Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَا
dan tidak ada
مَنَعَ
yang menghalangi
ٱلنَّاسَ
manusia
أَن
bahwa
يُؤۡمِنُوٓاْ
mereka beriman
إِذۡ
tatkala
جَآءَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡهُدَىٰٓ
petunjuk
إِلَّآ
kecuali
أَن
bahwa
قَالُوٓاْ
mereka mengatakan
أَبَعَثَ
adakah mengutus
ٱللَّهُ
Allah
بَشَرٗا
seorang manusia
رَّسُولٗا
Rasul
وَمَا
dan tidak ada
مَنَعَ
yang menghalangi
ٱلنَّاسَ
manusia
أَن
bahwa
يُؤۡمِنُوٓاْ
mereka beriman
إِذۡ
tatkala
جَآءَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡهُدَىٰٓ
petunjuk
إِلَّآ
kecuali
أَن
bahwa
قَالُوٓاْ
mereka mengatakan
أَبَعَثَ
adakah mengutus
ٱللَّهُ
Allah
بَشَرٗا
seorang manusia
رَّسُولٗا
Rasul
Terjemahan
Tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk datang kepadanya, selain perkataan mereka, “Mengapa Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?”
Tafsir
(Dan tidak ada sesuatu yang menghalang-halangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya kecuali perkataan mereka) perkataan mereka dengan nada ingkar ("Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?") dan Dia tidak mengutus seorang malaikat?.
Tafsir Surat Al-Isra: 94-95
Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul? Katakanlah, "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul." Firman AJlah ﷻ: Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia. (Al-Isra: 94) Yakni sebagian besar dari mereka.
untuk beriman. (Al-Isra: 94) dan mengikuti rasul-rasul Allah, melainkan karena mereka merasa aneh bila Allah menjadikan rasul utusan-Nya dari kalangan manusia. Ayat ini sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang yang beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhannya. (Yunus: 2) Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka (membawa) keterangan-keterangan, lalu mereka berkata, "Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?" (At-Taghabun: 6), hingga akhir ayat.
Juga firman Allah ﷻ yang menceritakan perkataan Fir'aun kepada pembesar-pembesar kaumnya: Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga). padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita? (Al-Muminun: 47) Demikian pula umat-umat lainnya mengatakan hal yang sama terhadap rasul-rasul mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kalian menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami. Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti nyata. (Ibrahim: 10) Ayat-ayat yang menceritakan hal ini cukup banyak jumlahnya, apa yang kami ketengahkan ini hanya sebagian saja. Selanjutnya Allah ﷻ mengingatkan kepada manusia akan belas kasihan dan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya, bahwa Dia mengutus rasul-Nya kepada mereka dari bangsa dan jenis mereka sendiri agar mereka dapat memahami dan mengerti apa yang disampaikan oleh Rasul-Nya.
Dengan demikian, dialog dan pembicaraan antara mereka dengan utusan Allah akan berlangsung dengan baik. Seandainya Allah mengutus rasul-Nya dari kalangan malaikat, tentulah mereka tidak akan dapat bertatap muka dengannya, tidak pula dapat memahaminya. Hal ini semakna dengan yang disebutkan Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri. (Ali Imran: 164) Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri. (At-Taubah: 128) Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian rasul di antara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian AlKitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui.
Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku. (Al-Baqarah: 151-152) Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: Katakanlah, "Kalau sekiranya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi. (Al-Isra: 95) Yakni sebagaimana kalian berjalan-jalan di bumi. niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul. (Al-Isra: 95) Yaitu dari jenis malaikat. Mengingat kalian adalah jenis manusia, maka Kami utuskan rasul Kami kepada kalian dari kalangan kalian sendiri sebagai kasih sayang dan rahmat dari Allah buat kalian."
Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk, yakni wahyu Allah yang dibawa oleh para rasul datang kepadanya, baik pada zaman dahulu maupun sekarang, selain perkataan mereka, Mengapa Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul' Mereka
menolak siapa pun manusia sebagai utusan Allah, karena menurut pendapatnya yang pantas menjadi rasul Allah adalah para malaikat. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, Sekiranya di bumi ada para
malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang, dan melakukan aneka kegiatan di muka bumi ini, niscaya Kami turunkan kepada mereka malaikat
dari langit untuk menjadi rasul bagi mereka. Itulah ketetapan Allah yang
berlaku baik dahulu mapun sekarang, yaitu mengutus para rasul dari
jenis makhluk yang sama dengan jenis makhluk kepada siapa ia diutus
menyampaikan wahyu kepadanya.
Ayat ini menerangkan bahwa tidak ada yang menghalangi orang-orang musyrik Mekah beriman kepada Nabi Muhammad ketika wahyu diturunkan Allah kepadanya disertai dengan bermacam-macam mukjizat, kecuali keinginan mereka bahwa jika Allah ﷻ mengutus seorang rasul-Nya kepada manusia, maka rasul itu haruslah seorang malaikat, bukan seorang manusia biasa.
Orang-orang kafir Mekah khususnya dan orang-orang kafir pada umumnya heran mengapa wahyu itu diturunkan kepada seorang manusia biasa seperti Muhammad, bahkan seorang anak yatim. Kenapa tidak diturunkan kepada yang terpandai atau terkaya di antara mereka atau manusia yang mempunyai kekuatan gaib, malaikat, dan sebagainya. Sikap orang musyrik Mekah seperti itu sama dengan sikap orang-orang yang terdahulu terhadap para rasul yang diutus kepada mereka.
Firman Allah swt:
Dan herankah kamu bahwa ada peringatan yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri, untuk memberi peringatan kepadamu dan agar kamu bertakwa, sehingga kamu mendapat rahmat? (al-A'raf/7: 63).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MANUSIA DIRASULKAN KEPADA MANUSIA
Ayat 94
“Dan tidak ada yang menghalangi manusia buat beriman, tatkala datang kepada mereka petunjuk, melainkan perkataan mereka, “Apakah Allah telah mengutus seorang manusia menjadi rasul."
Inilah lanjutan corak kekafiran mereka. Mereka tidak mau memerhatikan isi petunjuk yang dibawa rasul; benarkah petunjuk Allah itu atau salah. Berfaedahkah bagi diri mereka atau berbahaya. Tidak itu yang mereka perhatikan. Tetapi yang jadi keberatan mereka ialah: Mengapa yang dijadikan rasul itu manusia? Mengapa tidak malaikat?
Hanya manusia seperti mereka juga, bahkan tidak ada kelebihannya dari mereka. Tidak sanggup menciptakan mata air di padang pasir, tidak sanggup menciptakan kebun dengan airnya yang mengalir deras, tidak sanggup menciptakan rumah tempat tinggalnya sendiri dari emas, dan tidak pula sanggup menghadirkan Allah dan malaikat-malaikat di hadapan mereka untuk mereka lihat bermuka-muka. Sebab itu mereka tidak mau beriman. Hati sanubari mereka tidak terbuka buat menerima kebenaran. Rasul itu bukan malaikat, mereka tidak mau percaya. Lalu, Rasulullah ﷺ disuruh lagi memberi keterangan,
Ayat 95
“Katakanlah, “Jikalau adalah di bumi ini malaikat berjalan-jalan dengan keadaan tenteram."
sebab mereka telah menggantikan tempat manusia di muka bumi dan setelah bumi ini yang menjadi tempat tinggal tetapnya,
“Niscaya Kami tmunkan kepada meieka seoiang malaikat dari langit sebagai rasul."
