Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقُلِ
dan katakanlah
ٱلۡحَقُّ
kebenaran
مِن
dari
رَّبِّكُمۡۖ
Tuhan kalian
فَمَن
maka barangsiapa
شَآءَ
menghendaki
فَلۡيُؤۡمِن
maka berimanlah
وَمَن
dan barang siapa
شَآءَ
menghendaki
فَلۡيَكۡفُرۡۚ
maka kafirlah
إِنَّآ
sesungguhnya Kami
أَعۡتَدۡنَا
Kami telah menyediakan
لِلظَّـٰلِمِينَ
bagi orang-orang yang zalim
نَارًا
neraka
أَحَاطَ
meliputi
بِهِمۡ
dengan mereka
سُرَادِقُهَاۚ
asapnya/gejolaknya
وَإِن
dan jika
يَسۡتَغِيثُواْ
mereka meminta minum
يُغَاثُواْ
mereka diberi minum
بِمَآءٖ
dengan air
كَٱلۡمُهۡلِ
seperti logam yang mendidih
يَشۡوِي
menghanguskan
ٱلۡوُجُوهَۚ
wajah-wajah
بِئۡسَ
paling jelek
ٱلشَّرَابُ
minuman
وَسَآءَتۡ
dan paling buruk
مُرۡتَفَقًا
tempat istirahat
وَقُلِ
dan katakanlah
ٱلۡحَقُّ
kebenaran
مِن
dari
رَّبِّكُمۡۖ
Tuhan kalian
فَمَن
maka barangsiapa
شَآءَ
menghendaki
فَلۡيُؤۡمِن
maka berimanlah
وَمَن
dan barang siapa
شَآءَ
menghendaki
فَلۡيَكۡفُرۡۚ
maka kafirlah
إِنَّآ
sesungguhnya Kami
أَعۡتَدۡنَا
Kami telah menyediakan
لِلظَّـٰلِمِينَ
bagi orang-orang yang zalim
نَارًا
neraka
أَحَاطَ
meliputi
بِهِمۡ
dengan mereka
سُرَادِقُهَاۚ
asapnya/gejolaknya
وَإِن
dan jika
يَسۡتَغِيثُواْ
mereka meminta minum
يُغَاثُواْ
mereka diberi minum
بِمَآءٖ
dengan air
كَٱلۡمُهۡلِ
seperti logam yang mendidih
يَشۡوِي
menghanguskan
ٱلۡوُجُوهَۚ
wajah-wajah
بِئۡسَ
paling jelek
ٱلشَّرَابُ
minuman
وَسَآءَتۡ
dan paling buruk
مُرۡتَفَقًا
tempat istirahat
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, siapa yang menghendaki (beriman), hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki (kufur), biarlah dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang zalim yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (dengan meminta minum), mereka akan diberi air seperti (cairan) besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang paling jelek.
Tafsir
(Dan katakanlah) kepadanya dan kepada teman-temannya, bahwa Al-Qur'an ini (adalah benar datang dari Rabb kalian, maka barang siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir). Kalimat ayat ini merupakan ancaman buat mereka. (Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu) yaitu bagi orang-orang kafir (neraka, yang gejolaknya mengepung mereka) yang melahap apa saja yang dikepungnya. (Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih) seperti minyak yang mendidih (yang menghanguskan muka) karena panasnya, jika seseorang mendekat kepadanya (seburuk-buruk minuman) adalah minuman itu (dan ia adalah sejelek-jelek) yakni neraka itu (tempat istirahat). Lafal Murtafaqan sebagai lawan makna yang telah disebutkan di dalam ayat yang lain sehubungan dengan gambaran surga, yaitu firman-Nya, "Dan surga itu adalah tempat istirahat yang paling indah" (Q. S, 18 Al-Kahfi, 31). Jika tidak diartikan demikian, maka tidaklah pantas neraka dikatakan sebagai tempat istirahat.
