Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
كَفَىٰ
cukuplah
بِٱللَّهِ
dengan Allah
شَهِيدَۢا
jadi saksi
بَيۡنِي
antara aku
وَبَيۡنَكُمۡۚ
dan antara kamu
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
كَانَ
adalah
بِعِبَادِهِۦ
dengan/terhadap hamba-hamba-Nya
خَبِيرَۢا
Maha Mengetahui
بَصِيرٗا
Maha Melihat
قُلۡ
katakanlah
كَفَىٰ
cukuplah
بِٱللَّهِ
dengan Allah
شَهِيدَۢا
jadi saksi
بَيۡنِي
antara aku
وَبَيۡنَكُمۡۚ
dan antara kamu
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
كَانَ
adalah
بِعِبَادِهِۦ
dengan/terhadap hamba-hamba-Nya
خَبِيرَۢا
Maha Mengetahui
بَصِيرٗا
Maha Melihat
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya.”
Tafsir
(Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian) yang membenarkan aku. (Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.") mengetahui apa-apa yang tersembunyi dalam diri mereka dan apa-apa yang terlahirkan.
Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. Allah ﷻ memberikan petunjuk kepada Nabi-Nya cara berhujah terhadap kaumnya untuk membuktikan kebenaran apa yang disampaikannya kepada mereka, bahwa sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan antara dia dan mereka. Dan Dia Maha Mengetahui semua yang dia sampaikan kepada mereka, seandainya dia dusta dalam penyampaiannya itu, tentulah Allah akan menghukumnya dengan hukuman yang keras.
Seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (Al-Haqqah: 44-46) Adapun firman Allah ﷻ: Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Al-Isra: 96) Maksudnya, Dia Maha Mengetahui siapa di antara mereka yang berhak mendapat nikmat, kebajikan serta petunjuk; dan siapa yang berhak mendapat kecelakaan, kesesatan, dan keburukan. Karena itulah dalam ayat berikutnya disebutkan:"
Katakanlah wahai Nabi Muhammad kepada orang-orang yang tidak mau beriman, Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu
sekalian bahwa aku adalah seorang manusia yang diutus oleh Allah menyampaikan wahyu kepadamu. Sungguh, Dia Maha Mengetahui keadaan
setiap makhluk-Nya, Maha Melihat akan tingkah laku dan perbuatan
hamba-hamba-Nya baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Dan barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, disebabkan kecenderungan hatinya untuk mendapat petunjuk, dialah yang mendapat petunjuk,
tidak ada siapa pun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa Dia
sesatkan, disebabkan oleh penolakannya terhadap ayat-ayat Allah, maka engkau tidak akan mendapatkan penolong-penolong bagi mereka yang
dapat menunjukkan kepada jalan yang benar selain Dia, Allah Yang Mahakuasa. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat dengan
wajah tersungkur, ditarik malaikat ke dalam neraka dalam keadaan buta,
tidak dapat melihat sesuatu yang terjadi, bisu, tidak dapat mengutarakan kepedihan, dan tuli, tidak dapat mendengar sesuatu yang menyenangkan hati. Keadaan mereka di akhirat adalah sebagaimana sikap
mereka terhadap ayat-ayat Allah ketika mereka di dunia. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Setiap kali nyala api Jahanam itu akan
padam, disebabkan punah bahan bakarnya yang berupa manusia, Kami
tambah lagi nyalanya dengan mengembalikan kulitnya dan menumbuhkan kembali tulangnya bagi mereka. Setiap kali kulit mereka hangus terbakar oleh api neraka, Allah mengganti kulit yang lain sehingga tidak
putus-putusnya kepedihan menimpa mereka.
Allah memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ agar menyampaikan ancaman-Nya kepada orang-orang kafir bahwa Allah akan menjadi saksi atas apa yang diperselisihkan antara Nabi dan orang-orang musyrik Mekah. Allah akan menjadi hakim yang akan mengadili perkara mereka dengan adil di akhirat nanti karena Dia mengetahui semua yang mereka kerjakan, bahkan yang terkandung dalam hati mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MANUSIA DIRASULKAN KEPADA MANUSIA
Ayat 94
“Dan tidak ada yang menghalangi manusia buat beriman, tatkala datang kepada mereka petunjuk, melainkan perkataan mereka, “Apakah Allah telah mengutus seorang manusia menjadi rasul."
Inilah lanjutan corak kekafiran mereka. Mereka tidak mau memerhatikan isi petunjuk yang dibawa rasul; benarkah petunjuk Allah itu atau salah. Berfaedahkah bagi diri mereka atau berbahaya. Tidak itu yang mereka perhatikan. Tetapi yang jadi keberatan mereka ialah: Mengapa yang dijadikan rasul itu manusia? Mengapa tidak malaikat?
