Ayat
Terjemahan Per Kata
أَقِمِ
dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
لِدُلُوكِ
dari tergelincir
ٱلشَّمۡسِ
matahari
إِلَىٰ
sampai
غَسَقِ
gelap
ٱلَّيۡلِ
malam
وَقُرۡءَانَ
dan bacaan
ٱلۡفَجۡرِۖ
fajar
إِنَّ
sesungguhnya
قُرۡءَانَ
bacaan
ٱلۡفَجۡرِ
fajar
كَانَ
adalah
مَشۡهُودٗا
disaksikan
أَقِمِ
dirikanlah
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
لِدُلُوكِ
dari tergelincir
ٱلشَّمۡسِ
matahari
إِلَىٰ
sampai
غَسَقِ
gelap
ٱلَّيۡلِ
malam
وَقُرۡءَانَ
dan bacaan
ٱلۡفَجۡرِۖ
fajar
إِنَّ
sesungguhnya
قُرۡءَانَ
bacaan
ٱلۡفَجۡرِ
fajar
كَانَ
adalah
مَشۡهُودٗا
disaksikan
Terjemahan
Dirikanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh! Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Tafsir
(Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir) artinya sejak dari matahari tergelincir (sampai gelap malam) hingga kegelapan malam tiba; yang dimaksud adalah salat zuhur, asar, magrib dan isyak (dan bacaan di waktu fajar) yakni salat subuh (sesungguhnya bacaan di waktu fajar/salat subuh itu disaksikan) oleh malaikat-malaikat yang berjaga pada malam hari dan malaikat-malaikat yang berjaga pada siang hari.
Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengerjakan salat-salat fardu dalam waktunya masing-masing. Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir. (Al-Isra: 78) Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan dulukusy syamsi ialah tenggelamnya matahari, menurut ibnu Mas'ud, Mujahid, dan ibnu Zaid. Hasyim telah meriwayatkan dari Mugirah, dari Asy-Sya'bi, dari ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan dulukusy syams ialah sesudah matahari tergelincir dari pertengahan langit.
Nafi' meriwayatkan pendapat ini dari Ibnu Umar, dan Malik di dalam tafsirnya meriwayatkannya dari Az-Zuhri, dari Ibnu Umar. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Barzah Al-Aslami yang juga merupakan riwayat lain dari Ibnu Mas'ud dan Mujahid. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan, Ad-Dahhak, Abu Ja'far Al-Baqir serta Qatadah, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Di antara dalil yang mendukung pendapat ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan melalui Ibnu Humaid: dari Al-Hakam ibnu Basyir, bahwa telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Ibnu Abu Laila, dari seorang lelaki, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa ia pernah mengundang Rasulullah ﷺ dan sebagian sahabat yang dekat dengannya untuk suatu jamuan makan yang diadakannya. Mereka selesai dari jamuan makan itu saat matahari tergelincir, lalu Rasulullah ﷺ keluar dan bersabda: Hai Abu Bakar, keluarlah, ini adalah saat matahari baru tergelincir. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui Sahl ibnu Bakkar, dari Abu Uwwanah, dari Al-Aswad ibnu Qais, dari Nabih Al-Anazi, dari Jabir, dari Rasulullah ﷺ dengan lafaz yang semisal.
Dengan demikian, berarti ayat ini mengandung makna keterangan tentang salat lima waktu. Dan firman-Nya yang mengatakan: dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam. (Al-Isra: 78) Yang dimaksud dengan gasaqil lail ialah gelapnya malam hari, dan menurut pendapat lain artinya terbenamnya matahari. Dapat disimpulkan dari makna ayat ini waktu lohor, asar, dan magrib serta isya. Firman Allah ﷻ: dan (dirikanlah pula salat) Subuh. (Al-Isra: 78) Yang dimaksud dengan qura-nal fajri ialah salat Subuh.
Telah disebutkan di dalam sunnah dari Rasulullah ﷺ secara mutawatir melalui perbuatan dan ucapannya yang merincikan waktu-waktu salat tersebut, seperti apa yang sekarang dilakukan oleh semua pemeluk agama Islam. Mereka menerimanya secara turun-temurun dari suatu generasi ke generasi lain yang sesudahnya. Penjelasan secara rinci mengenai hal ini disebutkan di dalam bagiannya sendiri (yaitu kitab-kitab fiqih). Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al- Isra: 78) Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ibrahim, dari Ibnu Mas'ud, dan ia juga telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh, sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) Bahwa salat Subuh itu disaksikan oleh para malaikat yang telah bertugas di malam hari dan para malaikat yang akan bertugas di siang hari.
". Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah dan Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi ﷺ telah bersabda: Keutamaan salat berjamaah atas salat sendirian ialah dua puluh lima derajat, dan malaikat yang bertugas di malam hari dan yang bertugas di siang hari berkumpul dalam salat Subuh. Kemudian Abu Hurairah berkata, "Bacalah jika kalian suka membacanya," yaitu firman Allah ﷻ: dan (dirikanlah pula salat) Subuh.
Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Asbat telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi ﷺ Dan telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) Nabi ﷺ bersabda: Salat Subuh disaksikan oleh para malaikat yang telah bertugas di malam hari dan para malaikat yang akan bertugas di siang hari. Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya dari Ubaid ibnu Asbat ibnu Muhammad, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih hasan. Menurut lafaz lain yang ada di dalam kitab Sahihain melalui jalur Malik, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Malaikat malam hari dan malaikat siang hari silih berganti kepada kalian, dan mereka bersua di dalam salat Subuh dan salat Asar, kemudian para malaikat yang bertugas pada kalian di malam hari naik (ke langit), lalu Tuhan mereka Yang lebih mengetahui menanyai mereka tentang kalian, "Bagaimanakah keadaan hamba-hamba-Ku saat kalian tinggalkan? Mereka menjawab, "Kami datangi mereka sedang mengerjakan salat, dan kami tinggalkan mereka sedang mengerjakan salat.
Abdullah ibnu Mas'ud mengatakan bahwa kedua malaikat penjaga bersua dalam salat Subuh. Para malaikat yang telah berjaga naik ke langit, sedangkan para malaikat yang baru datang tetap tinggal menggantikannya. Hai yang sama telah dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha'i, Mujahid, Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang sehubungan dengan tafsir ayat ini. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam bab ini ia ketengahkan melalui hadis Al-Lais ibnu Sa'd, dari Ziyadah, dari Muhammad ibnu Ka'b A!-Qurazi, dari Fudalah ibnu Ubaid, dari Abu Darda, dari Rasulullah ﷺ lalu ia menyebutkan tentang hadis turunnya para malaikat penjaga itu, yang di dalamnya antara lain disebutkan bahwa Allah ﷻ berfirman: Barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku memberikan ampun baginya; dan barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya; dan barang siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankan baginya hingga fajar terbit.
Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan oleh Firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) Allah menyaksikannya, begitu pula para malaikat malam hari dan para malaikat siang hari. Adanya tambahan ini dalam riwayat Ibnu Jarir, hanya dia sendirilah yang meriwayatkannya, dan ia mempunyai syahid yang mengatakan ini terdapat di dalam kitab Sunnah Abu Daud. Firman Allah ﷻ: Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. (Al-Isra: 79) Ayat ini merupakan perintah dari Allah kepada Nabi ﷺ untuk mengerjakan salat sunat malam hari sesudah salat fardu.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis melalui Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah ﷺ, bahwa Rasulullah ﷺ, pernah ditanya mengenai salat yang paling utama sesudah salat fardu. Maka beliau ﷺ menjawab melalui sabdanya: salat sunat malam hari. Karena itulah maka Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menghidupkan malam hari dengan salat sunat tahajud. Makna tahajud ialah salat yang dikerjakan sesudah tidur. Demikianlah menurut pendapat Alqamah, Al-Aswad, Ibrahim An-Nakha'i, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Dan inilah pengertian yang dikenal di dalam bahasa Arab. Hal yang sama telah disebutkan di dalam banyak hadis dari Rasulullah ﷺ yang menyebutkan bahwa beliau melakukan salat tahajudnya sesudah tidur.