Tafsir Surat Al-Kahfi: 29
Dan katakanlah, "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin (beriman), silakan ia beriman; dan barang siapa yang ingin (kafir), silakan ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Allah ﷻ, berfirman kepada Rasul-Nya, "Hai Muhammad, katakanlah kepada manusia, bahwa apa yang engkau sampaikan kepada mereka dari Tuhan mereka adalah kebenaran yang tiada kebimbangan serta tiada keraguan padanya." Maka barangsiapa yang ingin (beriman), silahkan ia beriman; dan barangsiapa yang ingin (kafir), silahkan ia kafir. (Al-Kahfi: 29) Kalimat ini mengandung ancaman dan peringatan yang keras. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan: "Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu." (Al-Kahfi: 29) Maksudnya Kami mengincar mereka. Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim adalah orang-orang yang ingkar kepada Allah, Rasul-Nya dan Kitab-Nya. "Neraka yang gejolaknya mengepung mereka." (Al-Kahfi: 29) Yang dimaksud dengan suradiquha ialah tembok-tembok neraka. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Diraj, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah ﷺ yang bersabda: "Sesungguhnya pembatas-pembatas neraka itu ada empat tembok, ketebalan masing-masingnya sama dengan sejauh perjalanan empat puluh tahun."
Hadits ini diketengahkan oleh Imam At-Tirmidzi dalam Bab "Sifatun Nar" (gambaran neraka); dan oleh Ibnu Jarir dalam kitab tafsirnya, melalui hadits Diraj Abus Samah dengan sanad yang sama. Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: "Yang gejolaknya mengepung mereka." (Al-Kahfi: 29) Yaitu tembok yang berupa api yang mengepung mereka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Husain ibnu Nasr dan Al-Abbas ibnu Muhammad; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Asim, dari Abdullah ibnu Umayyah, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Huyay ibnu Ya'la dari Safwan ibnu Ya'la, dari Ya' la ibnu Umayyah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Jahanam itu tiada ubahnya dengan lautan." Ketika ditanyakan kepada beliau, "Mengapa demikian?" Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: "Yang gejolaknya mengepung mereka." (Al-Kahfi: 29) Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: "Demi Allah, aku tidak akan memasukinya selama-lamanya; atau selama aku hidup, tiada sepercik pun darinya yang mengenaiku."
Firman Allah ﷻ: "Dan jika mereka minta minum, mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka." (Al-Kahfi: 29) hingga akhir ayat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa muhl artinya air yang kental seperti minyak goreng yang mendidih. Mujahid mengatakan, muhl adalah seperti darah dan nanah. Ikrimah mengatakan bahwa muhl artinya sesuatu yang panasnya tak terperikan. Yang lain mengatakan bahwa muhl artinya sesuatu yang dilebur dengan api. Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud melebur sesuatu dari emas di dalam sebuah tungku kecil; setelah mencair dan berbuih ia mengatakan, "Inilah yang lebih mirip dengan muhl." Ad-Dahhak mengatakan bahwa air neraka Jahannam itu hitam, neraka Jahannam itu sendiri hitam, dan para penduduknya hitam pula.
Semua pendapat yang telah disebutkan di atas tidak bertentangan satu sama lain, karena sesungguhnya pengertian muhl mencakup semua sifat buruk itu, yakni hitam, busuk, kasar dan panas. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya: "Yang menghanguskan muka." (Al-Kahfi: 29) Yakni karena panasnya. Jika orang kafir hendak meminumnya dan mendekatkannya ke mukanya, maka muhl membakarnya hingga kulit wajahnya rontok ke dalamnya, seperti yang disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad berikut sanadnya yang telah disebutkan sebelum ini tentang tembok neraka, melalui Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah ﷺ yang bersabda, "Air seperti muhl," yakni seperti minyak yang mendidih; jika didekatkan ke muka peminumnya, maka rontoklah kulit mukanya, terjatuh ke dalamnya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi di dalam Bab "Gambaran Neraka", bagian dari kitab Jami'-nya melalui hadits Rasyidin ibnu Sa'd, dari Amr ibnul Haris, dari Diraj dengan sanad yang sama. