Ayat
Terjemahan Per Kata
أَوَلَمۡ
ataukah tidak
يَرَوۡاْ
mereka memperhatikan
أَنَّ
bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
ٱلَّذِي
yang
خَلَقَ
telah menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
قَادِرٌ
berkuasa
عَلَىٰٓ
untuk
أَن
bahwa
يَخۡلُقَ
menciptakan
مِثۡلَهُمۡ
serupa dengan mereka
وَجَعَلَ
dan Dia menjadikan
لَهُمۡ
bagi mereka
أَجَلٗا
waktu tertentu
لَّا
tidak ada
رَيۡبَ
keraguan
فِيهِ
di dalamnya/padanya
فَأَبَى
maka/tetapi enggan
ٱلظَّـٰلِمُونَ
orang-orang yang zalim
إِلَّا
kecuali
كُفُورٗا
ingkar
أَوَلَمۡ
ataukah tidak
يَرَوۡاْ
mereka memperhatikan
أَنَّ
bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
ٱلَّذِي
yang
خَلَقَ
telah menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
قَادِرٌ
berkuasa
عَلَىٰٓ
untuk
أَن
bahwa
يَخۡلُقَ
menciptakan
مِثۡلَهُمۡ
serupa dengan mereka
وَجَعَلَ
dan Dia menjadikan
لَهُمۡ
bagi mereka
أَجَلٗا
waktu tertentu
لَّا
tidak ada
رَيۡبَ
keraguan
فِيهِ
di dalamnya/padanya
فَأَبَى
maka/tetapi enggan
ٱلظَّـٰلِمُونَ
orang-orang yang zalim
إِلَّا
kecuali
كُفُورٗا
ingkar
Terjemahan
Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Mahakuasa menciptakan yang serupa dengan mereka dan Mahakuasa menetapkan ajal (kematian dan kebangkitan) bagi mereka yang tidak diragukan lagi? Maka, orang-orang zalim itu tidak menginginkan kecuali kekufuran.
Tafsir
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) apakah mereka tidak mengetahui (bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi) padahal keduanya sangat besar sekali (adalah kuasa pula menciptakan yang serupa dengan mereka) serupa dengan manusia dalam hal kekecilannya (dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka) untuk mati dan dibangkitkan (yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang yang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran) yaitu keingkaran terhadap-Nya.
Tafsir Surat Al-Isra: 98-99
Itulah balasan bagi mereka, karena sesungguhnya mereka kafir kepada ayat-ayat Kami dan (karena mereka) berkata, "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru? Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran.
Allah ﷻ menyebutkan bahwa Kami bangkitkan mereka dalam keadaan buta, tuli, dan bisu sebagai pembalasan Kami terhadap mereka yang berhak menerimanya, karena mereka mendustakan: () ayat-ayat Kami. (Al-Isra: 98) Yaitu bukti-bukti dan hujah-hujah Kami, serta mereka tidak percaya dengan adanya hari berbangkit. dan (karena mereka) berkata, "Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur. (Al-Isra: 98) Yakni tulang belulang yang telah hancur luluh menjadi debu. "Apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru? (Al-Isra: 98) Maksudnya, apakah sesudah diri kami menjadi tulang-belulang yang telah hancur dan rapuh serta menyatu dengan tanah, lalu kami akan dibangkitkan menjadi hidup kembali? Maka Allah membantah ucapan mereka dengan mengingatkan mereka akan kekuasaan-Nya yang mampu melakukan hal itu, bahwa Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi.
Kekuasaan-Nya untuk mengembalikan mereka menjadi hidup kembali jauh lebih mudah daripada menciptakan langit dan bumi, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mumin: 57) Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? (Al-Ahqaf: 33), hingga akhir ayat. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa.
Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Yasin: 81-82) Dan dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka. (Al-Isra: 99) Yakni pada hari kiamat nanti, Dia mampu mengembalikan tubuh mereka secara utuh dan menciptakan mereka dengan ciptaan yang baru sebagaimana permulaan Dia menciptakan mereka.
Firman Allah ﷻ: dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? (Al-Isra: 99) Artinya, Allah telah menetapkan bagi kebangkitan mereka dari kuburnya masing-masing waktu yang ditentukan-Nya, dan pasti akan terjadi. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. (Hud: 104) Adapun firman Allah ﷻ: Maka orang-orang yang zalim itu tidak menghendaki. (Al-Isra: 99) Yakni sesudah tegaknya hujah atas diri mereka. kecuali kekafiran. (Al-Isra: 99) Maksudnya, kecuali makin bertambah tenggelam ke dalam kebatilan dan kesesatan mereka."
