Ayat
Terjemahan Per Kata
وَرَءَا
dan melihat
ٱلۡمُجۡرِمُونَ
orang-orang yang berdosa
ٱلنَّارَ
neraka
فَظَنُّوٓاْ
maka mereka menyangka/yakin
أَنَّهُم
bahwasanya mereka
مُّوَاقِعُوهَا
jatuh kedalamnya
وَلَمۡ
dan tidak
يَجِدُواْ
mereka mendapatkan
عَنۡهَا
darinya
مَصۡرِفٗا
tempat berpaling
وَرَءَا
dan melihat
ٱلۡمُجۡرِمُونَ
orang-orang yang berdosa
ٱلنَّارَ
neraka
فَظَنُّوٓاْ
maka mereka menyangka/yakin
أَنَّهُم
bahwasanya mereka
مُّوَاقِعُوهَا
jatuh kedalamnya
وَلَمۡ
dan tidak
يَجِدُواْ
mereka mendapatkan
عَنۡهَا
darinya
مَصۡرِفٗا
tempat berpaling
Terjemahan
Orang yang berdosa itu melihat neraka, lalu merasa yakin akan jatuh ke dalamnya (seketika itu juga). Mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya.
Tafsir
(Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini) merasa yakin (bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya) akan dicampakkan ke dalamnya (dan mereka tidak menemukan tempat berpaling daripadanya) tidak menemui jalan untuk menyelamatkan diri daripadanya.
Tafsir Surat Al-Kahfi: 52-53
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Dia berfirman, "Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kalian katakan itu. Mereka lalu menyerunya, tetapi sekutu-sekutu itu tidak menjawab seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka). Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat lari darinya."
Allah ﷻ menceritakan tentang khitab-Nya yang ditujukan kepada kaum musyrik pada hari kiamat di hadapan para saksi. Hal ini dimaksudkan sebagai teguran dan celaan terhadap mereka (agar mereka sadar dari kemusyrikannya). Allah ﷻ berfirman: "Panggillah oleh kalian sekutu-sekutu-Ku yang kalian katakan itu!" (Al-Kahfi: 52) Yakni saat kalian di dunia, pada hari ini panggillah mereka agar menyelamatkan kalian dari penderitaan azab yang kalian alami ini.
Keadaannya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain: "Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kalian Kami ciptakan pada mulanya, dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian dan Kami tiada melihat beserta kalian pemberi syafaat yang kalian sangka sebagai sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kalian dan telah lenyap dari kalian apa yang dahulu kalian sangka (sebagai sekutu Allah)." (Al-An'am: 94) Adapun firman Allah ﷻ: "Mereka lalu memanggilnya, tetapi sekutu-sekutu itu tidak menjawab panggilan mereka." (Al-Kahfi: 52) Keadaannya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: "Dikatakan (kepada mereka), ‘Serulah oleh kalian sekutu-sekutu kalian’, lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak menjawab (seruan) mereka." (Al-Qashash: 64), hingga akhir ayat.
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat mengabulkan (doa)nya." (Al-Ahqaf: 5), hingga akhir ayat. "Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82) Mengenai firman Allah ﷻ: "Dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan (neraka)." (Al-Kahfi: 52) Ibnu Abbas dan Qatadah serta lain-lainnya yang tidak hanya seorang dari kalangan ulama Salaf mengatakan, yang dimaksud dengan maubiqan ialah tempat kebinasaan. Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Umar Al-Bakkali pernah menceritakan dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa maubiqan adalah nama sebuah lembah yang dalam, yang dengannya terpisahkan antara ahli hidayah dan ahli kesesatan pada hari kiamat nanti; yang dimaksud dengan lembah ialah jurang.
Kemudian Qatadah mengatakan bahwa maubiqan adalah nama sebuah lembah (jurang) di dalam neraka Jahannam. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sinan Al-Qazzaz, telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai', bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: "Dan Kami adakan untuk mereka tempat kebinasaan." (Al-Kahfi: 52) Bahwa maubiqan adalah nama sebuah lembah di dalam neraka Jahannam yang penuh berisikan nanah dan darah.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa maubiqan adalah permusuhan. Dapat disimpulkan dari makna lahiriah konteks ayat bahwa yang dimaksud dengan maubiqan adalah tempat yang membinasakan. Untuk itu, boleh ditakwilkan dengan pengertian nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam, atau lainnya. Makna ayat menunjukkan, Allah menjelaskan bahwa tidak ada jalan bagi orang-orang musyrik itu untuk sampai kepada sembahan-sembahan mereka yang mereka anggap sebagai sekutu-sekutu Allah ketika mereka di dunia.
