Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّهُمۡ
sesungguhnya
إِن
jika
يَظۡهَرُواْ
mereka melihat/mengetahui
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
يَرۡجُمُوكُمۡ
mereka akan melempar kamu
أَوۡ
atau
يُعِيدُوكُمۡ
mereka akan mengembalikan
فِي
dalam
مِلَّتِهِمۡ
agama mereka
وَلَن
dan tidak
تُفۡلِحُوٓاْ
kamu beruntung
إِذًا
jika demikian
أَبَدٗا
selama-lamanya
إِنَّهُمۡ
sesungguhnya
إِن
jika
يَظۡهَرُواْ
mereka melihat/mengetahui
عَلَيۡكُمۡ
atas kalian
يَرۡجُمُوكُمۡ
mereka akan melempar kamu
أَوۡ
atau
يُعِيدُوكُمۡ
mereka akan mengembalikan
فِي
dalam
مِلَّتِهِمۡ
agama mereka
وَلَن
dan tidak
تُفۡلِحُوٓاْ
kamu beruntung
إِذًا
jika demikian
أَبَدٗا
selama-lamanya
Terjemahan
Sesungguhnya jika mereka (mengetahui dan) menangkapmu, niscaya mereka akan melemparimu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Jika demikian, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.”
Tafsir
(Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian, niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu) niscaya mereka akan membunuh kalian dengan lemparan batu (atau memaksa kalian kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kalian tidak akan beruntung) yakni jika kalian kembali kepada agama mereka (selama-lamanya)".
Tafsir Surat Al-Kahfi: 19-20
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sudah berapa lamakah kalian berada (di sini)?" Mereka menjawab, "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain), "Tuhan kalian lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kalian pergi ke kota dengan membawa uang perak kalian ini, dan hendaklah dia perhatikan mana makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untuk kalian;dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan keadaan kalian kepada seorang pun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian, niscaya mereka akan melempari kalian dengan batu, atau memaksa kalian kembali kepada agama mereka; dan jika demikian, niscaya kalian tidak akan beruntung selama-lamanya."
Allah ﷻ menyebutkan, "Sebagaimana Kami buat mereka tertidur, begitu pula Kami bangunkan mereka seperti keadaan semula. Tubuh mereka dalam keadaan sehat, rambut dan kulit mereka seperti semula saat mereka tertidur. Tiada sesuatu pun yang kurang atau berubah dari keadaan mereka, padahal mereka tertidur selama tiga abad lebih sembilan tahun." Karena itulah mereka saling bertanya satu sama lain, seperti yang disitir oleh firman-Nya: “Sudah berapa lamakah kalian berada (di sini)?” (Al-Kahfi: 19) Yakni berapa lamakah kalian tidur di tempat ini? Mereka menjawab, "Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari." (Al-Kahfi: 19) Itu karena ketika mereka masuk ke dalam gua itu hari masih pagi, dan mereka terbangun ketika hari telah sore.
Karena itulah mereka dalam jawabannya memakai kata atau, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: "...atau setengah hari. Berkata (yang lain), "Tuhan kalian lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada (di sini)." (Al-Kahfi: 19) Maksudnya, hanya Allah-lah yang lebih mengetahui urusan kalian. Seakan-akan terjadi kebimbangan di kalangan mereka tentang lamanya masa tidur mereka, hanya Allah yang lebih mengetahui. Kemudian akhirnya mereka mengalihkan perhatiannya kepada urusan yang lebih penting bagi mereka saat itu, yaitu mencari makanan dan minuman buat mereka, karena mereka sangat memerlukannya.
Untuk itu mereka berkata: “Maka suruhlah salah seorang di antara kita pergi ke kota dengan membawa uang perak kita ini.” (Al-Kahfi: 19). Yaitu uang perak kalian ini. Demikian itu karena saat mereka pergi membawa sejumlah uang dirham perak dari rumahnya masing-masing untuk bekal keperluan mereka. Di tengah jalan mereka menyedekahkan sebagiannya, dan sisanya mereka bawa. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: “Maka suruhlah salah seorang di antara kalian pergi ke kota dengan membawa uang perak kalian ini.” (Al-Kahfi: 19) Yakni kota yang telah kalian tinggalkan.