Allah menjawab pertanyaan mereka dengan menyatakan, Dan apakah mereka tidak memperhatikan, melihat dengan mata hatinya, bahwa
Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan segala keharmonisan
dan ketelitian sistemnya adalah Mahakuasa pula menciptakan yang serupa
dengan mereka, tidak sulit bagi Allah menjadikan kulit dan tulang belulang yang hancur menjadi makhluk yang baru, dan Dia telah menetapkan
waktu tertentu, yakni waktu kematian dan kebangkitan bagi mereka, yang
tidak diragukan lagi, walau sedikit pun kedatangannya' Maka orang zalim itu, yaitu orang-orang yang tidak percaya kepada ayat-ayat Kami
dan menolak hari kebangkitan, mereka tidak menolaknya kecuali dengan
kekafiran, meskipun telah jelas bukti-bukti dipaparkan kepada mereka. Ayat ini merupakan lanjutan dari jawaban terhadap tuntutan kaum musyrik. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, berupa harta benda atau apa
saja yang dianugerahkan Allah kepada makhluk-Nya, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, tidak kamu berikan kepada siapa yang membutuhkan karena takut membelanjakannya, yakni takut kemiskinan karena membelanjakan apa yang dianugerahkan oleh Tuhanmu. Dan
manusia itu memang sangat kikir. Demikianlah Allah tidak akan mengabulkan tuntutan mereka karena seperti itulah ketetapan Allah menyangkut hikmah dan maslahat dalam penciptaan makhluk-Nya.
Allah ﷻ membantah pendapat orang-orang yang tidak mem-percayai adanya hari kebangkitan dengan mengatakan bahwa apakah mereka tidak melihat dan memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan mereka dari tidak ada menjadi ada, begitu juga langit dan semua isinya, dan bumi dengan segala benda dan makhluk yang ada di dalamnya, termasuk manusia sendiri. Apakah mereka tidak memperhatikan segala kejadian yang ada di langit dan di bumi? Semuanya diciptakan dari tiada menjadi ada. Jika Allah ﷻ sanggup menciptakan semuanya untuk kali yang pertama, tentu sanggup pula menciptakannya untuk kali yang kedua karena merancang ulang biasanya lebih mudah dibandingkan dengan menciptakan pertama kali. Allah telah menciptakan bagi manusia jangka waktu yang tidak ada keraguan padanya, menetapkan masa hidup mereka di dunia dan dalam kubur, dan masa mereka dibangkitkan kembali. Hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui penentuan masa-masa itu.
Meskipun bukti-bukti tentang hari kebangkitan, kebesaran, dan kekuasaan Allah telah dikemukakan dan dijelaskan kepada orang-orang kafir yang zalim itu, mereka tetap ingkar dan tidak percaya kepada bukti-bukti tersebut.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MANUSIA DIRASULKAN KEPADA MANUSIA
Ayat 94
“Dan tidak ada yang menghalangi manusia buat beriman, tatkala datang kepada mereka petunjuk, melainkan perkataan mereka, “Apakah Allah telah mengutus seorang manusia menjadi rasul."
Inilah lanjutan corak kekafiran mereka. Mereka tidak mau memerhatikan isi petunjuk yang dibawa rasul; benarkah petunjuk Allah itu atau salah. Berfaedahkah bagi diri mereka atau berbahaya. Tidak itu yang mereka perhatikan. Tetapi yang jadi keberatan mereka ialah: Mengapa yang dijadikan rasul itu manusia? Mengapa tidak malaikat?