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan, kami tidak mengenal hadis ini kecuali melalui riwayat Rasyidin. Dan Imam At-Tirmidzi pernah membicarakan tentang predikatnya dalam periwayatan hadis dalam masalah hafalannya.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya seperti yang telah disebutkan di atas melalui Hasan Al-Asy-yab, dari Ibnu Lahi'ah, dari Diraj. Abdullah ibnu Mubarak, dari Baqiyyah ibnul Walid, telah meriwayatkan dari Safwan ibnu Amr, dari Abdullah ibnu Bisyr, dari Abu Umamah, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan firman-Nya: "Dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu." (Ibrahim: 16-17) Nabi ﷺ bersabda, "Minuman itu disuguhkan kepadanya, maka ia menolaknya; dan apabila didekatkan minuman itu kepadanya, terpangganglah mukanya dan berguguran lah kulit kepalanya. Apabila dia meminumnya, maka berantakanlah semua isi perutnya." Allah ﷻ berfirman: "Dan jika mereka meminta minum, mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk." (Al-Kahfi: 29)
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa apabila penduduk neraka merasa lapar, mereka minta makan, lalu diberikan makanan dari buah zaqqum dan mereka memakannya, maka berguguranlah kulit muka mereka. Seandainya seseorang bertemu dengan mereka, dia pasti akan mengenal mereka karena bau hangus dari kulit muka mereka yang terbakar. Kemudian ditimpakan kepada mereka rasa haus, lalu mereka minta minum, maka diberilah minuman seperti besi yang dilebur, yaitu minuman yang panasnya tidak terperikan. Apabila minuman itu didekatkan ke mulut mereka, maka dengan serta merta terpangganglah daging muka mereka karena sangat panasnya, sehingga jatuh berguguran. Karena itulah sesudah menggambarkan minuman ini dengan gambaran yang buruk lagi tercela, Allah berfirman: "Itulah seburuk-buruk minuman." (Al -Kahfi: 29) Yakni itulah minuman yang paling buruk. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: "Dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya." (Muhammad: 15) Dan firman Allah ﷻ : "Diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas." (Al-Ghasyiyah: 5) Maksudnya, panasnya tak terperikan.
Seperti yang disebutkan dalam ayat lainnya melalui firman-Nya: Dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Adapun firman Allah ﷻ : "Dan tempat istirahat yang paling buruk." (Al-Kahfi: 29) Yakni seburuk-buruknya tempat tinggal, tempat berbaring, tempat berkumpul, dan tempat istirahat adalah neraka. Sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: "Sesungguhnya Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." (Al-Furqan: 66)
Dan katakanlah wahai Nabi Muhammad, kepada siapa saja bahwa
Kebenaran, yakni Al-Qur'an yang kusampaikan kepadamu itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa di antara kamu yang ingin beriman
kepada wahyu yang kusampaikan hendaklah dia beriman, keuntungan
dan manfaatnya akan kembali kepada diri mereka sendiri, dan barang
siapa di antara kamu yang ingin kafir, menolak kebenaran itu, biarlah
dia kafir, kerugian dan mudaratnya akan kembali kepada diri mereka
sendiri. Allah menerangkan kerugian yang akan menimpa mereka dengan menyatakan, Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi
orang zalim, yakni mereka yang angkuh dan menolak kebenaran yang
kusampaikan, yang gejolaknya mengepung mereka dari segala penjuru.
Jika mereka meminta pertolongan dari panasnya api neraka itu, mereka
akan diberi minum dengan air seperti cairan besi atau minyak yang keruh yang mendidih yang panasnya menghanguskan wajah bila didekatkan
kepadanya. Itulah minuman yang paling buruk dan neraka tempat dihidangkan minuman itu adalah tempat istirahat yang paling jelek. Sesungguhnya mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
membuktikan keimanannya dengan mengerjakan kebajikan sesuai tuntunan Kami. Kepada mereka Kami memberikan pahala yang besar. Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan
perbuatan yang baik itu.