Alif dan lam dalam lafaz Al-Madinah menunjukkan makna 'Ahd, yakni sudah diketahui oleh lawan bicara, yaitu kota bekas tempat tinggal mereka. “Dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik.” (Al-Kahfi: 19) Azka ta'aman, makanan yang bersih. Makna yang dimaksud ialah yang halal lagi baik. Seperti pengertian yang ada dalam firman-Nya: “Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kalian bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya.” (An-Nur:21) Dan firman Allah ﷻ yang mengatakan: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman).” (Al-A'la: 14) Termasuk ke dalam pengertian ini zakat, karena zakat membersihkan dan menyucikan harta benda (dari kekotorannya).
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud dari ayat ini adalah yang terbanyak makanannya. Seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataan mereka, "Zakaz zar'u," artinya tanaman itu banyak hasilnya. Seorang penyair dari mereka mengatakan dalam bait syairnya: “Puak kabilah kami ada tujuh, sedangkan puak kalian hanya tiga; sudah barang tentu tujuh itu jauh lebih banyak dan lebih baik dari tiga.” Pendapat yang benar adalah yang pertama tadi, karena yang dimaksudkan oleh mereka hanyalah makanan yang halal lagi baik, tanpa memandang sedikit atau banyaknya.
Firman Allah ﷻ: “Dan hendaklah dia berlaku lemah lembut.” (Al-Kahfi: 19) Yakni bersikap ekstra hati-hati ketika pulang pergi dan saat berbelanja. Mereka mengatakan bahwa hendaklah ia menyembunyikan identitas pribadinya dengan segala upaya yang mampu dilakukannya. “Dan janganlah sekali-kali menceritakan keadaan kalian.” (Al-Kahfi: 19) Artinya, jangan sampai ada orang yang mengetahui tentang hal ikhwal kalian. “Kepada seorang pun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian, niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu.” (Al-Kahfi: 19-20) Yaitu jika mereka dapat mengetahui tempat tinggal kalian. “Niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu atau memaksa kalian kembali kepada agama mereka.” (Al-Kahfi: 20) Yang dimaksud dengan mereka ialah para pembantu Dekianius. Para pemuda itu sangat takut kepada mereka bila mereka mengetahui tempat tinggalnya. Mereka pasti akan menyiksa para pemuda itu dengan berbagai macam siksaan hingga para pemuda itu mau kembali kepada agama mereka; atau kalau menolak, para pemuda itu pasti mati. Dan jika para pemuda itu menyetujui kembali kepada agama mereka, tentulah para pemuda itu tidak akan mendapat keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: “Dan jika demikian, niscaya kalian tidak akan beruntung selama-lamanya.” (Al-Kahfi: 20)".
Sesungguhnya jika mereka, yakni penduduk kota tempat kamu membeli makanan itu dapat mengetahui tempatmu, lalu mereka menguasai
kamu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, jika kamu tetap
mempertahankan keimanan kamu, atau mereka akan memaksamu kembali kepada agama mereka, yakni menyekutukan Allah dengan tuhantuhan yang lain, dan jika demikian, yakni jika kamu memeluk agama
mereka, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya baik di dunia
maupun di akhirat. Dan demikian pula sebagai tanda kekuasaan Kami, Kami perlihatkan,
yakni kami pertemukan penduduk negeri dengan mereka, agar mereka
mengetahui, bahwa janji Allah tentang kebangkitan sesudah kematian
kiamat itu benar, dan bahwa kedatangan hari Kiamat tidak ada keraguan
padanya. Ketika mereka penduduk negeri itu berselisih tentang urusan
mereka, yakni tentang siapa sebenarnya pemuda-pemuda itu dan berapa lama mereka tertidur di dalam gua, maka mereka bersepakat untuk mengabadikan peristiwa ini, mereka berkata, Dirikanlah sebuah bangunan di atas gua yang menjadi tempat persembunyian mereka, tidak
usah kita persoalkan siapa mereka dan berapa lama mereka tertidur di
dalam gua, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka, siapa mereka dan bagaimana keadaannya baik lahir maupun batin. Orang yang
berkuasa atas urusan mereka, yakni penguasa dari penduduk negeri itu
berkata, Kami pasti akan mendirikan sebuah bangunan untuk mengabadikan peristiwa ini berupa rumah ibadah, yang kami bangun di atasnya,
yakni di atas gua itu.