Hanya manusia seperti mereka juga, bahkan tidak ada kelebihannya dari mereka. Tidak sanggup menciptakan mata air di padang pasir, tidak sanggup menciptakan kebun dengan airnya yang mengalir deras, tidak sanggup menciptakan rumah tempat tinggalnya sendiri dari emas, dan tidak pula sanggup menghadirkan Allah dan malaikat-malaikat di hadapan mereka untuk mereka lihat bermuka-muka. Sebab itu mereka tidak mau beriman. Hati sanubari mereka tidak terbuka buat menerima kebenaran. Rasul itu bukan malaikat, mereka tidak mau percaya. Lalu, Rasulullah ﷺ disuruh lagi memberi keterangan,
Ayat 95
“Katakanlah, “Jikalau adalah di bumi ini malaikat berjalan-jalan dengan keadaan tenteram."
sebab mereka telah menggantikan tempat manusia di muka bumi dan setelah bumi ini yang menjadi tempat tinggal tetapnya,
“Niscaya Kami tmunkan kepada meieka seoiang malaikat dari langit sebagai rasul."
Tetapi karena penghuni bumi ini masih manusia, niscaya manusia pulalah Rasul Allah kepada mereka. Dan sebagai orang yang pada dasarnya tidak mau percaya, tentu jika misalnya dikabulkan kehendak mereka, dikirim rasul dari malaikat, akan mereka sanggah juga. Sebab kehidupan malaikat yang tidak laki-laki dan tidak perempuan. Tentu mereka akan menyanggah pula, “Mengapa diutus makhluk yang tak dapat kami teladari?" Lantaran itu disuruhlah Nabi ﷺ menjelaskan.
Katakanlah,
Ayat 96
“Cukuplah Allah menjadi saksi di antaraku dan di antara kamu, sesungguhnya adalah Dia terhadap hamba-Nya Maha Mengetahui, Maha Melihat."
Tegasnya kamu suka percaya atau tidak, namun aku tetap Rasul Allah. Risalah yang aku bawa adalah jelas dan pendirian kamu terhadap apa yang aku bawa itu sudah jelas pula. Di antara seruanku dengan sikap kamu sudah tidak dapat dipertemukan. Sekarang biarlah aku serahkan kepada Allah jadi saksi atas pertentangan aku dan kamu. Di dalam ayat ini Nabi ﷺ tidak memakai “di antara kita kedua belah pihak", melainkan di antara aku dengan kamu! Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat, siapa di antara aku dan kamu yang benar. Supaya lebih tegas bahwa memang pendirian berbeda. Kemudian itu diteruskan dengan ayat selanjutnya.
Ayat 97
“Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang terpimpin. Dan barangsiapayang disesatkan-Nya, maka tidaklah ada bagi mereka pelindung-pelindung selain Dia."
Orang yang terpimpin ialah dipimpin oleh Allah. Diberi petunjuk menurut garis jalan yang telah teratur; ada rasul dan Al-Qur'an, jelas yang makruf, jelas pula yang mungkar. Tetapi orang-orang yang sesat karena salah memilih jalan, mereka akan bertemu jalan buntu; jalan tak ada ujung. Yang akan melindungi mereka pun tak ada. Pelindung satu-satunya hanya Allah, padahal Allah mereka belakangi. Lantas bagaimana akhirnya mereka? Allah lanjutkan, “Dan akan Kami kumpulkan mereka di hari Kiamat, diseret atas muka mereka." Artinya bukan kaki mereka yang berjejak di tanah, melainkan muka merekalah yang disulingkan lagi ke bawah, ditunggangbalikkan. Sebab selama hidup di dunia mereka pun menunggangbalikkan kebenaran jua. Seperti ditafsirkan oleh al-Qasyani, “Muka mereka yang ditekan ke tanah karena selama hidup dahulu perhatian mereka pun hanya kepada yang rendah dan hina." “Dalam keadaan buta, bisu, dan tuli." Mereka dijadikan buta karena di dunia mereka pun tidak mau mempergunakan mata untuk melihat kebenaran. Mereka jadi bisu, mulut terkunci, karena mulut itu selama di dunia tertutup tidak mau mengakui kebenaran, dan mereka menjadi tuli karena di dunia mereka tulikan telinga mereka, tidak mau mendengar seruan rasul."Tempat tinggal mereka ialah jahannam." Ke sanalah akibat kesudahan yang akan mereka tempuh. Karena ke jalan sana mereka menuju sejak hidup, sebab ingkar tidak mau diajak menuju jalan yang benar buat sampai ke surga.