Hal ini diriwayatkan melalui Ibnu Abbas dan Siti Aisyah serta sahabat-sahabat lainnya, semuanya itu diterangkan secara rinci di tempatnya sendiri. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa tahajud ialah salat yang dilakukan sesudah salat Isya. Pendapat ini mempunyai interpretasi salat yang dikerjakan sesudah tidur terlebih dahulu. Para ulama berbeda pendapat mengenai makna firman-Nya: sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. (Al-Isra: 79) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah bahwa Engkau secara khusus wajib melakukan hal itu.
Maka mereka menganggapnya sebagai suatu kewajiban khusus bagi Nabi ﷺ sendiri, tidak bagi umatnya. Demikianlah menurut pendapat yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Inilah yang dikatakan oleh salah satu pendapat di antara dua pendapat yang ada di kalangan ulama, juga menurut salah satu pendapat Imam Syafi'i, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut pendapat lain, susungguhnya mengerjakan salat sunat malam hari dianggap sebagai ibadah tambahan khusus baginya, mengingat semua dosa Nabi ﷺ telah diampuni, baik yang terdahulu maupun yang kemudian. Sedangkan bagi selain Nabi ﷺ yaitu umatnya salat sunat itu dapat menghapuskan dosa-dosanya. Demikianlah menurut Mujahid. Pendapat ini disebutkan di dalam kitab Musnad melalui riwayat Abu Umamah Al-Bahlil r.a. Firman Allah ﷻ: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Aku lakukan perintah ini kepadamu untuk menempatkanmu di hari kiamat kelak pada kedudukan yang terpuji.
Semua makhluk akan memujimu, begitu pula Tuhan yang menciptakan mereka semua. Ibnu Jarir mengatakan, kebanyakan ulama ahli takwil mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji ini ialah kedudukan yang diperoleh Nabi ﷺ pada hari kiamat nanti, yaitu memberikan syafaat bagi umat manusia, agar Tuhan mereka membebaskan mereka dari kesengsaraan hari itu. Pendapat ulama yang mengatakannya sebagai kedudukan syafaat ". Telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Silah ibnu Zufar, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa manusia (kelak di hari kiamat) dikumpulkan di suatu tempat yang datar, suara penyeru terdengar oleh mereka dan pandangan mata mereka tembus (tiada yang menghalanginya).
Mereka semua dalam keadaan telanjang dan tak beralas kaki, persis seperti ketika mereka baru dicipta-kan (dilahirkan). Mereka semua dalam keadaan berdiri, tiada seorang pun yang berani berbicara melainkan dengan seizin-Nya. Allah ﷻ berseru, "Hai Muhammad!" Nabi ﷺ menjawab: Labbaika wa sa'daika, semua kebaikan berada di Tangan-Mu, dan semua keburukan tidak pantas disandarkan kepada-Mu. Orang yang beroleh hidayah hanyalah orang yang Engkau beri hidayah. Hamba-Mu sekarang berada di hadapan-Mu, berasal dari (ciptaan)-Mu dan kembali kepada-Mu. Tiada jalan selamat dan tiada tempat berlindung dari murka-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Mahasuci lagi Mahatinggi dan Mahaagung Engkau, wahai Tuhan Pemilik Ka'bah.
Inilah yang dimaksud dengan kedudukan terpuji yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya itu. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Gundar, dari Syu'bah, dari Abu Ishaq dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar dan As-Sauri, dari Abu Ishaq dengan sanad yang sama. Ibnu Abbas mengatakan bahwa kedudukan yang terpuji ini adalah kedudukan syafaat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid.
Pendapat yang sama dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri. Qatadah mengatakan bahwa Nabi ﷺ adalah orang yang mula-mula dibangkitkan dari kuburnya di hari kiamat, dan beliau adalah orang yang mula-mula memberi syafaat. Ahlul 'ilmi berpendapat bahwa hal inilah yang dimaksud oleh Allah dengan kedudukan yang terpuji di dalam firman-Nya: mudah-mudah Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Menurut kami, sesungguhnya Rasulullah ﷺ mempunyai beberapa kemuliaan di hari kiamat yang tidak ada seorang pun yang menandinginya. Sebagaimana beliau pun memiliki beberapa keutamaan yang tiada seorang pun dapat menyainginya, yaitu seperti berikut: Nabi ﷺ adalah orang yang mula-mula dibangkitkan dari kuburnya. Nabi ﷺ dibangkitkan dalam keadaan berkendaraan menuju Padang Mahsyar. Nabi ﷺ adalah pemegang panji yang bernaung di bawahnya Nabi Adam a.s. dan nabi-nabi lain sesudahnya, semuanya berada di bawah panjinya. Nabi ﷺ mempunyai telaga (Kausar) yang di tempat perhentian itu tiada sesuatu pun yang lebih banyak pendatangnya daripada telaga yang dimilikinya. Nabi ﷺ pemegang syafa'atul 'uzma di sisi Allah agar Allah mau datang untuk memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya. Yang demikian itu terjadi sesudah semua manusia meminta kepada Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, lalu Isa; masing-masing dari mereka mengatakan, "Saya bukanlah orangnya.Akhirnya mereka datang kepada Nabi Muhammad ﷺ Maka Nabi ﷺ bersabda: Akulah orangnya, akulah orangnya.
Mengenai pembahasan masalah ini kami sebutkan nanti secara rinci. Keistimewaan lainnya yang dimiliki oleh Nabi ﷺ ialah memberikan syafaat kepada sejumlah kaum, padahal kaum-kaum itu telah diperintahkan untuk diseret ke dalam neraka, akhirnya mereka diselamatkan darinya. Umat Nabi ﷺ adalah umat yang paling pertama menerima ke-putusan dari Allah dalam peradilan-Nya di antara sesama mereka. Dan mereka adalah umat yang mula-mula melewati sirat bersama nabinya. Nabi ﷺ adalah orang yang mula-mula diberi syafaat oleh Allah untuk masuk ke dalam surga, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih Muslim. Di dalam hadis sur (sangkakala) disebutkan bahwa semua orang mukmin tidak dapat masuk surga kecuali dengan syafaat dari Nabi ﷺ Nabi ﷺ adalah orang yang mula-mula masuk surga bersama umatnya sebelum umat-umat lainnya. Nabi ﷺ memberikan syafaat untuk meninggikan derajat sejumlah kaum yang amal perbuatan mereka tidak dapat mencapainya. Nabi ﷺ adalah pemilik wasilah yang merupakan kedudukan tertinggi di surga. Kedudukan ini tidak layak disandang kecuali hanya oleh Nabi ﷺ sendiri. Apabila Allah ﷻ telah memberikan izin untuk memberi syafaat kepada orang-orang yang durhaka, maka barulah para malaikat, para nabi, dan kaum mukmin memberikan syafaatnya masing-masing. Nabi ﷺ memberikan syafaatnya kepada sejumlah besar makhluk yang tiada seorang pun mengetahui bilangannya kecuali hanya Allah ﷻ Tiada seorang pun yang dapat menyamainya dan setara dengan dia dalam hal memberi syafaat. Saya telah menjelaskan masalah ini secara rinci di dalam kitab As-Sirah pada Bab "Al-Khasais" (kitab lain karya tulis Ibnu Kasir).