Tetapi karena penghuni bumi ini masih manusia, niscaya manusia pulalah Rasul Allah kepada mereka. Dan sebagai orang yang pada dasarnya tidak mau percaya, tentu jika misalnya dikabulkan kehendak mereka, dikirim rasul dari malaikat, akan mereka sanggah juga. Sebab kehidupan malaikat yang tidak laki-laki dan tidak perempuan. Tentu mereka akan menyanggah pula, “Mengapa diutus makhluk yang tak dapat kami teladari?" Lantaran itu disuruhlah Nabi ﷺ menjelaskan.
Katakanlah,
Ayat 96
“Cukuplah Allah menjadi saksi di antaraku dan di antara kamu, sesungguhnya adalah Dia terhadap hamba-Nya Maha Mengetahui, Maha Melihat."
Tegasnya kamu suka percaya atau tidak, namun aku tetap Rasul Allah. Risalah yang aku bawa adalah jelas dan pendirian kamu terhadap apa yang aku bawa itu sudah jelas pula. Di antara seruanku dengan sikap kamu sudah tidak dapat dipertemukan. Sekarang biarlah aku serahkan kepada Allah jadi saksi atas pertentangan aku dan kamu. Di dalam ayat ini Nabi ﷺ tidak memakai “di antara kita kedua belah pihak", melainkan di antara aku dengan kamu! Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat, siapa di antara aku dan kamu yang benar. Supaya lebih tegas bahwa memang pendirian berbeda. Kemudian itu diteruskan dengan ayat selanjutnya.
Ayat 97
“Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah orang yang terpimpin. Dan barangsiapayang disesatkan-Nya, maka tidaklah ada bagi mereka pelindung-pelindung selain Dia."
Orang yang terpimpin ialah dipimpin oleh Allah. Diberi petunjuk menurut garis jalan yang telah teratur; ada rasul dan Al-Qur'an, jelas yang makruf, jelas pula yang mungkar. Tetapi orang-orang yang sesat karena salah memilih jalan, mereka akan bertemu jalan buntu; jalan tak ada ujung. Yang akan melindungi mereka pun tak ada. Pelindung satu-satunya hanya Allah, padahal Allah mereka belakangi. Lantas bagaimana akhirnya mereka? Allah lanjutkan, “Dan akan Kami kumpulkan mereka di hari Kiamat, diseret atas muka mereka." Artinya bukan kaki mereka yang berjejak di tanah, melainkan muka merekalah yang disulingkan lagi ke bawah, ditunggangbalikkan. Sebab selama hidup di dunia mereka pun menunggangbalikkan kebenaran jua. Seperti ditafsirkan oleh al-Qasyani, “Muka mereka yang ditekan ke tanah karena selama hidup dahulu perhatian mereka pun hanya kepada yang rendah dan hina." “Dalam keadaan buta, bisu, dan tuli." Mereka dijadikan buta karena di dunia mereka pun tidak mau mempergunakan mata untuk melihat kebenaran. Mereka jadi bisu, mulut terkunci, karena mulut itu selama di dunia tertutup tidak mau mengakui kebenaran, dan mereka menjadi tuli karena di dunia mereka tulikan telinga mereka, tidak mau mendengar seruan rasul."Tempat tinggal mereka ialah jahannam." Ke sanalah akibat kesudahan yang akan mereka tempuh. Karena ke jalan sana mereka menuju sejak hidup, sebab ingkar tidak mau diajak menuju jalan yang benar buat sampai ke surga.
“Tiap-tiap dia hendak padam, Kami tambah nyatanya."
Ayat 98
Ikhwal api neraka yang hampir padam ditambah nyalanya kembali ialah agar orang-orang yang tidak percaya itu mengerti bahwa bila api neraka itu telah hampir padam sesudah membakar kulit mereka, api itu dinyalakan kembali dan kulit mereka yang telah hangus diganti lagi dengan kulit yang baru, agar terus-menerus diadzab. Demikianlah menurut yang ditafsirkan oleh az-Zamakhsyari. Itulah sebabnya maka datang ayat 98 menjelaskan lagi sebab-sebab adzab siksaan begitu ngeri. Demikian itulah ganjaian meieka, lantaian meieka tidak peicaya kepada ayat-ayat Kami. Dan meieka beikata, Apakah setelah kita jadi tulang dan napuh kita akan dibangkitkan pula sebagai kejadian yang baru?