Diriwayatkan bahwa 'Uyainah bin Hishn al-Fazary datang kepada Nabi Muhammad ﷺ sebelum dia masuk Islam. Ketika itu beberapa orang sahabat Nabi yang fakir berada di sampingnya, di antaranya adalah Salman al-Farisi yang sedang berselimut jubah dan tubuhnya mengeluarkan keringat, karena sedang menganyam daun korma. 'Uyainah berkata kepada Rasul saw, "Apakah bau mereka (sahabat-sahabat yang fakir) tidak mengganggumu? Kami ini pemuka-pemuka bangsawan suku Mudar. Jika kami masuk Islam, maka semua suku Mudar akan masuk Islam. Tidak ada yang mencegah kami untuk mengikutimu, kecuali kehadiran mereka. Oleh karena itu, jauhkanlah mereka agar kami mengikutimu atau adakan untuk mereka majelis tersendiri, dan kami majelis tersendiri pula." Kemudian turunlah ayat ini.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ memerintahkan Rasul-Nya agar bersabar dan dapat menahan diri untuk duduk bersama dengan beberapa orang sahabatnya yang tekun dalam ibadah sepanjang hari karena mengharapkan rida Allah ﷻ semata. Para sahabat itu hidup dalam kesederhanaan jauh dari kenikmatan duniawi. Mereka itu antara lain ialah: Ammar bin Yasir, Bilal, shuhaib, Ibnu Mas'ud, dan sahabat-sahabat lainnya.
Di surah yang lain, Allah berfirman:
Janganlah engkau mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan engkau (berhak) mengusir mereka, sehingga engkau termasuk orang-orang yang zalim. (al-An'am/6: 52)
Sikap kaum musyrikin terhadap sahabat-sahabat Nabi yang fakir itu sama halnya dengan sikap kaum Nuh terhadap pengikut-pengikut Nabi Nuh a.s. sebagaimana difirmankan Allah swt:
Mereka berkata, "Apakah kami harus beriman kepadamu, padahal pengikut-pengikutmu orang-orang yang hina?" (asy-Syu'ara'/26: 111)
Sudah semestinya Rasul ﷺ tidak mengindahkan sikap orang kafir itu. Allah ﷻ memperingatkan beliau agar jangan sampai meninggalkan dan meremehkan sahabat-sahabatnya yang fakir, karena hanya didorong oleh kepentingan duniawi atau disebabkan adanya harapan terhadap keimanan orang-orang yang kaya dari kaum musyrikin. Para sahabat itu adalah orang-orang yang dengan ikhlas hatinya memilih jalan hidup sederhana dan rela meninggalkan segala kelezatan duniawi semata-mata untuk mencari rida Allah. Rasul ﷺ mengucapkan syukur kepada Allah atas kehadiran mereka itu di tengah-tengah umatnya. Katanya:
Segala puji bagi Allah yang telah menghadirkan di kalangan umatku orang yang aku diperintahkan untuk sabar menahan diriku bersama dia. (Riwayat Ibnu Jarir ath-thabari, Ath-thabrani, dan Ibnu Mardawaih)
Dengan demikian, memandang rendah dan meremehkan orang-orang yang hidup miskin dan melarat, tidak dibenarkan oleh agama Islam, terutama bila mereka orang ahli ibadah dan takwa. Allah dengan tegas melarang Muhammad ﷺ menuruti keinginan para pemuka kaum musyrikin untuk menyingkirkan orang-orang yang fakir dari majelisnya. Orang yang meng-ajukan permintaan seperti itu adalah orang-orang yang sudah tertutup jiwa mereka untuk kembali kepada Tuhan, dan memiliki tabiat yang buruk. Perbuatan mereka yang melampaui batas, kefasikan, dan kemaksiatan menambah gelap hati mereka, sehingga akhirnya mereka bergelimang dalam dosa.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MEMBENTUK PENDUKUNG CITA
Setelah selesai penjelasan Allah tentang penghuni gua, Allah wahyukan kepada Rasul-Nya,
Ayat 27
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepada engkau dari Kitab Tuhan engkau. Tidaklah ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya."
Yang sebaris pun tiadakan lupa dan setitik tiadakan hilang, firman dari yang Maha-tinggi yang tidak dicampuri tangan manusia, melainkan jadi tuntunan bagi manusia. Apa dan betapa pun kesulitan yang dihadapi namun Rasul wajib membacakannya kepada umatnya.
“Dan sekali-kali tidak akan engkau dapati selain dari-Nya tempat berlindung."
Yaitu berlindung dari kesulitan yang mana jua pun tidaklah bisa. Tetapi akan kembali ke-pada Allah jua.
Ayat 28
“Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di pagi dan petang hati karena menghanap keridhaan-Nya."