Kemudian para penghuni gua itu memperingatkan Tamlikha jika sampai penduduk kota itu, yang menurut perkiraannya masih orang-orang kafir, mengetahui tempat persembunyian mereka, mereka tentu akan dipaksa untuk mengikuti agama berhala. Jika mereka menolak, tentu akan dibunuh dengan lemparan batu, cara pembunuhan pada masa dahulu bagi mereka yang berani melawan kebijakan politik raja atau agama negara. Kota yang akan didatangi itu ialah kota Ephesus dan rajanya menurut persangkaan mereka masih Decyanus yang zalim itu. Padahal raja itu sudah tidak ada karena dia berkuasa pada tiga abad yang silam. Jika mereka dipaksa kembali untuk memeluk agama Decyanus itu, mereka tidak akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan untuk selama-lamanya, baik dalam kehidupan duniawi ataupun ukhrawi. Jiwa orang yang menganut suatu agama karena dipaksa, pada mulanya, akan menolak segala ketentuan-ketentuan dari agama itu. Akan tetapi, lama-kelamaan kemungkinan besar jiwanya tidak akan menolak dan seterusnya memandang baik agamanya yang baru itu. Jika terjadi hal yang demikian, dia akan sesat dan sengsara untuk selama-lamanya. Akan tetapi, bilamana seseorang dipaksa dengan ancaman untuk pindah kepada kekafiran, lalu dia menunjukkan kekafiran, tetapi batinnya tetap Islam, dan sampai akhir hayatnya tidak pernah memandang baik agama yang dipaksakan itu, maka dia tetap dalam Islam.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEADAAN MEREKA DALAM GUA ITU
Setelah Allah menerangkan bagaimana letak gua atau ngalau itu, yang menyebabkan mereka tidak terkena cahaya matahari dan tidak pula basah kuyup karena jatuhnya air hujan, dan udara yang selalu bertukar sebab tempat mereka terbaring itu lapang, Allah menerangkan lagi bagaimana tidur mereka.
Ayat 18
“Dan engkau sangka mereka jaga, padahal mereka tidur nyenyak."
Dalam ayat ini terdapat kalimat aiqazhan yang kita artikan jaga. Tidak kita pakai kata bangun karena kata bangun dapat membawa paham terbangun dari tidur lalu berdiri. Tidak pula kita artikan dengan sadar. Karena kata sadar dapat diartikan sadar dari pingsan atau sadarkan diri sesudah melamun. Kita pakai kalimat jaga karena orang yang tidak tidur namanya jaga. Orang-orang yang sengaja tidak tidur semalam suntuk dinamai berjaga-jaga. Arti ayat inilah, jika misalnya ketika itu Nabi Muhammad ﷺ yang menerima wahyu dapat melihat mereka ke dalam gua itu, Nabi Muhammad akan menyangka bahwa mereka itu tidak tidur. Menurut satu keterangan dari Ibnu Abbas mata mereka itu tidak terkatup sehingga dari jauh mereka kelihatan seperti jaga juga, padahal mereka tidur."Dan Kami balik-balikkan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri."
Terang bahwa ditakdirkan Allah mereka dibalik-baiikkan ke kiri dan ke kanan ialah supaya darah mereka berjalan dengan lancar dan urat-urat jangan membeku dan jangan sampai badan itu menjadi satu saja dengan tanah."Dan anjing mereka membentangkan kedua kaki mukanya di pintu gua."
Dengan demikian diisyaratkan pula bahwa anjing itu pun tidak mati. Dia tetap tidur dengan mengunjurkan kedua kaki mukanya, yang sudah disediakan Allah dia seperti penjaga, sehingga kalau ada orang yang mencoba mendekati tempat itu, orang itu akan takut melihat ada anjing galak di pintu gua. Sehingga,
“Jikalau engkau lihatlah mereka, niscaya engkau akan benpaling dari mereka sambil tani, dan niscaya dipenuhilah engkau, karena mereka, oleh, ketakutan."