Berikut ini akan kami ketengahkan hadis-hadis yang menyebutkan tentang Kedudukan yang Terpuji ini. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aban, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Adam ibnu Ali; ia pernah mendengar Ibnu Umar mengatakan bahwa sesungguhnya manusia itu kelak di hari kiamat semuanya berlutut, setiap umat mengikuti nabinya masing-masing. Mereka mengatakan, "Hai Fulan, berilah syafaat.
Hai Fulan, berilah syafaat!" Hingga sampailah syafaat kepada Nabi ﷺ, hanya dialah yang dapat memberikannya. Yang demikian itu terjadi di hari Allah mendudukkannya di tempat yang terpuji. Hamzah ibnu Abdullah meriwayatkannya dari ayahnya, dari Nabi ﷺ ". Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah menceritakan kepada kami Syu'aib ibnul Lais, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ubaidillah ibnu Abu Ja'far yang mengatakan, ia pernah mendengar Hamzah ibnu Abdullah ibnu Umar mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Sesungguhnya matahari (kelak di hari kiamat) benar-benar dekat sehingga keringat (manusia) sampai sebatas pertengahan telinga (mereka).
Ketika mereka dalam keadaan demikian, mereka meminta tolong kepada Adam, maka Adam menjawab, "Saya bukanlah orang yang memiliki syafaat itu." Kemudian kepada Musa. Musa menjawab dengan kata-kata yang sama (seperti yang dikatakan Adam). Dan akhirnya kepada Nabi Muhammad ﷺ Maka Nabi ﷺ memberikah syafaatnya kepada makhluk. Lalu beliau berjalan (menuju surga) dan memegang halgah (pegangan) pintu surga. Pada saat itulah Allah menempatkannya pada kedudukan yang terpuji. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Bab "Zakat" melalui Yahya ibnu Bukair dan Alqamah, dari Abdullah ibnu Saleh, keduanya dari Al-Lais ibnu Sa'd dengan sanad yang sama. Hanya dalam riwayat ini ditambahkan: ".
bahwa pada hari itu Allah menempatkannya pada kedudukan yang terpuji, semua makhluk yang ada di tempat pemberhentian memujinya. ". Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Ali ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Syu'aib ibnu Abu Hamzah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barangsiapa yang mengucapkan doa berikut ketika mendengar suara azan, yaitu: "Ya Allah, Tuhan seruan yang sempurna ini dan salat yang didirikan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, dan angkatlah dia ke kedudukan yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan kepadanya, maka ia akan mendapat syafaatku kelak di hari kiamat.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid, tanpa Imam Muslim. Hadis Ubay ibnu Ka'b. Imam Ahmad telah mengatakan,, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Ubay ibnu Ka'b, dari ayahnya, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Apabila hari kiamat tiba, saya menjadi pemimpin para nabi, khatib (pembicara) mereka, dan pemilik syafaat mereka, tanpa membanggakan diri. Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini melalui riwayat Abu Amir Abdul Malik ibnu Amr Al-Aqdi.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil dengan sanad yang sama. Dalam pembahasan terdahulu dalam hadis Ubay ibnu Ka'b mengenai bacaan Al-Qur'an yang terdiri atas tujuh dialek disebutkan bahwa di akhir hadis tersebut dikatakan: ": Maka aku .berdoa, "Ya Allah, berilah ampun kepada umatku.
Ya Allah, berilah ampun kepada umatku, dan aku tangguhkan permintaan yang ketiga buat suatu hari yang di hari itu semua makhluk memerlukan pertolonganku hingga Nabi Ibrahim a.s. Hadis Anas ibnu Malik. ". ". -: ". ": -: -: ". ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Arubah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: bahwa pada hari kiamat orang-orang mukmin berkumpul setelah mereka mengalami penderitaan tersebut.
Lalu mereka berkata, "Sebaiknya kita meminta syafaat kepada Tuhan, agar Dia membebaskan kita dari tempat yang penuh dengan penderitaan ini." Maka mereka datang kepada Adam dan berkata, "Hai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya sendiri, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, serta Allah telah mengajarkan kepadamu nama segala sesuatu. Maka mohonkanlah syafaat buat kami kepada Tuhanmu agar Dia membebaskan kita dari tempat kita ini." Nabi Adam menjawab mereka, "Saya bukanlah orang yang kalian harapkan", lalu Adam menyebutkan dosa yang pernah dilakukannya, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahamulia untuk meminta syafaat itu.
Lalu ia berkata, "Sebaiknya kalian datang kepada Nuh, karena dia adalah rasul yang mula-mula diutus oleh Allah untuk penduduk bumi." Maka mereka datang kepada Nabi Nuh, lalu ia menjawab, "Saya bukanlah orang yang dapat kalian harapkan," kemudian Nabi Nuh menyebutkan suatu kesalahan, yaitu ia pernah meminta kepada Tuhan sesuatu yang tiada pengetahuan baginya tentang hal ifu, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan untuk meminta syafaat yang mereka minta itu.
Dan Nuh a.s. mengatakan, "Sebaiknya kalian pergi kepada Nabi Ibrahim a.s., kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah." Mereka datang kepada Nabi Ibrahim a.s., tetapi Nabi Ibrahim a.s. menjawab, "Saya bukanlah orang yang kalian maksudkan. Sebaiknya datanglah kalian kepada Musa, seorang hamba yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah dan Allah telah memberinya kitab Taurat." Mereka datang kepada Musa, tetapi Musa menjawab, "Saya bukanlah orang yang kalian maksudkan," lalu Musa menyebutkan bahwa ia pernah membunuh seseorang tanpa mendapat balasan qisas, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan untuk meminta syafaat yang mereka kehendaki itu.
Dan ia mengatakan, "Sebaiknya datanglah kalian kepada Isa, hamba dan Rasul Allah, serta kalimah dan roh-Nya." Mereka datang kepada Isa, tetapi Isa berkata, "Saya bukanlah orang yang kalian maksudkan. Sebaiknya datanglah kamu kepada Muhammad, seorang hamba yang telah diberi ampun oleh Allah ﷻ atas semua dosanya yang terdahulu dan yang kemudian." Mereka datang kepadaku menurut Al-Hasan terjadi perubahan dalam ungkapan hadis lalu aku bangkit dan berjalan di antara dua barisan kaum mukmin Anas melanjutkan kisahnyasehingga aku menghadap kepada Tuhan dan meminta izin untuk bersua dengan-Nya.
Manakala aku melihat Tuhanku, maka aku menjatuhkan diri (menyungkur) bersujud kepada Tuhanku, dan Tuhanku membiarkan diriku dalam keadaan seperti itu selama apa yang Dia kehendaki. Kemudian Allah ﷻ berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah mukamu. Katakanlah, perkataanmu didengar. Dan mintalah syafaat, kamu diberi izin untuk memberi syafaat. Dan mintalah, pasti kamu diberi apa yang kamu minta!" Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Lalu aku memberi syafaat, dan Allah memberikan batasan jumlah tertentu kepadaku, maka aku masukkan mereka ke dalam surga.
Kemudian aku kembali kepada-Nya untuk kedua kalinya; dan apabila aku melihat-Nya, maka aku menjatuhkan diri atau menyungkur bersujud kepada-Nya, dan Dia membiarkan diriku dalam keadaan demikian selama apa yang dikehendaki-Nya. Lalu Allah ﷻ berfirman, "Angkatlah mukamu, hai Muhammad. Katakanlah, perkataanmu pasti didengar. Mintalah, permintaanmu pasti dikabulkan. Dan mintalah syafaat, engkau akan diberi izin untuk memberi syafaat!" Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi syafaat, dan Dia memberikan batasan kepadaku jumlah tertentu, lalu aku masukkan mereka ke dalam surga.
