءٖ
sesuatu
جَدَلٗا
bantahan
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
صَرَّفۡنَا
Kami telah mengulang-ulang
فِي
di dalam
هَٰذَا
ini
ٱلۡقُرۡءَانِ
Al Qur'an
لِلنَّاسِ
bagi manusia
مِن
dari
كُلِّ
setiap
مَثَلٖۚ
perumpamaan
وَكَانَ
dan adalah
ٱلۡإِنسَٰنُ
manusia
أَكۡثَرَ
paling banyak
شَيۡءٖ
sesuatu
جَدَلٗا
bantahan
Terjemahan
Sungguh, Kami telah menjelaskan segala perumpamaan dengan berbagai macam cara dan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini. Akan tetapi, manusia adalah (makhluk) yang paling banyak membantah.
Tafsir
(Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan) (bagi manusia dalam Al-Qur'an ini bermacam-macam perumpamaan) lafal Min Kulli Matsalin berkedudukan menjadi sifat daripada lafal yang tidak disebutkan, artinya: suatu perumpamaan dari setiap jenis perumpamaan, supaya mereka mengambil pelajaran daripadanya. (Dan manusia adalah makhluk) yakni orang kafir (yang paling banyak membantah) paling banyak permusuhannya dalam kebatilan; lafal Jadalan adalah Tamyiz yang dipindahkan dari Isim Kaana. Maknanya: Permusuhan yang paling banyak dilakukan oleh manusia adalah dalam hal kebatilan.
Tafsir Surat Al-Kahfi: 54
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bermacam-macam perumpamaan bagi manusia dalam Al-Qur'an ini. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.
Allah ﷻ menjelaskan, "Sesungguhnya Kami telah menjelaskan dan menerangkan di dalam Al-Qur'an ini berbagai perkara secara rinci, agar mereka tidak tersesat dari kebenaran dan agar mereka tidak menyimpang dari jalan petunjuk. Akan tetapi, sekalipun dengan adanya keterangan dan penjelasan ini yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan, manusia itu masih saja banyak membantah, suka menentang, dan bersikap oposisi terhadap kebenaran dengan mengikuti kebatilan, kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah memperlihatkan kepadanya jalan menuju keselamatan." .
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhri, telah menceritakan kepadaku Ali ibnul Husain; Husain ibnu Ali menceritakan kepadanya bahwa Ali ibnu Abu Talib menceritakan kepadanya bahwa pada suatu malam Rasulullah ﷺ membangunkan dia (Ali) beserta istrinya Fatimah. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidaklah kalian berdua shalat (sunat)?" Saya (Ali) berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya jiwa kami berada di dalam genggaman kekuasaan Allah. Maka apabila Dia menghendaki kami bangun, tentulah kami bangun." (Ali berkata), "Rasulullah ﷺ berlalu ketika aku mengucapkan jawaban itu, tanpa menjawab perkataanku barang sepatah kata pun. Kemudian aku mendengar beliau memukul pahanya seraya membacakan firman-Nya: 'Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah'." (Al-Kahfi: 54). Hadits ini dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab shahihnya masing-masing."
Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-macam perumpamaan, baik
dalam bentuk perbandingan maupun dalam bentuk kisah. Binatangbinatang yang kecil seperti nyamuk, lalat, dan lebah serta benda-benda
alam yang besar seperti gunung dan samudra, dijadikan contoh untuk
menarik perhatian manusia. Tetapi manusia adalah memang yang paling
banyak membantah. Mereka senantiasa mencari dalih untuk membantah kebenaran ayat-ayat Allah. Dan tidak ada sesuatu pun yang menghalangi manusia, yakni kaum
musyrik Mekah untuk beriman ketika petunjuk telah datang kepada mereka dan tidak ada juga yang menghalangi mereka memohon ampunan
kepada Tuhannya, kecuali keinginan menanti datangnya hukum Allah
berupa sunah atau ketetapan-Nya yang telah berlaku pada umat yang
terdahulu, yakni datangnya mukjizat yang mereka saksikan dengan mata kepala sendiri atau datangnya azab atas mereka dengan nyata. Mereka tidak akan beriman kecuali apabila datang azab kepada mereka
sebagaimana yang ditimpakan kepada umat terdahulu. Allah sungguh tidak menghendaki keimanan seseorang dilakukan dengan terpaksa.
Allah menghehendaki keimanan yang tulus, yang dilakukan dengan
kesadaran, tanpa paksaan.