Dibayangkanlah dalam ayat ini bahwa suasana di sekitar gua ngalau itu, baik dari luar sampai ke dalam, adalah seram menakutkan. Di muka pintu gua ada anjing tidur, bukan anjing mati. Jika orang memberanikan diri juga masuk ke dalam, kelihatan orang-orang yang tengah berbaring-baring dan mata mereka nyalang! Maka kalau ada orang yang mencoba-coba datang ke sana, baru saja kelihatan, orang tidak akan tahan lama, orang akan lari. Maksudnya tentu saja ialah melaksanakan kehendak Ilahi agar orang-orang itu dapatterus tidur menurut masa yang dikehendaki Allah.
Demikianlah keadaannya sampai tiga abad!
Ayat 19
“Dan demikianlah, Kami bangunkan mereka."
Artinya setelah sampai menurut waktu yang ditakdirkan oleh Allah, mereka dibangunkan oleh kehendak Allah."Sampai mereka tanya bertanya di antara mereka." Artinya setelah semua sama bangun dari tidur yang amat nyenyak itu, mereka pun tercengang-cengang."Berkata seorang di antara mereka, “Berapa lama kamu tinggal (disini)?" Meskipun dia berkata kamu kepada teman-temannya, namun dirinya tidaklah terkecuali."Mereka menjawab, “Kita telah tinggal di sini satu hari atau setengah hari" Mungkin menjawab demikian sebab dia mengingat bahwa mereka masuk ke dalam gua itu hari masih agak pagi, sekarang mereka terbangun, mereka lihat matahari telah condong ke barat, artinya sudah mulai petang, tetapi belum senja.
Sedang bertanya-tanyaan itu tentu ada yang ragu menerima keterangan kawannya mengatakan sehari atau setengah hari itu. Bertambah agak lama duduk berbincang tentu bertambah menjalarlah penglihatan mata ke kiri dan ke kanan. Ketika masuk, nun di sana, masih rumput kecil, mengapa sekarang ada pohon besar? Sebab itu dia tidak dapat menerima kalau dikatakan kita di sini sehari atau setengah hari. Lantaran itu tersebut pada lanjutan ayat, “Berkata (yang lain) “Tuhan kamulah yang lebih tahu berapa lama kamu tinggal (di sini)" Jawaban seperti ini menunjukkan bahwa sebagian mereka mulai sadar bahwa mereka dalam gua ini lebih dari sehari atau setengah hari. Tetapi berapanya tidak ada yang tahu. Maka terasalah perut mulai lapar. Lalu berkatalah seorang di antara mereka, mungkin yang tertua."Utuslah seorang di antara kamu dengan uang perakmu ini ke dalam kota, maka hendaklah dia menilik mana makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawakan sedikit makanan darinya."
Dengan susunan ayat ini jelas bahwa mereka menyembunyikan diri ke dalam ngalau itu ada membawa uang perak. Memang sejak zaman purbakala orang telah memakai logam alat pembayaran; baik berupa emas, perak, ataupun tembaga. Di dalam museum yang besar-besar di dunia ini ada dikumpulkan orang alat-alat pembayaran zaman purbakala, yang sejak zaman itu telah dihiasi muka uang itu dengan gambar raja yang sedang berkuasa. Bawalah uang perak yang ada padamu itu ke tengah kota, beli makanan karena kita sudah sangat lapar. Pilih makanan yang baik dan bersih, dan bawa kemari segera agak sedikit untuk makanan kita bersama. Perintah yang begini hati-hati menunjukkan pula bahwa mereka masih menyangka bahwa penduduk kota masih menyembah berhala. Sebab itu di suruhnya supaya meneliti benar-benar makanan yang halal buat mereka.
“Dan hendaklah dia berhati-hati dan janganlah dia menimbulkan curiga seorang pun tentang kamu."
Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa mereka dibangunkan itu, badan mereka sehat-sehat, wajah mereka tak berubah, rambut mereka masih tetap hitam, tidak ada yang kurang suatu pun. Sebab itu tidaklah heran jika mereka tanya-bertanya. Perasaan mereka pun masih seperti akan mulai tidur, yaitu bahwa mereka dalam bahaya, sedang dikejar-kejar oleh kaki tangan raja. Oleh karena perut mereka sudah sangat lapar, perlulah mencari makanan. Tetapi mesti hati-hati. Karena ketahuan siapa mereka, kecelakaanlah yang akan menimpa.
Dengan jelas dikatakan selanjutnya oleh yang memimpin itu.
Ayat 20
“Karena sesungguhnya jika mereka ketahui tentang hal kamu."
Yaitu mereka ketahui bahwa pemuda yang masuk kota ini adalah salah seorang dari pemuda yang lari meninggalkan negeri karena itikadnya telah berubah dari kepercayaan yang dipimpinkan raja dan mereka sedang dicari-cari."Niscaya akan mereka rajam kamu." Mereka rajam, mereka siksa, ditumpuki dengan batu sampai mati."Atau akan mereka kembalikan kamu ke dalam agama mereka." Karena takut akan dirajam, mungkin kamu dibiarkan hidup, tetapi mesti kembali kepada agama nenek moyang. Kalau itu yang kejadian.
“Maka tidaklah kamu akan berbahagia lagi buat selama-lamanya."
Setelah mereka menerima petaruh-pe-taruh dari yang tertua demikian bunyinya, maka berangkatlah yang diutus mencari makanan itu menuju kota.
Meskipun Al-Qur'an tidak menjeiaskan secara terperinci keadaan utusan itu masuk kota, khayat kita sendiri pun telah dapat merasakan bagaimana bingungnya dia sesampai di dalam kota. Sedangkan seorang penduduk Jakarta yang meninggalkan kota ini agak setahun, lalu datang kembali, akan tercengang juga melihat berbagai perubahan, apakah lagi kalau dia meninggalkan kota seratus tahun. Mungkin sekali orang datang berkerumun melihat orang ganjil itu seketika dia menilik-nilik makanan yang akan dibawanya ke dalam gua pada satu kedai. Setelah tawar-menawar dan timbul persesuaian harga, niscaya dikeluarkannya uangnya untuk pembayar beli makanan itu. Dan pasti lama orang kedai menimbang-nimbang dan membolak-balik uang itu. Niscaya si utusan sudah sangat berhati-hati supaya dirinya jangan masuk ke dalam perangkap keganasan hukum raja. Tetapi bagaimana dia akan dapat menyembunyikan, padahal uangnya sendiri jadi saksi.
Maka datanglah kisah selanjutnya,
Ayat 21
“Dan begitulah, Kami telah temukan atas mereka."
Artinya, tersiarlah kabar berita di sekeliling kota dengan cepat sekali, bahwa yang membeli makanan itu adalah salah seorang di antara orang-orang yang pergi bersembunyi ke dalam Kahfi itu, yang memang telah mereka terima ceritanya dari nenek moyang turun-temurun. Bukti yang nyata di antaranya ialah pakai-an orang itu, yang sudah jauh berbeda dengan bentuk pakaian orang di zaman itu. Kedua yang lebih jelas ialah uang perak itu. Di sana tertulis tahun uang itu dicap.