Sebab mereka itulah orang yang telah menerima kebenaran, yang telah iman dan yakin, yang telah mengurbankan segala-galanya buat Allah. Mereka telah meninggalkan jahiliyyah dan hidup bersama Nabi dalam Islam. Setia dalam senang dan susah, dan telah memutuskan ikatan dengan kaum keluarga mereka yang masih menyembah berhala. Bersedia mengikuti Nabi ke mana pun beliau berpindah (Muhajirin) dan bersedia menyambut dan membela beliau dengan harta dan jiwa (Anshar). Ada di antara mereka yang dahulu kaya, sekarang telah habis harta bendanya. Ada di antara mereka pemuda, yang telah putus dengan orang tuanya. Ada di antara mereka bekas budak, yang telah mendapat kembali harga diri karena iman. Pagi dan petang mereka menyembah Allah dengan tekun. Dan mereka yang berbagai corak itu telah bersatu dalam satu ikatan, yaitu ikatan Islam. Hendaklah engkau wahai utusan-Ku demikian firman Allah tahan dan sabar hidup bersama mereka dan pemimpin mereka. Sebab orang-orang itulah yang akan jadi pendukung Islam yang sejati kelak."Dan janganlah berpaling kedua matamu dari mereka." Artinya, hadapkanlah sepenuh-penuh perhatian kepada mereka."Karena engkau mengharapkan perhiasan hidup di dunia." Sebab pengikut-pengikut yang setia itu pada mulanya tidaklah dapat dibanggakan jadi perhiasan hidup. Orang orang seperti Bilal bekas budak orang Habsyi. Orang-orang seperti Abu Dzar anak desa yang tidak dikenal dalam masyarakat yang merasa dirinya tinggi dalam dunia Mekah, orang seperti Ammar bin Yasir, dan lain-lain memang tidak dapat diketengahkan dalam perhiasan duniawi. Lain dengan orang-orang terkemuka seperti Abu Jahal, Abu Sufyan, Abu Lahab, dan yang kaya dan terkemuka dan disegani.
“Dan janganlah engkau turuti orang-orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari ingatkan Kami dan mempentwiutkan hawa nafsunya. Dan adalah pekenjaannya itu melewati batas."
Begitu sombong mereka itu sehingga pernah mereka meminta kalau hendak mem-bicarakan sesuatu kepada mereka, hendaklah adakan pertemuan istimewa dengan mereka, dan sahabat-sahabat Nabi yang miskin atau mereka pandang hina jangan dibiarkan hadir. Sebab mereka berkata dengan kemasukan mereka jadi pengikut Muhammad, dengan kedudukan mereka yang tinggi dan pengaruh mereka yang besar, dan kekayaan mereka, Muhammad sendiri akan naik gengsi. Tetapi hendaklah dituruti pula kehendak mereka. Padahal tidak kurang pula pengikut Muhammad ﷺ yang bergengsi, bernama, berpengaruh, berharta, dan disegani. Seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Hamzah, dan Ja'far bin Abi Thalib. Setelah mereka jadi pengikut Muhammad saw, mereka lemparkan perhiasan dunia itu semua. Mereka pergi duduk sama rendah, tegak sama tinggi dengan Bilal, Abu Dzar, dan lain-lain. Mereka berlomba menegakkan iman takwa shalat pagi dan petang hari, Nabi Muhammad dilarang memedulikan permintaan orang yang memperturutkan hawa nafsu dan melampaui batas itu.
Tersebutlah sebab-sebab turun ayat ini yang menyuruh Nabi ﷺ bersabar hati menghadapi dan membimbing orang-orang yang tetap menyeru Asma Allah mereka pagi dan petang; artinya supaya Nabi ﷺ duduk bersama mereka dalam majelis mereka; baik mereka itu kaya ataupun mereka orang miskin, baik mereka itu kuat atau orang lemah. Turun ayat ini kononnya karena bangsawan-bangsawan Quraisy itu meminta kepada Nabi ﷺ supaya disediakan waktu istimewa dan majelis yang istimewa untuk mereka. Dan dilarang hadir sahabat-sahabat Nabi ﷺ yang mereka anggap orang orang lemah, orang-orang yang tidak berarti dalam masyarakat di masa itu. Yang mereka pandang tidak duduk sama rendah dan tegak sama tinggi dengan mereka itu ialah Bilal bin Rabah, Amar bin Yasir, Shuhail, Khabab bin Arat, Abdullah bin Mas'ud. Mereka pandang orang-orang hina-dina tidak layak sekedudukan dengan mereka.