Dan bahwa Allah ﷻ telah memisahkan antara mereka dan sembahan-sembahannya di akhirat, sehingga tidak ada jalan keselamatan bagi seorang pun dari kedua golongan itu, baik yang menyembah maupun yang disembah. Bahkan masing-masing dari mereka dipisahkan oleh tempat yang membinasakan, kengerian yang sangat dahsyat, dan azab yang besar. Adapun jika damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Bainahum," kembali kepada kaum mukmin dan kaum kuffar, sehingga artinya menjadi seperti berikut: "Dan Kami adakan tempat kebinasaan di antara mereka." Seperti yang dikatakan oleh Abdullah ibnu Amr, bahwa sesungguhnya di hari kiamat kelak orang-orang yang mendapat petunjuk dan orang-orang yang sesat akan dipisahkan.
Berarti pengertian ayat sama dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya: "Dan pada hari terjadinya kiamat, di hari itu mereka (manusia) bergolong-golongan." (Ar-Rum: 14) Pada hari itu mereka terpisah-pisah. (Ar-Rum: 43) (Dikatakan kepada orang-orang kafir), "Berpisahlah kalian (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang jahat." (Yasin: 59) Dan firman Allah ﷻ lainnya yang mengatakan: "(Ingatlah) suatu hari (ketika) Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), ‘Tetaplah kalian dan sekutu-sekutu kalian di tempat itu. Lalu Kami pisahkan mereka’." (Yunus: 28) sampai dengan firman-Nya: "Dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan." (Yunus: 30) Adapun firman Allah ﷻ: "Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka yakin bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat lari darinya." (Al-Kahfi: 53) Yakni di saat mereka menyaksikan neraka Jahanam dihadapkan kepada mereka seraya diseret dengan tujuh puluh ribu kendali, pada tiap-tiap kendalinya terdapat tujuh puluh ribu malaikat yang menyeretnya.
"Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka." (Al-Kahfi: 53) Mereka merasa yakin dan pasti bahwa diri mereka pasti dijatuhkan ke dalam neraka. Hal tersebut dimaksudkan sebagai penderitaan dan kesedihan buat mereka sebelum mereka menerima azabnya. Karena sesungguhnya rasa takut sebelum menerima azab merupakan siksaan lain yang tidak kalah mengerikannya. Firman Allah ﷻ: "Dan mereka tidak menemukan tempat lari darinya." (Al-Kahfi: 53) Maksudnya, tiada jalan bagi mereka untuk lari dari neraka itu dan masuk neraka itu merupakan suatu keharusan bagi mereka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, dari Rasulullah ﷺ yang bersabda: "Sesungguhnya orang kafir itu benar-benar dapat melihat neraka Jahanam sejauh jarak perjalanan empat ratus tahun, maka ia merasa yakin bahwa dirinya pasti dijatuhkan ke dalamnya."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Kudri yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Orang kafir dibiarkan berdiri selama lima puluh ribu tahun sebagai pembalasan tidak mau beramal di dunia, dan sesungguhnya orang kafir itu benar-benar dapat melihat neraka Jahanam dari jarak perjalanan empat puluh tahun, dan ia merasa yakin bahwa dirinya pasti dijatuhkan ke dalamnya."
Dan orang yang berdosa, yaitu para pendurhaka yang ketika di dunia
berbuat maksiat kepada Allah melihat neraka, lalu mereka menduga, yakni percaya bahwa mereka akan jatuh dan masuk ke dalamnya, dan mereka
tidak menemukan tempat berpaling untuk menghindar darinya. Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-macam perumpamaan, baik
dalam bentuk perbandingan maupun dalam bentuk kisah. Binatangbinatang yang kecil seperti nyamuk, lalat, dan lebah serta benda-benda
alam yang besar seperti gunung dan samudra, dijadikan contoh untuk
menarik perhatian manusia. Tetapi manusia adalah memang yang paling
banyak membantah. Mereka senantiasa mencari dalih untuk membantah kebenaran ayat-ayat Allah.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menerangkan bahwa orang-orang yang berdosa, yakni penyembah-penyembah berhala atau selain Allah, menyaksi-kan api neraka pada hari kiamat. Mereka menyadari bahwa mereka akan memasuki neraka itu, dan tidak ada jalan keluar dari ancaman itu sama sekali. Allah telah menetapkan azab kepada mereka. Tidak ada kemungkinan lagi bagi mereka untuk menghindarkan diri dari azab, karena sudah terkepung dari segala penjuru. Alangkah besar duka cita mereka itu ketika menunggu hukuman yang dijatuhkan atas diri mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PIMPINAN IBLIS
Dan (ingatlah) seketika Kami berkata kepada malaikat,
Ayat 50
“Sujudlah kamu kepada Adam!"