Ayat ini menjelaskan bahwa berbagai macam perumpamaan dikemukakan Allah di dalam Al-Qur'an, baik berupa perbandingan terhadap sesuatu ataupun berbentuk kisah. Hal ini dimaksudkan sebagai cermin perbandingan bagi manusia, sebab ia mempunyai akal pikiran. Dari binatang kecil, seperti nyamuk, semut, lalat, dan lebah, sampai benda-benda alam yang besar, seperti gunung dan samudera, dijadikan contoh untuk menarik perhatian manusia. Namun demikian, manusia adalah makhluk yang paling suka membantah. Artinya, ketika Allah menyadarkan akal pikiran dan budi luhurnya dengan berbagai macam perumpamaan itu, mereka pun mencari-cari dalih untuk mengingkari dan tidak mau mematuhinya. Hal itu disebabkan oleh pengaruh hawa nafsu, kesombongan, dan tipu daya setan dan Iblis.
Dalam suatu hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ datang kepada Ali dan Fatimah pada suatu malam dan bertanya:
"Apakah kamu berdua salat?" Maka saya (Ali) menjawab, "Hai Rasulullah, diri kami ini sesungguhnya ada di tangan Allah, kalau dia mau membangkitkan kami, tentu Dia sanggup membangkitkan kami." Maka beliau berpaling ketika saya mengucapkan itu, dan beliau tidak menjawab perkataan saya sedikit pun. Kemudian saya mendengar beliau memukul pahanya sendiri sambil berpaling dan mengucapkan, "Tetapi manusia itu adalah makhluk yang paling banyak membantah." (Riwayat al-Bukhari dari Ali bin Abu thalib).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MANUSIA BANYAK BANTAHAN
Ayat 54
“Dan sesungguhnya telah Kami curai-paparkan di dalam Al-Qur'an ini, untuk manusia, dari berbagai macam perumpamaan."
Artinya, sudah berbagai macam perumpamaan dan kias perbandingan dan misal dan cerita dikemukakan Allah di dalam Al-Qur'an ini. Sama sekali itu ialah untuk cermin perbandingan bagi manusia. Sebab manusia itu ada pikiran. Kejadian pada orang lain dapat diambilnya kias untuk dirinya. Misal-misal ini memang banyak di dalam Al-Qur'an. Sampai nyamuk yang sekecil-kecilnya, sampai pun lalat, sampai lebah, dan lawah dijadikan misal, untuk menarik perhatian manusia.
“Tetapi adalah manusia itu makhluk, yang paling banyak bantahan,"
Artinya, bahwa di dalam Allah hendak menyadarkan akal budinya dengan berbagai perumpamaan, mereka pun mencari dalih jalan keluar karena jiwa yang tidak hendak patuh. Karena perdayaan iblis. Karena hawa nafsu. Karena mengaku pintar.
Yang dimaksud di sini tentu saja manusia yang ingkar juga. Dan memang banyak juga manusia yang ingkar itu. Lalu datanglah sesal-an Allah pada ayat yang berikutnya,
Ayat 55
“Dan apakah genangan yang menghambat manusia buat beriman, seketika datang kepada mereka petunjuk?"
Begitu banyak perumpamaan telah dikeluarkan, disertai seruan yang bersifat meng-gembirakan (hosy'ran) dan kadang-kadang mengancam (nadziran), namun mereka tidak juga insaf dan mau mengikuti petunjuk yang dibawa Rasul itu? “Lalu memohon ampun kepada Tuhan mereka?" Karena kalau mereka ikuti petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah itu, ialu mereka memohon ampun atas dosa-dosa yang pernah diperbuat, niscaya mereka akan diberi ampun. Tetapi itu semua tidak mereka pedulikan!
“(Apakah) karena mereka hendak menunggu datangnya kepada mereka kehinaan (seperti) yang diderita oleh orang yang dahulu?" Apakah dengan sikap yang demikian mereka hendak menentang Allah? Meminta supaya didatangkan pula siksaan sebagaimana yang pernah diderita oleh orangyang didatangi oleh utusan-utusan Allah yang terdahulu? Karena mereka tidak percaya lalu mereka menantang?
“Ataupun datang kepada mereka itu adzab siksaan berhadap-hadapan?"
Kalau memang itu yang mereka kehendaki, adalah yang demikian itu suatu kekafiran yang sangat, yang akan membawa celaka bagi diri mereka sendiri.
Ayat 56
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa-pembawa kabar suka dan pembawa-pembawa kabar ancaman."