Kemudian aku kembali kepada-Nya untuk ketiga kalinya; dan manakala aku melihat-Nya, maka aku menjatuhkan diri atau menyungkur bersujud kepada-Nya. Dia membiarkan diriku dalam keadaan seperti itu selama apa yang Dia kehendaki. Sesudah itu Allah ﷻ berfirman, "Hai Muhammad, angkatlah mukamu. Katakanlah, perkataanmu pasti di dengar. Mintalah, permintaanmu pasti diberikan. Dan mintalah syafaat, tentulah kamu diberi izin untuk memberi syafaat!" Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku.
Kemudian saya memberikan syafaat, dan Dia memberikan batasan sejumlah orang tertentu kepadaku, maka aku masukkan mereka ke dalam surga. Selanjutnya aku kembali kepada-Nya untuk keempat kalinya dan mengatakan kepada-Nya, "Wahai Tuhanku, tiada yang tersisa lagi selain orang-orang yang ditahan di dalam neraka oleh Al-Qur'an." Sahabat Anas telah menceritakan kepada kami bahwa Nabi ﷺ bersabda: Maka dikeluarkanlah dari neraka orang yang pernah mengucapkan "Tidak ada Tuhan selain Allah", dan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan seberat biji gandum.
Kemudian dikeluarkan pula dari neraka orang yang pernah mengucapkan "Tidak ada Tuhan selain Allah", sedangkan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan sebesar biji jewawut. Kemudian dikeluarkan pula dari neraka orang yang pernah mengucapkan "Tidak ada Tuhan selain Allah", sedangkan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan sebesar semut yang paling kecil. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui riwayat Syu'bah dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui Affan, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas dengan teks yang cukup panjang. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Harb ibnu Maimun Abul Khattab Al-Ansari; dari An-Nadr ibnu Anas, dari Anas yang menceritakan, Nabi ﷺ pernah bercerita kepadanya: bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ benar-benar sedang berdiri menunggu umatnya yang sedang menyeberangi sirat. Tiba-tiba datanglah Nabi Isa kepadanya dan mengatakan, "Sesungguhnya nabi-nabi ini datang kepadamu, wahai Muhammad, untuk meminta tolong kepadamu atau berkumpul kepadamu.
Mereka memohon kepada Allah agar Dia memberikan keputusan peradilan-Nya di antara sesama umat menurut apa yang dikehendaki-Nya karena kesusahan yang sedang mereka alami. Semua makhluk tenggelam di dalam keringatnya; orang mukmin terendam oleh keringatnya sampai batas telinganya, adapun orang kafir diliputi oleh kematian (yakni tenggelam seluruhnya)." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Tunggulah saya hingga saya kembali lagi kepadamu." Lalu Nabi ﷺ pergi dan berdiri di bawah Arasy, maka Nabi ﷺ menjumpai hal-hal yang belum pernah dijumpai oleh malaikat yang terpilih dan belum pernah (pula) oleh seorang nabi yang diutus. Lalu Allah ﷻ berfirman kepada Malaikat Jibril, "Pergilah kamu kepada Muhammad dan katakanlah kepadanya agar dia mengangkat kepalanya. Suruhlah dia agar meminta, pasti diberi; dan mintalah syafaat, pasti diberi izin untuk memberikan syafaat." Maka aku (Nabi ﷺ) memberikan syafaat kepada umatku, yaitu dengan mengeluarkan seseorang dari setiap sembilan puluh sembilan orang di antara mereka.
Saya terus-menerus bolatebalik menghadap kepada Tuhan, dan tidak sekali-kali saya menghadap kepada-Nya melainkan diberi izin memberi syafaat, sehingga pada akhirnya Allah ﷻ berfirman kepada saya sebagai karunia dari-Nya: Hai Muhammad, masukkanlah (ke dalam surga) semua umatmu yang diciptakan oleh Allah ﷻ, yaitu orang-orang yang di suatu hari telah bersaksi dengan tulus ikhlas bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan ia mati dalam keadaan berpegang kepada kalimah ini. Hadis Buraidah r.a. ". Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Abu Israil, dari Al-Haris ibnu Hadirah, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya, bahwa ia pernah menghadap Mu'awiyah, tiba-tiba ia menjumpai seseorang sedang berbicara, maka Buraidah berkata, "Hai Mu'awiyah, bolehkah saya ikut bicara?" Mu'awiyah menjawab, "Ya." Mu'awiyah menduga bahwa Buraidah pasti akan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh lelaki itu.
Lalu Buraidah berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya aku berharap akan memberi syafaat di hari kiamat kepada orang-orang yang jumlahnya sama banyaknya dengan semua pohon dan rumah yang ada di muka bumi. Buraidah berkata, "Sekarang berharaplah engkau, hai Mu'awiyah, untuk mendapat syafaat itu, karena Ali r.a. tidak mengharapkannya." Hadis ibnu Masud. [] -: ". ". -: ". :" ". ". "]. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Arim ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hakam Al-Bannani, dari Usman, dari Ibrahim, dari Akjamah dan Al-Aswad, dari Ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa dua orang anak Mulaikah datang menghadap Nabi ﷺ Lalu keduanya berkata, "Sesungguhnya ibu kami sangat menghormati suaminya dan kasih sayang kepada anak-anaknya." Disebutkan pula bahwa ibunya suka menghormati tamu, hanya saja ia pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya di masa Jahiliyah (dan ibunya telah mati di masa Jahiliyah).
Maka Nabi ﷺ bersabda: Ibumu berdua berada di dalam neraka. Lalu keduanya pergi dengan wajah yang muram penuh duka, kemudian Nabi ﷺ memerintahkan agar keduanya kembali. Maka kembalilah keduanya, sedangkan wajah keduanya kelihatan gembira karena berhaiap bahwa sesuatu telah terjadi perubahan (terhadap nasib ibu mereka). Nabi ﷺ bersabda: Ibuku bersama-sama dengan ibu kamu berdua. Maka berkatalah seorang lelaki dari kaum munafik, "Orang ini (maksudnya Nabi ﷺ) tidak dapat memberi manfaat (pertolongan syafaat) kepada ibunya sendiri barang sedikit pun," sedangkan kami menginjak kedua telapak kakinya (agar diam). Maka berkatalah seorang lelaki dari kalangan Ansaryang menurut Buraidah belum pernah melihat seseorang yang lebih banyak bertanya selain dari dia, "Wahai Rasulullah, apakah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu sesuatu sehingga engkau dapat menolong wanita itu atau kedua orang itu?" Buraidah menduga bahwa sabda Nabi ﷺ berikut pernah ia dengar sebelumnya, yaitu: Apa yang dikehendaki oleh Allah Tuhanku (pasti terjadi).
Alangkah inginnya aku untuk mendapatkannya, sesungguhnya aku pada hari kiamat berdiri di tempat yang terpuji. Orang Ansar itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji itu?" Nabi ﷺ bersabda, "Yang demikian itu terjadi di saat kalian telah dihadapkan dalam keadaan telanjang, tak beralas kaki, serta tidak berkhitan. Maka orang yang mula-mula diberi pakaian ialah Ibrahim a.s. Allah berfirman, 'Berilah kekasih-Ku pakaian!' Maka didatangkanlah dua lapis jubah putih, lalu dipakaikan kepadanya.
Kemudian Ibrahim a.s. didudukkan di tempat yang menghadap ke arah 'Arasy. Lalu didatangkanlah pakaianku dan aku memakainya, lalu aku berdiri di sebelah kanan Ibrahim a.s., yaitu di suatu tempat yang tiada seorang pun berani mendudukinya; sehingga semua orang yang terdahulu dan yang kemudian iri melihatku duduk di tempat itu (yakni menginginkannya)." Kemudian dibukalah bagi mereka aliran Sungai Al-Kausar (salah satu sungai surga) hingga membentuk telaga.