“Tiap-tiap dia hendak padam, Kami tambah nyatanya."
Ayat 98
Ikhwal api neraka yang hampir padam ditambah nyalanya kembali ialah agar orang-orang yang tidak percaya itu mengerti bahwa bila api neraka itu telah hampir padam sesudah membakar kulit mereka, api itu dinyalakan kembali dan kulit mereka yang telah hangus diganti lagi dengan kulit yang baru, agar terus-menerus diadzab. Demikianlah menurut yang ditafsirkan oleh az-Zamakhsyari. Itulah sebabnya maka datang ayat 98 menjelaskan lagi sebab-sebab adzab siksaan begitu ngeri. Demikian itulah ganjaian meieka, lantaian meieka tidak peicaya kepada ayat-ayat Kami. Dan meieka beikata, Apakah setelah kita jadi tulang dan napuh kita akan dibangkitkan pula sebagai kejadian yang baru?
Kita akan dihidupkan kembali? Kita akan bernyawa pula sekali lagi? Padahal daging telah habis kembali jadi tanah, dan yang tinggal hanya tulang yang telah rapuh dan mumuk? Itulah yang akan dihidupkan? Tidak mungkin!
Ayat 99
“Tidakkah mereka peihatikan bahwa Allah yang telah menjadikan semua langit dan bumi itu, beikuasa pula menciptakanyang sepeiti mereka?"
Di pangkal ayat 99 ini diajaklah mereka berpikir dan merenungkan serta membanding-banding. Sebab mereka adalah manusia yang diberi Allah akal buat berpikir. Tengoklah langit yang begitu luas dan besar, berlapis-lapis dengan bintang-bintangnya, dan tengok pula bumi tempat mereka hidup ini; alangkah besar luasnya semuanya itu! Kalau ditanyai, mereka mengaku bahwa semuanya itu Allah yang menciptakannya. Bandingkanlah semuanya Alam Malakut dengan manusia ini, yang disebut Alam Nasut, yang sangat kecil tak ada artinya. (Lihat surah al-Insaan ayat 1)."Dan menjadikan bagi mereka ajal yang tidak ada keraguan padanya." Dalam Allah menciptakan seluruh langit dan bumi itu ada peraturannya sendiri sehingga ada bintangyang mengelilingi matahari sehari semalam, yaitu bumi. Dan ada yang lima tahun sekali baru muncul dan ada pula yang beratus tahun, dan ada yang hanya tinggal bayangannya saja yang baru sampai ke bumi sedang bintangnya sudah berjuta tahun meninggalkan tempat itu. Semuanya itu adalah ajal, atau janji, atau aturan yang telah tentu. Kalau demikian dengan alam luas, apalah sukarnya bagi Yang Mahakuasa itu menjadikan manusia, lalu hidup dan kemudian dia pun mati dan kemudian dihidupkan lagi dalam alam lain, yang bernama alam akhirat? Kalau kamu pikirkan itu, niscaya kamu akan insaf dan sadar akan kecilnya insan dibanding dengan kekuasaan Ilahi.
“Tetapi enggan jualah orang-orang yang Zalim itu tidak mau percaya melainkan kufur."
Tetapi apalah hendak dikata. Disuruh mempergunakan pikiran mereka tidak mau. Mereka lebih suka yang gelap daripada yang terang. Sebab itu kita kembali kepada ancaman Allah di ayat 97 bahwa yang mereka terima itu adalah akibat dari kesalahan mereka sendiri.
Malta tersebutlah dalam ayat yang selanjutnya,
Ayat 100
“Katakanlah, ‘jikalau kamu memiliki peibendahaiaan lahmat Tuhanku."
Jikalau kamu misalnya diberi kekayaan oleh Allah, penuh perbendaharaan dan simpanan dan penaruhan kamu dengan emas perak sebagai rahmat dari Ilahi."Seketika itu niscaya kamu akan menahannya karena takut akan habis dibelanjakan." Ini adalah salah satu penyakit yang timbul dari kekufuran jua. Diterima rahmat Allah, tetapi ditelan sendiri, takut akan membagikan pula kepada orang lain.
Sebab itu penutup ayat benbunyi,
“Dan adalah manusia itu bakhil?
Ini adalah naluri (insting) manusia. Untuk mengobatinya hanyalah satu, yaitu iman kepada Allah dan cinta kepada sesama manusia. Dan orang yang bakhil dengan tidak sadar telah tumbuh dalam dadanya sendiri satu berih dari syirik; mempersekutukan Allah. Oleh karena cintanya kepada harta yang dirahmatkan Allah, dia pun lalai dan lengah dan lupa kepada Allah yang memberikan rahmat.