Menurut sebuah hadits shahih yang di-rawikan oleh Muslim, diterima dengan sanad-nya dari Sa'ad bin Abu Waqqash. Beliau ini bercerita, “Kami duduk-duduk bersama Nabi ﷺ enam orang. Sedang kami duduk dengan asyik di keliling Nabi, datanglah orang-orang musyrik itu dan berkata kepada Nabi ﷺ, “Minta supaya orang-orang itu disuruh keluar karena kami tidak pantas sekedudukan dengan mereka." Kami yang duduk keliling Nabi waktu itu ialah aku sendiri (kata Sa'ad) dan Abdullah bin Mas'ud, seorang teman dari persekutuan Hudzail dan Bilal, dan berdua lagi yang aku lupa namannya. Usul-usul mereka itu nyaris diterima beliau. Tiba-tiba datanglah ayat ini supaya beliau tetap sabar menghadapi kami dan jangan sampai berpaling mata beliau dari kami karena mengharapkan perhiasan dunia." Menurut lbnu Abbas janganlah engkau palingkan mata kepada orang-orang yang sombong karena kebangsawanannya dan kekayaannya itu. Karena itu hanya perhiasan dunia saja. Orang-orang seperti itu hanya melagak, membusungkan dada dengan kekayaan dan kemegahan dunia, sedang peng-ikut-pengikutmu yang setia itu, yang senantiasa menyebut nama Allah mereka pagi dan petang, bertasbih, bertahmid, bertakbir, dan bertahlil, adalah orang-orang yang telah melepaskan hati mereka dari ikatan dunia dan lekatlah hati mereka kepada Allah semata-mata. Itulah kawan engkau yang sejati! Tegasnya lagi, janganlah engkau ikut rayukan atau kehendak dari mereka itu, bangﷺan-bangﷺan yang sombong itu. Karena orang-orang seperti itu tidak dapat dijadikan kawan. Sebab hati mereka telah tertutup dari ingat akan Allah. Petang dan pagi mereka hanya memperturutkan hawa nafsu. Yang mereka cari siang malam hanyalah harta benda, isi alam yang dijadikan Tuhan, sesuatu yang tidak kekal. Dan segala usaha dan kerjanya tidak lagi mengenal batas-batas, halal dan haram. Itulah yang dinamai pada ujung ayat dalam bahasa Arab: Furuthaa. Artinya telah terlepas dari segala ikatan sopan santun, peraturan, budi bahasa, asal keuntungan didapat.
Di dalam segala zaman, orang-orang seperti itulah yang banyak permintaannya, banyak usulnya. Mereka minta diistimewakan. Dan kalau hendaknya tidak diperkenankan, mereka akan tetap jadi penghalang. Sedang orang-orang yang dengan tidak banyak pikir, lalu menceburkan dirinya ke dalam karena cita-cita tinggi itu, biasanya ialah orang yang tidak bernama. Orang yang biasanya disebut tingkat bawah.
Seperti itu jugalah halnya orang-orang yang merasa dirinya tinggi dan istimewa di zaman Nabi Nuh. Mereka menyatakan bersedia menjadi pengikut beliau asal saja orang rendah-rendah yang tidak mempunyai kedudukan (posisi) dan tidak terpelajar (intelektual) jangan dicampurbaurkan dengan mereka. Sebab itu akan merendahkan martabat mereka. Dan begini jualah terus yang terjadi di tiap zaman pada mereka yang menilai manusia dari segi benda dan kulit yang lahir.
Maka pada ayat yang selanjutnya disuruhlah Rasulullah ﷺ mengatakan yang tegas dan pasti.
Ayat 29
“Dan katakanlah, “Kebenaran adalah dari Tuhan kamu."