Kita akan dihidupkan kembali? Kita akan bernyawa pula sekali lagi? Padahal daging telah habis kembali jadi tanah, dan yang tinggal hanya tulang yang telah rapuh dan mumuk? Itulah yang akan dihidupkan? Tidak mungkin!
Ayat 99
“Tidakkah mereka peihatikan bahwa Allah yang telah menjadikan semua langit dan bumi itu, beikuasa pula menciptakanyang sepeiti mereka?"
Di pangkal ayat 99 ini diajaklah mereka berpikir dan merenungkan serta membanding-banding. Sebab mereka adalah manusia yang diberi Allah akal buat berpikir. Tengoklah langit yang begitu luas dan besar, berlapis-lapis dengan bintang-bintangnya, dan tengok pula bumi tempat mereka hidup ini; alangkah besar luasnya semuanya itu! Kalau ditanyai, mereka mengaku bahwa semuanya itu Allah yang menciptakannya. Bandingkanlah semuanya Alam Malakut dengan manusia ini, yang disebut Alam Nasut, yang sangat kecil tak ada artinya. (Lihat surah al-Insaan ayat 1)."Dan menjadikan bagi mereka ajal yang tidak ada keraguan padanya." Dalam Allah menciptakan seluruh langit dan bumi itu ada peraturannya sendiri sehingga ada bintangyang mengelilingi matahari sehari semalam, yaitu bumi. Dan ada yang lima tahun sekali baru muncul dan ada pula yang beratus tahun, dan ada yang hanya tinggal bayangannya saja yang baru sampai ke bumi sedang bintangnya sudah berjuta tahun meninggalkan tempat itu. Semuanya itu adalah ajal, atau janji, atau aturan yang telah tentu. Kalau demikian dengan alam luas, apalah sukarnya bagi Yang Mahakuasa itu menjadikan manusia, lalu hidup dan kemudian dia pun mati dan kemudian dihidupkan lagi dalam alam lain, yang bernama alam akhirat? Kalau kamu pikirkan itu, niscaya kamu akan insaf dan sadar akan kecilnya insan dibanding dengan kekuasaan Ilahi.
“Tetapi enggan jualah orang-orang yang Zalim itu tidak mau percaya melainkan kufur."
Tetapi apalah hendak dikata. Disuruh mempergunakan pikiran mereka tidak mau. Mereka lebih suka yang gelap daripada yang terang. Sebab itu kita kembali kepada ancaman Allah di ayat 97 bahwa yang mereka terima itu adalah akibat dari kesalahan mereka sendiri.
Malta tersebutlah dalam ayat yang selanjutnya,
Ayat 100
“Katakanlah, ‘jikalau kamu memiliki peibendahaiaan lahmat Tuhanku."
Jikalau kamu misalnya diberi kekayaan oleh Allah, penuh perbendaharaan dan simpanan dan penaruhan kamu dengan emas perak sebagai rahmat dari Ilahi."Seketika itu niscaya kamu akan menahannya karena takut akan habis dibelanjakan." Ini adalah salah satu penyakit yang timbul dari kekufuran jua. Diterima rahmat Allah, tetapi ditelan sendiri, takut akan membagikan pula kepada orang lain.
Sebab itu penutup ayat benbunyi,
“Dan adalah manusia itu bakhil?
Ini adalah naluri (insting) manusia. Untuk mengobatinya hanyalah satu, yaitu iman kepada Allah dan cinta kepada sesama manusia. Dan orang yang bakhil dengan tidak sadar telah tumbuh dalam dadanya sendiri satu berih dari syirik; mempersekutukan Allah. Oleh karena cintanya kepada harta yang dirahmatkan Allah, dia pun lalai dan lengah dan lupa kepada Allah yang memberikan rahmat.