Menurut keterangan Ikrimah, “Dalam negeri itu pada waktu sedang terjadi perselisihan paham di antara dua golongan, tentang manusia akan dibangkitkan kembali di hari Kiamat. Ada yang mengatakan bahwayang akan dihidupkan kembali itu hanyalah Ruh! Tubuh tidak! Sedang pertengkaran itu memuncak, tiba-tiba muncullah utusan penduduk Kahfi itu ke tengah kota membeli makanan. Dia berjalan dengan amat hati-hati, tetapi dia tidak dapat menyembunyikan kebingungannya, sehingga dia sampai ke tengah kota. Ketika ditanyainya apa nama negeri itu, orang menjawab namanya ialah Daqsus. Si utusan menyangka bahwa dia meninggalkan negeri itu belum lama, padahal manusia-manusia telah ganti berganti, kurun demi kurun, generasi demi generasi, umat demi umat, negeri sudah banyak berubah. Yang tampak hanya bekas-bekas lama, namun orang telah bertukar. Tanda-tanda yang lama tak bertemu lagi, seorang pun tidak bertemu orang yang dikenalnya, baik orang khawas ataupun orang awam, sampai dia bingung. Apakah saya ini sudah gila, atau apakah saya ini dalam bermimpi. Tidak! Saya bukan gila, saya sehat. Saya bukan bermimpi, saya sadarkan akan diri. Tetapi keadaan sekarang mengapa sangat jauh berbeda dengan kemarin, ketika dia saya tinggalkan. Lalu dia mengambil keputusan, “Sebaiknya saya lekas keluar dari negeri ini!" Tetapi dia lapar, kawan-kawan yang menunggu pun lapar. Maka singgahlah dia ke suatu kedai makanan. Ditawarnya makanan, lalu dibayarnya dengan uang peraknya itu. Maka tercenganglah penjual makanan itu melihat rupa uang baru itu dan melihat uang perak diserahkannya. Setelah dibolak-baliknya diserahkannya kepada kedai sebelahnya untuk dilihat bersama-sama sehingga beredar dari tangan ke tangan. Lalu mereka berkata sesama mereka, “Mungkin orang ini mendapat harta orang purbakala yang tersimpan dalam bumi." Lalu mereka bertanya, “Engkau ini siapa?"
Dengan jujur dia menjawab, “Saya adalah penduduk asli kota ini. Kemarin pagi saya meninggalkan kota, rajanya ialah Diqyanus!"
Orang bertambah tercengang sehingga dia disangka gila. Lalu dengan segera dia dibawa menghadap penguasa. Sampai di sana dia diperiksa dan ditanyai dengan tenang. Lalu dijawabnyalah pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur pula sehingga yakinlah orang akan cerita-cerita yang diterima dari nenek moyang tentang beberapa pemuda yang hilang meninggalkan negeri dan sembunyi ke dalam gua, tetapi gua itu tidak dapat ditempuh orang.
Untuk meyakinkan pergilah raja negeri itu ke gua Kahfi itu, dengan si utusan yang menunjukkan jalan. Sampai di pintu gua, demikian riwayat lkrimah, si penunjuk jalan itu minta izin dibiarkan masuk lebih dahulu memberitahu kawan-kawannya. Ada satu riwayat mengatakan bahwa sehilang orang itu masuk ke dalam, orang-orang yang tinggal di luar kebingungan tak dapat masuk. Tetapi satu riwayat menyatakan bahwa raja dan para pengiringnya itu bisa masuk dan dapat bertemu dengan mereka lalu raja bersalam-salaman dengan mereka. Diberitahukannya kepada mereka bahwa zaman pemerintahan Raja Diqyanus itu telah lama berlalu, dan raja yang sekarang Yandusius, tidak lagi penyembah berhala, melainkan percaya kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa! Maka bersukacitalah mereka semuanya dan dapatlah bercakap-cakap dengan raja beberapa lamanya. Kemudian mereka pun menyatakan diri akan tetap dalam gua itu dan akan tidur kembali sebagai sediakala. Mereka pun kembalilah ke tempat mereka berbaring semula, dan raja dan pengiringnya pun pulang. Dan ajal yang ditentukan Allah buat mereka pun sampailah. Wallahu a'lam"
Ayat 21
“Maka begitulah, Kami telah temukan atas mereka."
Lalu sambungan ayat, “Supaya tahulah mereka bahwa janji Allah itu adalah benar; dan bahwa saat itu tidaklah diragukan lagi tentang adanya." Yang dimaksud dengan mereka dalam ayat ini ialah orang-orag yang masih berbantah-bantahan tentang hari kebangkitan (Kiamat) kelak. Bahwa yang akan dibangkitkan itu bukanlah semata-mata Ruh saja, badan pun akan turut dibangkitkan dan alam kuburnya. Maka dipelihara Allah-lah hidup hamba-Nya dalam gua itu tiga abad lamanya, untuk menjadi bukti bahwa Allah dapat berbuat demikian itu. Bahkan sebagai tersebut pada ayat 9, permulaan kisah penghuni Kahfi itu, bahwa kisah mereka belumlah begitu menakjubkan dibandingkan dengan kekuasaan Allah yang lain, yang berlipat ganda hebat dahsyatnya dari itu.