Hanya manusia seperti mereka juga, bahkan tidak ada kelebihannya dari mereka. Tidak sanggup menciptakan mata air di padang pasir, tidak sanggup menciptakan kebun dengan airnya yang mengalir deras, tidak sanggup menciptakan rumah tempat tinggalnya sendiri dari emas, dan tidak pula sanggup menghadirkan Allah dan malaikat-malaikat di hadapan mereka untuk mereka lihat bermuka-muka. Sebab itu mereka tidak mau beriman. Hati sanubari mereka tidak terbuka buat menerima kebenaran. Rasul itu bukan malaikat, mereka tidak mau percaya. Lalu, Rasulullah ﷺ disuruh lagi memberi keterangan,
Ayat 95
“Katakanlah, “Jikalau adalah di bumi ini malaikat berjalan-jalan dengan keadaan tenteram."
sebab mereka telah menggantikan tempat manusia di muka bumi dan setelah bumi ini yang menjadi tempat tinggal tetapnya,
“Niscaya Kami tmunkan kepada meieka seoiang malaikat dari langit sebagai rasul."
Tetapi karena penghuni bumi ini masih manusia, niscaya manusia pulalah Rasul Allah kepada mereka. Dan sebagai orang yang pada dasarnya tidak mau percaya, tentu jika misalnya dikabulkan kehendak mereka, dikirim rasul dari malaikat, akan mereka sanggah juga. Sebab kehidupan malaikat yang tidak laki-laki dan tidak perempuan. Tentu mereka akan menyanggah pula, “Mengapa diutus makhluk yang tak dapat kami teladari?" Lantaran itu disuruhlah Nabi ﷺ menjelaskan.
Katakanlah,
Ayat 96
“Cukuplah Allah menjadi saksi di antaraku dan di antara kamu, sesungguhnya adalah Dia terhadap hamba-Nya Maha Mengetahui, Maha Melihat."
Tegasnya kamu suka percaya atau tidak, namun aku tetap Rasul Allah. Risalah yang aku bawa adalah jelas dan pendirian kamu terhadap apa yang aku bawa itu sudah jelas pula. Di antara seruanku dengan sikap kamu sudah tidak dapat dipertemukan. Sekarang biarlah aku serahkan kepada Allah jadi saksi atas pertentangan aku dan kamu. Di dalam ayat ini Nabi ﷺ tidak memakai “di antara kita kedua belah pihak", melainkan di antara aku dengan kamu! Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat, siapa di antara aku dan kamu yang benar. Supaya lebih tegas bahwa memang pendirian berbeda. Kemudian itu diteruskan dengan ayat selanjutnya.
Ayat 97
“Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang terpimpin. Dan barangsiapayang disesatkan-Nya, maka tidaklah ada bagi mereka pelindung-pelindung selain Dia."
Orang yang terpimpin ialah dipimpin oleh Allah. Diberi petunjuk menurut garis jalan yang telah teratur; ada rasul dan Al-Qur'an, jelas yang makruf, jelas pula yang mungkar. Tetapi orang-orang yang sesat karena salah memilih jalan, mereka akan bertemu jalan buntu; jalan tak ada ujung. Yang akan melindungi mereka pun tak ada. Pelindung satu-satunya hanya Allah, padahal Allah mereka belakangi. Lantas bagaimana akhirnya mereka? Allah lanjutkan, “Dan akan Kami kumpulkan mereka di hari Kiamat, diseret atas muka mereka." Artinya bukan kaki mereka yang berjejak di tanah, melainkan muka merekalah yang disulingkan lagi ke bawah, ditunggangbalikkan. Sebab selama hidup di dunia mereka pun menunggangbalikkan kebenaran jua. Seperti ditafsirkan oleh al-Qasyani, “Muka mereka yang ditekan ke tanah karena selama hidup dahulu perhatian mereka pun hanya kepada yang rendah dan hina." “Dalam keadaan buta, bisu, dan tuli." Mereka dijadikan buta karena di dunia mereka pun tidak mau mempergunakan mata untuk melihat kebenaran. Mereka jadi bisu, mulut terkunci, karena mulut itu selama di dunia tertutup tidak mau mengakui kebenaran, dan mereka menjadi tuli karena di dunia mereka tulikan telinga mereka, tidak mau mendengar seruan rasul."Tempat tinggal mereka ialah jahannam." Ke sanalah akibat kesudahan yang akan mereka tempuh. Karena ke jalan sana mereka menuju sejak hidup, sebab ingkar tidak mau diajak menuju jalan yang benar buat sampai ke surga.
“Tiap-tiap dia hendak padam, Kami tambah nyatanya."