Orang munafik itu berkata, "Sesungguhnya air itu tidak dapat mengalir kecuali di atas tanah atau batu kerikil." Rasulullah ﷺ menjawab, "Tanahnya adalah minyak kesturi dan batu kerikilnya adalah mutiara." Orang munafik itu berkata lagi, "Saya belum pernah mendengar hal seperti hari ini. Sesungguhnya jarang sekali air mengalir di atas tanah atau batu kerikil, melainkan pasti ada tumbuh-tumbuhannya." Maka bertanyalah lelaki dari kalangan Ansar itu, "Wahai Rasulullah, apakah di pinggir sungai itu ada tumbuh-tumbuhannya?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Ya, batangnya dari emas." Orang munafik itu berkata, "Saya belum pernah mendengar hal seperti hari ini.
Sesungguhnya jarang sekali ada batang pohon tumbuh, melainkan ada dedaunannya dan pasti ada buahnya." Maka lelaki Ansar itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah pohonnya ada buahnya?" Nabi ﷺ bersabda: Ya, buah-buahannya adalah intan berlian yang beraneka warna, dan airnya lebih putih daripada susu serta rasanya lebih manis daripada madu. Barang siapa yang meminum sekali minum darinya, tentu tidak akan haus lagi sesudahnya; dan barangsiapa yang tidak dapat meminumnya, tentulah dia merasa kehausan terus sesudahnya.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salamah ibnu Kahil, dari ayahnya, dari Abuz Za'ra, dari Abdullah yang mengatakan bahwa kemudian Allah ﷻ memberikan izin untuk memberi syafaat. Maka bangkitlah Ruhul Qudus, yaitu Malaikat Jibril (untuk memberi syafaat); setelah itu bangkitlah Ibrahim kekasih Allah memberi syafaat, dan disusul oleh Isa atau Musa. Abuz Za'ra mengatakan bahwa ia tidak ingat lagi yang manakah yang dimaksud dari keduanya (Isa ataukah Musa). Abu Za'ra melanjutkan kisahnya, bahwa lalu bangkitlah Nabi kalian (Nabi Muhammad ﷺ) sebagai orang yang keempat, maka dia memberikan syafaatnya.
Tiada seorang pun yang memberikan syafaat lebih banyak daripada dia sesudahnya, dan hal inilah yang dimaksud dengan kedudukan terpuji yang tertera di dalam firman Allah ﷻ: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Hadis Ka'b ibnu Malik r.a. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbihi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Ka'b ibnu Malik, dari Ka'b ibnu Malik, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Manusia dibangkitkan pada hari kiamat, maka aku dan umatku berada di sebuah lereng, dan Tuhanku memberiki pakaian yang berwarna hijau.
Kemudian aku diberi izin (untuk memberi syafaat), maka aku memohon kepada-Nya sebanyak apa yang dikehendaki oleh-Nya. Itulah yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji. Hadis Abu Darda r.a. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Habib, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku adalah orang yang mula-mula diberi izin untuk bersujud pada hari kiamat (untuk memohon syafaat), dan aku adalah orang yang mula-mula diberi izin untuk mengangkat kepalanya, sehingga aku dapat melihat pemandangan yang ada di hadapanku, maka aku dapat mengenal umatku di antara umat-umat lainnya.
Dan aku melihat hal yang sama di arah belakangku, juga di arah sebelah kanan dan kiriku. Maka ada seseorang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah engkau mengenal umatmu di antara umat-umat lainnya yang di mulai dari umat Nabi Nuh sampai dengan umatmu?" Nabi ﷺ bersabda: Mereka mengeluarkan cahaya putih dari bekas semua anggota wudunya, tiada seorang pun yang mempunyai ciri khas itu selain dari mereka. Saya mengenal mereka bahwa kitab catatan amal perbuatan mereka diberikan dari sebelah kanannya, dan saya mengenal mereka karena anak cucu mereka berjalan di depan mereka.
Hadis Abu Hurairah r. a. ]: !. -: ". ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abu Hayyan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ menerima kiriman daging yang telah dimasak, lalu disuguhkan kepada beliau kaki kambing yang disukainya. Maka beliau memakan sebagian darinya sekali makan, kemudian bersabda, "Aku adalah penghulu umat manusia di hari kiamat. Tahukah kalian mengapa demikian?" Allah pada hari kiamat menghimpun semua orang yang terdahulu dan yang kemudian di suatu tanah lapang.
Mereka digiring ke tempat itu oleh suara yang,terdengar oleh mereka semua, dan mereka semua terlihat berada dalam pengawasan. Matahari berada di dekat mereka, sehingga manusia saat itu mengalami penderitaan dan malapetaka yang tidak kuat mereka sanggah. Maka sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Tidakkah kalian merasakan apa yang sedang kalian derita yang tidak mampu kalian sanggah ini? Tidakkah kalian mencari orang yang dapat meminta syafaat bagi kalian kepada Tuhan kalian?" Maka sebagian dari mereka menjawab, "Sebaiknya kalian datang kepada Adam." Maka mereka datang kepada Adam a.s.
dan berkata, "Hai Adam, engkau adalah bapak manusia- Allah telah menciptakanmu dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri dan Dia telah meniupkan sebagian dari roh-Nya kepadamu, serta Dia telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepadamu. Maka mintakanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami, betapa menderitanya kami." Adam a.s. menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku pada hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang belum pernah Dia alami sebelumnya semisal sekarang, dan Dia tidak akan murka lagi sesudahnya seperti murka-Nya pada hari ini.
Sesungguhnya Dia pernah melarangku mendekati sebuah pohon, tetapi aku mendurhakai-Nya. Sekarang aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri saja. Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Nuh." Mereka datang kepada Nuh dan mengatakan, "Hai Nuh, engkau adalah mula-mula rasul di muka bumi, Allah telah memberimu nama seorang hamba yang banyak bersyukur. Mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami.
Tidakkah engkau lihat penderitaan yang kami alami? Tidakkah engkau lihat bagaimana keadaan kami sekarang?" Nuh menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang belum pernah dialami-Nya semisal dengan hari ini, dan Dia tidak akan murka lagi sesudahnya dengan kemurkaan seperti hari ini. Dan sesungguhnya aku pernah memanjatkan suatu doa kepada-Nya untuk kebinasaan umatku.
Maka pada hari ini aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri. Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah kalian kepada Ibrahim." Mereka datang kepada Ibrahim dan mengatakan kepadanya, "Hai Ibrahim, engkau adalah nabi Allah dan kekasih-Nya dari kalangan penduduk bumi. Mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami? Tidakkah engkau lihat keadaan kami?" Maka Ibrahim menjawab, "Sesungguhnya tuhanku pada hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum itu, dan Dia tidak akan murka lagi sesudahnya dengan kemurkaan seperti hari ini," lalu Ibrahim menyebutkan beberapa kedustaan yang pernah dilakukannya.
Karena itu, ia mengatakan, "Aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri. Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Musa." Mereka datang kepada Musa dan mengatakan, "Hai Musa, engkau adalah rasul Allah, Allah telah memilihmu untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya untuk engkau sampaikan kepada manusia. Makamintakanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami, tidakkah engkau lihat keadaan kami?" Musa menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku sedang murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum hari ini, dan di masa mendatang Dia tidak akan murka lagi dengan kemurkaan seperti sekarang.
Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Sekarang aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri saja. Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah kalian kepada Isa." Mereka datang kepada Isa dan mengatakan, "Hai Isa engkau adalah rasul Allah, engkau diciptakan melalui perintah Allah yang disampaikan kepada Maryam melalui tiupan roh (ciptaan)-Nya, dan engkau dapat berbicara kepada manusia selagi engkau masih bayi dalam usia buaian.
Maka mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami, tidakkah engkau lihat keadaan kami?" Isa menjawab, "Sesungguhnya Tuhanku pada hari ini sedang dalam keadaan murka dengan kemurkaan yang belum pernah dilakukan-Nya sebelum ini, dan di masa mendatang Dia tidak akan murka lagi seperti kemurkaan-Nya pada hari ini.'Tetapi Isa tidak menyebutkan suatu dosa pun, dan ia mengatakan, "Aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri.
Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Muhammad ﷺ" Maka mereka datang kepada Nabi Muhammad ﷺ dan mengatakan, "Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan Nabi terakhir, sesungguhnya Allah telah mengampuni semua dosamu yang terdahulu dan yang kemudian. Maka mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami? Tidakkah engkau lihat keadaan kami?" Nabi ﷺ bersabda, "Maka aku bangkit dan mendatangi bagian bawah' Arasy, lalu aku menyungkur bersujud kepada Tuhanku. Kemudian Allah membukakan bagiku dan memberiku ilham cara memuji dan me-nyanjung-Nya dengan pujian dan sanjungan yang belum pernah Dia ajarkan kepada seorang pun sebelumku.
Maka dikatakan kepadaku, 'Hai Muhammad, angkatlah mukamu; dan mintalah, pasti engkau diberi apa yang kamu minta; dan mintalah syafaat, tentu engkau akan diberi izin memberikan syafaat.' Maka aku mengangkat mukaku dan berkata, 'Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku. Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku. Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku.' Dikatakan kepadaku, 'Hai Muhammad, masukkanlah ke dalam surga dari kalangan umatmu orang-orang yang tidak ada hisabnya melalui pintu surga yang ada di sebelah kanan, sedangkan pintu-pintu lainnya buat semua orang yang lainnya bersama-sama'." Kemudian Nabi ﷺ bersabda, "Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu surga itu sama dengan jarak antara Mekah dan Hajar, atau antara Mekah dan Basra." Hadis ini diketengahkan pula oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab shahihnya masing-masing.
Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Haql ibnu Ziyad, dari Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Abu Ammar, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Farrukh, telah menceritakan kepadaku Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Aku adalah penghulu Anak Adam pada hari kiamat, dan orang yang mula-mula dikeluarkan dari kubur di hari kiamat, orang yang mula-mula diberi izin untuk memberi syafaat, serta orang yang mula-mula memberi syafaat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Daud ibnu Yazid Az-Za'afiri, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda sehubungan dengan makna ayat ini: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Ketika beliau ﷺ ditanya mengenai makna kedudukan yang terpuji, beliau ﷺ menjawab bahwa kedudukan yang terpuji ialah syafaat. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Waki', dari Muhammad ibnu Ubaid, dari Daud, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Maka Nabi ﷺ menjawab melalui sabdanya: Yaitu kedudukan yang darinya aku memberikan syafaat buat umatku. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Apabila hari kiamat terjadi, maka bumi digelarkan seperti kulit yang digelarkan (yakni rata), hingga tiada tempat bagi seorang manusia pun kecuali hanya untuk kedua telapak kakinya (yakni penuh sesak dengan manusia).
Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya, "Maka aku adalah orang yang mula-mula dipanggil, Jibril berada di sebelah kanan Tuhan Yang Maha Pemurah. Mahasuci lagi Mahatinggi Allah. Demi Allah, saya belum pernah melihat Jibril dalam rupa seperti itu sebelumnya. Lafu aku berkata, "Wahai Tuhanku sesungguhnya dia pernah menyampaikan berita kepadaku bahwa Engkau telah mengutusnya kepadaku. Allah ﷻ berfirman, "Dia benar." Kemudian aku memohon syafaat dan mengatakan, "Wahai Tuhanku, tolonglah hamba-hamba-Mu yang telah menyembah-Mu di berbagai belahan bumi. Nabi ﷺ bersabda, "Itulah yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji. Hadis ini berpredikat mursal."
Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir,condong dari pertengahan langit ke arah barat, sampai gelapnya malam dan laksanakan pula salat Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan oleh malaikat, baik
malaikat siang maupun malaikat malam. Perintah salat pada ayat ini
mencakup salat lima waktu. Sesudah tergelincir matahari adalah waktu untuk salat Zuhur dan Asar, sesudah gelapnya malam untuk waktu
salat Magrib, Isya dan Subuh. Dan pada sebagian malam, yaitu pada sepertiga malam yang terakhir, bangunlah dan lakukanlah salat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu wahai Nabi Muhammad, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji di mana engkau memberikan syafaat
agung kelak di hari kiamat.
Ayat ini memerintahkan agar Rasulullah ﷺ mendirikan salat sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam, dan mendirikan salat Subuh. Maksudnya ialah mendirikan salat lima waktu, yaitu salat Zuhur, Asar, Magrib, Isya, dan Subuh.
Melaksanakan salat lima waktu ialah mengerjakan dan menunaikannya lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, terus menerus dikerjakan, sesuai dengan perintah Allah, lahiriah maupun batiniah. Yang dimaksud lahiriah ialah mengerjakan salat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan agama. Sedangkan batiniah ialah mengerjakan salat dengan penuh kekhu-syukan, karena merasakan keagungan dan kekuasaan Allah yang menguasai dan menciptakan seluruh alam ini. Rasulullah ﷺ memerintahkan kaum Muslimin menyembah Allah dalam keadaan seakan-akan melihat Allah ﷻ Itulah ihsan sebagaimana sabda Rasulullah:
Ihsan adalah bahwa engkau menyembah Allah, seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Apabila seorang hamba Allah mengerjakan salat lima waktu, berarti ia telah mengerjakan salah satu rukun Islam, sesuai hadis Nabi saw:
Islam didirikan di atas lima: syahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, membayar zakat, puasa Ramadan, dan berhaji ke Baitullah bagi yang mampu melakukan perjalanan. (Riwayat Muslim dari 'Abdullah bin 'Umar r.a.)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa salat Subuh itu disaksikan oleh para malaikat. Maksudnya ialah pada waktu subuh itu malaikat penjaga malam bertemu dengan malaikat penjaga siang untuk pergantian tugas, dan kedua-nya melaporkan kepada Allah bahwa orang yang bersangkutan sedang melakukan salat ketika mereka tinggalkan, sebagaimana diterangkan dalam hadis Nabi saw:
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi ﷺ bersabda, "Malaikat malam dan siang bergantian dalam tugasnya. Mereka berkumpul pada waktu salat Subuh dan salat Asar. Maka naiklah malaikat yang menjagamu pada malam hari, dan Tuhan bertanya kepada mereka (padahal Allah lebih mengetahui tentang kamu), "Bagaimana keadaan hamba-Ku waktu engkau tinggalkan?" Para malaikat menjawab, "Kami datang kepada mereka, mereka dalam keadaan salat dan kami tinggalkan mereka, mereka pun dalam keadaan salat pula." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim) )
Mengenai keutamaan mengerjakan salat Subuh pada awal waktunya, ar-Razi berkata, "Sesungguhnya pada waktu subuh itu manusia menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah dan kebesaran hikmah-Nya di langit dan di bumi. Pada waktu itu, sinar matahari yang terang benderang menyapu kegelapan malam, waktu itu bangunlah orang yang sedang tidur dan panca inderanya kembali bekerja setelah terlena selama mereka tidur.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 78
“Dirikanlah shalat setelah tergelincir Matahari, sampai ke gelap gulita malam dan bacaan Shubuh."
Tegasnya dirikanlah shalat lima waktu. Dirikanlah shalat sejak tergelincir matahari dari pertengahan siang, yaitu permulaan waktu Zhuhur, dan matahari itu setelah tergelincir di tengah hari dari pertengahan siang akan terus condong ke barat sampai dia terbenam. Oleh sebab itu dalam kata tergelincir matahari termasuklah Zhuhur dan Ashar; sampai ke ge-lap-gulita malam. Artinya, apabila matahari telah terbenam ke ufuk barat, artinya mulailah hari malam, dan di permulaan malam itu datanglah waktu Maghrib. Bertambah matahari terbenam ke balik bumi hilang-lah syafaq yang merah, yaitu garis merah di ujung langit sebelah barat sejak matahari terbenam, dan garis merah itu pun hilanglah bila matahari bertambah terbenam tersorok ke balik belahan bumi, maka masuklah Isya.