Di pangkal ayat ini yang kesekian kalinya diterangkan tugas rasul-rasul Allah. Mereka adalah menyampaikan petunjuk Allah itu dengan memakai dua cara. Pertama, basyiran, membawa berita yang menyukakan dan menggembirakan, bahwa jika petunjuk Allah dituruti dan dipatuhi, keselamatan jua-lah yang akan tercapai, baik di dunia apatah lagi di akhirat. Kedua, nadziran, membawa berita berisi ancaman, bahwa siapa yang tidak mau mematuhi petunjuk Allah itu, yang mengimamkan setan dan iblis dan hawa nafsu di dalam hidupnya, kecelakaan jualah yang akan menimpa diri, di dunia dan di akhirat."Tetapi telah membantah orang-orang yang tidak mau percaya itu dengan cara yang salah." Petunjuk dan bimbingan yang dibawa oleh rasul-rasul adalah kebenaran yang mutlak datang dari Allah. Membantah kebenaran adalah salah, dan caranya membantahnya pun tidak pula ada jalan lain, melainkan dengan cara yang salah pula. Melawan jalan lurus terpaksa mencari jalan bengkok. Menantang kesucian tidak dapat dengan kesucian pula, pasti dengan kekotoran.",Karena dengan begitu mereka hendak menumbangkan kebenaran." Tentu saja kebenaran itu tidak akan dapat ditumbangkan oleh kecurangan; tenaga mereka akan habis,, namun kebenaran akan tetap tegak.
“Dan mereka ambil ayat-ayat-Ku dan ancaman yang diancamkan itu menjadi olok-olok."
Demikianlah yang selalu dialami oleh tiap-tiap rasul yang menegakkan kebenaran, atau orang-orang yang mengikuti jalan rasul bercita membela kebenaran dan keadilan. Musuh-musuh kebenaran itu tidak dapat membantahkan kebenaran dengan kebenaran pula. Karena jiwanya memang kosong dan mereka sombong dengan mengandalkan kekuatan yang ada pada diri me-reka, maka seruan kebenaran dan ancaman Allah mereka olok-olokkan. Mengolok-olok, mengejek, memandang enteng, mencemooh, dan mengancam akan bertindak melakukan kekerasan kepada penyeru kebenaran itu kalau dia telah terdesak dan tak dapat bertahan lagi, itulah alat-alat yang dipakai orang-orang yang tidak mau percaya, atau orang-orang yang kafir itu di setiap masa.
Ayat 57
“Dan siapakah lagi yang lebih aniaya daripada orang yang telah diperingatkan kepadanya ayat-ayat Tuhannya namun dia masih berpaling jua dari-Nya?"
Artinya, tidaklah ada aniaya yang lebih besar daripada itu; peringatan Allah sudah datang dengan cara rayuan gembira dan dengan cara ancaman, namun dia masih saja berkeras kepala."Dan lupa apa yang telah diperbuat oleh dua tangannya." Itu adalah satu aniaya paling besar, aniaya kepada dirinya sendiri, kepada hari depannya sendiri, aniaya kepada perjalanan akalnya, sebab berkacau-balau dan berperang di antara pikirannya yang bersih murni dengan hawa nafsunya yang pantang menyerah, padahal pertahanan tak ada lagi. Dia adalah menunda-nunda kekalahan. Maka oleh karena keaniayaan yang pertama itu, datanglah bertimpa-timpa hukuman Allah."Sesungguhnya telah Kami adakan pada hati mereka penutup," sehingga tidak ada lagi barang suatu kebenaran yang dapat masuk ke dalamnya."Sampai mereka tak mengerti" lagi untuk memperbedakan di antara yang benar
dengan yang salah, “dan pada telinga-telinga mereka ada tekanan berat," sehingga apa pun kebenaran yang didengarnya tidak masuk lagi ke dalam telinga itu. Sebagai pepatah orang kita, “Masuk di telinga kanan, keluar di telinga kiri"
“Dan jika engkau seru mereka kepada petunjuk, maka tidaklah mereka mau akan petunjuk itu selama-lamanya."
Perhatikanlah. Di pangkal ayat telah diterangkan bahwa menolak kebenaran adalah aniaya yang sangat besar. Maka pada lanjutan ayat diterangkan akibat dari penolakan yang pertama itu; hati tertutup, telinga tertekan, kebenaran tak masuk lagi. Itulah permulaan akibat dari aniaya.
Pukulan pertama ialah segera lupa perbuatan-perbuatan salah yang telah banyak dilakukan oleh kedua belah tangan. Sehingga kesalahan telah berturut dikerjakan setiap hari. Tiap ditanyakan, tiap mengatakan lupa, atau tidak mengaku berbuat. Atau membela diri mengatakan bahwa yang salah itu adalah benar, atau menimpakan kesalahan yang diperbuatnya sendiri ke atas pundak orang lain. Hati tertutup, telinga tertekan, kebenaran tak masuk, merasa diri masih kuat, padahal tempat sandaran sudah lama runtuh.
Dalam hati telah ada penyakit, tetapi tidak segera diobati. Kemudian penyakit itu bertambah teruk dan mendalam, sehingga apa juapunobatyangdiberikantidakmenolonglagi.