Artinya kebenaran datang dari Allah, bukan dari aku dan bukan dari kamu. Kebenaran adalah di atas dari kita semuanya. Dalam menghadapi kebenaran itu tidaklah berbeda di antara orang kaya dan orang yang miskin, atau orang yang kuat dengan orang yang lemah."Sebab itu maka barangsiapa yang mau, berimanlah." Kalau dia merasa bahwa yang benar memang besar, disetujui oleh hati sendiri, kalau mau, berimanlah."Dan barangsiapa yang mau, maka kafirlah!" Sebab kamu sendiri ada diberi akal. Engkau sendiri dapatlah menimbang dan mengunci kebenaran itu. Jika kamu beriman, selamatlah kamu, sebab kamu telah menurut suara dari akalmu sendiri. Dan jika kamu mau kafir, yang akan menanggung akibat dari kekafiran itu bukan pula orang lain, melainkan kamu sendiri juga."Sesungguhnya Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang zalim itu api neraka; yang akan mengepung kepada mereka pagar-pagarnya." Orang yang kafir adalah orang yang zalim, orang yang aniaya. Karena dia melawan kebenaran. Padahal kebenaran dari Allah. Dan dia melawan akal murninya sendiri. Dia zalimm artinya menganiaya dirinya sendiri. Niscaya nerakalah tempatnya, tidak lain. Sebab dia sendiri yang memilih jalan ke sana. Mana akan jadi, orang yang memilih sendiri jalan aniaya, lalu akan sampai ke tempat yang bahagia? Neraka itu akan jadi tempat mereka, dan mereka akan terkepung di dalam. Mereka tidak bisa keluar, sebab pagarnya kukuh! “Dan jika mereka minta minum, akan diberi minum mereka dengan air yang seperti logam cair, yang menghanguskan muka mereka." Sebab itu tidaklah mereka akan terlepas dari kehausan, melainkan kian diminum kian sengsara, muka hangus dibakar oleh panasnya api neraka dan panasnya minuman yang laksana logam cair itu.
“Sejahat-jahat minuman dan seburuk-buruk tempat duduk."
Cuma begitulah akhir kesudahan atau akibat dari orang-orang yang sombong itu, yang merasa kedudukannya yang sekarang terlalu tinggi, lalu menolak kebenaran yang datang dari Allah karena merasa hina akan disamakan dengan manusia yang mereka anggap hina dan rendah.
Tetapi sebaliknya orang-orang yang mereka rendahkan itu, padahal hidup mereka telah dipenuhi oleh ingat akan Allah, orang yang jiwanya telah dilatih dengan kepercayaan.
Ayat 30
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh."
Tegasnya, bahwa iman yang telah ada dalam jiwanya telah berbuah kepada sikap hidupnya; imannya telah membuahkan perbuatan-perbuatan yang baik.
“Sesungguhnya Kami tidak akan menyia-nyiakan ganjaran bagi orang yang memperbaiki amal."
Susunan ayat ini memberi kesan dalam perhitungan kita bahwa iman tidaklah pernah mandul. Iman mesti membuahkan amal saleh. Sebab iman itu ialah qauiun dan amalun: kata dan perbuatan. Dan perbuatan itu tidak sembrono, asal jadi saja. Melainkan selalu diperbaiki mutunya, dipertinggi nilainya. Bertambah tinggi mutu iman, bertambah tinggi pula mutu amal. Sampai akhir hayat hendaknya ditutup dengan husnul khatimah, penutupan yang indah.
Maka tersebutlah tiga peringatan yang
ditempuh dalam hidup. Pertama, iman. Kedua, Islam, dengan Islam dilambangkan amal saleh. Ketiga, ihsan, yakni selalu memperbaiki dan mempertinggi mutu.
Apa janji Allah untuk mereka?
Ayat 31
“Mereka itu, bagi mereka surga ‘Adn."
Surga yang kekal! “Yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai." Sebagai pertanda dari kesuburan dan kesegaran udara! “Diper-hiasi mereka padanya dengan gelang-gelang dari emas." Badan akan dihiasi sepantasnya, tangan akan digelangi berbagai gelang."Dan mereka memakai pakaian-pakaian hijau dari sutra yang halus dan sutra bersongket emas, sambil bersandar padanya di atas peterana ketinggian" yang tiada taranya.
“Seindah-indah pahala dan sebagus-bagus tempat duduk."