Sebab itu berkatalah Imam Malik di dalam kitab al-Muwaththa, “Apabila syafaq merah itu tak ada lagi, keluarlah engkau dari waktu Maghrib dan masuk-lah ke dalam waktu Isya." Kemudian disebutkanlah Qur'anul fajri, yang arti harfiahnya ialah Qur'an di waktu fajar, tetapi tafsirnya ialah shalat Shubuh.
Mengapa shalat Shubuh itu disebut Qur-‘anul fajri, sedang waktu yang lainnya tidak? Tafsir mengatakan karena di waktu Shubuh hening pagi itu dianjurkan membaca ayat-ayat Al-Qur'an agak panjang daripada di waktu yang lain.
Dengan pemakaian kata Qur'an untuk shalat Shubuh ini dapat pula dipahamkan bahwa yang shalat itu ialah bacaan. Itu sebabnya maka menjadi perbincangan yang panjang lebar di kalangan ulama tentang bacaan dalam shalat itu, terutama tentang membaca al-Faatihah. Jumhur ulama mengatakan wajib bagi Imam ataupun orang yang shalat sendirian (fard) membaca al-Faatihah di tiap-tiap rakaat. Yang berpendapat begini ialah Imam Malik dan salah satu dari Imam asy-Syafi'i dan ada juga ulama yang mengatakan yang wajib hanya pada separuh shalat, tetapi qaul ini termasuk yang lemah.
Hadits yang terkenal tentang wajibnya membaca al-Faatihah itu ialah,
“Tidak ada shalat kecuali dengan Fatihatil-Kitab."
Keterangan tentang bacaan al-Faatihah ini telah kita uraikan panjang lebar seketika me-nafsirkan surah al-Faatihah pada Tafsir Juz 1. Kemudian tersebutlah pada lanjutan ayat,
“Sesungguhnya bacaan Shubuh itu adalah disaksikan"
Supaya lebih jelas apa maksudnya disaksikan itu perhatikanlah sebuah hadits,
“Dari Abu Hurairah moga-moga keridhaan Allah atas dirinya berkata dia, berkata Rasulullah ﷺ: ‘Kelebihan shalat berjamaah atas shalat seorang diri duapuluh lima derajat; dan berkumpul malaikat malam dan malaikat siang pada waktu shalat Shubuh.'" (HR Bukhari)
Dan banyaklah pula terdapat hadits yang lain, menyatakan bahwa pada waktu Shubuh itu datanglah waktu bergiliran di antara malaikat pengawal siang yang baru datang, berkumpul dengan malaikat-malaikat pengawal malam yang akan pergi, laksana pergantian aplusan piket-piket tentara layaknya.
Maka melaporlah malaikat pengawal malam itu kepada Allah ketika Allah menanyakan bagaimana engkau tinggalkan hambaku? Bahwa kami tinggalkan mereka itu di dalam shalat menyembah dan memuja Engkau, Ilahi. Dan disebutkan juga bahwa di waktu Ashar pun demikian pula halnya; malaikat penjaga siang menunggu kedatangan malaikat penjaga malam. Setelah mereka berkumpul maka yang selesai menjaga siang naik ke langit dan penjaga malam bertugas sampai Shubuh pula.
Teguhkanlah hati dengan mengerjakan shalat lima waktu. Dan shalat yang ditentukan waktunya 5 kali sehari semalam itu memang sudah diturunkan di Mekah, dengan adanya Isra' dan Mi'raj.
TAHAJJUD
Di samping shalat lima waktu itu perteguh dan perkuat lagi pribadimu dengan shalat tahajjud,
Ayat 79
“Dan di sebagian malam hendaklah engkau bangun (tahajjud) sebagai tambahan untukmu."
Itulah yang dinamai shalat tahajjud. Tahajjud artinya ialah bangun dari tidur, lalu dijadikan nama dari shalat malam. Abdullah bin Umar menjelaskan bahwa shalat tahajjud itu ialah tidur dahulu, baru bangun, ambil wudhu dan shalat. Nafilatan laka, kita artikan tambahan untuk mu! Ulama-ulama mengartikan nafilah di sini sebagai kewajiban tambahan yang khas buat Nabi ﷺ, Artinya selain dari yang lima waktu bagi beliau sendiri bertambah satu kewajiban lagi, yaitu shalat tahajjud. Yang berpendapat begini ialah Ibnu Abbas menurut riwayat al-Aufi, demikian juga salah satu pendapat dari Imam Sya.fi'i, dan pendirian begini pula yang dipilih oleh Ibnu
Jarir. Dan memang beliau ﷺ melakukannya dengan tidur terlebih dahulu.
Tersebut di dalam sebuah hadits,
“Dari Abu Hurairah moga-moga ridha Allah baginya, dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau ditanyai orang: “Apakah shalat yang lebih utama (afdhal) sesudah shalat yang lima waktui" Beliau menjawab, “Shalat malam." (HR Muslim)
Lanjutan ayat,
“Moga-moga Tuhan engkau akan membangkitkan engkau ke suatu tempat yang terpuji."
Apakah yang dikatakan tempat yang terpuji, atau maqam yang mahmud? Menurut seorang sahabat Rasulullah ﷺ, Huzaifah bin al-Yaman, maqam yang mahmud, atau tempat yang terpuji ialah karena memberi syafaat kepada manusia di hari Kiamat kelak.
Tersebut dalam sebuah kabar,
“Dari Ibnu Umar moga-moga ridha Allah terhadapnya sesungguhnya di hari Kiamat itu kelak manusia akan berbondong-bondong, tiap-tiap umat akan mengikuti nabinya. Mereka berkata: “Ya Nabi Fulan! Beri syafaatlah kami sehingga sampailah permintaan syafaat itu kepada Nabi kita shallallahuwasallam. Maka di hari itulah Allah akan membangkitkan maqam yang mah-mud (tempat yang terpuji) itu." (HR Bukhari)
Tersebut pula di dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Muslim, yang diterima dari Anas bin Malik moga-moga ridha Allah terhadapnya bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila telah terjadi hari Kiamat berbondong-bondonglah setengah manusia atas yang setengah, maka datanglah mereka kepada Adam, lalu mereka berkata, “Beri syafaatlah untuk anak-cucumu." Lalu Adam menjawab, “Aku tidak bisa, tetapi kepada Ibrahim atasnyalah salam-sesungguhnya dia itu adalah Khalil Allah." Maka mereka itu pun datanglah kepada Ibrahim. Beliau pun berkata, “Saya tidak bisa tetapi pergilah kalian kepada Musa, karena sesungguhnya dia itu adalah Kalim Allah." Mereka pun pergilah kepada Musa. Musa pun mengatakan, “Aku tidak bisa! Tetapi pergilah kalian kepada Isa atasnyalah salam, karena dia adalah Ruh Allah dan kalimat-Nya!" Mereka pun pergi pula kepada Isa. Lalu kata Isa, “Saya pun tidak bisa! Kalian pergilah kepada Muhammad ﷺ. Maka pergilah mereka kepada Muhammad ﷺ, lalu berkatalah beliau, “Analaha!" artinya “Memang tugas akulah itu!"
Menurut sebuah hadits pula yang dirawi-kan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah, pernah ditanyakan orang langsung kepada Rasulullah ﷺ tentang maksud maqam yang mahmud itu. Lalu beliau jawab, “Maqaman Mahmudan ialah syafaat. Dan Tirmidzi mengatakan bahwa hadits yang dirawikannya dari Abu Hurairah itu adalah hasan dan shahih.