Di sini kisah lama ini diulang lagi, sebagaimana yang telah tersebut di dalam surah yang lain, baik sebelumnya ataupun sesudahnya. Oleh karena surah al-Kahf turun di Mekah, jelaslah bahwa kisah ini telah diperingatkan sejak dari bermula. Agar manusia ingat permusuhan yang timbul sejak semua di antara iblis dan manusia. Malaikat semuanya disuruh sujud, dan semuanya pun sujud, hanya iblis saja yang tidak."Maka sujudlah mereka kecuali iblis." Malaikat semuanya sujud karena taatnya kepada Allah. Pada surah yang terdahulu, surah al-lsraa' ayat 61 telah dije-laskan Allah apa sebab iblis tidak mau sujud. Dia enggan karena merasa dirinya lebih mulia; sebab manusia hanya terjadi dari tanah, iblis merasa tinggi sebab dia terjadi dari api (surah al-A'raaf dan surah Shaad ayat 76). Lalu Allah melanjutkan tentang diri iblis itu siapa."Adalah dia itu dari jin." Hal ini ditegaskan oleh Allah, untuk menghilangkan keraguan dalam pikiran kita tentang asal-usul iblis meskipun dia sama-sama disuruh sujud dengan malaikat.
Ada tersebut di dalam sebuah hadits yang dirawikan di dalam Shahih Muslim yang dite-rimanya dari Aisyah,
Dijadikan malaikat-malaikat itu dari nur (cahaya) dan dijadikan iblis itu dari lidah api dan dijadikan Adam dari yang telah diunjukkan sifatnya kepada kamu. Apabila perlu, tempayan pun meluapkan isi yang tersimpan di dalamnya, dan di mana perlu orang kembali kepada asalnya. iblis mencoba meniru-niru malaikat beribadah dan bertekun tunduk. Sebab itu mereka pun di-masukkan dalam kumpulan (malaikat-malaikat) yang turut dipanggil, tetapi mereka telah men-durhaka (dengan mengingkari perintah sujud)." (HR Muslim)
Tegasnya, dia kembali kepada tabiat asalnya.
Dengan ayat ini tegaslah bahwa iblis itu bukanlah malaikat dan bukan sama asal kejadian dengan malaikat, iblis keturunan jin dan jin terjadi dari lidah api. Lidah api ialah ujung api nyala yang sangat panas sehingga saking nyalanya warnanya telah dekat kepada hijau. Maka keterangan Al-Qur'an dalam ayat ini yang menegaskan bahwa iblis itu adalah dari jin jua, tertolaklah cerita Israiliyat yang mengatakan bahwa iblis itu sama asal kejadiannya dengan malaikat."Maka dia pun mendurhaka dari perintah Tuhannya."
Seperti tersebut di dalam beberapa ayat yang lain yang telah kita salinkan tadi, iblis mendurhaka karena sombong Abaa wos-takbara! (Enggan dan sombong!) Lalu datanglah penegasan Allah berupa pertanyaan, “Maka apakah akan kamu ambil dia dan anak cucunya akan menjadi pimpinan selain Aku?" iblis telah mendurhaka kepada Allah karena sombong. Apakah iblis yang mendurhaka kepada-Ku itu yang akan kamu ambil menjadi pimpinan hidupmu untuk tukaran dari Aku, Allah, Tuhanmu? “Padahal mereka itu bagi kamu adalah musuh!" Bukankah kamu telah pun mengetahui bahwa iblis dan anak cucunya itu adalah musuh-musuh kamu.
Sungguh “amat buruklah, bagi orang-orang yang zalim yang dijadikan tukaran."
Sekali lagi disebut orang yang zalim, yang salah berhitung, yang menyesatkan diri sendiri; Allah ditukarnya dengan iblis! Bukan saja iblis, bahkan sampai kepada anak-cucu iblis, mereka puja, mereka sembah, mereka jadikan mata pencarian dan sumber hidup.
Ayat 51
“Tidaklah mereka itu Aku jadikan saksi pada penciptaan sekalian langit dan bumi."