Digambarkanlah pada ayat ini betapa hebat bertahan kaum musyrikin seketika Nabi ﷺ mengembangkan syari'at dan seruan Ilahi. Padahal akhirnya mereka kalah juga, dan kebenaran juga yang menang. Namun ayat-ayat seperti ini selalu terasa jadi hidup apabila orang yang telah menyediakan diri menjadi penerima waris nabi-nabi, penyeru kepada kebenaran menyampaikan kembali seruan itu kepada manusia di masa kelalaiannya. Di masa orang memakai nama Islam tetapi orang telah meninggalkan petunjuknya. Seperti keadaan kaum musyrikin itu jua; mereka masih tetap mengakui Ka'bah pusat persatuan mereka, Nabi Ibrahim dan Nabi adalah nenek moyang mereka yang mengajarkan agama harif; padahal agama harif sudah tinggal nama. Karena beratus-ratus berhala telah mereka sandarkan, gantungkan, dan pakukan di sekeliling Ka'bah.
Tetapi sungguhpun begitu tantangan mereka, sehingga pada ayat 6 dari surah ini yang telah termaktub terlebih dahulu dinyatakan bahwa nyaris rasanya Nabi Muhammad ﷺ menghancurlumatkan dirinya sendiri melihat keras hati kaumnya karena tak mau menerima kebenaran; sungguhpun demikian, namun Allah tetap pemurah.
Ayat 58
“Dan Tuhan engkau adalah Maha Pengampun dan Yang Empunya Belas kasihan."
Dia Maha Pengampun, Rahmat-Nya luas meliputi langit dan bumi. Tidaklah semata-mata jahat manusia itu. Dari sangat pemurahnya Allah dijadikan-Nya di dalam masyarakat manusia itu ada yang baik dan ada yang jahat. Bahkan di dalam diri orang seorang pun demikian halnya. Yang jahat bukanlah semata-mata dia jahat. Dasar yang baik pasti tetap ada. Satu di antara pembuktian Pemurah dan Rahmat Ilahi ialah, “Kalau Dia hendak menyiksa mereka lantaran apa yang mereka usahakan itu, niscaya diiepaskan-Nya adzab itu." Namun Allah Yang Pemurah, Allah yang mewajibkan atas diri-Nya sendiri dengan sifat Rahmat, belas kasihan, tidaklah segera menjatuhkan hukuman. Bahkan diberinya kesempatan terlebih dahulu, diberinya tempo yang agak senggang, moga-moga pikiran yang jernih yang ada dalam diri hamba-Nya itu dapat menang di atas hawa nafsu yang kacau. Allah mempunyai juga sifat-sifat hilm, menahan murka. Ghafur, memberi ampun bagi yang mefnohon ampun. Sehingga walaupun dosa telah bertumpuk sampai ke puncak langit, kalau datang memohon ampun dengan sungguh, akan segera diberinya ampun. Malahan kadang-kadang suatu kesalahan yang diperbuat manusia dengan rahasia, Allah akan turut menutup rahasia itu dan tidak terbuka sampai dia tobat. Rahasia itu hanya akan terbuka kalau yang bersangkutan sendiri yang membocorkannya.
Kesempatan untuk suru (tobat) ke jalan yang benar selalu terbuka.
“Akan tetapi untuk mereka ada suatu waktu yang tententu, yang mereka sekali-kali tidak akan ada tempat berlindung darinya."
Tentu saja kesempatan yang diberikan itu ada batasnya. Luasnya tentu ada tepi. Pan-jangnya tentu ada ujung. Kalau bukan demikian tentu Allah tidak bijaksana, dan mustahil Allah tidak bijaksana. Kalau batas waktu itu telah datang, tidak juga berinsaf diri, tunggulah ketentuan Allah. Kalau ketentuan itu tiba, tidak seorang pun dapat membela, dan tidak satu tempat pun akan dapat dijadikan perlindungan.
Ayat 59
“Dan akan negeri-ngeri itu."
Artinya, dan ingatlah akan negeri-negeri itu, yang telah banyak Kami beritakan dalam ayat-ayat yang Kami turunkan. Negeri Madyan, Tsamud, ‘Ad, Sadum dan Gamurah, dan negeri Fir'aun, dan lain-lain, “Telah Kami binasakan mereka tatkala mereka telah berlaku zalim."
Kami ulang-ulangi kisah yang benar-benar telah pernah kejadian itu untuk kamu ketahui bahwa di segala waktu Kami pun dapat perbuat demikian. Di samping Kami Pemurah dan mempunyai sifat Rahmat Belas Kasihan, Kami pun melakukan keadilan Kami mengadzab orang yang bersalah.
“Dan untuk membinasakan itu, telah Kami adakan satu saat yang tertentu."