Ayat 98
Ikhwal api neraka yang hampir padam ditambah nyalanya kembali ialah agar orang-orang yang tidak percaya itu mengerti bahwa bila api neraka itu telah hampir padam sesudah membakar kulit mereka, api itu dinyalakan kembali dan kulit mereka yang telah hangus diganti lagi dengan kulit yang baru, agar terus-menerus diadzab. Demikianlah menurut yang ditafsirkan oleh az-Zamakhsyari. Itulah sebabnya maka datang ayat 98 menjelaskan lagi sebab-sebab adzab siksaan begitu ngeri. Demikian itulah ganjaian meieka, lantaian meieka tidak peicaya kepada ayat-ayat Kami. Dan meieka beikata, Apakah setelah kita jadi tulang dan napuh kita akan dibangkitkan pula sebagai kejadian yang baru?
Kita akan dihidupkan kembali? Kita akan bernyawa pula sekali lagi? Padahal daging telah habis kembali jadi tanah, dan yang tinggal hanya tulang yang telah rapuh dan mumuk? Itulah yang akan dihidupkan? Tidak mungkin!
Ayat 99
“Tidakkah mereka peihatikan bahwa Allah yang telah menjadikan semua langit dan bumi itu, beikuasa pula menciptakanyang sepeiti mereka?"
Di pangkal ayat 99 ini diajaklah mereka berpikir dan merenungkan serta membanding-banding. Sebab mereka adalah manusia yang diberi Allah akal buat berpikir. Tengoklah langit yang begitu luas dan besar, berlapis-lapis dengan bintang-bintangnya, dan tengok pula bumi tempat mereka hidup ini; alangkah besar luasnya semuanya itu! Kalau ditanyai, mereka mengaku bahwa semuanya itu Allah yang menciptakannya. Bandingkanlah semuanya Alam Malakut dengan manusia ini, yang disebut Alam Nasut, yang sangat kecil tak ada artinya. (Lihat surah al-Insaan ayat 1)."Dan menjadikan bagi mereka ajal yang tidak ada keraguan padanya." Dalam Allah menciptakan seluruh langit dan bumi itu ada peraturannya sendiri sehingga ada bintangyang mengelilingi matahari sehari semalam, yaitu bumi. Dan ada yang lima tahun sekali baru muncul dan ada pula yang beratus tahun, dan ada yang hanya tinggal bayangannya saja yang baru sampai ke bumi sedang bintangnya sudah berjuta tahun meninggalkan tempat itu. Semuanya itu adalah ajal, atau janji, atau aturan yang telah tentu. Kalau demikian dengan alam luas, apalah sukarnya bagi Yang Mahakuasa itu menjadikan manusia, lalu hidup dan kemudian dia pun mati dan kemudian dihidupkan lagi dalam alam lain, yang bernama alam akhirat? Kalau kamu pikirkan itu, niscaya kamu akan insaf dan sadar akan kecilnya insan dibanding dengan kekuasaan Ilahi.
“Tetapi enggan jualah orang-orang yang Zalim itu tidak mau percaya melainkan kufur."
Tetapi apalah hendak dikata. Disuruh mempergunakan pikiran mereka tidak mau. Mereka lebih suka yang gelap daripada yang terang. Sebab itu kita kembali kepada ancaman Allah di ayat 97 bahwa yang mereka terima itu adalah akibat dari kesalahan mereka sendiri.
Malta tersebutlah dalam ayat yang selanjutnya,
Ayat 100
“Katakanlah, ‘jikalau kamu memiliki peibendahaiaan lahmat Tuhanku."
Jikalau kamu misalnya diberi kekayaan oleh Allah, penuh perbendaharaan dan simpanan dan penaruhan kamu dengan emas perak sebagai rahmat dari Ilahi."Seketika itu niscaya kamu akan menahannya karena takut akan habis dibelanjakan." Ini adalah salah satu penyakit yang timbul dari kekufuran jua. Diterima rahmat Allah, tetapi ditelan sendiri, takut akan membagikan pula kepada orang lain.
Sebab itu penutup ayat benbunyi,
“Dan adalah manusia itu bakhil?
Ini adalah naluri (insting) manusia. Untuk mengobatinya hanyalah satu, yaitu iman kepada Allah dan cinta kepada sesama manusia. Dan orang yang bakhil dengan tidak sadar telah tumbuh dalam dadanya sendiri satu berih dari syirik; mempersekutukan Allah. Oleh karena cintanya kepada harta yang dirahmatkan Allah, dia pun lalai dan lengah dan lupa kepada Allah yang memberikan rahmat.