Pada ayat ini Allah memperlihatkan kekuasaannya yang mutlak. Sekalian langit ini dan bumi yang kamu diami ini Aku ciptakan sendirian, dengan tidak minta tolong kepada yang lain, termasuk iblis. Bahkan seketika Aku menciptakan itu tidaklah Aku mengundang si iblis buat menyaksikannya atau meminta persetujuan. Bahkan pada waktu itu iblis itu pun belum aku ciptakan."Dan tidak pula pada penciptaan diri mereka sendiri." Baru kemudian, setelah dengan kehendak kudrat iradat-Ku, Aku ciptakan pula jin sebagai nenek moyang yang menurunkan iblis itu. Aku ciptakan dia, bukanlah atas kehendaknya, melainkan kehendak-Ku sendiri. Sebab itu maka iblis itu pun adalah makhluk seperti kamu juga. Mengapa kamu mau tunduk kepadanya? “Dan tidaklah Aku menjadikan penyesat jadi penolong." Sejak semula Allah telah memberi ingat dengan perantaraan para rasul itu bahwa semenjak pengusiran dari surga Adn, iblis itu adalah musuh besar manusia. Dan dia telah bertekad hendak menyesatkan manusia. Sebab itu Allah memberikan peringatan bahwa Iblis adalah penyesat. Dan penyesat bukanlah penolong. Penolong kamu sejati adalah Allah!
Ayat 52
“Dan (ingatlah) akan hari."
Ingatlah akan hari Kiamat yang akan datang dan pasti datang itu! “Yang Dia akan ber-firman, “Panggillah sekutu-sekutu-Ku yang kamu ada-adakan itu!"
Pada hari itu kelak segala penyembah berhala, penyembah kayu dan batu, penyembah benda-benda dan orang-orang yang men-dewa-dewakan menuhan-nuhankan, sesamanya manusia, baik ketika manusia itu hidup atau terhadap kuburnya sesudah dia mati, yang dipuja disembah dan dipandang ada kuasanya di samping kuasa Allah, semua penyemban itu kelak akan disuruh berkumpul ke hadapan hadirat Allah dan mereka disuruh memanggil segala persembahan mereka itu, suruh berhadapan dengan Allah."Lalu mereka panggil!" Tetapi apakah yang terjadi? “Namun mereka tidaklah ada yang menyahut panggilan itu." Berhala-berhala, pendewaan, manusia yang dituhankan dan barang benda yang banyak itu, semuanya tidak ada yang menyahut. Kalau dia dari kayu atau batu dan segala yang berupa benda, tentu tidak ada yang akan menyahut, karena mereka hanya benda yang beku. Kalau yang didewakan itu sesama manusia, maka kebanyakan sesama manusia itu dituhankan di luar tahu mereka. Mereka diagung-agungkan demikian rupa, hanyalah karena khayat si penyembah itu saja. Tetapi kalau memang manusia itu sendiri yang menghendaki supaya dirinya yang dituhankan, sebagai yang dilakukan Fir'aun, tentu di hari itu dia pun akan bersama londong ke neraka. Sebab itu ujung ayat tersebut,
“Dan Kami adakan di antara mereka itu satu tempat kehancuran"
Tempat kehancuran, maubiqaa, itu ialah neraka Jahannam.
Pada ayat yang berikutnya lebih jelas lagi.
Ayat 53
“Dan melihatlah orang-orang yang durhaka itu akan api neraka, maka tahu pastilah mereka bahwa mereka akan berjatuhan ke dalamnya."
Mereka menjadi tahu pasti, zhan dengan makna yakin, sebagaimana yang telah tersebut juga dalam ayat 49 di atas tadi; sejak kitab dikembangkan telah mereka lihat daftar amal dan usaha, kesalahan dan keteledoran. Dan dosa puncak yang tidak maaf lagi, kecuali dengan tobat, ialah mempersekutukan yang lain dengan Allah.
“Dan tidak ada bagi mereka tempat berlindung darinya. “
Tidaklah ada lagi tempat berlindung bagi mereka itu dari ancaman api neraka itu. Sebab tempat berlindung yang sejati, yaitu Allah, telah mereka persekutukan selama ini. Kemurkaan Allah yang telah menimpa kepada diri mereka. Maka kalau hendak mencari tempat berlindung dari bahaya api neraka itu, tidak ada lain waktunya melainkan sementara hidup di atas dunia inilah.
Dan jika mereka berjatuhan ke sana, ke dalam api neraka itu, adalah suatu akibat yang wajar dari langkah salah yang telah mereka tempuh di waktu hidup dalam dunia ini. Sebab itu maka mereka masuk ke sana itu bukanlah teraniaya, melainkan menerima sifat keadilan Ilahi.