Adalah ulama-ulama tafsir menafsirkan bahwa berkat syafaat Rasulullah ﷺ dengan maqaman mahmudan itu, Allah dapat meringankan hukuman bagi orang yang terhukum. Ibaratnya adalah seperti di dunia ini juga, bahwa undang-undang hukum berlaku sebagaimana mestinya, tetapi Allah berhak memberi karunia ampun bagi barangsiapa yang dikehendaki-Nya, karena permohonan dari hamba-Nya yang dikasihi-Nya, Muhammad ﷺ Dan menilik kepada hadits-hadits tentang syafaat ini, bahwa yang diberi syafaat bukan saja umat Muhammad, tetapi seluruh umat manusia.
Dan ahli tafsir pun mengatakan bahwa maqaman mahmudan atau tempat yang terpuji itu dapat tercapai karena pada tengah malam yang hening sepi itu Nabi ﷺ telah dapat mengheningkan ciptanya terhadap Allah, dan bertambah dekatlah hubungannya dengan Allah. Sedangkan kita umatnya ini dianjurkan oleh Nabi ﷺ supaya melakukan juga tahajjud itu, bangun menyentak dari tidur sepertiga malam. Dikatakan oleh Rasulullah bahwa pada penghabisan malam itu Allah turun ke langit dunia untuk mendengarkan kalau ada hambanya yang meminta tobat, akan diberinya tobat. Kalau ada yang meminta ampun, akan diberinya ampun. Dengan demikian bertambah naiklah martabat jiwa umat tadi; sampai tercapai maqam yang mahmud. Sedangkan buat umat begitu, apatah lagi keistimewaan terhadap Rasulullah ﷺ sendiri.
Maka bersabdalah Rasulullah ﷺ.
“Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Barangsiapa yang bila mendengar seruan (adzan) menyebut, “Ya Allah, Tuhan dari seruan yang sempurna dan shalat yang berdiri ini, berikanlah kepada Muhammad ﷺ wasilah dan fadhilah, dan bangkitkan la h buai dia ma-qam yang terpuji, yang telah engkau janjikan." Barangsiapa yang mengucapkan ini, pantaslah dia mendapat syafaatku di hari Kiamat." (HR Bukhari)
Tentang tahajjud ini perhatikanlah lagi dalam surah al-Muzzammil keseluruhan surah, dalam juz kedua puluh sembilan.
Dan katakanlah,
Ayat 80
“Ya Tuhanku, masukkanlah aku dengan kemasukan yang baik dan keluarkanlah aku dengan keluaran yang baik"
Al-Muhayami menyatakan hubungan di antara ayat 80 ini dengan ayat terdahulu, yaitu soal ibadah, soal shalat lima waktu dan tahajjud. Rasulullah ﷺ disuruh mengiringi lagi dengan doa berserah diri kepada Allah, masukkanlah aku ke dalam ibadah yang aku kerjakan ini dengan baik. Artinya dengan beramal yangikhlas dan ikhlas pula memohonkan pahalanya dari Allah, lepas dari penyakit riya dan ujub, yaitu merasa bangga dan tercengang dengan amalan yang telah dikerjakan. Dan keluarkan pulalah akan daku dari ibadah ini dengan keluaran yang baik, yaitu jangan sampai batal amalan karena kealpaan dan kelalaian, karena perdayaan setan atau hawa nafsu atau semua perangai yang tercela,
“Dan jadikanlah untukku langsung dari Engkau suatu kekuasaan yang menolong."
Artinya, anugerahkanlah suatu anugerah yang langsung datang dari Engkau sendiri, ya Allah! Anugerah itu ialah kekuasaan atau kekuatan. Karena kalau tidak ada kekuasaan atau kekuatan, perintah Engkau ini tidaklah akan dapat dilaksanakan.
Sulthanan-Nashiran! Kekuasaan yang menolong. Amat luaslah dari Sulthan itu. Dia boleh diartikan kekuatan yang mutlak, hilangnya kelemahan, terutama kelemahan semangat. Nabi sebagai seorang pemimpin besar umat, utusan Ilahi mesti mempunyai kekuasaan, mempunyai gengsi atau wibawa.
Dan lebih jelas dari itu lagi, Sulthan pun berarti kekuasaan umum. Segala yang dititahkan oleh Ilahi dan disampaikan oleh Rasul kepada umat, barulah ditaati, kalau umat yang banyak itu mengakui, mau atau tidak mau, de jure dan de facto kekuasaan Nabi itu. Sulthan yang demikian itulah yang disuruh Allah kepada Rasul-Nya memohonkannya langsung datang dari Allah, tegasnya turun dari langit. Berikan kepadaku, ya Tuhanku kekuasaan itu, kekuasaan yang langsung datang dari Engkau. Karena perintah-perintah Engkau itu tidak dapat berjalan lancar kuat kuasanya dalam masyarakat manusia kalau kekuasaan tidak ada padaku.
Kekuasaan pemerintahan, kekuasaan politik, itulah yang dimaksud dengan Sulthan di sini. Menurut riwayat yang dikeluarkan oleh al-Khatib dari perkataan yang pernah diucapkan oleh Umar bin Khaththab,
“Demi Allah! Sesungguhnya apa yang dilancarkan Allah dengan kekuasaan (sultan), lebih besar-lah daripada apa yang dilancarkan dengan Al-Qur'an."
Tegasnya lagi, Seluruh undang-undang yang termaktub di dalam Al-Qur'an tidaklah akan dapat dijalankan kalau tidak disokong kekuasaan.
Ayat 81
“Dan katakanlah, “Telah datang kebenaran dan telah lenyap kebatilan."
Seperti diketahui, surah al-lsraa' ini diturunkan di Mekah. Artinya, di waktu itu orang yang beriman masih golongan kecil hidup di tengah golongan besar musyrikin. Dilihat pada kulit lahir saja, belumlah nyata dengan jelasnya kebenaran itu, dan belumlah lenyap dan hancur kebatilan, dan kekuasaan (Sulthan) yang dimohonkan langsung dari Allah belum lagi datang. Muslimin masih lagi akan menempuh hijrah ke Madinah karena tidak aman tinggal di Mekah. Tetapi ayat ini telah turun, sebab keyakinan telah ada dan telah sangat tertanam dalam jiwa. Malahan dipakai shighat (susun bahasa) dengan memakai fi'il madhi (jaal haqqu). Telah datang kebenaran dan zahaqal bathilu, telah lenyap kebatilan, padahal belum kejadian. Mengapa begitu?
Itu adalah menanamkan keyakinan bahwa kebenaran pasti menang dan kebatilan pasti sirna, lenyap, dan hancur. Itu hanyalah soal waktu belaka. Kalau tidak ada keyakinan yang demikian, tidaklah ada artinya iman. Sebab itu maka ujung ayat lebih-lebih tegas lagi,
“Sesungguhnya yang batil itu pastilah dilenyapkan."
Meskipun sekarang kini belum kejadian, dia pasti akan kejadian, sebagaimana pastinya sekarang malam, besok pagi pasti hari siang.
Oleh sebab itu seketika Rasulullah dan kaum Muhajirin telah hijrah ke Mekah, yakni beberapa waktu sesudah ayat ini turun, maka pada tahun kedelapan Hijrah, benar-benarlah Mekah itu ditaklukkan oleh Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin, dan ayat inilah yang dibaca oleh Rasulullah ﷺ ketika beliau memasuki pekarangan Masjidil Haram dan memerintahkan menghancurleburkan segala berhala yang disembah oleh kaum musyrikin selama ini. Beliau ucapkan ayat ini dengan tegas, yaitu ayat 81. Sebab ayat 80 telah beliau capai, Allah telah memberikan sulthan kepada beliau dan kepada Islam dengan langsung.