Maka tahulah orang senegerinya bahwa memang ada manusia-manusia bersama seekor anjing tidur terus dalam gua tiga abad. Mereka telah melihat dan membuktikan dengan mata kepala sendiri. Setelah hal itu jelas timbul pulalah perbantahan. Ini diuraikan pada ayat selanjutnya, “Ingatlah tatkala mereka berbantah-bantahan di antara mereka tentang hal neraka itu." Yaitu di antara orang besar-besar dalam negeri itu yang mengiringkan raja mereka menyelidiki gua itu. Yang setelah mereka buktikan bersama memang ada orang itu, dan memang tidur nyenyak, dan kemudian mereka pun disampaikan Allah ajalnya. Semuanya meninggal dalam gua itu, termasuk utusan yang disuruh membeli makanan ke kota, termasuk anjing penjaga pintu gua itu.
“Lalu mereka berkata, “Dirikanlah di atas mereka itu satu bangunan." Artinya, mereka usulkan supaya pintu gua itu ditutup rapat dan di atas gua itu diadakan satu bangunan sebagai peringatan, dan tidak usah lagi keadaan mereka itu diusik-usik. Tetapi “Tuhan mereka itu lebih mengetahui tentang hal mereka." Kemudian itu, “Berkata orang-orang yang berkuasa atas hal mereka,
“Sesungguhnya akan kita adakan atas mereka suatu masjid."
Itulah yang menjadi perbantahan setelah nyata penghuni gua itu telah menetap buat selama-lamanya, yang dahulunya tidur nyenyak, kemudian mati. Setengah mengatakan tutup pintu gua itu buat selamanya, lalu perbuat sebuah bangunan. Yang setengah lagi, yaitu pihak yang berkuasa, pihak pemerintahan mengusulkan supaya didirikan di sana masjid!
Menurut Ibnu Jarir dalam tafsirnya, yang meminta ditutup saja gua itu, lalu didirikan satu bangunan biasa untuk tanda, ialah yang telah menganut paham tauhid. Dan yang memutuskan hendak mendirikan masjid tempat beribadah ialah yang masih musyrik. Mungkin yang menyebabkan Ibnu Jarir menafsirkan demikian karena ada sabda yang tegas dari Nabi ﷺ demikian bunyinya,
“Dikutuk Allah orang Yahudi dan Nasrani yang mengambil kubur nabi-nabi mereka dan orang-orang yang saleh mereka menjadi masjid."
Dan menurut satu riwayat lagi tatkala didapati kubur Nabi Dariel di Irak oleh Kha-filah Amiril Mu'minin Umar bin Khaththab, adalah sangat mencengangkan karena tubuh Nabi Allah Dariel yang mulia itu tidak rusak dimakan tanah, padahal sudah ratusan tahun. Lalu Sayyidina Umar menyuruh orang menguburkan kembali jenazah yang mulia itu pada tengah malam di tempat yang dirahasiakan.
Maka menanglah rupanya kehendak raja, sebab baginda yang berkuasa, lalu didirikanlah di sana tempat menyembah Allah (masjid). Mungkinlah agak-nya pintu gua disuruh raja menutupinya, lalu di luar pintu gua itu dire-amkan, di-rcnjam-kan atau dipahatkan nama mereka; sebab itu disebut ar-Raqiim. Dan di dekat itu didirikan tempat shalat, menurut syari'at yang ada pada masa itu. Dan setelah berlalu masanya beratus tahun pula, sampai kepada zaman Nabi kita Muhammad ﷺ, kisah orang tentang penghuni Kahfi, atau gua atau ngalau, itu masih segar dalam ingatan orang, sampai hendak dijadikan ujian tentang kenabian dan kerasulan Muhammad ﷺ oleh orang-orang Yahudi, seperti tersebut dalam sebab-sebab turunnya surah yang bernama al-Kahfi ini.